Monday 17 October 2022

(PROPOSAL) PENGELOLAAN KURIKULUM TATA NEGARA DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM

0 comments


PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Keberadaan pesantren sebagai institusi pendidikan tertua di Indonesia merupakan suatu fakta yang tidak terbantahkan. Eksistensinya sebagai institusi tidak hanya identik dengan nama ke-Islaman, tetapi juga mengandung makna indigenous (keaslian) Indonesia[1]. Pandangan ini merupakan pandangan umum, karena di samping sebagai institusi Islam, pesantren juga merupakan lembaga ritual, lembaga pendidikan moral, juga lembaga dakwah.

          Dalam sejarah perjalanan eksistensinya, pesantren memberikan kontribusi yang relative besar terhadap bangsa ini. Khususnya dalam bidang keilmuan maupun bidang kepemimpinan. Jalaludin setidaknya mencatat dua kontribusi, yaitu: melestarian dan melanjutkan sistem pendidikan rakyat dan mengubah sistem pendidikan yang aristokratis menjadi demokratis[2]. Disamping itu, kontribusi yang cukup jelas adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dalam tataran porsi yang cukup seimbang yakni baik moral maupun material, dan juga ikut serta memberikan sumbangsih yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

          Pesantren dari masa ke masa senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan pemikiran pengelola pesantren. Bahwa pesantren harus relevan dan sesuai dengan dan pencapaian tujuan pesantren. Serta pandangan luas masyarakat terhadap lembaga pendidikan ini, sebagian dari meraka menyadari merencanakan dari perubahan tersebut, tetapi ada juga yang terjebak kedalam perubahan tanpa ada perencanaan apapun selain kuatnya tekanan dari luar. Perubahan ini menarik perhatian para peneliti. Mereka memandang dari perspektif yang berlainan. Sehingga proporsi yang dilahirkan juga berlainan bahkan kontras. Secara garis besar, pandangan mereka dapat di kelompokan menjadi dua kubu yang bertentangan[3].

          Beberapa survey memberi pandangan negative terhadap pesantren. Yakni pesantren di anggap sebagai lembaga keterbelakangan, puncak kultur kolot, kehidupannya hanya berkutat pada kuburan dan ganjaran bahkan ada yang meyakini bahwa pesantren dapat membahayakan generasi muda umat dan generasi bangsa.

     Pandangan dari hasil survey lainnya memberikan penilaian yang berbeda. Pesantren dipandang selalu peka dengan tuntutan zaman. Berperan dalam pembangunan pendidikan dan aspek-aspek lainnya. Heterogenitas pesantren simbol adanya perubahan berarti. Kegiatan makin padat berorientasikan kemasyarakatan.

          Pondok pesantren Darussalam merupakan sebuah lembaga islam yang berada di kabupaten bogor yang berorientasikan kepada pendidikan agama islam.  Genap 28 tahun Pondok Pesantren Darussalam Bogor telah berdiri. Upaya, usaha, kerja keras, dan perjuangan tidak kenal lelah telah dilaksanakan oleh pimpinan Pondok Pesantren Darussalam serta tekad yang teguh oleh pejuang lainnya yang tulus serta ikhlas memperjuangkan Pondok Pesantren Darussalam Bogor. Sistem yang diterapkan di Pondok Pesantren Darussalam Bogor menganut dan berkiblat ke Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu Kulliyatu-l-Mu'allimin-Al-Islamiyah (Penyemaian guru-guru Islam) dimana santri dididik bukan hanya untuk mengaji, melainkan mendalami dan mempraktekkannya pada kehidupan sehari-hari. Santri tidak hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas, namun juga diberikan pendidikan berupa mengurus sebuah organisasi, mengikuti kegiatan ekstrakurikul

          Sebagai usaha untuk mewujudkan visi dan misi di atas, dilaksanakanlah kegiatan pengajaran klasikal yang mengacu pada model dan sistem KMI (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) – yang cukup populer dan telah lama dilaksanakan di Pondok Modern Gontor – yang menangani pendidikan tingkat menengah pertama dan menengah atas dengan  masa pendidikan 6 tahun bagi lulusan SD dan 4 tahun bagi lulusan SLTP.
Kurikulum yang diterapkan di KMI Ponpes. Darussalam apat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagi berikut : Bahasa Arab (semua disampaikan dalam Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah  ( kelas II ke atas, seluruh mata pelajaran ini menggunakan B. Arab), `Ilmu Tarbiyah wa al-Ta`lim (Kependidikan dan Keguruan), Bahasa Inggris, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Kewarganegaraan.
Komposisi kurikulum semacam di atasditetapkan untuk tujuan tertentu. Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri kemampuan berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam.
Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama Islam yang ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam Kurikulum KMI diupayakan terwujudnya keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan pengetahuan umum (Ilmu Pasti, IPA, dan IPS).
Selain itu, PonPes. Darussalam juga mengacu kepada Kurikulum Mts untuk Tingkat Menengah Pertama dan mengacu kepada kurikulum SMU untuk Tingkat Menengah Atas.
Pemaduan kurikulum yang sedemikian itu sengaja dilakukan untuk lebih memperluas wawasan pengetahuan para santri, dan untuk memberikan peluang dan kemungkinan yang lebih luas kepada para santri dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut maupun dunia profesi yang akan dipilih setelah mereka menyelesaikan pendidikan di Pesantren Darussalam.

          Tata Negara merupakan salah satu pelajaran yang di ajarkan di pondok pesantren Darussalam. Tata Negara merupakan mata pelajaran yang menjadi bagian dari kurikulum pendidikan Nasional yang hanya di ajarakan di tingkat di SLTA. Mata pelajaran ini masuk kedalam program pelajaran pilihan bukan mata pelajaran Utama. Pelajaran ini diajarkan untuk kelas 2 dan 3 SMA pada GBPN (Garis Besar Pendidikan Nasional) dalam program studi Ilmu Sosial kurikulum Tahun 1986. dalam konteks kurikulum sekarang ini berubah nama menjadi pendidikan kewarganegaraan.      Mata pelajaran tata negara di sekolah menengah umum merupakan       pembelajaran yang memuat hukum yang mengatur persoalan-persoalan   susunan,kekuasaan, dan fungsi-fungsi lembaga. Baik secara masing-masingmaupun dalam hubungannya antara satu sama lain. Serta dasar-dasar negara dan dasar-dasar hukum yang melandasi esensi antara pemerintah dengan warga negara, dalam penyelenggaraan republik indonesia dan hubungan negara dengan dunia internasional menurut Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan latar belakangmasalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah dengan judul ’’PENGELOLAAN KURIKULUM TATA NEGARA DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM’’

 

B.   Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini penulis rumuskan sebagai berikut :

1.     Bagaimana perencanaan kurikulum Tata Negara di Pondok Pesantren Darussalam Bogor?

2.     Bagaimana Pelaksanan Kurikulum Tata Negara Pondok Pesantren Darussalam Bogor?

3.     Bagaimana Evaluasi Kurkulum Tata Negara Pondok Pesantren Darussalam Bogor?

 

C.   Tujuan Penelitian

1.     Untuk mengetahui Perencanaan Kurikulum Tata Negara di Pondok Pesantren Darussalam Bogor.

2.     Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum Tata Negara diPondok Pesantren Darussalam Bogor.

3.     Untuk mengetahui evaluasi kurikulum Tata Negara diPondok Pesantren Darussalam Bogor.

D.   Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil adalah:

1.     Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menyumbangkan khazanah keilmuan dan wawasan dalam bidang pendidikan, utamanya dalam Satuan Pendidikan Muadalah dan pengaruhnya dalam daya saing lulusannya.

2.     Manfaat Praktis

a.     Bagi Lembaga Pendidikan

Menambah pemahaman terkait Satuan Pendidikan Muadalah agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang diselenggarakan terutama pada masalah pengembangan kurikulumnya.

 

b.     Bagi Mahasiswa

1)    Mengetahui kurikulum Tata Negara di Satuan Pendidikan Muadalah di Pondok Pesantren Darussalam.

2)    Hasil penelitian dapat dijadikan kajian oleh peneliti selanjutnya.

c.     Bagi Peneliti

Menambah khazanah keilmuan mengenai kurikulum Tata Negara di Pondok Pesantren Darussalam.

E.   Kerangka Teori

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami maksud dan tujuan. Maka penulis menggambarkan sebuah kerangka teori yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

Perencanaan kurikulum

Pelaksanaan kurikulum

Evaluasi Kurikulum

 

 

 

 

 


Gambar 1.1

Kerangka Teori


 

F.    Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam menyusun skripsi ini adalah:

Bab I, Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian relevan, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

Bab II, Tinjauan Pustaka memuat landasan teori, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis. Berisi deskripsi teori, berupa teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang akan diteliti serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan.

Bab III, Metode Penelitian yang meliputi waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV, Hasil dan Pembahasan hasil penelitian, yang meliputi profil lokasi penelitian, deskripsi data, dan analisis atau pembahasan hasil penelitian.

Bab V, Bab terakhir yang mencangkup simpulan dan saran.


BAB II

PEMBAHASAN

A.   Kurikulum Tata Negara

1.  Pengertian dan Tujuan Tata Negara

Tata Negara merupakan mata pelajaran yang menjadi bagian dari kurikulum pendidikan Nasional yang hanya di ajarakan di tingkat di SLTA. Mata pelajaran ini masuk kedalam program pelajaran pilihan bukan mata pelajaran Utama. Pelajaran ini diajarkan untuk kelas 2 dan 3 SMA pada GBPN (Garis Besar Pendidikan Nasional) dalam program studi Ilmu Sosial kurikulum Tahun 1986. dalam konteks kurikulum sekarang ini berubah nama menjadi pendidikan kewarganegaraan.

Mata pelajaran tata negara di sekolah menengah umum merupakan pembelajaran yang memuat hukum yang mengatur persoalan-persoalan susunan,kekuasaan, dan fungsi-fungsi lembaga. Baik secara masing-masing maupun dalam hubungannya antara satu sama lain. Serta dasar-dasar negara dan dasar-dasar hukum yang melandasi esensi antara pemerintah dengan warga negara, dalam penyelenggaraan republik indonesia dan hubungan negara dengan dunia internasional menurut Pancasila dan UUD 1945.

Pengajaran Tata Negara berfungsi sebagai Wahana Untuk :

A.   Mengembangkan wawasan dan pemahaman siswa tentang tata kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Republik Indonesia.

B.   Membina kemampuan siswa untuk berperan serta secara loyal, aktif dan kreatif dan konstruktif dalam kehidupan kenegaraan  RI yang di landaskan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan Mata Pembelajara Tata negara adalah :

a.       Siswa memahami dasar dasar umum ketatanegaraan, dasar-dasar kenegaraan Republik Indonesia serta lembaga-lembaga Internasional dan Perjanjian hubungan hubungan Internasional[4].

b.      Pengajaran Tata Negara Bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan berperan serta dalam tata penyelenggaraan negara sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan, system pemerintahan negara Republik Indonesia, serta system politik negara, hubungan dan hukum internasional, menurut Pancasila dan UUD 1945.

c.       Agar siswa memahami dan mennyadari pentingnya norma-norma hukum ysng berlaku dalam suatu negara tertentu atau lebih jauh lagi secara internasional melalui pengamatan, klasifikasi, dan komunukasi.[5]

Ruang lingkup bahan kajian Tata Tegara meliputi :

                                                      i.            Hakekat dan terjadinya Negara

                                                   ii.            Prinsip-prinsip negara dan Pemerintahan

                                                iii.            Bentuk Negara, Pemerintahan, dan Sistem demokrasi.

                                                 iv.            Sistem Pemerintahan Republik Indonesia sejak Proklamasi 1945.

                                                    v.            System Demokrasi dan hak azasi manusia serta kewarganegaraan Indonesia

                                                 vi.            System Hukum Nasional.

                                              vii.            Hubungan dan Hukum Internasional.

                                           viii.            Lembaga-Lembaga Internasional[6].

Tujuan dari pembelajaran tata negara dalag agar

2.  Materi

Mata Pelajaran Tata Negara ini mencakup pengertian negara pada umumnya seperti yang diuraikan oleh asas-asas hukum tata negara dan pokok-pokok    pengertian hukum yang diuraikan oleh pengetahuan ilmu hukum secara singkat.

Berdasarkan pengertian-pengertian dasar tersebut dijelaskan mengenai bentuk negara dan pemerintahan seperti yang diatur oleh UUD 1945 . Konstitusi RIS dan UUDS beserta sedikit pelaksanaannya.

Kemudian disoroti juga secara sepintas mengenai wilayah dan warga negara beserta hak-hak sosial politik dan sedikit tentang pemilihan umum sebagai sosok guru Demokrasi Pancasila.

Akhirnya diuraikan juga lembaga-lembaga internasional dalam kaitannya dengan politik bebas aktif Negara Republik Indonesia.[7]

Sistematita dari GPPN Tata negara dapat di gambarkan sebagai berikut:

Tata Negara Umum :

-         Pengertian ilmu negara dan tata negara beserta pengertian negara itu sendiri

-         Unsur-unsur negara

-         Teori-teori tujuan negara

-         Bentuk negara dan bentuk pemerintahan

Hukum umum :

-         Norma-norma hukum

-         Pengertian hukum

-         Tata hukum

-         Sumber hukum

Tata Negara Indonesia

-         - Proklamasi dan UUD 1945

-         - Periode 1945-1949 (UUD 45)

-         - Periode 1949- 1950 (Konstitusi RIS)

-         - Periode 1950-1959 (UUDS)

-         - Periode 1959-1966 (UUD 1945)

-         Hubungan Indonesia dengan luar negri serta organisasi-organosasi Internasional

 

3.     Strategi Pembelajaran

Macdonald (1968:512) mendefinisikan strategi sebagai : the art of carring out a plan skillfully. Strategi merupakan suatu seni untuk melaksanakan  sesuatu secara baik dan terampil. Itulah sebabnya strategi pembelajaran dipakai suatu seni untuk membawa peserta didik kedalam suasana pembelajaran dan berada pada posisi yang menguntungkan.

Seels dan richey (1994:31) memberikan definisi  strategi sebagai :instructional strategies are specification for selecting and sequencing event and activities within a lasson. Sejalan dengan pendapat tersebut. Berdasarkan teori diatas strategi di artikan sebagai suatu rencana tinfakan, metode, atau serangkaian aktifitas yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan.

Ada dua hal yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. Pertama, rencana Tindakan (serangkaian Tindakan). Bai penggunaan metode ataupun pemanfaatan sumber daya yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pengertian secara implisit bahwa perencanaan suatu strategi baru berada pada tingkat rencana kerja belum sampai pada Tindakan. Kedua. Penyusunan strategi dilakukan pencapaian pendidikan pada tingkat tertentu. Dengan demikian, seluruh aktivitas yang dilakukan guru, misalnya penetaoan metode, pemanfaatan sumber dan media belajar, mengorganisasi materi, dan sampai pada penilaian (evaluasi) adalah untuk pencapaia tujuan.

Sedangkan apabila diartikan secara luas ,strategi dapat mencakup antara lain: 1) metode 2) pendekatan 3) pemilihan sumber-sumber (termasuk media yang digunakan dalam belajar) 4) pengelompokan audience, atau peserta didik, dan 5) pengukuran keberhasilan. Secara umum strategi mengandung pengertia sebagai garis-garis besar Haluan untuk bertindak dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan kegiatan belajar-mengajar, maka strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-peserta didik dalam mewujudkan kegiatan yang kompleks dan membuat metode dan media pembelajaran.[8]

Menuruh Djamarah dan zain (1997:5) menyatakan ada 4 strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi hal-hal berikut:

1.     Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.

2.      Memilih system pendekatan belajar memnmgajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3.     Memilih dan menetapkan prosedur , metode, dan Teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan pegangan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

4.     Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedomanoleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kerja kegiatan belajar mengajar yang selajutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan pembelajaran.

Dengan demikian sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam kelas, terlebih dahulu mengidentifikasi beberapa hal yang penting berdasarkan kegiatan dan tujuan pembelajaran agar mencapai hasil yang sesuai denga napa yang ditetapkan.

Beberapa Alternatif Metode Pembelajaran yaitu :

 

1.     Model Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung atau Direct Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru menyampaikan isi materi pelajaran yang sangat terstruktur.mengarahkan kegiatan peserta didik,dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.

Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik.

Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian peserta didik yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar atau mengerjakan tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif.

Model Pembelajaran Langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya guru dapat menggunakan berbagai media. Informasi yang disampaikan dengan strategi direktif dapat berupa pengetahuan prosedural. yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi[9].

Dari pengertian di atas pembelajaran pada Mata pelajaran tata negara bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bernegara dan agar para siswa tahu mengenai Hak dan kewajiban warga negara.

 

2.     Pembelajaran Berbasis Masalah

Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan dalam Trianto, 2010:92).

Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,  mengembangkan kemandirian,  dan percaya diri. 

Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.     Pengajuan pertanyaan atau masalah.

b.     Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.

c.     Penyelidikan autentik.

d.     Menghasilkan produk dan memamerkannya[10].

Pembelajaran berbasis masalah mengedepankan diskusi antar siswa agar dapat mencari permasalahan yang bertujuan untuk mencari mengembangkan kemampuan berfikir, serta mengembangkan kemandirian dan membangun kepercayaan diri.

 

 

 

 

B.   Pengelolaan Kurikulum Tata Negara Pada Satuan Pendidikan

Adapun Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan kurikulum

1.     Penyusunan Program kurikulum

A.   Perencanaan Kurikulum

Secara mendasar, perencanaan adalah suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan. Proses ini menuntut prediposisi mental untuk berpikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan kenyataan bukan perkiraan, dan berbuat sesuatu secara teratur.54 Sedangkan menurut Hamalik dalam Rusman, perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan seperti membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar- belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan.[11]

Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan kurikulum merupakan tahap untuk menentukan tujuan kurikulum, landasan kurikulum, isi kurikulum, juga organisasi kurikulum. Adapun perencanaan kurikulum terintegrasi merupakan tahap yang harus dilaksanakan dalam mengembangkan kurikulum dengan mengintegrasikan kurikulum dengan tujuan pendidikan dalam masing-masing skala, baik nasional, institusional, kurikuler maupun instruksional.

Menurut Rusman, perencanaan kurikulum terintegrasi memiliki proses yang meliputi kegiatan yang harus diperhatikan yaitu landasan perencanaan kurikulum, perumusan tujuan kurikulum, perumusan isi kurikulum, dan organisasi kurikulum[12].

B.   Perumusan Tujuan Kurikulum

Dalam penelitian Rusman ada tiga sumber yang menjadi dasar perumusan tujuan kurikulum, yaitu aims, goals dan objective. Aims kurikulum adalah semacam pernyataan kurikulum, yang menggambarkan hasil yang diharapkan berdasarkan beberapa rencana nilai yang bersumber dari prinsip filosofis. Aims tersebut tidak berhubungan langsung dengan tujuan sekolah dan tujuan pembelajaran. Goals adalah hasil sekolah, yang secara kelembagaan dapat dirumuskan oleh sekolah atau jenjang pendidikan tertentu sebagai suatu sistem. Objectives adalah hasil yang diharapkan dalam jangka pendek yang dapat dievaluasi secara teoritis setidaknya dalam jangka waktu tertentu setelah proses pembelajaran di kelas selesai[13].

Rencana kurikulum sangat bergantung pada pengembangan kurikulum dan tujuan kurikulum, yang akan dikaitkan dengan teori pendidikan yang digunakan. Maka dalam perumusan tujuan kurikulum terintegrasi, lembaga pendidikan perlu berdasar pada aims, goals dan objective yang menunjukan ciri khas kurikulum terintegrasi dan menjadi prioritas sebuah lembaga pendidikan. Hal ini menjadi titik awal keberhasilan pengelolaan kurikulum dalam mencapai tujuan kurikulum.

C.   Perumusan Isi Kurikulum

Dalam merumuskan isi kurikulum, beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: kriteria pemilihan isi kurikulum, ruang lingkup isi kurikulum, dan urutan isi kurikulum. Untuk menentukan kurikulum terintegrasi, diperlukan kriteria permilihan isi yang benar. Beberapa kriterianya adalah signifikansi, validitas, relevansi, daya guna, learnability, dan minat siswa. Adapun ruang lingkup isi kurikulum mencakup dua hal penting, yaitu umum dan khusus. Pada dasarnya isi yang bersifat umum berlaku untuk semua siswa yang berguna dalam berinteraksi dan mengembangkan tingkat berpikir tertentu, mengasah perasaan, dan berbagai metode yang dapat saling memahami, sehingga menentukan status setiap siswa sebagai guru, anggota dan tinggal dilingkungan komunitas.

Sedangkan isi yang bersifat khusus berlaku untuk hal-hal tertentu dengan kebutuhan atau kemampuan khusus yang berbeda, dan kursus ini memerlukan perlakuan berbeda untuk mewujudkan potensi penuh mereka.

Menurut Smith, Stanley dan Shores dalam Rusman, mengidentifikasi empat prinsip yang mendasari cara penyajian urutan materi dalam kurikulum, yaitu: a) dari yang sederhana menuju yang kompleks, b) pelajaran prasyarat, c) secara keseluruhan, dan d) kronologis atau kejadian.[14]Perumusan isi menjadi sangat penting, karena isi kurikulum merupakan hal yang beririsan langsung dengan objek kurikulum yakni siswa. Oleh karena itu, dalam merencanakan isi harus berdasarkan analisa yang mendalam dan melalui tahapan-tahapan yang benar.

D. Organisasi Kurikulum

Organisasi adalah kelompok sosial yang terisolir dari dunia luar dan terbuka terhadap dunia luar, dikelola sesuai dengan aturan tertentu yang dapat dipimpin atau dikelola oleh pimpinan atau tenaga administrasi, yang dapat memberikan bimbingan secara teratur dan terarah. Organisasi dapat dianalisa dalam dua cara, yaitu dalam manajemen dan secara fungsional dalam akademik atau kurikulum. Pengorganisasian kurikulum harus dilihat dari dua konteks, yaitu dari konteks manajemen dan akademik.[15] Rusman berpendapat bahwa organisasi kurikulum adalah suatu rancangan materi kurikulum yang bertujuan untuk memudahkan siswa mempelajari bahan belajar dan memudahkan siswa melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.[16]

Kurikulum dapat berjalan dengan baik, ketika dapat diorganisasikan dengan baik. Dalam penyusunan kurikulum, ada beberapa pola atau struktur bahan pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Nasution dalam Abdullah Idi terdapat tiga pola dalam menyusun struktur pembelajaran, yaitu:[17]

 Separated Subject Curriculum

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, terlepas, dan tidak mempunyai kaitan sama sekali.[18] Artinya, jumlah mata pelajaran akan menjadi banyak karena tidak ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus siap dengan mengambil jumlah mata pelajaran yang banyak untuk mendapatkan pendidikan yang holistik.

Correlated Curriculum

Correlated curriculum adalah jenis kurikulum di mana beberapa mata pelajaran yang ada hubungannya disatukan menjadi satu mata pelajaran atau bidang studi tersendiri. Kurikulum ini merupakan kebalikan dari separated curriculum, dimana kurikulum ini memiliki keterkaitan. Artinya masing-masing tiap mata pelajaran mempunyai hubungan satu sama lain.

Integrated Curriculum

Kurikulum terpadu (integrated curriculum) yaitu kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu.

yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau mata pelajaran.     

2.     Pelaksanaaan Kurikulum

Menurut Din Wahyuddin, pelaksanaan/implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah direncanakan dan akan diujicoba dengan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan kondisi juga karakteristik peserta didik baik dari sisi intelektualitas maupun emosionalitas, serta fisik siswa.[19] Dalam pendekatan pelaksanaan kurikulum terintegrasi, siswa adalah pengambil keputusan dan pemecah masalah. Proses tersebut dianggap sebagai pusat penjelasan perilaku. Peserta didik berbeda satu sama lain, masalah merupakan kunci awal proses, karena metode pemecahan masalah juga berbeda satu sama lain, tidak ada dua metode yang sama. Para siswa tidak hanya mengembangkan kepribadian yang holistik, tetapi juga dipersiapkan menjadi individu yang dapat berperan dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat beberapa aspek yang dipenuhi yaitu sebagai berikut:

1)    Jenis Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum merupakan siklus pengelolaan yang penting. Dalam melaksanakan kurikulum, terdapat dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Adapun penjelasannya, sebagai berikut:

a). Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

Kepala sekolah merupakan penanggung jawab atas pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai EMASLIM (Educator, Manager, Supervisor, Leader, Interprener, dan Motivator), penyusun rencana kegiatan akademik tahunan, pembina organisasi sekolah, koordinator pelaksana kurikulum, pemimpin rapat kurikuler, dan pembina kurikuler.

                            b). Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas

Guru memiliki tanggung jawab dalam melaksankan kurikulum di tingkat. Maka tugas guru harus diatur sedemikian rupa, agar pelaksnaan kurikulum tingkat kelas berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan administrasi, pengajaran, dan pembinaan.[20] Semua kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dan dilakukan oleh guru.

3.     Tahap-tahap Pelaksanaan Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, diantaranya:

a.     Pengembangan Program

Pengembangan program dapat dilakukan dengan adanya program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Tak hanya itu, dalam pengembangan program juga terdapat bimbingan, konseling, dan remedial.

b.     Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan titik utama dalam kurikulum yang ditujukan terhadap adanya perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa tugas guru adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar berjalan secara efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan tercapai.

c.     Evaluasi proses

dapat dilakukan secara berkala melalui kegiatan penilaian. Evaluasi proses berupa penilaian tengah semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS), penilaian akhir tahun (PAT), ulangan harian, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai bahan untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum yang dilaksanakan.[21]Sehingga pengembangan kurikulum dapat dilakukan secara efektif karena disesuaikan dengan hasil proses yang dilakukan.

E.    Evaluasi

Evaluasi kurikulum memiliki peran penting baik dalam menentukan kebijakan pendidikan maupun dalam mengambil keputusan pada kurikulum. Hamid Hasan mendefinisikan evaluasi kurikulum sebagai usaha yang sistematis dalam mengumpulkan informasi pada kurikulum yang akan digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai, dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.[22] Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan kurikulum dapat ditinjau keberhasilannya melalui proses evaluasi yang mengukur dan menilai sejauh mana kurikulum mencapai tujuannya dan kemudian mempertimbangkan kelanjutan implementasi kurikulum tersebut. Umumnya, kurikulum membahas mengenai minimal tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral  judgement, evaluasi dan penentuan keputusan, serta evaluasi dan konsensus nilai.[23]Evaluasi sebagai moral judgement merupakan peran utama evaluasi.

Pada dasarnya, konsep utama evaluasi adalah nilai yang akan digunakan sebagai pertimbangan untuk tindakan selanjutnya. Di samping itu, perlu dipahami bahwa evaluasi bukan merupakan proses kegiatan tunggal. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya, evaluasi membutuhkan dua kegiatan yaitu mengumpulkan informasi dan menentukan satu keputusan. Dalam pendidikan, kegiatan evaluasi secara utuh tidak dapat dipisahkan, artinya pengumpul informasi juga sebagai pengambil keputusan. Selanjutnya, evaluasi juga sebagai penentu keputusan. Dalam pelaksanaan pendidikan, pengambil keputusan meliputi guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan sebagainya. Hal ini berpengaruh pada skala peranan keputusan yang diambil, karena ruang lingkup yang berbeda.

Evaluasi dan konsensus nilai merupakan hal yang menjadi harapan dalam menyelenggarakan evaluasi. Pada dasarnya, kegiatan evaluasi melibatkan beberapa individu yang mempunyai sudut pandang dan

kepentingan nilai yang berbeda karena pengalaman yang dialami setiap individu berbeda. Maka dalam membentuk konsensus nilai perlu kelompok yang homogen dengan sudut pandang dan kepentingan nilai yang sama, sehingga terjadi kesatuan penilaian.

Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukan bahwa evaluasi merupakan proses yang harus dilaksanakan dalam mengelola kurikulum terintegrasi, sehingga kurikulum terintegrasi dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Secara garis besar, evaluasi merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, prosedur, bahkan dapat disebut sebagai suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi. Dalam melaksanakan evaluasi, telah berkembang ke dalam lima rumpun model yaitu measurement, congruence, illumination, Educational System evaluation, dan CIPP (Context, Input, Process, Product)[24] dengan penjelasan sebagai berikut:

1.     Measurement

Pada dasarnya, evaluasi adalah pengukuran perilaku siswa dalam  mengungkapkan   perbedaan   individu   maupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi, bimbingan pendidikan, dan perbandingan efektivitas antara beberapa program atau metode pembelajaran. Objek evaluasi difokuskan pada hasil belajar terutama aspek kognitif. Jenis data dalam  evaluasi  adalah  data  objektif   khususnya   skor   hasil  tes. Dalam evaluasi ini terdapat pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:

a.     Menempatkan kedudukan siswa dalam kelompok melalui pengembangan norma kelompok dan evaluasi hasil belajar.

b.     Membandingkan hasil belajar antar beberapa kelompok dengan metode pengajaran yang berbeda melalui analisis kuantitatif.

c.     Teknik evaluasi yang digunakan disusun dalam bentuk objektif untuk menghasilkan alat yang reliabel dan valid.

 

2.     Congruence

Pada hakikatnya, evaluasi merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan dan hasil belajar, untuk melihat seberapa jauh perubahan yang dihasilkan dari pendidikan. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada pihak eksternal sekolah. Objek evaluasi difokuskan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Dalam evaluasi ini terdapat pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:

a.     Menggunakan prosedur pre dan Post-assessment dengan menggunakan langkah-langkah pokok, seperti penegasan tujuan pengembangan, alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.

b.     Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bertahap.

c.     Teknik evaluasi mencakup tes dan lainnya yang sesuai dalam menilai berbagai jenis perilaku.

d.     Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara beberapa program.

3.     Illumination

Pada dasarnya, evaluasi merupakan studi mengenai pelaksanaan program pengaruh faktor lingkungan, kekuatan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi didasarkan pada pertimbangan yang hasilnya akan digunakan dalam menyempurnakan program. Objek evaluasi mencakup latar belakang perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan yang dihadapi. Jenis data yang dikumpulkan adalah data subjektif. Dalam dalam evaluasi ini terdapat pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:

a.            Menggunakan prosedur progressive focusing melalui langkah- langkah pokok yaitu orientasi, pengamatan yang lebih terarah, dan analisis kausalitas.

b.     Bersifat kualitatif-terbuka dan fleksibel-elektif

c.     Teknik evaluasi yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket, analisis dokumen, dan tes jika diperlukan.

4.     Educational System Evaluation

Pada hakikatnya, evaluasi adalah perbandingan antara performa dari setiap dimensi dan kriteria yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka menyempurnakan program dan menyimpulkan hasil secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input, proses, dan hasil yang dicapai. Adapun jenis data yang dikumpulkan merupakan data objektif dan subjektif. Dalam evaluasi ini terdapat pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:

a.     Membandingkan performa setiap dimensi dengan kriteria internal.

b.     Membandingkan performa program dengan kriteria

c.     Eksternal yaitu performa program lainnya

d.     Teknik evaluasi meliputi tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.

5.     Model CIPP

CIPP adalah sebuah singkatan dari Context – Input – Process- Product (Konteks Input Proses Produk). CIPP adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yang bertujuan tidak hanya membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dilanjutkan atau dihentikan saja. Model ini menekankan pada pandangan bahwa keberhasilan   program   itu   dipengaruhi   oleh    berbagai    faktor, diantaranya karakteristik siswa, lingkungan, tujuan program, dan alat yang digunakan serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program. Model evaluasi ini bertujuan untuk membandingkan performa dari berbagai dimensi (CIPP) dengan kriteria tertentu untuk menghasilkan judgement atau pertimbangan-pertimbangan kekuatan dan kelemahan kurikulum.


 

 

BAB III

Metodologi Penelitian

A.   Waktu dan Tempat Evaluasi

Penelitian ini dilaksanakan di lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Modern Darussalam di Kp. Bubulak Kel Padasuka kec Ciomas Kab Bogor Jawa Barat 16610. Tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian karena karena lokasi sekolah dekat mudah dijangkau dan memiliki Kurikulum yang sesuai dengan judul yang diteliti

          Adapun waktu  dilaksanakan muali dari bulan :

Tabel 3.1

Jadwal Waktu

NO.

KEGIATAN

JAN

FEB

MAR

APL

MEI

JUN

JUL

JUL

1.

Penyusunan

Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Izin penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Penelitian masalah

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Pengambilan data

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Penyusunan skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Bimbingan

 

 

 

 

 

 

 

 

7.

Analisi

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Munaqosah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.   Pendekatan, Metode dan Model Penelitian

1.     Pendekatan

Pendekatan evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam moleom metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.[25] Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam pengawasannya maupun dalam peristilahannya.[26] Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, seperti wawancara, observasi, dan study document sebagaimana yang digunakan dalam evaluasi program ini. Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mengevaluasi dapat dilakukan lebuh mendalam, sehingga data yang diperoleh buka n hanya berasal dari ucapan Narasumber, melainkan bukti lapangan yang semakin menguatkan data yang ingin diperoleh. Akan tetapi, sebagai sebuah kebutuhan dalam menganalisis penelitian ketercapaian program, evaluator menggunakan metode analisa kuantitatif agar lebih terperinci dan dapat diberikan pembobotan sebagai bentuk sudah sejauh mana program telah terlaksana.

2.     Metode

Mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam evaluasi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif ( yang terlalu positifisme), serta juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, atau fonomena tertentu.[27] Metode deskriptif kualitatif ini menggambarkan begitu dalamnya sasaran penelitian yang dituju, sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penjelasan sebenarnya dari hasil yang diteliti, dan dapat membantu suatu program yang diteliti untuk kedepannya.

3.     Model Riset Penelitian

Sesuai dengan sifat data yang ingin diperoleh maka model yang tepat untuk digunakan sebgai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi, yaitu model ebvaluasi perubahan (Change). Alasan evaluator memilih model ini karena dapat mengetahui aspek-aspek yang ingin dievakuasi dengan keluesan yang diberikan model peruahan ini, dan dengan maksud yang sama, kemudian tanpa keluarnya dari komponen model perubahan pula. Pemokusan evaluator pada evaluasi yang akan dilakukan pada tahap persiapan, tahap penyelenggaraan, dan tahap pelaporan.

C.   Sumber Data

Sumber data pada evaluasi ini yaitu Direktur KMI, Kepala Biro Bagian Pengajaran KMI, Bagian Kurikulum KMI, kepala tata usaha,beberapa Asatidz dan Ustadzah dan santri/santriawati, dokumen dan observasi lapangan untuk lebih mengkerucut atau terperinci maka subyek pada penelitian kali ini akan lebih difokuskan pada persiapan infra struktur Pondok Pesantren Darussalam, kesiapan peserta didik, dan kesiapan SDM yang dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan program Pendidikan di Pesantren. Karena, keberhasilan suatu program bergantung pada aspek-aspek tersebut jika berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

 

D.   Jenis Data

Pada evaluasi kali ini jenis data yang digunakan adalah kualitatif berupa hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi pada pelaksanaankegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Darussalam. Untuk jumlah responden dalam penelitian kualitatif tergantung tentang apa yang ingin diketahui oleh seorang evaluator, tujuan dan manfaat dari evaluasi, dan beberapa suksesnya penyelenggaraan program bilingual dengan waktu dan SDM yang telah disediakan untuk menjalankan program ini. Validitas dan kedalaman arti yang dimunculkan dalam penelitian kualitatif lebih berhubungan dengan kekayaan informasi dan kecocokan suatu hal dari kasus atau sampel yang dipilih bergantung pada jumlah sampel.

E.   Teknik Pengumpulan Data

Dalam evaluasi ini, data yang akan diungkap adalah pelaksanaan program pembelajaran yang sedang akan dievaluasi dari Pondok Pesantren Modern Darussalam. Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:

1.     Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dilapangan mengenai pelaksanaan program Kurikilum di Pondok Pesantren Modern Darussalam. Metode yang duganakan pada proses ini adalah observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti dan dikeatahui oleh pihak yang diteliti. Observasi digunakan untuk memperoleh data ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana penunjang program bilingual dan pengamatan langsung mengenai pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darussalam.

 

 

 

 

Tabel 3.2

Daftar Ceklis Observasi

 

No.

 

Nama Kelas

Kategori

 

Keterangan

SB

B

KB

TB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan

SB = Sangat Baik                              KB = Kurang Baik

B   = Baik                                          TB = Tidak Baik

 

Tabel 3.3

Daftar Ceklis Obesvasi Pelaksanaan Kurikulum

 

No.

 

Nama Barang

Kategori

 

Keterangan

SB

B

KB

TB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan

SB = Sangat Baik                              KB = Kurang Baik

B   = Baik                                          TB = Tidak Baik

 

 

2.     Wawancara

Tujuan wawancara dilakukan adalah untuk mengetahui hal-hal yang sangat mendalam tentang evaluasi yang belum didapatkan atau diperoleh melalui proses observasi. Teknik wawancara yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Darussakam adalah metode wawancara semi struktur, tujuannya untuk menemukan masalah yang lebih terbuka dari pihak yang dimintai pendapatnya dan tidak terlalu barpaku pada instrument yang telah dipersiapkan seberlumnya. Sehingga melalui metode ini, diharapkan proses wawancara berlangsung dengan proses yang tidak terlalu kaku, dan dapat berkembang seiring dengan jalannya pembicaraan. Metode wawancara dalam evaluasi ini bertujusn untuk melengkapi data dari segi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dari penyelenggaraan Kurikulum di Pondok Pesantren Darussalam. Responden wawancara meliputi Direktur KMi,, Kepala Biro KMI, Bagian Kurikulum. dan guru yang lansung pengajar pada mata pelajaran Tata Negaea dan beberapa murid Pondok Pesantren Darussalam Bogor.

Tabel 3.4

Pedoman Wawancara Direktur KMI

No.

Indikator

Pertanyaan

1.

Persiapan

 

2.

Pelaksanaan

 

 

3.

Pengaruh/ Dampak

 

 

 

Gambar 3.5

Pedoman Wawancara Kepala Biro KMI

No.

Indikator

Pertanyaan

1.

Persiapan

 

2.

Pelasanaan

 

3.

Pengaruh/ Dampak

 

 

Gambar 3.6

Pedoman Wawancara Wakasek Sarpras

No.

Indikator

Pertanyaan

1.

Persiapan

 

2.

Pelaksanaan

 

3.

Pengaruh/ Dampak

 

 

 

Gambar 3.7

Pedoman Wawancara Peserta Didik

No.

Indikator

Pertanyaan

1.

Persiapan

 

2.

Pelaksanaan

 

3.

Pengaruh/ Dampak

 

 

3.Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.[28] Dengan demikian, metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data berupa catatan tentang profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guru, data warga belajar, sarana dan prasarana, hasil penyelenggaraan Kurikulum di Pesantren Modern Darussalam Bogor.

Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan yang tidak didapat dari metode observasi dan wawancara. Sehingga dokumen dapat ditampilkan sebagai gambaran tentang objek evaluasi berupa foto-foto, karya tulis, ataupun dokumen lainnya dan juga sebgai pelengkap dari kedua metode tersebut yang saling menguatkan.

No

Komponen Studi Dokumentasi yang di cetak :

Kategori

Keterangan

 

BS

B

KB

TB

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F.    Teknik Analisis Data

Menurut Boglan dan Biklen dalam moleong, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, mencari apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.[29] Data yang telah diperoleh dilapangan berupa hasil dari observasi, wawancara dan study dokumen akan dianalisa melaui suatu proses. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiono, mengemukakan bahwa aktifitas dalam menganalisis data yaitu:[30]

1.     Data reduction (Reduksi data), yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2.     Data Display (Penyajian data), dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya bedasarkan apa yang telah dipahami.

3.     ConclutionDrawing/Verification merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas, baik berupa hubungan kasual atau interaktif, hiotesis atau teori.


 

BAB 4

HASIL PENELITIAN

1.   Profil Pondok Pesantren Darussalam

     Pondok Pesantren Darussalam, didirikan pada tahun 1992 diatas tanah wakaf yang        secara yuridis formal memiliki kekuatan hukum yang tetap dari Kepala Kantor              Pertanahan Kab. Bogor (Akta Ikrar Wakaf tanggal 26-06-2002, No.       K.01/BA.02/w.2/05/VI/2002), berlokasi di kampung Bubulak Padasuka Ciomas       Bogor. Pendidikan dan Pengajarannya mengacu pada Manhaj (kurikulum) Pondok   Modern Gontor, Nasional dan Tradisional (three in one).

     Pondok Pesantren Darussalam berdiri di atas tanah seluas 6.400 m2, berlokasi di           Kampung Bubulak Desa Padasuka Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, merupakan           wakaf dari H. Harun Jazhar (almarhum). Secara geografis, letak lokasi pesantren           Darussalam dikelilingi oleh perumahan dengan radius rata-rata 150 meter dari           Pesantren.

     Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam sesungguhnya merupakan sebuah wujud     kepedulian dan tanggungjawab moral dari para alumni Pondok Modern Gontor    terhadap masalah pendidikan bagi para generasi umat, sekaligus sebagai bentuk    jawaban atas amanah, niat suci dan cita-cita dari pewakaf, serta animo, minat, dan        kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga pendidikan model pesantren.

     Dalam kerangka itulah, maka pada tahun 1993 dimulailah kegiatan belajar mengajar          dalam bentuk pesantren yang secara sistem dan kurikulum mengacu ke Pondok        Modern Gontor dan juga kepada kurikulum Pendidikan Nasional (Departemen Agama           dan Diknas).

     Sejak berdirinya hingga saat ini, Pondok Pesantren Darussalam telah meluluskan      alumninya yang kini telah berkiprah di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai        profesi dan kegiatan.

    Sebagai sebuah lembaga pendidikan pesantren yang diharapkan dapat memberikan     pelayanannya kepada masyarakat secara maksimal, Pondok Pesantren Darussalam        menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan. Terutama dalam hal penyediaan sarana belajar seperti ruang kelas dan ruang perpustakaan, demikian juga dalam      penyediaan   asrama dan lingkungan yang kondusif bagi proses pembinaan dan    pendidikan.

 

 

2.     VISI dan Misi

    Menjadi institusi pendidikan yang unggul dalam prestasi akademik (academic       achievement) maupun prestasi non-akademik (non-academic achievement), dan dapat       melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan berkualitas dengan biaya       terjangkau”

    Misi

1.    Membina dan mendidik manusia Indonesia yang berkarakter muslim, yaitu manusia muslim   yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas.

2.   Membina dan mendidik muslim Indonesia yang memiliki jiwa: keikhlasan, kesederhanaan, persaudaraan (ukhuwah), kemandirian, dan kebebasan.

3.   Dengan memiliki karakter-karakter dan kejiwaan sebagai tersebut di atas diharapkan para lulusan pesantren Darussalam dapat berperan aktif di dalam masyarakat melalui

4.   berbagai profesi dan aktifitas yang diminati dan tentunya yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

5.   Membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan sumber daya insani yang berkualitas dan berkepribadian Qur’ani.

6.   Turutserta menyediakan lembaga pendidikan yang baik dan berkualitas dengan biaya terjangkau.

Panca Jiwa Pondok Pesantren

Seluruh kehidupan di Pondok Pesantren Darussalam Ciomas Bogor didasarkan pada nilai-nilai dan dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa sebagai berikut:

1.   Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, dan santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai (para ustad) ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pesantren yang harmonis antara kyai yang dipatuhi dan santri yang taat, cinta, dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan para santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.

2.   Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pesantren diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nrimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat,yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala kehidupan.

3.   Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesangggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja dalam arti bahwa sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri – sebagai lembaga pendidikan – juga harus sanggup berdikari sehingga tidak menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.
Inilah zelf berdruiping system (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama memakai). Dalam pada itu tidak bersikap kaku, sehingga menolak orang-orang yang hendak membantu pesantren. Semua pekerjaan di dalam pesantren dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam pesantren.

4.   Jiwa Ukhuwwah Diniyah
Kehidupan di pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan. Tidak ada lagi dinding yang dapat memisahkan antara mereka, meskipun mereka berbeda aliran politik.
Ukhuwwah ini bukan saja selam mereka di dalam pesantren, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari pesantren.

5.   Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalammenentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar, masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan sesuai dengan nilai-nilai yang telah diajarkan
kepada mereka di pesantren.
Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ini seringkali kita temui unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi), berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah menggantungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada yang diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam garis-garis DISIPLIN YANG POSITIF, dengan penuh tangungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.

    Jiwa yang meliputi suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh santri sebagai bekal pokok di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga juga harus senantiasa dihidup-hidupkan, dipelihara, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

              Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam menekankan pada pembentukan     pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.Kriteria atau sifat-sifat utama ini merupakan motto pendidikan yang diterapkan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang kemudian diadopsi dan diadaptasikan ke Pondok Pesantren Darussalam Ciomas Bogor.

1.   Berbudi Tinggi
      Berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan oleh Pesantren Darussalam kepada seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yanmg paling rendah sampai yang paling tinggi. Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.

2.   Berbadan Sehat
Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam pendidikan di Pesantren Darussalam. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan dilakukan melalui berbagi kegiatan olah raga, dan bahkan ada olah raga rutin yang wajib diiukuti oleh seluruh santri  sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

3.   Berpengetahuan Luas
Para santri di pesantren ini dididik melalui proses yang telah dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari pengetahuian, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan. Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi tingi,sehinga seseorang itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk apa ia menambah ilmu.

4.   Berpikiran Bebas
Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan prinsip, teristimewqa prinsup sebagai muslim mukmi. Justru kebebasan di sini merupakan lambang kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah diterangi petunjuk ilahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.

3.     Program dan Rencana Jangka Panjang

 Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Pondok Pesantren Darussalam, dirumuskanlah rencana jangka panjang yang sekaligus merupakan program kerja, arah dan panduan dalam memelihara kesinambungan, pengembangan dan kemajuan yang ingin dicapai. Adapun program dan rencana jangka panjang itu meliputi bidang-bidang berikut:

1.   Pendidikan dan Pengajaran
Yakni berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan dan pengajaran yang ada, dari segi kualitas, kuantitas, dan kompetensi (pada lapisan pendidik maupun para lulusannya), serta jenjang/tingkatan pendidikan.

2.   Kaderisasi
Yakni penyiapan kader-kader yang akan melanjutkan usaha yang ada dan melanjutkan cita-cita Pondok Pesantren, serta amanah dari pewakaf. Misalnya  dengan berusaha membina dan mengirimkan kader-kader yang siap berkiprah di Pondok Pesantren untuk menambah dan memperluas ilmu dan pengalaman di dalam maupun di luar negeri.

3.   Pembangunan/Pergedungan
Yakni memberikan perhatian terhadap upaya pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pengajaran yang kondusif bagi para santri.

4.   Khizanatullah
Yakni penyediaan dan pengembangan berbagai unit kegiatan usaha produktif, seperti lahan persawahan/perkebunan, yang bisa dijadikan sebagai sumber dana yang dapat menutupi kebutuhan Pondok dan keberlangsungan hidupnya. Dalam hal ini Pesantren Darussalam siap menerima sumbangan dan bantuan dari berbagai pihak untuk kemudian bantuan dikembangkan demi kelangsungan dan kemajuan Pesantren.

5.   Kesejahteraan Keluarga Pondok
Yakni upaya memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang secara langsung membantu dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan dan kesinambungan pendidikan dan pengajaran di Pondok. Dengan pemberdayaan itu diharapkan mereka dapat berusaha sendiri dan tidak menggantungkan hidupnya kepada Pondok. Sesuai dengan semboyan : “Hidup-hidupilah Pondokdan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok”.

4.     Sarana dan Fasilitas 

1.   Masjid 1 bangunan
Daya tampung    : +  400 Jama’ah
Fungsi    :

1.   Untuk jama’ah shalat para santri putra dan putri

2.   Pelaksanaan shalat jum’at santri dan warga kampung Bubulak.

3.   Pengajian Kitab Kuning bagi para santri

4.   Sarana belajar bagi santri TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) dari masyarakat sekitar Pesantren.

Kebutuhan    : Fasilitas wudhu dan penampungan air.

2.   Ruang Kelas
Jumlah    : 8 ruang tertutup, 5 ruang terbuka/darurat
Kondisi    : Perlu direnovasi karena sudah berusia 10 tahun
Kebutuhan    : Saat ini masih dibutuhkan tiga ruang kelas lagi.

3.   Ruang Asrama
Jumlah    : 1 lokal asrama putri dengan 10 ruang, masing-masing ruang diisi 10-30 santri, 1 lokal asrama putra terdiri dari 7 ruang dengan daya tampung 20-28 santri/ruang

4.   Olah raga    : 1 lapangan basket, 1 lapangan badminton, 1 Lapangan mini Soccer.

5.   Kantor    :  2 lokal 4 ruangan

6.   Kediaman Guru    : 6 ruang

7.   Ruang Koperasi    : 2  ruang

5.     Pendidikan dan Pengajaran

 Selama 24 jam kegiatan santri bersifat Pendidikan dan Pengajaran, yang dibimbing dan dibina oleh guru yang berpengalaman dan bermukim bersama santri.

A. Program Intra Kurikuler :

Program Intra Kurikuler diberikan secara klasikal dengan jadwal sebagai berikut :

1.   Pkl. 07.00 – 12.20WIB

2.   Pkl. 13.00 – 15.15 WIB

B. Program Kokurikuler Ekstra Kurikuler :

1.   Latihan Pidato (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia)

2.   Latihan Pramuka

3.   Latihan Keorganisasian

4.   Kursus-kursus :

1.   Qosidah / Marawis

2.   Kaligrafi (Khot)

3.   Bahasa Arab dan Bahasa Inggris

4.   Beladiri (olah raga)

5.   Komputer

6.   Drum Band

7.   Keterampilan lainnya

 

6.     Kegiatan Belajar KMI (Kulliyat al-Mu’allimin al-Islamiyah) 

1.   Program Pendidikan
Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI Pondok Pesantren Darussalam: program reguler dan program intensif.

1.   Program Reguler.
Program ini diperuntukkan bagi siswa lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyyah, dengan masa belajar 6 tahun, yakni ditempuh dari kelas 1 berurutan sampai kelas 6.

2.   Program Intensif.
Program ini diikuti oleh siswa-siswa lulusan SMP atau Mts dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6. Kelas intensif sebenarnya hanya diselenggarakan pada kelas 1 dan 3, karena itu disebut kelas 1 intensif dan 3 intensif. Sedangkan di kelas 5 mereka belajar secara reguler bersama-sama dengan lulusan SD atau MI yang juga sudah duduk di kelas 5, demikian pula halnya yang di kelas 6.

2.   Jam Belajar
Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 7.00 WIB sampai Dhuhur dan dilanjutkan ba`da dhuhur hingga waktu Ashar. Waktu belajar dibagi menjadi 8 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 40 menit.

3.   Tujuan
Tujuan pembelajaran di KMI PonPes. Darussalam adalah mencetak santri yang mukmin muslim, taat menjalankan san menegakkan syari`at  Islam, berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan negara.

4.   Kurikulum
Sebagai usaha untuk mewujudkan visi dan misi di atas, dilaksanakanlah kegiatan pengajaran klasikal yang mengacu pada model dan sistem KMI (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) – yang cukup populer dan telah lama dilaksanakan di Pondok Modern Gontor – yang menangani pendidikan tingkat menengah pertama dan menengah atas dengan  masa pendidikan 6 tahun bagi lulusan SD dan 4 tahun bagi lulusan SLTP.
Kurikulum yang diterapkan di KMI Ponpes. Darussalam apat dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagi berikut : Bahasa Arab (semua disampaikan dalam Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah  ( kelas II ke atas, seluruh mata pelajaran ini menggunakan B. Arab), `Ilmu Tarbiyah wa al-Ta`lim (Kependidikan dan Keguruan), Bahasa Inggris, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,dan Kewarganegaraan.
Komposisi kurikulum semacam di atasditetapkan untuk tujuan tertentu. Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri kemampuan berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama Islam yang ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam Kurikulum KMI diupayakan terwujudnya keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan pengetahuan umum (Ilmu Pasti, IPA, dan IPS).
Selain itu, PonPes. Darussalam juga mengacu kepada Kurikulum Mts untuk Tingkat Menengah Pertama dan mengacu kepada kurikulum SMU untuk Tingkat Menengah Atas.
Pemaduan kurikulum yang sedemikian itu sengaja dilakukan untuk lebih memperluas wawasan pengetahuan para santri, dan untuk memberikan peluang dan kemungkinan yang lebih luas kepada para santri dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut maupun dunia profesi yang akan dipilih setelah mereka menyelesaikan pendidikan di Pesantren Darussalam.

5.   Bahasa Pengantar
Bahasa Pengajaran : Bahasa Arab untuk ilmu-ilmu bahasa dan agama, bahasa Inggris untuk materi berbahasa Inggris, dan ilmu-ilmu yang lain dengan bahasa Indonesia. Diajarkan pula bahasa percakapan (bahasa Arab dan Inggris) yang merupakan bahasa percakapan sehari-hari para santri dalam kehidupan mereka sehari-hari di dalam pondok.

6.   Tenaga Pengajar
Guru-guru yang mengajar di KMI dan membina kegiatan santri sehari-hari di pondok sebagian besar adalah alumni Pondok Modern Gontor dan Pesantren Alumni Gontor yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjana dan bahkan Magisternya di perguruan tinggi negri maupun swasta, dan sebagian lagi merupakan alumni Pesantren Darussalam sendiri dan alumni pesantren salafi.

7.     Program Peningkatan Kompetensi Santri (Khusus Siswa Akhir) 

1.   Amaliyat al-Tadris (Praktek Mengajar)
Sebagai bekal menjadi guru dan dalam rangka peningkatan kompetensi, setiap santri kelas VI (kelas akhir) diberi tugas membantu mengajar adik kelasnya pada pelajaran sore di kelas (sesudah dhuhur hingga ashar). Selanjutnya setiap akhir semester, mereka diwajibkan mengikuti program praktek mengajar dengan diawasi oleh guru senior sebagai pembimbing serta siswa kelas VI yang lain. Sebelum praktek mengajar dilaksanakan mereka diberi pengarahan dan wajib membuat persiapan mengajar. Seusai praktek mengajar diadakan evaluasi bersama dibawah bimbingan guru senior.

2.   Fath al-Kutub (Kajian kitab-kitab klasik)
Program ini diperuntukkan bagi santri kelas akhir (setingkat kelas III SMU/Aliyah). Masalah-masalah yang diberikan sebagai tugas bahasan dan kajian meliputi persoalan-persoalan dalam Hadis, Fiqh, Tafsir, dan Aqidah. Kegiatan ini dibimbing oleh guru-guru senior yang sekaligus mengoreksi dan mengevaluasi laporan hasil kajian.

3.   Fath al-Mu’jam (Membuka kamus Bahasa Arab)
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan bahasa berbahasa Arab santri, terutama ketrampilan mengaplikasikan ilmu sharf dan nahwu.

4.   Rihlah Iqtishadiyah (Economic Study Tour)
Yakni program pendidikan kewiraswastaan yang diberikan kepada siswa kelas VI (kelas akhir) sebagai bekal mereka sebelum  berkiprah di masyarakat. Kegiatannya berupa pemberian wawasan tentang kewirausahaan dan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa industri kecil di sekitar Bogor.

5.   Penulisan Karya Ilmiah
Sebagai upaya peningkatan keilmuan dan ketrampilan tulis-menulis, setiap santri kelas akhir ditugaskan membuat karya ilmiah tentang berbagai persoalan keagamaan dan kemasyarakatan.

8.     Aktifitas dan Kegiatan Santri

 

1.   Jadwal Kegiatan Harian :
04.00 – 04.30    : Bangun tidur
04.30 – 05.00    : Shalat Shubuh dan membaca al-Qur’an
05.00 – 06.00    : Penyampaian kosa kata bahasa Arab/Inggris
06.00 – 06.30    : Mandi dan sarapan
06.30 – 07.00    : Persiapan masuk kelas
07.00 – 12.00    : Belajar formal di kelas
12.00 – 13.00    : Sholat Dzuhur dan makan siang
13.00 – 13.45    : Istirahat
13.45 – 14.00    : Persiapan masuk kelas
14.00 – 15.15    : Masuk kelas
15.15 – 16.00    : Shalat Ashar dan membaca al-Qur’an
16.00 – 17.00    : Olah raga
17.00 – 18.00    : Pengajian kitab kuning
18.00 – 20.00    : Shalat Maghrib dan pengajian kitab kuning
20.00 – 20.20    : Shalat Isya
20.20 – 20.40    : Makan malam
20.40 – 22.00    : Belajar malam
22.00 – 04.00    : Istirahat (tidur)

2.   Kegiatan Rutin Mingguan

1.     Latihan Kepramukaan.
Dilaksanakan setiap hari minggu mulai Ba’da dzuhur hingga ba’da ashar, dan wajib diikuti oleh semua santri.

2.     Latihan Beladiri.
Dilaksanakan seminggu sekali pada hari sabtu sore.

3.     Latihan Pidato dalam 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam seminggu, malam hari dan sore hari.

4.     Ketrampilan Keputrian
Kegiatannya berupa pengenalan tentang berbagai ketrampilan yang terkait dengan dunia keputrian, dan dikhususkan untuk santri putri.

3.   Kegiatan Berorganisasi
Untuk melatih jiwa kepemimpinan dan kemampuan keorganisasian para santri, dibentuklah dua organisasi: Organisasi Santri Darussalam (OSADA), dan Organisasi Kepramukaan (Gugus Depan Khusus Islam). Keberadaan kedua jenis organisasi itu juga cukup berperan dalam membantu Pesantren dalam melaksanakan program-program yang bersifat ekstra kurikuler, dan dalam hal penegakan disiplin yang harus ditaati oleh para santri. Masa kepengurusan untuk masing–masing organisasi adalah 1 tahun.

4.   Kursus dan Pelatihan (Bersertifikat)

0.                           Kursus dan Pelatihan Calon Pembina Pramuka
Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali dan harus diikuti oleh semua santri kelas lima. Pelaksanaannya bekerjasama dengan kwarcab Bogor.

1.                           Kursus Komputer

2.                           Kursus Ketrampilan Kaligrafi

3.                           Latihan Dasar Kepemimpinan

 

 

7.    Pengelolaan kurikulum Tata Negara

C. Kurikulum Tata Negara

4.   Pengertian dan Tujuan

Tata negara merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Pondok Pesantren Darussalam yang di adopsi dari kurikulum pondok pesantren Darussalam gontor. Pelajaran tata negara di sesuaikan dengan dengan tujuan kulikuler yang di tetapkan oleh tim sylabus Kulliyatul Muallimun Al-islamiyyah Pondok modern Gontor. antara lain :

a)  Siswa mengenal ideologi dasar, unsur-unsur, bentuk negara, hak dan kewajiban warga negara dan UUD Negara Republik Indonesia. Serta dapat membandingkannya dengan negara lain.

b)  Siswa mengetahui perkembangan negara dengan pengertian yang luas

c)  Siswa memahami teori, aturan kenegaraan dan kedaulatan serta mengenal politik negara[31].

Secara umum antara pelajaran Tata Negara dan Kewarganegaraan memiliki kesamaan dalam teori dan materi yang di ajarkan yaitu mengenalkan pentingnya nilai-nilai kenegaraan dalam kehidupan sosial serta norma-norma kehidupan. Chamim mengutip  dalam  buku  Pendidikan  Kewarganegaraan  berbasis  Nilai bahwa  pendidikan  kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia  berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan prilaku, yang menjunjung  tinggi demokrasi, sehingga  terwujud  warga  masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera dan demokrasi[32].

5.   Materi

Mata Pelajaran Tata Negara ini mencakup pengertian negara pada umumnya seperti yang diuraikan oleh asas-asas hukum tata negara dan pokok-pokok    pengertian hukum yang diuraikan oleh pengetahuan ilmu hukum secara singkat.

Berdasarkan pengertian-pengertian dasar tersebut dijelaskan mengenai bentuk negara dan pemerintahan seperti yang diatur oleh UUD 1945 . Konstitusi RIS dan UUDS beserta sedikit pelaksanaannya.

Kemudian disoroti juga secara sepintas mengenai wilayah dan warga negara beserta hak-hak sosial politik dan sedikit tentang pemilihan umum sebagai sosok guru Demokrasi Pancasila.

Akhirnya diuraikan juga lembaga-lembaga internasional dalam kaitannya dengan politik bebas aktif Negara Republik Indonesia.[33]

Sistematita dari GPPN Tata negara dapat di gambarkan sebagai berikut

Tata Negara Umum :

-       Pengertian ilmu negara dan tata negara beserta pengertian negara itu sendiri

-       Unsur-unsur negara

-       Teori-teori tujuan negara

-       Bentuk negara dan bentuk pemerintahan

Hukum umum :

-       Norma-norma hukum

-       Pengertian hukum

-       Tata hukum

-       Sumber hukum

-        

Pelajaran tata negara di ajarkan kepada siswa siswi kelas 4, 5, dan 6 KMI di Pondok Pesantren Darussalam. Pelajaran ini cenderung mengajarkan siswa pengetahuan tentang negara, warga negara, dan hubungan negara dan warga negara, serta masalah-masalah politik dan hukum ketatanegaraan pada umumnya serta pengetahuan ketatanegaraan dan hukum ketatanegaraan Indonesia pada khususnya. Sebagian kecil materi pelajaran ini bersinggungan dengan materi pelajaran Sejarah dan PPKn, khususnya yang menyangkut tinjauan historis ketatanegaraan Indonesia, tata hukum negara Indonesia, demokrasi Pancasila, serta organisasi dan kerja sama internasional.

Namun dalam pembelajaran, pelajaran Tata Negara ini cenderung murni bersifat pengetahuan dengan mengabaikan aspek nilai-nilai dan sikap serta keterampilan kewarganegaraan siswa. Guru Tata Negara pun cenderung mengajarkannya melalui ceramah dan pemberian beberapa tugas dengan pendekatan pemberian materi bersifat konseptual. Keadaan ini menurut guru Tata Negara banyak disebabkan oleh objek negara yang dipelajari dalam Tata Negara cenderung dalam sifatnya yang statis.

Adapun materi-materi yang di ajarkan dalam pelajaran tata negara sesuai kelas nya  :

Kelas 4 KMI :

Kelas 5 KMI :

a.   Latar belakang lahirnya Republik Indonesia

b.   Dinamika ketatanegaraan Indonesia

c.   Ketatanegaraan Indonesia

d.   Negara hukum Republik Indonesia

e.   Demokrasi Indonesia

f.    Kewarganegaraan Indonesia.[34]

 

 

 

Kelas 6 :

a.   Hubungan internasional

b.   Perjanjian Internasional

c.   Polotik internasional Indonesia yang bersifat aktif

d.   Organisasi dan Lembaga internasional

e.   Masalah dan ruang lingkup politik

3.  Manajemen Kurikulum Tata Negara

    Kebijakan yang digunakan Pondok Pesantren Darussakam pada kurikulum yaitu kurikulum Muadalah pondok pesantren yang dikeluarkan oleh Kemenag dan pondok Pesantren. Di pondok pesantren Darussalam kurikulum ini yang mendominasi adalah kurikulum Muadalah KMI (kulliyatul Muallimin al-Islamiyah).

Pengelolaan kurikulum Mata pelajaran Tata Negara melibatkan banyak pihak terutama guru mata pelajaran. Setiap guru mengemban tanggung jawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, penilaian, sejauh mana keterlibatan guru akan turut menentukan keberhasilan pembelajaran.

Pada bagian ini, fokus analisis terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

Perencanaan

Kegiatan perencanaan kurikulum dimulai dengan merumuskan visi misi dan tujuan dari pelajaran tersebut, karena sesungguhnya kurikulum merupakan penjabaran dari rumusan visi, misi dan tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum mengemban tugas dari sebuah Mata Pelajaran dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

1. Sosialisasi Mata Pelajaran Tata Negara

Mata pelajaran Tata Negara pertama kali di ajarkan setelah pondok pesantren Darussalam berganti kurikulum dari kurikulum pesantren ke kurikulum muadalah melalui SK PMA no. 32 tahun 2020. Dari sini lah cikal bakal pondok pesantren Darussalam menerapkan kurikulum yang bermanhaj ke pondok pesantren Darussalam Gontor.

2. Proses penyusunan kalender pendidikan

              Kalender pendidikan disusun sebelum memasuki tahu ajaran baru atau menyesuaikan dengan waktu turunya kalender pendidikan dari kemenag provinsi Jawa Barat. Penyusunan kalender pendidikan dilakukan pada kegiatan rapat kurikuler yang di pimpin oleh kepala Biro Pengasuhan. Penyesuaian kalender pendidikan mengacu kepada hari-hari yang sudah di tetapkan oleh pemerintah, seperti minggu efektif belajar, jeda tengah semester, jeda antara semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur nasional, hari libur khusus, dan kegiatan khusus Pondok Pesanten, sehingga Pondok tidak serta merta menetapkan hari pelaksanaan ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester, melainkan mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh kementrian agama provinsi Jawa Barat. Kalender pendidikan yang sudah tersusun selanjutnya disebarluaskan kepada guru-guru dan orang tua siswa dalam rapat untuk mengetahui kegiatan sekolah satu tahun kedepan.

Pada penyusunan kalender pendidikan belum nampak jadwal kegiatan kepala sekolah untuk melakukan supervisi akademik seperti kunjungan kelas, dan obervasi kelas, dan workshop yang berkaitan dengan pembelajaran.

Pelaksanaan Kurikulum

Pada proses pelaksanaan guru memiliki peran utama, peran tersebut seharusnya di dikukung sebagai wujud penerapan kurikulum secara optimal, uapaya yang dilakukan guru sebagai pelaksana proses pembelajaran yaitu :

1)                                          Penyusunan Program Tahunan

                   Program tahunan merupakan rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran untuk mencapai kompetensi inti, kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum, prota berdasakan kurikulum Muadalah. merupakan program umum pembelajaran untuk setiap kelas dan di kembangkan oleh guru. Prota tersebut sebagai rencana umum pelaksanaan pembelajaran setelah di ketahui jumlah jam pelajaran efektif dalam satu tahun. Prota perlu dipersiapkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program semester. Program tahunan di tentukan setelah adanya evaluasi kegiatan pembelajaran dari tahun sebelumnya, selanjutnya, dicermati kembali apakah kegiatan yang dilakukan tahun lalu dilaksanakan kembali di tahun berikutnya, semua program tahunan berisi semua agenda yang akan dilaksanakan di lembaga pendidikan tersebut termasuk acara kenaikan kelas, pentas seni, serta acara latihan dasar kepemimpinan (LDK). Dalam menyusun program tahunan hendaknya guru mendapat bimbingan dari kepala madrasah dan pengawas. Realitanya guru-guru tidak mendapat bimbingan dari pihak manapun, namun meskipun tidak ada bimbingan nampaknya penyusanan Prota ini sudah berjalan dengan baik hal ini terbukti dari penyusunan prota yang sudah sesuai dengan standar.

2)                                          Penyusunan Program Semester

Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum Prota, penyunan program semester dilakukan oleh guru kelas maupun guru bidang studi. Program semester dibuat untuk memperhitungkan jumlah materi dalam satu semester beserta alokasi waktunya. Sehingga memudahkan guru dalam mencapai target pembelajaran yang efektif adan efisien. Namun dalam program semester ini terdapat kekurangan yakni program remedial yang di tempatkan di akhir tidak di setiap beberapa pokok bahasan.

3)                                           Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus.

Dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru harus di persiapkan dengan matang mulai dari kesiapan diri guru itu sendiri hingga kesiapan administrasi guru yang dapat dilihat dari kelengkapannya salah satuan administrasi yang harus disiapkan oleh guru agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik melalui kesiapan RPP. Sementara silabus yang di gunakan berasal dari Buku panduan kurikulum pengajaran Gontor. Bedanya pondok pesantren dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran jika si sekolah formaal RPP di buat untuk jangka satu tahun guru-guru di pesantren membuat RPP permata pelajaran dalam setiap hari dalam buku I’dad liltadris dan di tanqih ke bag. Pengajaran KMI. Tanqih tersebut adalah upaya dari bag. pengajaran KMI untuk mengecek kesiapan guru dalam mengajar materi agar proses pembelajaran dalam berjalan secara sesuai silabus dan mencapai target tahunan sesuai prota dan prosem yang di buat oleh pondok Pesantren Darussalam.

 

Namun dalam perjalanannya masih terdapat guru yang tidak membuat i’dad litadris dan hanya berpegang pada buku paket saja sehingga pengencekan RPP pun tidak berjalan dengan maksimal.

 

9.     Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran Tata Negara yang dilakukan Pondok Pesantren Darussalam adalah penilaian hasil belajar. Adapun Penilaian hasil belajar tingkat kelas yang di dilakukan guru mata pelajaran Tata Negara meliputi:

a)                                             Penilaian Proses

Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung, yakni saat guru telah menyelasaikan satu KD mata pelajaran. Adapun penilaian proses yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut adalah

b)                                             Penilaian Hasil

·                                                          Ulangan Harian

Ulangan harian yaitu bentuk evaluasi yang diberikan pada siswa setelah selesai mengajar beberapa pokok bahasan. Diberikan dalam bentuk ujian tulis,diakusi. Hal ini bertjuan untuk mengukur pemahaman dan ingatan serta penguasaan siswa tentang materi beberapa pokok bahasan sekaligus yang kadang digunakan untuk latihan mengerjakan soal ualangan umum/semester.

·                                                          Ulangan Umum Mid / Tengah semester

Ulangan mid semester tengah semester dilaksanakan Pondok Pesantren Darussalam pada mata pelajaran Tata Negara dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah di sampaikan. didalam pelaksanaan umum mid semester tidak ada ujian lisan, sebab ujian lisan diberikan kepada siswa ketika pelaksanan ujian semester ganjil dan genap saja berarti dalam satu tahun dua kali yang termasuk materi yang tertulis mata pelajaran PAI adalah fikih, SKI, akidah ahlak, dan quran hadits. adapun soal dibuat oleh guru mata pelajaran masing-masing, bentuk soal berpareasi terdiri dari pilihan ganda, uraian dan essay.

·                                                           Ulangan Akhir Semester (UAS)

Ulangan umum semester yang dilakukan di Pondok pesantren Darussalam pada mata pelajaran Tata Negar dilaksanakan dengan cara ujian tulis. Adapun soal-soal ujian di buat oleh guru-guru mata pelajaran tersebut.



[1] Nurkholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina), 1997, hlm. 24.

[2] Jalaludddin, Kapita Selekta Pendidikan. (Jakarta: Kalam Mulia), 1990, hlm. 45.

[3] Mujamil Qomar. Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jogja: Glora Aksara Pratama), 2015, hlm. 30.

[4] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan Nasional) Kurikulum 1986. Hal 1

[5] Tata Negara jilid 3 untuk SMA. Kurikulum 1984/GBPP 19887. Acchmad roestandi. Hal 5

[6] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan Nasional) Kurikulum 1994. Hal 1

[7] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan Nasional) Kurikulum 1986. Hal 1

[8] Strategi Pembelajaran. Suatu pendekatan bagaimana meningkatkan kegiatan belajar siswa secara transformative, Haidir dan salim. Kelompok penerbit perdana mulya sarana. Medan hal 97

[9] Model dan metode pembelajaran di sekolah, Muhamad Afandi, S.Pd., M.Pd. UNISSULA PRESS 2013

[10] ibid

[11] Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2018), Cet. 2, h. 21

[12] Ibid

[13] Rusman op. cit

[14] bid, h. 28

[15] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), h.136

[16] Rusman, op. cit., h. 57    

[17] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 141 –147

[18] Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 71

[19] Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, (Bandung: Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 94.

[20] Ibid, h. 105

[21] Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, op. cit, h. 238

[22] S. Hasan Hamid, Evaluasi Kurikulum , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.

[23] Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek , op. cit., h. 179-180

[24] Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, op. cit, h. 112 - 114

 

[25] Lexy J.  Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edidsi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.4

[26] Ibid.

[27] H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana,2007), h.68

[28] H.M..Burhan Bungin, Op.Cit.h. 121

[29] Lexy J. Moleong, Op.cit., h. 248

[30] Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 337-345

[31] Bagian penelitian dan pengembangan kurikulum KMI TATA NEGARA 2 Pondok Modern Darussalam Gonotor. Ponorogo Jawa Timur. Darussalam Press 2011

[32] Ine dan Markum, Op. cit., h. 40.

[33] Kurikulum Sekolah menengah Umum.

[34] Bagian penelitian dan pengembangan kurikulum KMI TATA NEGARA 2 Pondok Modern Darussalam Gonotor. Ponorogo Jawa Timur. Darussalam Press 2011

Read more...