Keberadaan pesantren sebagai institusi pendidikan
tertua di Indonesia merupakan
suatu fakta yang tidak terbantahkan. Eksistensinya sebagai institusi tidak hanya identik
dengan nama ke-Islaman, tetapi
juga mengandung makna indigenous (keaslian) Indonesia[1].
Pandangan ini merupakan pandangan umum, karena di samping sebagai institusi Islam, pesantren juga merupakan lembaga ritual, lembaga
pendidikan moral, juga lembaga dakwah.
Dalam
sejarah perjalanan eksistensinya, pesantren memberikan kontribusi yang relative
besar terhadap bangsa ini. Khususnya dalam bidang keilmuan maupun bidang
kepemimpinan. Jalaludin setidaknya mencatat dua kontribusi, yaitu: melestarian
dan melanjutkan sistem pendidikan
rakyat dan mengubah sistem pendidikan
yang aristokratis menjadi demokratis[2].
Disamping itu, kontribusi yang cukup jelas adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam tataran porsi yang cukup seimbang
yakni baik moral maupun material, dan juga ikut serta memberikan sumbangsih
yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pesantren dari masa ke
masa senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan pemikiran pengelola
pesantren. Bahwa pesantren harus
relevan dan sesuai dengan dan pencapaian tujuan pesantren. Serta pandangan luas
masyarakat terhadap lembaga pendidikan ini, sebagian dari meraka menyadari
merencanakan dari perubahan tersebut, tetapi ada juga yang terjebak kedalam
perubahan tanpa ada perencanaan apapun selain kuatnya tekanan dari luar.
Perubahan ini menarik perhatian para peneliti. Mereka memandang dari perspektif
yang berlainan. Sehingga proporsi yang dilahirkan juga berlainan bahkan
kontras. Secara garis besar, pandangan
mereka dapat di kelompokan menjadi dua kubu yang bertentangan[3].
Beberapa
survey memberi pandangan negative terhadap pesantren. Yakni pesantren di anggap
sebagai lembaga keterbelakangan, puncak kultur
kolot, kehidupannya hanya berkutat pada “kuburan” dan “ganjaran” bahkan
ada yang meyakini bahwa pesantren dapat membahayakan generasi muda umat dan generasi bangsa.
Pandangan dari hasil survey lainnya
memberikan penilaian yang berbeda. Pesantren dipandang selalu peka dengan
tuntutan zaman. Berperan dalam pembangunan pendidikan dan aspek-aspek lainnya.
Heterogenitas
pesantren simbol adanya perubahan berarti. Kegiatan
makin padat berorientasikan kemasyarakatan.
Pondok pesantren
Darussalam merupakan sebuah lembaga islam yang berada di kabupaten bogor yang
berorientasikan kepada pendidikan agama islam.
Genap 28 tahun Pondok Pesantren Darussalam Bogor telah
berdiri. Upaya, usaha, kerja keras, dan perjuangan tidak kenal lelah telah
dilaksanakan oleh pimpinan Pondok Pesantren Darussalam serta tekad yang teguh
oleh pejuang lainnya yang tulus serta ikhlas memperjuangkan Pondok Pesantren
Darussalam Bogor. Sistem yang diterapkan di Pondok
Pesantren Darussalam Bogor menganut dan berkiblat ke Pondok Modern Darussalam
Gontor, yaitu Kulliyatu-l-Mu'allimin-Al-Islamiyah
(Penyemaian guru-guru Islam) dimana santri dididik bukan hanya untuk
mengaji, melainkan mendalami dan mempraktekkannya pada kehidupan sehari-hari.
Santri tidak hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas, namun juga
diberikan pendidikan berupa mengurus sebuah organisasi, mengikuti kegiatan
ekstrakurikul
Sebagai usaha
untuk mewujudkan visi dan misi di atas, dilaksanakanlah kegiatan pengajaran
klasikal yang mengacu pada model dan sistem KMI (Kulliyatul Muallimin
al-Islamiyah) – yang cukup populer dan telah lama dilaksanakan di Pondok Modern
Gontor – yang menangani pendidikan tingkat menengah pertama dan menengah atas
dengan masa pendidikan 6 tahun bagi lulusan SD dan 4 tahun bagi lulusan
SLTP.
Kurikulum yang diterapkan di KMI Ponpes. Darussalam apat dibagi menjadi
beberapa bidang studi sebagi berikut : Bahasa Arab (semua disampaikan dalam
Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah ( kelas II ke atas, seluruh mata
pelajaran ini menggunakan B. Arab), `Ilmu Tarbiyah wa al-Ta`lim (Kependidikan
dan Keguruan), Bahasa Inggris, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, dan Kewarganegaraan.
Komposisi kurikulum semacam di atasditetapkan untuk tujuan tertentu.
Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri kemampuan berbahasa
Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah
pemikiran Islam. Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media
komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan
agama Islam yang ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam Kurikulum KMI diupayakan
terwujudnya keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah
Islamiyah) dan pengetahuan umum (Ilmu Pasti, IPA, dan IPS).
Selain itu, PonPes. Darussalam juga mengacu kepada Kurikulum Mts untuk Tingkat
Menengah Pertama dan mengacu kepada kurikulum SMU untuk Tingkat Menengah Atas.
Pemaduan kurikulum yang sedemikian itu sengaja dilakukan untuk lebih memperluas
wawasan pengetahuan para santri, dan untuk memberikan peluang dan kemungkinan
yang lebih luas kepada para santri dalam memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut maupun dunia profesi yang akan dipilih setelah mereka menyelesaikan
pendidikan di Pesantren Darussalam.
Tata Negara merupakan
salah satu pelajaran yang di ajarkan di pondok pesantren Darussalam. Tata Negara merupakan mata pelajaran yang menjadi bagian
dari kurikulum pendidikan Nasional yang hanya di ajarakan di tingkat di SLTA.
Mata pelajaran ini masuk kedalam program pelajaran pilihan bukan mata pelajaran
Utama. Pelajaran ini diajarkan untuk kelas 2 dan 3 SMA pada GBPN (Garis Besar
Pendidikan Nasional) dalam program studi Ilmu Sosial kurikulum Tahun 1986.
dalam konteks kurikulum sekarang ini berubah nama menjadi pendidikan
kewarganegaraan. Mata pelajaran tata negara di sekolah menengah umum
merupakan pembelajaran yang memuat hukum yang mengatur
persoalan-persoalan susunan,kekuasaan, dan fungsi-fungsi lembaga. Baik secara
masing-masingmaupun dalam hubungannya antara satu sama lain. Serta dasar-dasar
negara dan dasar-dasar hukum yang melandasi esensi antara pemerintah dengan
warga negara, dalam penyelenggaraan republik indonesia dan hubungan negara
dengan dunia internasional menurut Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan latar belakangmasalah di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian ilmiah dengan judul ’’PENGELOLAAN KURIKULUM TATA NEGARA DI
PONDOK PESANTREN DARUSSALAM’’
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini penulis rumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan kurikulum Tata Negara di Pondok Pesantren Darussalam Bogor?
2. Bagaimana Pelaksanan Kurikulum Tata Negara Pondok Pesantren Darussalam Bogor?
3. Bagaimana Evaluasi Kurkulum Tata Negara Pondok Pesantren Darussalam Bogor?
1. Untuk mengetahui Perencanaan Kurikulum Tata Negara di Pondok Pesantren Darussalam Bogor.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum Tata Negara diPondok Pesantren Darussalam Bogor.
3. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum Tata Negara diPondok Pesantren Darussalam Bogor.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil adalah:
Hasil penelitian dapat menyumbangkan khazanah keilmuan dan
wawasan dalam bidang pendidikan, utamanya dalam Satuan Pendidikan
Muadalah dan
pengaruhnya dalam daya saing lulusannya.
Menambah pemahaman terkait Satuan Pendidikan Muadalah agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang
diselenggarakan terutama pada masalah pengembangan kurikulumnya.
b.
Bagi
Mahasiswa
1)
Mengetahui
kurikulum Tata Negara di Satuan Pendidikan Muadalah di Pondok Pesantren Darussalam.
2)
Hasil
penelitian dapat dijadikan kajian oleh peneliti selanjutnya.
c.
Bagi Peneliti
Menambah
khazanah keilmuan mengenai kurikulum Tata
Negara di Pondok Pesantren Darussalam.
Untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang objek penelitian agar tidak terjadi kekeliruan
dalam memahami maksud dan tujuan. Maka penulis menggambarkan sebuah kerangka
teori yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu sebagai berikut:
Perencanaan
kurikulum |
Pelaksanaan
kurikulum |
Evaluasi
Kurikulum |
Gambar 1.1
Kerangka Teori
Adapun sistematika penulisan dalam menyusun skripsi ini
adalah:
Bab I, Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian relevan, kerangka
teori, dan sistematika penulisan.
Bab II, Tinjauan Pustaka memuat landasan teori, kerangka
berpikir, dan
pengajuan hipotesis.
Berisi deskripsi teori, berupa teori-teori yang relevan yang dapat digunakan
untuk menjelaskan apa yang akan diteliti serta sebagai dasar untuk memberi jawaban
sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan.
Bab III, Metode Penelitian yang meliputi waktu dan lokasi
penelitian, desain
penelitian, populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV, Hasil dan Pembahasan hasil penelitian, yang meliputi profil
lokasi penelitian, deskripsi data, dan analisis atau pembahasan hasil penelitian.
Bab V, Bab terakhir yang mencangkup
simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan Tujuan Tata Negara
Tata Negara merupakan mata pelajaran yang menjadi bagian dari kurikulum
pendidikan Nasional yang hanya di ajarakan di tingkat di SLTA. Mata pelajaran
ini masuk kedalam program pelajaran pilihan bukan mata pelajaran Utama. Pelajaran
ini diajarkan untuk kelas 2 dan 3 SMA pada GBPN (Garis Besar Pendidikan
Nasional) dalam program studi Ilmu Sosial kurikulum Tahun 1986. dalam konteks
kurikulum sekarang ini berubah nama menjadi pendidikan kewarganegaraan.
Mata pelajaran tata negara di sekolah menengah umum merupakan
pembelajaran yang memuat hukum yang mengatur persoalan-persoalan
susunan,kekuasaan, dan fungsi-fungsi lembaga. Baik secara masing-masing maupun
dalam hubungannya antara satu sama lain. Serta dasar-dasar negara dan
dasar-dasar hukum yang melandasi esensi antara pemerintah dengan warga negara,
dalam penyelenggaraan republik indonesia dan hubungan negara dengan dunia
internasional menurut Pancasila dan UUD 1945.
Pengajaran Tata Negara berfungsi sebagai Wahana Untuk :
A. Mengembangkan wawasan dan pemahaman siswa tentang tata kehidupan
berbangsa dan bernegara di Negara Republik Indonesia.
B. Membina kemampuan siswa untuk berperan serta secara loyal, aktif dan
kreatif dan konstruktif dalam kehidupan kenegaraan RI yang di landaskan Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan Mata Pembelajara Tata negara adalah :
a.
Siswa memahami dasar dasar umum
ketatanegaraan, dasar-dasar kenegaraan Republik Indonesia serta lembaga-lembaga
Internasional dan Perjanjian hubungan hubungan Internasional[4].
b.
Pengajaran Tata Negara Bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan berperan serta dalam tata
penyelenggaraan negara sesuai dengan tata kelembagaan negara, tata peradilan,
system pemerintahan negara Republik Indonesia, serta system politik negara,
hubungan dan hukum internasional, menurut Pancasila dan UUD 1945.
c.
Agar siswa memahami dan mennyadari
pentingnya norma-norma hukum ysng berlaku dalam suatu negara tertentu atau
lebih jauh lagi secara internasional melalui pengamatan, klasifikasi, dan
komunukasi.[5]
Ruang lingkup bahan kajian Tata Tegara meliputi :
i.
Hakekat dan terjadinya Negara
ii.
Prinsip-prinsip negara dan Pemerintahan
iii.
Bentuk Negara, Pemerintahan, dan Sistem
demokrasi.
iv.
Sistem Pemerintahan Republik Indonesia
sejak Proklamasi 1945.
v.
System Demokrasi dan hak azasi manusia
serta kewarganegaraan Indonesia
vi.
System Hukum Nasional.
vii.
Hubungan dan Hukum Internasional.
viii.
Lembaga-Lembaga Internasional[6].
Tujuan dari
pembelajaran tata negara dalag agar
Mata Pelajaran Tata
Negara ini mencakup pengertian negara pada umumnya seperti yang diuraikan oleh
asas-asas hukum tata negara dan pokok-pokok pengertian hukum yang
diuraikan oleh pengetahuan ilmu
hukum secara singkat.
Berdasarkan pengertian-pengertian dasar tersebut dijelaskan
mengenai bentuk negara dan pemerintahan seperti yang diatur oleh UUD
1945 . Konstitusi RIS dan UUDS beserta sedikit pelaksanaannya.
Kemudian disoroti juga secara sepintas mengenai wilayah dan warga negara beserta hak-hak sosial
politik dan sedikit tentang pemilihan umum sebagai sosok guru Demokrasi Pancasila.
Akhirnya diuraikan juga lembaga-lembaga internasional dalam
kaitannya dengan politik bebas aktif Negara Republik Indonesia.[7]
Sistematita dari GPPN Tata negara dapat di gambarkan sebagai berikut:
Tata Negara Umum :
-
Pengertian ilmu negara dan tata negara
beserta pengertian negara itu sendiri
-
Unsur-unsur negara
-
Teori-teori tujuan negara
-
Bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Hukum umum :
-
Norma-norma hukum
-
Pengertian hukum
-
Tata hukum
-
Sumber hukum
Tata Negara Indonesia
-
- Proklamasi dan UUD 1945
-
- Periode 1945-1949 (UUD 45)
-
- Periode 1949- 1950 (Konstitusi RIS)
-
- Periode 1950-1959 (UUDS)
-
- Periode 1959-1966 (UUD 1945)
-
Hubungan Indonesia dengan luar negri serta organisasi-organosasi
Internasional
Macdonald (1968:512) mendefinisikan strategi sebagai : the art of
carring out a plan skillfully. Strategi merupakan suatu seni untuk
melaksanakan sesuatu secara baik dan
terampil. Itulah sebabnya strategi pembelajaran dipakai suatu seni untuk
membawa peserta didik kedalam suasana pembelajaran dan berada pada posisi yang
menguntungkan.
Seels dan richey (1994:31) memberikan definisi strategi sebagai :instructional strategies
are specification for selecting and sequencing event and activities within a
lasson. Sejalan dengan pendapat tersebut. Berdasarkan teori diatas strategi di
artikan sebagai suatu rencana tinfakan, metode, atau serangkaian aktifitas yang
dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ada dua hal yang harus dilakukan guru untuk mencapai tujuan pendidikan
yang di inginkan. Pertama, rencana Tindakan (serangkaian Tindakan). Bai
penggunaan metode ataupun pemanfaatan sumber daya yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Pengertian secara implisit bahwa perencanaan suatu strategi baru
berada pada tingkat rencana kerja belum sampai pada Tindakan. Kedua. Penyusunan
strategi dilakukan pencapaian pendidikan pada tingkat tertentu. Dengan
demikian, seluruh aktivitas yang dilakukan guru, misalnya penetaoan metode,
pemanfaatan sumber dan media belajar, mengorganisasi materi, dan sampai pada
penilaian (evaluasi) adalah untuk pencapaia tujuan.
Sedangkan apabila diartikan secara luas ,strategi dapat mencakup antara
lain: 1) metode 2) pendekatan 3) pemilihan sumber-sumber (termasuk media yang
digunakan dalam belajar) 4) pengelompokan audience, atau peserta didik, dan 5)
pengukuran keberhasilan. Secara umum strategi mengandung pengertia sebagai
garis-garis besar Haluan untuk bertindak dalam usaha pencapaian sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan kegiatan belajar-mengajar, maka strategi
dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-peserta didik dalam
mewujudkan kegiatan yang kompleks dan membuat metode dan media pembelajaran.[8]
Menuruh Djamarah dan zain (1997:5)
menyatakan ada 4 strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi
hal-hal berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian peserta didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih system pendekatan belajar
memnmgajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur , metode, dan Teknik pembelajaran yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat di jadikan pegangan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedomanoleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kerja kegiatan belajar mengajar yang selajutnya akan dijadikan
umpan balik untuk penyempurnaan pembelajaran.
Dengan demikian sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam
kelas, terlebih dahulu mengidentifikasi beberapa hal yang penting berdasarkan
kegiatan dan tujuan pembelajaran agar mencapai hasil yang sesuai denga napa
yang ditetapkan.
Beberapa Alternatif Metode Pembelajaran yaitu :
1.
Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran di
mana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada
peserta didik, pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh
guru. (Depdiknas, 2010: 24). Menurut Killen dalam depdiknas (2010: 23)
pembelajaran langsung atau Direct
Instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori
(pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya
melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas.
Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru, dalam hal ini guru
menyampaikan isi materi pelajaran yang sangat terstruktur.mengarahkan kegiatan peserta
didik,dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Depdiknas (2010: 23) menyebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran
langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik.
Beberapa temuan dalam teori perilaku di antaranya adalah pencapaian
peserta didik yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh peserta didik
dalam belajar atau mengerjakan tugas dan kecepatan peserta didik untuk berhasil
dalam mengerjakan tugas sangat positif.
Model Pembelajaran Langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan
belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Guru berperan
sebagai penyampai informasi, dalam melakukan tugasnya guru dapat menggunakan
berbagai media. Informasi yang disampaikan dengan strategi direktif dapat
berupa pengetahuan prosedural. yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
sesuatu) atau pengetahuan deklaratif (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi[9].
Dari pengertian di atas pembelajaran pada Mata
pelajaran tata negara bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
bernegara dan agar para siswa tahu mengenai Hak dan kewajiban warga negara.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diadopsi dari istilah
Inggris Problem Based Instruction (PBI).
Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Dewasa ini, model pembelajaran ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada
mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri (Trianto, 2010:91).
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa
untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran
ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan
dalam Trianto, 2010:92).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
Berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model
pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
Pengajuan pertanyaan atau masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
c.
Penyelidikan autentik.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya[10].
Pembelajaran berbasis masalah mengedepankan
diskusi antar siswa agar dapat mencari permasalahan yang bertujuan untuk
mencari mengembangkan kemampuan berfikir, serta mengembangkan kemandirian dan
membangun kepercayaan diri.
B. Pengelolaan Kurikulum Tata Negara Pada Satuan Pendidikan
Adapun Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengelolaan kurikulum
1. Penyusunan Program kurikulum
A. Perencanaan
Kurikulum
Secara mendasar, perencanaan adalah suatu
proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan. Proses ini menuntut
prediposisi mental untuk berpikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan
kenyataan bukan perkiraan, dan berbuat sesuatu secara teratur.54
Sedangkan menurut Hamalik dalam Rusman, perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial
yang kompleks yang menuntut berbagai
jenis dan tingkat pembuatan keputusan seperti membuat keputusan tentang
tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-
belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut akan saling berhubungan dan tidak mengarah
pada tujuan yang diharapkan.[11]
Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan
kurikulum merupakan tahap untuk
menentukan tujuan kurikulum, landasan kurikulum, isi kurikulum, juga organisasi
kurikulum. Adapun perencanaan kurikulum
terintegrasi merupakan tahap yang harus dilaksanakan dalam mengembangkan
kurikulum dengan mengintegrasikan kurikulum dengan tujuan pendidikan dalam
masing-masing skala, baik nasional, institusional,
kurikuler maupun instruksional.
Menurut Rusman, perencanaan kurikulum
terintegrasi memiliki proses yang meliputi kegiatan yang harus diperhatikan
yaitu landasan perencanaan kurikulum, perumusan tujuan kurikulum, perumusan isi
kurikulum, dan organisasi kurikulum[12].
B. Perumusan
Tujuan Kurikulum
Dalam penelitian Rusman ada tiga sumber yang
menjadi dasar perumusan tujuan
kurikulum, yaitu aims, goals dan objective.
Aims kurikulum adalah semacam
pernyataan kurikulum, yang menggambarkan hasil yang diharapkan berdasarkan beberapa rencana nilai yang bersumber dari prinsip
filosofis. Aims tersebut tidak
berhubungan langsung dengan tujuan sekolah dan tujuan pembelajaran. Goals adalah hasil sekolah, yang secara
kelembagaan dapat dirumuskan oleh sekolah atau jenjang pendidikan tertentu
sebagai suatu sistem. Objectives adalah
hasil yang diharapkan dalam jangka pendek
yang dapat dievaluasi secara teoritis setidaknya dalam jangka waktu tertentu setelah
proses pembelajaran di kelas selesai[13].
Rencana kurikulum sangat bergantung pada
pengembangan kurikulum dan tujuan
kurikulum, yang akan dikaitkan dengan
teori pendidikan yang digunakan. Maka dalam perumusan tujuan kurikulum
terintegrasi, lembaga pendidikan perlu berdasar pada aims, goals dan objective yang
menunjukan ciri khas kurikulum terintegrasi dan menjadi prioritas sebuah
lembaga pendidikan. Hal ini menjadi titik awal keberhasilan pengelolaan
kurikulum dalam mencapai tujuan kurikulum.
C. Perumusan
Isi Kurikulum
Dalam merumuskan isi kurikulum, beberapa
hal yang harus diperhatikan antara lain: kriteria
pemilihan isi kurikulum, ruang lingkup isi kurikulum, dan urutan isi kurikulum.
Untuk menentukan kurikulum terintegrasi, diperlukan kriteria permilihan isi
yang benar. Beberapa kriterianya adalah signifikansi, validitas, relevansi,
daya guna, learnability, dan minat
siswa. Adapun ruang lingkup isi kurikulum mencakup dua hal penting, yaitu umum
dan khusus. Pada dasarnya
isi yang bersifat
umum berlaku untuk semua
siswa yang berguna dalam berinteraksi dan mengembangkan tingkat berpikir
tertentu, mengasah perasaan, dan berbagai metode yang dapat saling memahami,
sehingga menentukan status setiap siswa sebagai guru, anggota dan tinggal
dilingkungan komunitas.
Sedangkan isi yang bersifat khusus berlaku
untuk hal-hal tertentu dengan kebutuhan atau kemampuan khusus yang berbeda, dan
kursus ini memerlukan perlakuan berbeda untuk mewujudkan potensi penuh mereka.
Menurut Smith, Stanley dan Shores dalam Rusman,
mengidentifikasi empat prinsip yang mendasari cara penyajian urutan materi
dalam kurikulum, yaitu: a) dari yang sederhana menuju yang kompleks, b)
pelajaran prasyarat, c) secara keseluruhan, dan d) kronologis atau kejadian.[14]Perumusan
isi menjadi sangat penting, karena isi kurikulum merupakan hal yang beririsan
langsung dengan objek kurikulum yakni siswa. Oleh karena itu, dalam merencanakan isi harus berdasarkan analisa yang mendalam
dan melalui tahapan-tahapan yang benar.
D. Organisasi Kurikulum
Organisasi adalah kelompok sosial
yang terisolir dari dunia luar dan terbuka
terhadap dunia luar, dikelola sesuai
dengan aturan tertentu yang
dapat dipimpin atau dikelola oleh pimpinan atau tenaga administrasi, yang dapat
memberikan bimbingan secara teratur dan terarah.
Organisasi dapat dianalisa
dalam dua cara,
yaitu dalam manajemen dan secara fungsional dalam akademik atau
kurikulum. Pengorganisasian kurikulum harus dilihat dari dua konteks, yaitu
dari konteks manajemen dan akademik.[15]
Rusman berpendapat bahwa organisasi kurikulum adalah suatu rancangan materi
kurikulum yang bertujuan untuk memudahkan siswa mempelajari bahan belajar dan
memudahkan siswa melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif.[16]
Kurikulum dapat berjalan dengan
baik, ketika dapat diorganisasikan dengan baik. Dalam penyusunan kurikulum, ada
beberapa pola atau struktur bahan pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Nasution dalam Abdullah Idi terdapat tiga pola dalam menyusun struktur
pembelajaran, yaitu:[17]
Separated
Subject Curriculum
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran
dalam berbagai macam mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain,
terlepas, dan tidak mempunyai kaitan sama sekali.[18]
Artinya, jumlah mata pelajaran akan menjadi banyak karena tidak ada keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus siap
dengan mengambil jumlah mata pelajaran yang banyak untuk mendapatkan pendidikan
yang holistik.
Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah jenis kurikulum di mana
beberapa mata pelajaran yang ada hubungannya disatukan menjadi satu mata
pelajaran atau bidang studi tersendiri. Kurikulum ini merupakan kebalikan dari separated curriculum, dimana kurikulum
ini memiliki keterkaitan. Artinya masing-masing tiap mata pelajaran mempunyai
hubungan satu sama lain.
Integrated Curriculum
Kurikulum
terpadu (integrated curriculum) yaitu
kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran secara unit dan keseluruhan tanpa
mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.
Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu.
yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai
disiplin atau mata pelajaran.
Menurut Din Wahyuddin, pelaksanaan/implementasi
kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah
direncanakan dan akan diujicoba dengan pengelolaan yang disesuaikan
terhadap situasi dan kondisi juga karakteristik peserta didik baik dari sisi
intelektualitas maupun emosionalitas, serta fisik siswa.[19]
Dalam pendekatan pelaksanaan kurikulum terintegrasi, siswa adalah pengambil
keputusan dan pemecah masalah. Proses tersebut dianggap sebagai pusat penjelasan perilaku.
Peserta didik berbeda
satu sama lain, masalah merupakan kunci awal proses,
karena metode pemecahan masalah juga berbeda satu sama lain, tidak ada dua
metode yang sama. Para siswa tidak hanya mengembangkan kepribadian yang
holistik, tetapi juga dipersiapkan menjadi individu yang dapat berperan dalam masyarakat. Dalam hal ini, terdapat beberapa
aspek yang dipenuhi
yaitu sebagai berikut:
1) Jenis
Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan
kurikulum merupakan siklus pengelolaan yang penting. Dalam melaksanakan
kurikulum, terdapat dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
dan tingkat kelas. Adapun penjelasannya, sebagai berikut:
a). Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Kepala
sekolah merupakan penanggung jawab atas pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah.
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab sebagai EMASLIM (Educator, Manager, Supervisor, Leader, Interprener, dan Motivator),
penyusun rencana kegiatan akademik tahunan, pembina organisasi sekolah,
koordinator pelaksana kurikulum, pemimpin rapat kurikuler, dan pembina kurikuler.
b).
Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas
Guru
memiliki tanggung jawab dalam melaksankan kurikulum di tingkat. Maka tugas guru
harus diatur sedemikian rupa, agar pelaksnaan kurikulum tingkat kelas berjalan
secara efektif dan efisien. Hal tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan
administrasi, pengajaran, dan pembinaan.[20] Semua kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dan
dilakukan oleh guru.
3.
Tahap-tahap Pelaksanaan Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan kurikulum
mencakup tiga kegiatan pokok, diantaranya:
a.
Pengembangan Program
Pengembangan program dapat dilakukan dengan
adanya program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Tak hanya itu, dalam pengembangan program
juga terdapat bimbingan, konseling, dan remedial.
b.
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan titik utama
dalam kurikulum yang ditujukan terhadap adanya perubahan perilaku siswa setelah
mengikuti pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa tugas guru adalah
mengkondisikan lingkungan belajar agar berjalan secara efektif dan efisien
sehingga tujuan pendidikan
tercapai.
c. Evaluasi proses
dapat dilakukan
secara berkala melalui kegiatan penilaian. Evaluasi proses berupa penilaian
tengah semester (PTS), penilaian akhir semester (PAS),
penilaian akhir tahun (PAT),
ulangan harian, dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai bahan untuk
mengevaluasi efektivitas kurikulum yang dilaksanakan.[21]Sehingga
pengembangan kurikulum dapat dilakukan secara efektif karena disesuaikan dengan
hasil proses yang dilakukan.
E.
Evaluasi
Evaluasi kurikulum memiliki peran penting baik
dalam menentukan kebijakan pendidikan maupun dalam mengambil keputusan pada
kurikulum. Hamid Hasan mendefinisikan evaluasi kurikulum sebagai usaha yang
sistematis dalam mengumpulkan informasi pada kurikulum yang akan digunakan
sebagai pertimbangan mengenai nilai, dan arti dari kurikulum dalam suatu
konteks tertentu.[22]
Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan kurikulum dapat ditinjau keberhasilannya
melalui proses evaluasi yang mengukur dan menilai sejauh mana kurikulum
mencapai tujuannya dan kemudian mempertimbangkan kelanjutan implementasi
kurikulum tersebut. Umumnya, kurikulum membahas mengenai minimal tiga hal, yaitu: evaluasi
sebagai moral judgement, evaluasi dan penentuan keputusan, serta
evaluasi dan konsensus nilai.[23]Evaluasi
sebagai moral judgement merupakan
peran utama evaluasi.
Pada dasarnya, konsep utama evaluasi adalah
nilai yang akan digunakan sebagai pertimbangan untuk tindakan selanjutnya. Di
samping itu, perlu dipahami bahwa evaluasi bukan merupakan proses kegiatan
tunggal. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya, evaluasi membutuhkan dua kegiatan
yaitu mengumpulkan informasi dan menentukan satu keputusan. Dalam pendidikan,
kegiatan evaluasi secara utuh tidak dapat dipisahkan, artinya pengumpul
informasi juga sebagai pengambil keputusan. Selanjutnya, evaluasi juga sebagai
penentu keputusan. Dalam pelaksanaan pendidikan, pengambil keputusan meliputi
guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum
dan sebagainya. Hal ini berpengaruh pada skala peranan keputusan yang diambil,
karena ruang lingkup yang berbeda.
Evaluasi dan konsensus nilai merupakan hal yang
menjadi harapan dalam menyelenggarakan evaluasi. Pada dasarnya, kegiatan
evaluasi melibatkan beberapa individu yang mempunyai sudut pandang dan
kepentingan
nilai yang berbeda
karena pengalaman yang dialami setiap individu berbeda. Maka dalam
membentuk konsensus nilai perlu kelompok yang homogen dengan sudut pandang dan
kepentingan nilai yang sama, sehingga terjadi kesatuan penilaian.
Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukan
bahwa evaluasi merupakan proses yang harus dilaksanakan dalam mengelola
kurikulum terintegrasi, sehingga
kurikulum terintegrasi dapat mencapai
tujuannya secara efektif dan efisien.
Secara garis besar, evaluasi merupakan suatu tema yang luas,
meliputi banyak kegiatan, prosedur, bahkan dapat disebut sebagai
suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi.
Dalam melaksanakan evaluasi,
telah berkembang ke dalam lima
rumpun model yaitu measurement,
congruence, illumination, Educational System evaluation, dan CIPP (Context, Input, Process, Product)[24]
dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Measurement
Pada
dasarnya, evaluasi adalah pengukuran perilaku siswa dalam mengungkapkan perbedaan
individu maupun kelompok. Hasil
evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi, bimbingan pendidikan, dan
perbandingan efektivitas antara beberapa program atau metode pembelajaran.
Objek evaluasi difokuskan pada hasil belajar terutama aspek kognitif. Jenis data
dalam evaluasi adalah
data objektif khususnya
skor hasil tes. Dalam evaluasi ini terdapat pendekatan
atau cara-cara sebagai berikut:
a.
Menempatkan kedudukan siswa dalam kelompok melalui pengembangan
norma kelompok dan evaluasi hasil belajar.
b.
Membandingkan hasil belajar antar beberapa kelompok dengan metode
pengajaran yang berbeda melalui analisis kuantitatif.
c.
Teknik evaluasi yang digunakan disusun dalam bentuk objektif untuk
menghasilkan alat yang reliabel dan valid.
2.
Congruence
Pada
hakikatnya, evaluasi merupakan pemeriksaan kesesuaian atau congruence antara tujuan dan hasil belajar, untuk melihat seberapa
jauh perubahan yang dihasilkan dari pendidikan. Hasil evaluasi digunakan untuk
menyempurnakan program, bimbingan pendidikan, dan pemberian informasi kepada
pihak eksternal sekolah. Objek evaluasi
difokuskan pada hasil belajar dalam bentuk
kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Adapun jenis data yang dikumpulkan
adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Dalam evaluasi ini terdapat
pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:
a.
Menggunakan prosedur pre dan
Post-assessment dengan menggunakan
langkah-langkah pokok, seperti penegasan tujuan
pengembangan, alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi.
b.
Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bertahap.
c.
Teknik evaluasi mencakup tes dan lainnya yang sesuai dalam menilai
berbagai jenis perilaku.
d.
Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara beberapa
program.
3.
Illumination
Pada dasarnya, evaluasi merupakan studi mengenai pelaksanaan program pengaruh faktor
lingkungan, kekuatan dan kelemahan program, serta pengaruh program terhadap
perkembangan hasil belajar. Evaluasi didasarkan pada pertimbangan yang hasilnya
akan digunakan dalam menyempurnakan program. Objek evaluasi mencakup latar
belakang perkembangan program, proses pelaksanaan, hasil belajar, dan kesulitan
yang dihadapi. Jenis data yang dikumpulkan adalah data subjektif. Dalam dalam
evaluasi ini terdapat pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:
a.
Menggunakan prosedur progressive
focusing melalui langkah- langkah pokok yaitu orientasi, pengamatan yang
lebih terarah, dan analisis kausalitas.
b.
Bersifat kualitatif-terbuka dan
fleksibel-elektif
c.
Teknik evaluasi yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket,
analisis dokumen, dan tes jika diperlukan.
4.
Educational System Evaluation
Pada
hakikatnya, evaluasi adalah perbandingan antara performa dari setiap dimensi
dan kriteria yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement. Hasil evaluasi diperlukan dalam rangka menyempurnakan
program dan menyimpulkan hasil secara keseluruhan. Objek evaluasi mencakup
input, proses, dan hasil yang dicapai. Adapun jenis data yang
dikumpulkan merupakan data objektif dan subjektif. Dalam evaluasi ini terdapat
pendekatan atau cara-cara sebagai berikut:
a.
Membandingkan performa setiap dimensi dengan kriteria internal.
b.
Membandingkan performa program dengan kriteria
c.
Eksternal yaitu performa program
lainnya
d.
Teknik evaluasi meliputi
tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis dokumen.
5.
Model CIPP
CIPP adalah sebuah singkatan dari Context – Input – Process- Product
(Konteks – Input – Proses – Produk).
CIPP adalah suatu model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam cs yang
bertujuan tidak hanya membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu
dilanjutkan atau dihentikan saja. Model ini menekankan pada pandangan bahwa keberhasilan program
itu dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya
karakteristik siswa, lingkungan, tujuan program, dan alat yang digunakan serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program. Model evaluasi ini
bertujuan untuk membandingkan performa dari berbagai dimensi (CIPP) dengan
kriteria tertentu untuk menghasilkan judgement
atau pertimbangan-pertimbangan kekuatan dan kelemahan kurikulum.
BAB III
Metodologi Penelitian
A. Waktu dan
Tempat Evaluasi
Penelitian
ini dilaksanakan di lembaga Pendidikan Pondok Pesantren Modern Darussalam di
Kp. Bubulak Kel Padasuka kec Ciomas Kab Bogor Jawa Barat 16610. Tempat ini
dipilih sebagai tempat penelitian karena karena lokasi sekolah dekat mudah
dijangkau dan memiliki Kurikulum yang sesuai dengan judul yang diteliti
Adapun waktu dilaksanakan muali dari bulan :
Tabel
3.1
Jadwal
Waktu
NO. |
KEGIATAN |
JAN |
FEB |
MAR |
APL |
MEI |
JUN |
JUL |
JUL |
1. |
Penyusunan
Proposal |
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Izin
penelitian |
|
|
|
|
|
|
|
|
3. |
Penelitian
masalah |
|
|
|
|
|
|
|
|
4. |
Pengambilan
data |
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Penyusunan
skripsi |
|
|
|
|
|
|
|
|
6. |
Bimbingan |
|
|
|
|
|
|
|
|
7. |
Analisi |
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Munaqosah |
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Pendekatan, Metode dan Model
Penelitian
1. Pendekatan
Pendekatan evaluasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
dalam moleom metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.[25]
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam
pengawasannya maupun dalam peristilahannya.[26]
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yang bersifat kualitatif, seperti
wawancara, observasi, dan study document sebagaimana yang digunakan dalam
evaluasi program ini. Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mengevaluasi
dapat dilakukan lebuh mendalam, sehingga data yang diperoleh buka n hanya
berasal dari ucapan Narasumber, melainkan bukti lapangan yang semakin
menguatkan data yang ingin diperoleh. Akan tetapi, sebagai sebuah kebutuhan
dalam menganalisis penelitian ketercapaian program, evaluator menggunakan
metode analisa kuantitatif agar lebih terperinci dan dapat diberikan pembobotan
sebagai bentuk sudah sejauh mana program telah terlaksana.
2. Metode
Mengacu pada pendekatan yang
digunakan dalam evaluasi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode
deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian
kuantitatif ( yang terlalu positifisme), serta juga bertujuan untuk
menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai
fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian,
dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter,
sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, atau fonomena
tertentu.[27]
Metode deskriptif kualitatif ini menggambarkan begitu dalamnya sasaran
penelitian yang dituju, sehingga nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai penjelasan sebenarnya dari hasil yang diteliti, dan dapat membantu
suatu program yang diteliti untuk kedepannya.
3. Model Riset Penelitian
Sesuai dengan sifat data yang ingin
diperoleh maka model yang tepat untuk digunakan sebgai strategi atau pedoman
kerja pelaksanaan evaluasi, yaitu model ebvaluasi perubahan (Change). Alasan evaluator memilih model
ini karena dapat mengetahui aspek-aspek yang ingin dievakuasi dengan keluesan
yang diberikan model peruahan ini, dan dengan maksud yang sama, kemudian tanpa
keluarnya dari komponen model perubahan pula. Pemokusan evaluator pada evaluasi
yang akan dilakukan pada tahap persiapan, tahap penyelenggaraan, dan tahap pelaporan.
C. Sumber Data
Sumber data pada evaluasi ini yaitu Direktur KMI, Kepala Biro Bagian
Pengajaran KMI, Bagian Kurikulum KMI, kepala tata usaha,beberapa Asatidz dan
Ustadzah dan santri/santriawati, dokumen dan observasi lapangan untuk lebih
mengkerucut atau terperinci maka subyek pada penelitian kali ini akan lebih
difokuskan pada persiapan infra struktur Pondok Pesantren Darussalam, kesiapan
peserta didik, dan kesiapan SDM yang dilibatkan secara langsung dalam
pelaksanaan program Pendidikan di Pesantren. Karena, keberhasilan suatu program
bergantung pada aspek-aspek tersebut jika berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
D. Jenis Data
Pada evaluasi kali ini jenis data
yang digunakan adalah kualitatif berupa hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi pada pelaksanaankegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren
Darussalam. Untuk jumlah responden dalam penelitian kualitatif tergantung
tentang apa yang ingin diketahui oleh seorang evaluator, tujuan dan manfaat
dari evaluasi, dan beberapa suksesnya penyelenggaraan program bilingual dengan
waktu dan SDM yang telah disediakan untuk menjalankan program ini. Validitas
dan kedalaman arti yang dimunculkan dalam penelitian kualitatif lebih
berhubungan dengan kekayaan informasi dan kecocokan suatu hal dari kasus atau
sampel yang dipilih bergantung pada jumlah sampel.
E. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam evaluasi ini, data yang akan
diungkap adalah pelaksanaan program pembelajaran yang sedang akan dievaluasi
dari Pondok Pesantren Modern Darussalam. Pengumpulan data menggunakan teknik
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data dilapangan mengenai pelaksanaan program Kurikilum di
Pondok Pesantren Modern Darussalam. Metode yang duganakan pada proses ini
adalah observasi langsung, yaitu melakukan pengamatan yang dilakukan secara
langsung oleh peneliti dan dikeatahui oleh pihak yang diteliti. Observasi
digunakan untuk memperoleh data ketersediaan infrastruktur sarana dan prasarana
penunjang program bilingual dan pengamatan langsung mengenai pelaksanaan
Kurikulum di Pondok Pesantren Modern Darussalam.
Tabel
3.2
Daftar
Ceklis Observasi
No. |
Nama Kelas |
Kategori |
Keterangan |
|||
SB |
B |
KB |
TB |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
SB = Sangat Baik KB = Kurang Baik
B = Baik TB =
Tidak Baik
Tabel
3.3
Daftar
Ceklis Obesvasi Pelaksanaan Kurikulum
No. |
Nama Barang |
Kategori |
Keterangan |
|||
SB |
B |
KB |
TB |
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
SB = Sangat Baik KB = Kurang Baik
B = Baik TB =
Tidak Baik
2. Wawancara
Tujuan wawancara dilakukan adalah
untuk mengetahui hal-hal yang sangat mendalam tentang evaluasi yang belum
didapatkan atau diperoleh melalui proses observasi. Teknik wawancara yang
dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan Kurikulum di Pondok Pesantren Darussakam
adalah metode wawancara semi struktur, tujuannya untuk menemukan masalah yang
lebih terbuka dari pihak yang dimintai pendapatnya dan tidak terlalu barpaku
pada instrument yang telah dipersiapkan seberlumnya. Sehingga melalui metode
ini, diharapkan proses wawancara berlangsung dengan proses yang tidak terlalu
kaku, dan dapat berkembang seiring dengan jalannya pembicaraan. Metode
wawancara dalam evaluasi ini bertujusn untuk melengkapi data dari segi
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan dari penyelenggaraan Kurikulum di Pondok
Pesantren Darussalam. Responden wawancara meliputi Direktur KMi,, Kepala Biro
KMI, Bagian Kurikulum. dan guru yang lansung pengajar pada mata pelajaran Tata
Negaea dan beberapa murid Pondok Pesantren Darussalam Bogor.
Tabel
3.4
Pedoman
Wawancara Direktur KMI
No. |
Indikator |
Pertanyaan |
1. |
Persiapan |
|
2. |
Pelaksanaan
|
|
3. |
Pengaruh/
Dampak |
|
Gambar
3.5
Pedoman
Wawancara Kepala Biro KMI
No. |
Indikator |
Pertanyaan |
1. |
Persiapan |
|
2. |
Pelasanaan
|
|
3. |
Pengaruh/
Dampak |
|
Gambar
3.6
Pedoman
Wawancara Wakasek Sarpras
No. |
Indikator |
Pertanyaan |
1. |
Persiapan |
|
2. |
Pelaksanaan |
|
3. |
Pengaruh/
Dampak |
|
Gambar
3.7
Pedoman
Wawancara Peserta Didik
No. |
Indikator |
Pertanyaan |
1. |
Persiapan |
|
2. |
Pelaksanaan |
|
3. |
Pengaruh/
Dampak |
|
3.Studi
Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis.[28]
Dengan demikian, metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data berupa catatan
tentang profil, visi dan misi, tujuan sekolah, data guru, data warga belajar,
sarana dan prasarana, hasil penyelenggaraan Kurikulum di Pesantren Modern
Darussalam Bogor.
Dokumen-dokumen tersebut digunakan
untuk melengkapi data yang dibutuhkan yang tidak didapat dari metode observasi
dan wawancara. Sehingga dokumen dapat ditampilkan sebagai gambaran tentang
objek evaluasi berupa foto-foto, karya tulis, ataupun dokumen lainnya dan juga
sebgai pelengkap dari kedua metode tersebut yang saling menguatkan.
No |
Komponen Studi Dokumentasi yang di cetak : |
Kategori |
Keterangan |
|||
|
BS |
B |
KB |
TB |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F. Teknik
Analisis Data
Menurut Boglan dan Biklen dalam
moleong, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, mencari apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.[29]
Data yang telah diperoleh dilapangan berupa hasil dari observasi, wawancara dan
study dokumen akan dianalisa melaui suatu proses. Menurut Miles dan Huberman
dalam Sugiono, mengemukakan bahwa aktifitas dalam menganalisis data yaitu:[30]
1.
Data reduction (Reduksi data), yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang
yang tak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
2.
Data Display (Penyajian data), dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dengan mendisplay data,
maka akan mudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
bedasarkan apa yang telah dipahami.
3.
ConclutionDrawing/Verification merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan data berupa deskripsi atau gambaran suatu
objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap, sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, baik berupa hubungan kasual atau interaktif, hiotesis atau
teori.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
1. Profil Pondok Pesantren Darussalam
Pondok Pesantren Darussalam, didirikan pada
tahun 1992 diatas tanah wakaf yang secara yuridis formal memiliki kekuatan hukum yang
tetap dari Kepala Kantor Pertanahan Kab. Bogor (Akta Ikrar Wakaf tanggal
26-06-2002, No. K.01/BA.02/w.2/05/VI/2002), berlokasi di kampung
Bubulak Padasuka Ciomas Bogor. Pendidikan dan Pengajarannya mengacu pada
Manhaj (kurikulum) Pondok Modern Gontor, Nasional dan Tradisional (three in
one).
Pondok Pesantren Darussalam berdiri di
atas tanah seluas 6.400 m2, berlokasi di Kampung
Bubulak Desa Padasuka Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, merupakan wakaf dari H. Harun Jazhar (almarhum).
Secara geografis, letak lokasi pesantren Darussalam dikelilingi oleh perumahan dengan radius rata-rata 150 meter
dari Pesantren.
Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam
sesungguhnya merupakan sebuah wujud kepedulian dan
tanggungjawab moral dari para alumni Pondok Modern Gontor terhadap masalah pendidikan bagi para generasi umat, sekaligus sebagai
bentuk jawaban atas amanah, niat suci dan cita-cita dari pewakaf, serta animo,
minat, dan kepercayaan
masyarakat terhadap keberadaan lembaga pendidikan model pesantren.
Dalam kerangka itulah, maka pada tahun
1993 dimulailah kegiatan belajar mengajar dalam bentuk pesantren yang secara sistem dan kurikulum mengacu ke
Pondok Modern Gontor dan juga kepada kurikulum Pendidikan Nasional (Departemen
Agama dan Diknas).
Sejak berdirinya hingga saat ini, Pondok
Pesantren Darussalam telah meluluskan alumninya yang kini
telah berkiprah di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai profesi dan kegiatan.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan pesantren
yang diharapkan dapat memberikan pelayanannya kepada
masyarakat secara maksimal, Pondok Pesantren Darussalam menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan. Terutama dalam hal
penyediaan sarana belajar
seperti ruang kelas dan ruang perpustakaan, demikian juga dalam penyediaan asrama dan lingkungan
yang kondusif bagi proses pembinaan dan pendidikan.
2.
VISI dan Misi
Menjadi institusi pendidikan yang unggul
dalam prestasi akademik (academic achievement) maupun prestasi non-akademik (non-academic
achievement), dan dapat melayani kebutuhan masyarakat akan pendidikan berkualitas dengan
biaya terjangkau”
Misi
1.
Membina dan mendidik manusia
Indonesia yang berkarakter muslim, yaitu manusia muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan
berpikiran bebas.
2.
Membina dan mendidik muslim Indonesia yang memiliki jiwa:
keikhlasan, kesederhanaan, persaudaraan (ukhuwah), kemandirian, dan kebebasan.
3.
Dengan memiliki karakter-karakter dan kejiwaan sebagai tersebut di
atas diharapkan para lulusan pesantren Darussalam dapat berperan aktif di dalam
masyarakat melalui
4.
berbagai profesi dan aktifitas yang diminati dan tentunya yang
diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
5.
Membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan sumber daya insani yang berkualitas dan berkepribadian Qur’ani.
6.
Turutserta menyediakan lembaga pendidikan yang baik dan berkualitas
dengan biaya terjangkau.
Panca Jiwa Pondok Pesantren
Seluruh kehidupan di Pondok Pesantren
Darussalam Ciomas Bogor didasarkan pada nilai-nilai dan dijiwai oleh
suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Panca Jiwa sebagai berikut:
1.
Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena
didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan
dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik,
dan santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai
(para ustad) ikhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pesantren yang harmonis antara kyai yang
dipatuhi dan santri yang taat, cinta, dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan
para santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun.
2.
Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di dalam pesantren diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana
tidak berarti pasif atau nrimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru
dalam kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan,
dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup.
Di balik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang
mundur dalam segala keadaan.Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan
karakter yang kuat,yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala
kehidupan.
3.
Jiwa Berdikari
Berdikari atau kesangggupan menolong diri sendiri merupakan senjata ampuh yang
dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari tidak saja dalam arti
bahwa sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri,
tetapi pondok pesantren itu sendiri – sebagai lembaga pendidikan – juga harus
sanggup berdikari sehingga tidak menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau
belas kasihan pihak lain.
Inilah zelf berdruiping system (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama
memakai). Dalam pada itu tidak bersikap kaku, sehingga menolak orang-orang yang
hendak membantu pesantren. Semua pekerjaan di dalam pesantren dikerjakan oleh
kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam pesantren.
4.
Jiwa Ukhuwwah Diniyah
Kehidupan di pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga
segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan.
Tidak ada lagi dinding yang dapat memisahkan antara mereka, meskipun mereka
berbeda aliran politik.
Ukhuwwah ini bukan saja selam mereka di dalam pesantren, tetapi juga
mempengaruhi ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu
dari pesantren.
5.
Jiwa Bebas
Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalammenentukan masa depan, bebas dalam
memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar,
masyarakat. Jiwa bebas ini akan menjadikan santri berjiwa besar dan optimis
dalam menghadapi segala kesulitan sesuai dengan nilai-nilai yang telah
diajarkan kepada mereka
di pesantren.
Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ini seringkali kita temui unsur-unsur
negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas
(liberal) dan berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi),
berpegang teguh kepada tradisi yang dianggapnya sendiri telah pernah
menggantungkan pada zamannya, sehingga tidak hendak menoleh ke zaman yang telah
berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada yang
diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam
garis-garis DISIPLIN YANG POSITIF, dengan penuh tangungjawab; baik di dalam
kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat.
Jiwa
yang meliputi suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh santri
sebagai bekal pokok di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga juga
harus senantiasa dihidup-hidupkan, dipelihara, dan dikembangkan dengan
sebaik-baiknya.
Pendidikan
Pondok Pesantren Darussalam menekankan pada pembentukan pribadi mukmin muslim yang
berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran
bebas.Kriteria atau sifat-sifat utama ini merupakan motto pendidikan yang
diterapkan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang kemudian diadopsi dan
diadaptasikan ke Pondok Pesantren Darussalam Ciomas Bogor.
1.
Berbudi Tinggi
Berbudi tinggi merupakan landasan
paling utama yang ditanamkan oleh Pesantren Darussalam kepada seluruh santrinya
dalam semua tingkatan; dari yanmg paling rendah sampai yang paling tinggi.
Realisasi penanaman motto ini dilakukan melalui seluruh unsur pendidikan yang
ada.
2.
Berbadan Sehat
Tubuh yang sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam pendidikan di
Pesantren Darussalam. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat
melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan
kesehatan dilakukan melalui berbagi kegiatan olah raga, dan bahkan ada olah
raga rutin yang wajib diiukuti oleh seluruh santri sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan.
3.
Berpengetahuan Luas
Para santri di pesantren ini dididik melalui proses yang telah dirancang secara
sistematik untuk dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak
hanya diajari pengetahuian, lebih dari itu mereka diajari cara belajar yang
dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan. Kyai sering berpesan bahwa
pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi tidak boleh terlepas dari berbudi
tingi,sehinga seseorang itu tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk
apa ia menambah ilmu.
4.
Berpikiran Bebas
Berpikiran bebas tidaklah berarti bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan
di sini tidak boleh menghilangkan prinsip, teristimewqa prinsup sebagai muslim
mukmi. Justru kebebasan di sini merupakan lambang kematangan dan kedewasaan
dari hasil pendidikan yang telah diterangi petunjuk ilahi (hidayatullah). Motto
ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi luhur dan sesudah
ia berpengetahuan luas.
3.
Program dan Rencana Jangka Panjang
Dalam rangka mengembangkan dan
memajukan Pondok Pesantren Darussalam, dirumuskanlah rencana jangka panjang
yang sekaligus merupakan program kerja, arah dan panduan dalam memelihara
kesinambungan, pengembangan dan kemajuan yang ingin dicapai. Adapun program dan
rencana jangka panjang itu meliputi bidang-bidang berikut:
1.
Pendidikan dan Pengajaran
Yakni berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan
dan pengajaran yang ada, dari segi kualitas, kuantitas, dan kompetensi (pada
lapisan pendidik maupun para lulusannya), serta jenjang/tingkatan pendidikan.
2.
Kaderisasi
Yakni penyiapan kader-kader yang akan melanjutkan usaha yang ada dan
melanjutkan cita-cita Pondok Pesantren, serta amanah dari pewakaf.
Misalnya dengan berusaha membina dan mengirimkan kader-kader yang siap
berkiprah di Pondok Pesantren untuk menambah dan memperluas ilmu dan pengalaman
di dalam maupun di luar negeri.
3.
Pembangunan/Pergedungan
Yakni memberikan perhatian terhadap upaya pembangunan dan penyediaan sarana dan
prasarana pendidikan dan pengajaran yang kondusif bagi para santri.
4.
Khizanatullah
Yakni penyediaan dan pengembangan berbagai unit kegiatan usaha produktif,
seperti lahan persawahan/perkebunan, yang bisa dijadikan sebagai sumber dana
yang dapat menutupi kebutuhan Pondok dan keberlangsungan hidupnya. Dalam hal
ini Pesantren Darussalam siap menerima sumbangan dan bantuan dari berbagai
pihak untuk kemudian bantuan dikembangkan demi kelangsungan dan kemajuan
Pesantren.
5.
Kesejahteraan Keluarga Pondok
Yakni upaya memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang secara langsung
membantu dan bertanggungjawab terhadap kelangsungan dan kesinambungan
pendidikan dan pengajaran di Pondok. Dengan pemberdayaan itu diharapkan mereka
dapat berusaha sendiri dan tidak menggantungkan hidupnya kepada Pondok. Sesuai
dengan semboyan : “Hidup-hidupilah Pondokdan jangan menggantungkan
hidup kepada Pondok”.
1.
Masjid 1 bangunan
Daya tampung : + 400 Jama’ah
Fungsi :
1.
Untuk jama’ah shalat para santri putra dan putri
2.
Pelaksanaan shalat jum’at santri dan warga kampung Bubulak.
3.
Pengajian Kitab Kuning bagi para santri
4.
Sarana belajar bagi santri TPA (Taman Pendidikan al-Qur’an) dari
masyarakat sekitar Pesantren.
Kebutuhan
: Fasilitas wudhu dan penampungan air.
2.
Ruang Kelas
Jumlah : 8 ruang tertutup, 5 ruang terbuka/darurat
Kondisi : Perlu direnovasi karena sudah berusia 10 tahun
Kebutuhan : Saat ini masih dibutuhkan tiga ruang kelas lagi.
3.
Ruang Asrama
Jumlah : 1 lokal asrama putri dengan 10 ruang, masing-masing
ruang diisi 10-30 santri, 1 lokal asrama putra terdiri dari 7 ruang dengan daya
tampung 20-28 santri/ruang
4.
Olah raga : 1 lapangan basket, 1 lapangan badminton, 1
Lapangan mini Soccer.
5.
Kantor : 2 lokal 4 ruangan
6.
Kediaman Guru : 6 ruang
7.
Ruang Koperasi : 2 ruang
Selama 24 jam kegiatan santri
bersifat Pendidikan dan Pengajaran, yang dibimbing dan dibina oleh guru yang
berpengalaman dan bermukim bersama santri.
A. Program Intra Kurikuler :
Program
Intra Kurikuler diberikan secara klasikal dengan jadwal sebagai berikut :
1.
Pkl. 07.00 – 12.20WIB
2.
Pkl. 13.00 – 15.15 WIB
B. Program Kokurikuler Ekstra Kurikuler :
1.
Latihan Pidato (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia)
2.
Latihan Pramuka
3.
Latihan Keorganisasian
4.
Kursus-kursus :
1.
Qosidah / Marawis
2.
Kaligrafi (Khot)
3.
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
4.
Beladiri (olah raga)
5.
Komputer
6.
Drum Band
7.
Keterampilan lainnya
6.
Kegiatan Belajar KMI (Kulliyat al-Mu’allimin al-Islamiyah)
1.
Program Pendidikan
Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI Pondok Pesantren
Darussalam: program reguler dan program intensif.
1.
Program Reguler.
Program ini diperuntukkan bagi siswa lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah
Ibtidaiyyah, dengan masa belajar 6 tahun, yakni ditempuh dari kelas 1 berurutan
sampai kelas 6.
2.
Program Intensif.
Program ini diikuti oleh siswa-siswa lulusan SMP atau Mts dan di atasnya,
dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6. Kelas intensif
sebenarnya hanya diselenggarakan pada kelas 1 dan 3, karena itu disebut kelas 1
intensif dan 3 intensif. Sedangkan di kelas 5 mereka belajar secara reguler
bersama-sama dengan lulusan SD atau MI yang juga sudah duduk di kelas 5,
demikian pula halnya yang di kelas 6.
2.
Jam Belajar
Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 7.00 WIB sampai Dhuhur dan
dilanjutkan ba`da dhuhur hingga waktu Ashar. Waktu belajar dibagi menjadi 8 jam
pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 40 menit.
3.
Tujuan
Tujuan pembelajaran di KMI PonPes. Darussalam adalah mencetak santri yang
mukmin muslim, taat menjalankan san menegakkan syari`at Islam, berbudi
tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan
negara.
4.
Kurikulum
Sebagai usaha untuk mewujudkan visi dan misi di atas, dilaksanakanlah kegiatan
pengajaran klasikal yang mengacu pada model dan sistem KMI (Kulliyatul
Muallimin al-Islamiyah) – yang cukup populer dan telah lama dilaksanakan di
Pondok Modern Gontor – yang menangani pendidikan tingkat menengah pertama dan
menengah atas dengan masa pendidikan 6 tahun bagi lulusan SD dan 4 tahun
bagi lulusan SLTP.
Kurikulum yang diterapkan di KMI Ponpes. Darussalam apat dibagi menjadi
beberapa bidang studi sebagi berikut : Bahasa Arab (semua disampaikan dalam
Bahasa Arab), Dirasah Islamiyah ( kelas II ke atas, seluruh mata
pelajaran ini menggunakan B. Arab), `Ilmu Tarbiyah wa al-Ta`lim (Kependidikan
dan Keguruan), Bahasa Inggris, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial,dan Kewarganegaraan.
Komposisi kurikulum semacam di atasditetapkan untuk tujuan tertentu.
Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri kemampuan berbahasa
Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah
pemikiran Islam. Sedangkan Bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi
modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama Islam
yang ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam Kurikulum KMI diupayakan terwujudnya
keseimbangan dan perpaduan antara pengetahuan agama (Dirasah Islamiyah) dan
pengetahuan umum (Ilmu Pasti, IPA, dan IPS).
Selain itu, PonPes. Darussalam juga mengacu kepada Kurikulum Mts untuk Tingkat
Menengah Pertama dan mengacu kepada kurikulum SMU untuk Tingkat Menengah Atas.
Pemaduan kurikulum yang sedemikian itu sengaja dilakukan untuk lebih memperluas
wawasan pengetahuan para santri, dan untuk memberikan peluang dan kemungkinan
yang lebih luas kepada para santri dalam memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut maupun dunia profesi yang akan dipilih setelah mereka menyelesaikan
pendidikan di Pesantren Darussalam.
5.
Bahasa Pengantar
Bahasa Pengajaran : Bahasa Arab untuk ilmu-ilmu bahasa dan agama, bahasa Inggris
untuk materi berbahasa Inggris, dan ilmu-ilmu yang lain dengan bahasa
Indonesia. Diajarkan pula bahasa percakapan (bahasa Arab dan Inggris) yang
merupakan bahasa percakapan sehari-hari para santri dalam kehidupan mereka
sehari-hari di dalam pondok.
6.
Tenaga Pengajar
Guru-guru yang mengajar di KMI dan membina kegiatan santri sehari-hari di
pondok sebagian besar adalah alumni Pondok Modern Gontor dan Pesantren Alumni
Gontor yang telah menyelesaikan pendidikan Sarjana dan bahkan Magisternya di
perguruan tinggi negri maupun swasta, dan sebagian lagi merupakan alumni
Pesantren Darussalam sendiri dan alumni pesantren salafi.
7.
Program Peningkatan Kompetensi Santri
(Khusus Siswa Akhir)
1.
Amaliyat al-Tadris (Praktek Mengajar)
Sebagai bekal menjadi guru dan dalam rangka peningkatan kompetensi, setiap
santri kelas VI (kelas akhir) diberi tugas membantu mengajar adik kelasnya pada
pelajaran sore di kelas (sesudah dhuhur hingga ashar). Selanjutnya setiap akhir
semester, mereka diwajibkan mengikuti program praktek mengajar dengan diawasi
oleh guru senior sebagai pembimbing serta siswa kelas VI yang lain. Sebelum
praktek mengajar dilaksanakan mereka diberi pengarahan dan wajib membuat
persiapan mengajar. Seusai praktek mengajar diadakan evaluasi bersama dibawah
bimbingan guru senior.
2.
Fath al-Kutub (Kajian kitab-kitab klasik)
Program ini diperuntukkan bagi santri kelas akhir (setingkat kelas III
SMU/Aliyah). Masalah-masalah yang diberikan sebagai tugas bahasan dan kajian
meliputi persoalan-persoalan dalam Hadis, Fiqh, Tafsir, dan Aqidah. Kegiatan
ini dibimbing oleh guru-guru senior yang sekaligus mengoreksi dan mengevaluasi
laporan hasil kajian.
3.
Fath al-Mu’jam (Membuka kamus Bahasa Arab)
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan bahasa
berbahasa Arab santri, terutama ketrampilan mengaplikasikan ilmu sharf dan
nahwu.
4.
Rihlah Iqtishadiyah (Economic Study Tour)
Yakni program pendidikan kewiraswastaan yang diberikan kepada siswa kelas VI
(kelas akhir) sebagai bekal mereka sebelum berkiprah di masyarakat. Kegiatannya
berupa pemberian wawasan tentang kewirausahaan dan kemudian dilanjutkan dengan
kunjungan ke beberapa industri kecil di sekitar Bogor.
5.
Penulisan Karya Ilmiah
Sebagai upaya peningkatan keilmuan dan ketrampilan tulis-menulis, setiap santri
kelas akhir ditugaskan membuat karya ilmiah tentang berbagai persoalan
keagamaan dan kemasyarakatan.
8.
Aktifitas dan Kegiatan Santri
1.
Jadwal Kegiatan Harian :
04.00 – 04.30 : Bangun tidur
04.30 – 05.00 : Shalat Shubuh dan membaca al-Qur’an
05.00 – 06.00 : Penyampaian kosa kata bahasa Arab/Inggris
06.00 – 06.30 : Mandi dan sarapan
06.30 – 07.00 : Persiapan masuk kelas
07.00 – 12.00 : Belajar formal di kelas
12.00 – 13.00 : Sholat Dzuhur dan makan siang
13.00 – 13.45 : Istirahat
13.45 – 14.00 : Persiapan masuk kelas
14.00 – 15.15 : Masuk kelas
15.15 – 16.00 : Shalat Ashar dan membaca al-Qur’an
16.00 – 17.00 : Olah raga
17.00 – 18.00 : Pengajian kitab kuning
18.00 – 20.00 : Shalat Maghrib dan pengajian kitab kuning
20.00 – 20.20 : Shalat Isya
20.20 – 20.40 : Makan malam
20.40 – 22.00 : Belajar malam
22.00 – 04.00 : Istirahat (tidur)
2.
Kegiatan Rutin Mingguan
1.
Latihan Kepramukaan.
Dilaksanakan setiap hari minggu mulai Ba’da dzuhur hingga ba’da ashar, dan
wajib diikuti oleh semua santri.
2.
Latihan Beladiri.
Dilaksanakan seminggu sekali pada hari sabtu sore.
3.
Latihan Pidato dalam 3 bahasa (Arab, Inggris, Indonesia)
Kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam seminggu, malam hari dan sore hari.
4.
Ketrampilan Keputrian
Kegiatannya berupa pengenalan tentang berbagai ketrampilan yang terkait dengan
dunia keputrian, dan dikhususkan untuk santri putri.
3.
Kegiatan Berorganisasi
Untuk melatih jiwa kepemimpinan dan kemampuan keorganisasian para santri,
dibentuklah dua organisasi: Organisasi Santri Darussalam (OSADA), dan
Organisasi Kepramukaan (Gugus Depan Khusus Islam). Keberadaan kedua jenis
organisasi itu juga cukup berperan dalam membantu Pesantren dalam melaksanakan
program-program yang bersifat ekstra kurikuler, dan dalam hal penegakan disiplin
yang harus ditaati oleh para santri. Masa kepengurusan untuk masing–masing
organisasi adalah 1 tahun.
4.
Kursus dan Pelatihan (Bersertifikat)
0.
Kursus dan Pelatihan Calon Pembina Pramuka
Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali dan harus diikuti oleh semua santri
kelas lima. Pelaksanaannya bekerjasama dengan kwarcab Bogor.
1.
Kursus Komputer
2.
Kursus Ketrampilan Kaligrafi
3.
Latihan Dasar Kepemimpinan
7. Pengelolaan kurikulum Tata Negara
C. Kurikulum Tata Negara
4. Pengertian dan Tujuan
Tata negara merupakan salah satu mata pelajaran yang
di ajarkan di Pondok Pesantren Darussalam yang di adopsi dari kurikulum pondok
pesantren Darussalam gontor. Pelajaran tata negara di sesuaikan dengan dengan
tujuan kulikuler yang di tetapkan oleh tim sylabus Kulliyatul Muallimun Al-islamiyyah
Pondok modern Gontor. antara lain :
a) Siswa mengenal ideologi dasar, unsur-unsur, bentuk negara, hak dan
kewajiban warga negara dan UUD Negara Republik Indonesia. Serta dapat
membandingkannya dengan negara lain.
b) Siswa mengetahui perkembangan negara dengan pengertian yang luas
c) Siswa memahami teori, aturan kenegaraan dan kedaulatan serta mengenal
politik negara[31].
Secara umum antara pelajaran Tata Negara dan
Kewarganegaraan memiliki kesamaan dalam teori dan materi yang di ajarkan yaitu
mengenalkan pentingnya nilai-nilai kenegaraan dalam kehidupan sosial serta
norma-norma kehidupan. Chamim mengutip
dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis Nilai bahwa pendidikan
kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia
berarti pendidikan pengetahuan, sikap, mental, nilai-nilai, dan prilaku,
yang menjunjung tinggi demokrasi,
sehingga terwujud warga
masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas
bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera dan demokrasi[32].
5. Materi
Mata Pelajaran Tata Negara ini mencakup
pengertian negara pada umumnya seperti yang diuraikan oleh asas-asas hukum tata
negara dan pokok-pokok pengertian hukum yang
diuraikan oleh pengetahuan ilmu
hukum secara singkat.
Berdasarkan pengertian-pengertian dasar tersebut dijelaskan
mengenai bentuk negara dan pemerintahan seperti yang diatur oleh UUD
1945 . Konstitusi RIS dan UUDS beserta sedikit pelaksanaannya.
Kemudian disoroti juga secara sepintas mengenai wilayah dan warga negara beserta hak-hak sosial
politik dan sedikit tentang pemilihan umum sebagai sosok guru Demokrasi Pancasila.
Akhirnya diuraikan juga lembaga-lembaga internasional dalam
kaitannya dengan politik bebas aktif Negara Republik Indonesia.[33]
Sistematita dari GPPN Tata negara dapat di gambarkan sebagai berikut
Tata Negara Umum :
-
Pengertian ilmu negara dan tata negara
beserta pengertian negara itu sendiri
-
Unsur-unsur negara
-
Teori-teori tujuan negara
-
Bentuk negara dan bentuk pemerintahan
Hukum umum :
-
Norma-norma hukum
-
Pengertian hukum
-
Tata hukum
-
Sumber hukum
-
Pelajaran tata negara di ajarkan kepada siswa siswi
kelas 4, 5, dan 6 KMI di Pondok Pesantren Darussalam. Pelajaran ini cenderung mengajarkan siswa pengetahuan tentang
negara, warga negara, dan hubungan negara dan warga negara, serta
masalah-masalah politik dan hukum ketatanegaraan pada umumnya serta pengetahuan
ketatanegaraan dan hukum ketatanegaraan Indonesia pada khususnya. Sebagian
kecil materi pelajaran ini bersinggungan dengan materi pelajaran Sejarah dan
PPKn, khususnya yang menyangkut tinjauan historis ketatanegaraan Indonesia,
tata hukum negara Indonesia, demokrasi Pancasila, serta organisasi dan kerja
sama internasional.
Namun
dalam pembelajaran, pelajaran Tata Negara ini cenderung murni bersifat
pengetahuan dengan mengabaikan aspek nilai-nilai dan sikap serta keterampilan
kewarganegaraan siswa. Guru Tata Negara pun cenderung mengajarkannya melalui
ceramah dan pemberian beberapa tugas dengan pendekatan pemberian materi
bersifat konseptual. Keadaan ini menurut guru Tata Negara banyak disebabkan oleh
objek negara yang dipelajari dalam Tata Negara cenderung dalam sifatnya yang
statis.
Adapun
materi-materi yang di ajarkan dalam pelajaran tata negara sesuai kelas nya :
Kelas
4 KMI :
Kelas
5 KMI :
a.
Latar belakang lahirnya Republik Indonesia
b.
Dinamika ketatanegaraan Indonesia
c.
Ketatanegaraan Indonesia
d.
Negara hukum Republik Indonesia
e.
Demokrasi Indonesia
f.
Kewarganegaraan Indonesia.[34]
Kelas
6 :
a.
Hubungan internasional
b.
Perjanjian Internasional
c.
Polotik internasional Indonesia yang bersifat aktif
d.
Organisasi dan Lembaga internasional
e.
Masalah dan ruang lingkup politik
3. Manajemen Kurikulum Tata Negara
Kebijakan yang digunakan
Pondok Pesantren Darussakam pada kurikulum
yaitu kurikulum Muadalah
pondok pesantren yang dikeluarkan oleh Kemenag dan pondok Pesantren. Di pondok pesantren Darussalam kurikulum ini yang mendominasi adalah kurikulum Muadalah
KMI (kulliyatul Muallimin al-Islamiyah).
Pengelolaan
kurikulum Mata pelajaran Tata Negara
melibatkan banyak pihak terutama guru mata pelajaran. Setiap guru mengemban
tanggung jawab secara aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian, sejauh mana keterlibatan guru akan
turut menentukan keberhasilan
pembelajaran.
Pada bagian
ini, fokus analisis
terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
Perencanaan
Kegiatan
perencanaan kurikulum dimulai dengan merumuskan visi misi dan tujuan dari pelajaran tersebut, karena sesungguhnya
kurikulum merupakan penjabaran dari rumusan visi, misi dan tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum
mengemban tugas dari sebuah Mata Pelajaran dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
1. Sosialisasi Mata Pelajaran Tata Negara
Mata
pelajaran Tata Negara pertama kali di ajarkan setelah pondok pesantren
Darussalam berganti kurikulum dari kurikulum pesantren ke kurikulum muadalah
melalui SK PMA no. 32 tahun 2020. Dari sini lah cikal bakal pondok pesantren
Darussalam menerapkan kurikulum yang bermanhaj ke pondok pesantren Darussalam
Gontor.
2.
Proses penyusunan kalender
pendidikan
Kalender pendidikan disusun
sebelum memasuki tahu ajaran baru atau menyesuaikan dengan waktu turunya
kalender pendidikan dari kemenag
provinsi Jawa Barat. Penyusunan kalender pendidikan dilakukan pada kegiatan rapat kurikuler yang di pimpin oleh kepala Biro Pengasuhan. Penyesuaian kalender pendidikan mengacu
kepada hari-hari yang sudah di tetapkan oleh pemerintah, seperti
minggu efektif belajar,
jeda tengah semester,
jeda antara semester,
libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur nasional,
hari libur khusus,
dan kegiatan khusus Pondok
Pesanten, sehingga Pondok tidak serta merta menetapkan hari pelaksanaan ulangan
tengah semester maupun ulangan akhir semester, melainkan mengikuti jadwal yang sudah
ditetapkan oleh kementrian agama provinsi
Jawa Barat. Kalender pendidikan yang sudah tersusun selanjutnya disebarluaskan kepada guru-guru dan orang
tua siswa dalam rapat untuk mengetahui kegiatan sekolah satu tahun kedepan.
Pada penyusunan kalender pendidikan belum nampak jadwal kegiatan kepala sekolah untuk melakukan supervisi
akademik seperti kunjungan kelas, dan obervasi kelas, dan
workshop yang berkaitan dengan pembelajaran.
Pelaksanaan Kurikulum
Pada proses pelaksanaan guru memiliki peran utama, peran tersebut seharusnya di dikukung sebagai wujud
penerapan kurikulum secara optimal, uapaya yang dilakukan guru sebagai pelaksana proses pembelajaran yaitu :
1)
Penyusunan Program Tahunan
Program tahunan merupakan
rencana penetapan alokasi waktu satu tahun
pembelajaran untuk mencapai kompetensi inti, kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum, prota berdasakan
kurikulum Muadalah. merupakan program
umum pembelajaran untuk setiap kelas dan di kembangkan oleh guru. Prota tersebut sebagai
rencana umum pelaksanaan pembelajaran setelah di ketahui jumlah jam pelajaran
efektif dalam satu tahun.
Prota perlu dipersiapkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman
bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program
semester. Program tahunan di tentukan setelah adanya
evaluasi kegiatan pembelajaran dari tahun sebelumnya, selanjutnya, dicermati kembali
apakah kegiatan yang dilakukan tahun lalu dilaksanakan
kembali di tahun berikutnya, semua
program tahunan berisi semua agenda yang akan dilaksanakan di lembaga pendidikan tersebut termasuk
acara kenaikan kelas, pentas seni, serta acara latihan dasar
kepemimpinan (LDK). Dalam menyusun
program tahunan hendaknya
guru mendapat bimbingan
dari kepala madrasah
dan pengawas. Realitanya guru-guru tidak mendapat
bimbingan dari pihak manapun, namun meskipun tidak ada bimbingan nampaknya penyusanan Prota ini sudah
berjalan dengan baik hal ini terbukti dari penyusunan prota yang sudah sesuai dengan standar.
2)
Penyusunan Program
Semester
Program semester
merupakan penjabaran dari program tahunan
sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum Prota, penyunan program semester dilakukan oleh guru kelas
maupun guru bidang studi. Program
semester dibuat untuk memperhitungkan jumlah materi dalam satu semester beserta alokasi waktunya.
Sehingga memudahkan guru dalam mencapai
target pembelajaran yang efektif
adan efisien. Namun dalam program semester
ini terdapat kekurangan yakni program remedial yang di tempatkan di akhir tidak
di setiap beberapa pokok bahasan.
3)
Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus.
Dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
oleh guru harus di persiapkan dengan matang mulai dari kesiapan diri
guru itu sendiri hingga kesiapan
administrasi guru yang dapat dilihat dari kelengkapannya
salah satuan administrasi yang harus disiapkan oleh guru agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
melalui kesiapan RPP. Sementara silabus
yang di gunakan berasal dari Buku
panduan kurikulum pengajaran Gontor. Bedanya
pondok pesantren dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran jika si
sekolah formaal RPP di buat untuk jangka satu tahun guru-guru di pesantren
membuat RPP permata pelajaran dalam setiap hari dalam buku I’dad liltadris dan
di tanqih ke bag. Pengajaran KMI. Tanqih tersebut adalah upaya dari bag.
pengajaran KMI untuk mengecek kesiapan guru dalam mengajar materi agar proses
pembelajaran dalam berjalan secara sesuai silabus dan mencapai target tahunan
sesuai prota dan prosem yang di buat oleh pondok Pesantren Darussalam.
Namun dalam perjalanannya masih terdapat guru yang tidak
membuat i’dad litadris dan hanya berpegang pada buku paket saja sehingga
pengencekan RPP pun tidak berjalan dengan maksimal.
Evaluasi
pembelajaran Tata Negara yang dilakukan Pondok Pesantren Darussalam adalah penilaian hasil belajar. Adapun Penilaian hasil belajar tingkat
kelas yang di dilakukan
guru mata pelajaran Tata Negara
meliputi:
a)
Penilaian Proses
Penilaian proses adalah penilaian
yang dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung, yakni saat guru
telah menyelasaikan satu KD mata
pelajaran. Adapun penilaian proses yang
dilakukan lembaga pendidikan tersebut adalah
b)
Penilaian Hasil
·
Ulangan Harian
Ulangan
harian yaitu bentuk evaluasi yang diberikan pada siswa setelah selesai mengajar beberapa pokok bahasan. Diberikan dalam bentuk ujian tulis,diakusi. Hal ini
bertjuan untuk mengukur pemahaman dan
ingatan serta penguasaan siswa tentang materi beberapa pokok bahasan sekaligus
yang kadang digunakan untuk latihan mengerjakan soal ualangan umum/semester.
·
Ulangan Umum Mid /
Tengah semester
Ulangan mid semester tengah semester dilaksanakan Pondok Pesantren Darussalam pada mata pelajaran Tata Negara
dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah di sampaikan. didalam pelaksanaan umum mid semester tidak ada ujian lisan, sebab ujian lisan diberikan kepada siswa ketika pelaksanan
ujian semester ganjil dan genap saja berarti dalam satu tahun dua kali yang termasuk materi yang tertulis mata pelajaran PAI adalah fikih, SKI, akidah ahlak,
dan quran hadits. adapun soal dibuat oleh guru mata pelajaran
masing-masing, bentuk soal berpareasi terdiri dari pilihan
ganda, uraian dan essay.
·
Ulangan Akhir Semester (UAS)
Ulangan
umum semester yang dilakukan di Pondok pesantren Darussalam pada mata pelajaran
Tata Negar dilaksanakan dengan cara
ujian tulis. Adapun soal-soal ujian di buat oleh guru-guru mata pelajaran
tersebut.
[1]
Nurkholis Majid, Bilik-Bilik
Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina), 1997, hlm. 24.
[2]
Jalaludddin, Kapita Selekta Pendidikan. (Jakarta:
Kalam Mulia),
1990, hlm. 45.
[3]
Mujamil Qomar. Pesantren Dari Tranformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi (Jogja: Glora
Aksara Pratama), 2015, hlm. 30.
[4] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan
Nasional) Kurikulum 1986. Hal 1
[5] Tata Negara jilid 3 untuk SMA. Kurikulum 1984/GBPP 19887. Acchmad
roestandi. Hal 5
[6] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan
Nasional) Kurikulum 1994. Hal 1
[7] Kurikulum Sekolah menengah Umum GBPN (Garis Besar Pendidikan
Nasional) Kurikulum 1986. Hal 1
[8] Strategi
Pembelajaran. Suatu pendekatan bagaimana meningkatkan kegiatan belajar siswa
secara transformative, Haidir dan salim. Kelompok penerbit perdana mulya
sarana. Medan hal 97
[9] Model dan
metode pembelajaran di sekolah, Muhamad Afandi, S.Pd.,
M.Pd. UNISSULA PRESS 2013
[10] ibid
[11] Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta:
Rajawali Press, 2018), Cet. 2, h. 21
[12] Ibid
[13] Rusman op.
cit
[14] bid, h. 28
[15] Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), h.136
[16] Rusman, op. cit., h. 57
[17] Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum Teori & Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 141
–147
[18] Syafruddin Nurdin, Guru
Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 71
[19] Dinn Wahyudin, Manajemen
Kurikulum, (Bandung: Rosdakarya, 2014), Cet. 1, h. 94.
[20] Ibid, h. 105
[21] Oemar Hamalik, Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum, op. cit, h.
238
[22] S. Hasan Hamid, Evaluasi
Kurikulum , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.
[23] Nana Syaodih, Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek , op. cit., h. 179-180
[24] Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, op. cit, h. 112 - 114
[25] Lexy
J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif Edidsi Revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010), h.4
[26] Ibid.
[27] H.M. Burhan Bungin,
Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, (Jakarta: Kencana,2007), h.68
[28] H.M..Burhan Bungin,
Op.Cit.h. 121
[29] Lexy
J. Moleong, Op.cit., h. 248
[30] Sugiono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), h. 337-345
[31] Bagian penelitian dan pengembangan kurikulum KMI TATA
NEGARA 2 Pondok Modern Darussalam Gonotor. Ponorogo Jawa Timur. Darussalam
Press 2011
[32] Ine dan Markum, Op. cit., h. 40.
[33] Kurikulum Sekolah menengah Umum.
[34] Bagian penelitian dan pengembangan
kurikulum KMI TATA NEGARA 2 Pondok Modern Darussalam Gonotor. Ponorogo Jawa
Timur. Darussalam Press 2011
0 comments:
Post a Comment