BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan
Pendidikan di Indonesia telh mengalami banyak perubahan sistem seiring dengan
kemajuan jaman. Hal ini ditandai dengan adanya revisi-revisi kurikulum yan
berlaku. Namun demikian, sistem Pendidikan nasional memiliki tujuan yang
menjadi dasar lam penetapan setiap kurikulum, sebagaimana tertera dalam UU RI
No 20 thun 2003 tentang Sisdiknas, khususnya pada pasal 3 yang menyatakan bahwa
“Penidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Pendidikan
adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang
lain, tetapi memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata Pendidikan itu
sendiri (Wikipedia )
Pembelajaran
terjadi ketika sesorang memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam
dirinya sendiri. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilakusebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
(Wikipedia).
Pembelajaran
merupakan proses menggali suatu ilmu dari seumber belajar melalui proses
komunikatif-interaktif, antara guru dengan siswa yaitu dengan saling bertukar
informasi. Istilah keterapilan dalam pembelajaran keterampilan diambil dari
kata terampil yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan
tugas dengan cekat, cepat, tepat dan efektif. Kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah masih menjadi pilihan utama
strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang
memberdayakan siswa sebagai sebuah strategi belajar. yang dimana tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong
siswa mengkontribusikan pengeahuan pada diri mereka sendiri.
Pembelajaran
matematika yang efektif ditandai dengan keberhasilan anak dalam menguasai
kompetensi belajar yang telah ditetapkan dalam pembelajaran matematika. Dengan
demikian untuk berhasilnya pembelajaran matematika,
pertimbangan-pertimbangantentang bagaimana anak belajar merupakan langkah awal
yang harus diperhatikan. Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982)
menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik peserta didik dalam
berfikir intuitif dan analitik akan mencerdasakan peserta didik membuat
prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan
hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar ini,
dari proses drill dan practice ke proses bermakna dan dilanjutkan proses
berpikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu
meningkatkan mutu pembelajaran matematika.
Pelaksanaan
pembelajaran di kelas terkadang guru mengalami kendala yang menyebabkan tidak
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ketidakefektifan dalam
kegiatan pembelajaran inilah yang pada akhirnya menimbulkan masalah dalam
poembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika tentang mengurutkan
bilangan dari yang terkecil maupun mengurutkan bilangan dari yang terbesar,
sehingga hasil dari evaluasi pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa
masih rendah, belum semua siswa mencapai nilai di atas KKM. Selain itu dalam
kegiatan pembelajaran tidak terciptanya suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan, sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sulit tercapai.
Di lihat dari
proses pembelajaran di atas bahwa dalam proses pembelajaran, terdapat
kekurangan siswa dalam hal pemahaman terhadap materi pelajaran yang disampaikan
guru, hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakkan pendekatan atau metode
pembelajaran yang bervariasi dan tepat, sehingga siswa kurang mampu berkreasi
dalam mengembangkan kemampuan belajarnya.
Keberhasilan
suatu proses pembelajaran ini ditunjukkan dengan adanya tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran yang dinyatakan dengan perolehan nilai yang
dicapai siswa sesuai denga Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh guru kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan kriteria ktuntasan
minimal (KKM) untuk pelajaran matematika sebesar 65. Dengan demikian jika angka
keberhasilan yang telah dicapai 90% siswa telah memperoleh nilai 65 atau lebih, maka proses pembelajaran tersebut
telah berhasil, namun sebaliknya jika tingkat penguasaan materi kurang dari 90%
siswa yang belum memperoleh nilai 65, maka pembelajaran belum berhasil.
Berdasarkan permasalahan di atas maka
penulis berencana melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian dengan
judul : “ Pengaruh
Alat Peraga Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Mengurutkan Bilangan Pada Siswa Kelas 1 SDN Ciledug Barat.
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian
perbaikan pembelajaran ini didefinisikan sebagai berikut :
a.
Siswa kurang memperhatikan pelajaran.
b.
Sebagian siswa masih pasif atau kurang aktif pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
c.
Siswa kurang berani untuk bertanya apabila mengalami kesulitan
dalam belajar
d.
Penggunaan alat peraga yang belum tepat sasaran
2.
Analisis Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang dikemukan di atas, maka penulis mencoba mencari
penyebabnya sebagai berikut :
a. Penggunaan alat peraga kurang maksimal.
b. Guru kurang memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
c. Guru kurang memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa saat kegiatan berlangsung.
d. Metode yang digunakkan guru tidak
bervariasi dan kurang tepat
3.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Setelah
melakukan diskusi dengan teman sejawat (supervisor 2) ditemukan penyebab siswa
kurang memahami materi mengurutkan bilangan yaitu di karenakan:
a. Guru belum menggunakan strategi
pembelajaran dan media yang tepat
b. Guru sebaiknya memperhatikan siswa dalam
kegiatan pembelajaran
c. Guru harus sesering mungkin memberikan
latihan dalam materi mengurutkan bilangan.
Berdasarkan
hal tersebut yang menjadi fokus dalam perbaikan pembelajaran adalah
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan dengan menggunakan alat
peraga.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dapat diidentifikasi sebagai
berikut
“ Bagaimana meningkatatkan hasil
belajar siswa kelas 1 SDN Ciledug Barat
pada materi mengurutkan bilangan dengan menggunakan media alat peraga kartu
bilangan?.”
C.
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan
penelitian perbaikan pembelajaran di SDN Ciledug Barat sebagai berikut :
a.
Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 pada materi mengurutkan
bilangan.
b.
Menganalisis dampak penggunaan alat peraga kartu bilangan terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan.
c.
Mengimplementasikan kegiatan pembelajaran melalui tindakan nyata
dalam proses perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa
tentang mengurutkan bilangan dengan mengunakkan alat peraga kartu bilangan.
D.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Manfaat penelitian pembelajaran yang
dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran yaitu :
1. Bagi guru
a. Meningkatkan profesionalitas guru karena
dengan melakukan perbaikan pembelajaran dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
dapat menunjukan bahwa seorang guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran
yang dikelolanya.
b. Memperoleh pengalaman profesional dalam
mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika materi
mengurutkan bilangan dengan alat peraga yang sesuai.
c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk
berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui
inovasi yang selalu dikembangkan.
2. Bagi siswa
a.
Meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran yang dipelajari yang akan berguna bagi masa depannya
b.
Menumbuhkan semangat dan motivasi
belajar siswa melalui suasana yang menyenangkan.
c.
Memupuk dan meningktakan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas.
3. Bagi Sekolah
a.
Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa karena gurunya sudah mampu membuat
perbaikan pembelajaran.
b.
Membantu guru dan tenaga kependidikan dalam mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan di luar kelas.
c.
Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian belajar
Pengertian
belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986:1) yang
menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan
(competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu
dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal,
keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal.
Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. (Udin
S.Winataputra:2014:1.5)
Menurut Abu
Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:121) pengertian belajar jika dilihat dari
psikolog adalah : Suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.
Mursell
berpendapat. “Learning is eksperience, eksploration and discovery” (Rasyad,
2003:29). Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri,
menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh sendiri. Oleh karena itu
kegiatan belajar harus melalui pengalaman, menelusuri yang dipelajari, akhirnya
menemukan yang dipelajari. Mursell mengingatkan kepada orang yang belajar agar
aktif dalam mencari dan menemukan ilmu yang dibutuhkan.
Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses berfikir yang
melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan berbagai informasi yang
diterima sehingga timbul pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan
pemahaman dan penguasaan ini disebut sebagai hasil belajar. Pada dasarnya hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa setelah ia
mengalami proses belajar.
Belajar
menurut Gagne, belajar adalah suatu proses dimana organism berubah prilakunya
sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga pokok dalam
belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan prilaku, (3) pengalaman.
1.
Proses
Belajar adalah
proses mental dan emosional atau berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan
belajar apabila perasaan dan pikirannya aktif. Pikiran dan perasaan itu tidak
dapat di amati oleh orang itu sendiri. Begitu juga dengan guru, dia tidak dapat
melihat aktivitas pikir dan perasaan siswa. Guru dapat melihat dari kegiataan
siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran sebagai, contoh siswa bertanya,
menanggapi dan menjawab pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan,
melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman dll. Itu semua adalah gejala yang
tampak dari aktivitas mental dan emonsional siswa.
2.
Perubahan Prilaku
Hasil belajar
akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang
belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai kegiatan belajarnya.
Pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan
sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikoli tidak semua perubahan
prilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku juga dikarenakan faktor
kematangan, karena lupa, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman
(berinteraksi) dengan lingkungan dan tidak terjadi proses mental emosional
dalam beraktivitas.
3.
Pengalaman
Belajar dapat
memberikan pengalaman langsung maupun tidak langsung kepada siswa, misalnya
siswa yang melakukan sebuah percobaan/eksperimen adalah contohbelajar yang
dilakukan melaui pengalaman langsung sedangkan siswa yang belajar dengan
mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru atau membaca buku adalah
contoh belajar melalui pengalaman yang tidak langsung.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Masing-masing jenis belajar diisi
dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Nana Sudjana 2001:11),
sedangkan Gagne membagi liam kategori hasil belajar, yakni : (1). Informasi
verbal, (2). Keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, (5).
Ketrampilan motoris ( Nana Sudjana 2001:11).
Menurut Warsito ( dalam
Depdiknas, 2006 : 125 ) bahwa hasil belajar dari kegiatan belajar ditandai
dengan adanya perubahan perilaku kea rah positif yang relatif permanen pada
diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk.
(2010: 18) menjelaskan bahwa sseseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam
belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan-perubahan tersebut diantarnya dari segi kemampuan berfikirnya,
keterapilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.
Hasil belajar merupakan tujuan
akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat
ditingkatkan melalui usaha sadar yag dilakukan secara sistematis mengarah
kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar.
Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua
hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar, sedangkan dari sisi siswi, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 3 ).
Seperti yang
dikemukakan oleh (Agus Suprijono, 2012:5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
a.
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam
bentuk Bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah maupun aturan.
b.
Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengintrogasi, kemempuan
analitis-sintetis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
bersifat khas.
c.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d.
Keterampilan motoric yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar dengan menunjukan kemampuan memecahkan
tugas-tugas belajar. Kemampuan berprestassi terpengaruh oleh proses-proses
penerimaan, pengaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk membangkitkan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses
tersebut tidak baik, maka siswa dapat
berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.
Hasil belajar terjadi dari proses belajar
mengajar yang dilakukan di sekolah. Hasil belajar siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya tidaklah sama hal ini disebabkan adanya beberapa kendala seperti
materi, faktor lingkungan, masukan instrumental, dan kondisi individual siswa.
B. MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR
1.
Pembelajaran Matematika di
SD
Menurut Ahmad Susanto (2013: 184) matematika merupakan salah satu
bidang studi yang ada pada semua jenjang Pendidikan, mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga perguaruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman
kanak-kanak secara informal.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar
khas, jika dibandingkan dengan ilmu yang lain. Kegiatan belajar-mengajar
matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saha dengan ilmu yang lain, karena
setiap siswa yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya.
Maka kegiaatan belajar mengajar matematika haruslah diatur sekaligus
memperhatikan kemampuan siswa. Salah satu aspek dalam matematika adalah
berhitung. Berhitung merupakan salah satu aspek dalam matematika yang terdapat
pada hampir setiap cabang matematika sepert aljabar, geometri, dan statistika.
( Sulis, 2007:14).
Pengertian Matematika menurut Ruseffendi (dalam Endah Murniati,
2008:46) adalah mateatika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma,aksioma, dan dalil-dalil, dimana
dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah
matematika sering disebut ilmu deduktif.
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Pembelajara didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan
kegiatan belajar. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru dengan sebagai
upaya penguasaan yang baik terhadap matematika (Ahmad Susanto 2013:186).
2.
Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Secara
umum tujuan pelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan
terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran
matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.
Menurut (Depdiknas 2001:9), kompetensi atau kemapuan umum pembelajaran
matematika di sekolah dasar sebagai berikut:
a.
Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
b.
Menentukan sifat unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
c.
Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.
d.
Mengunakkan pngukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan
penaksiran pengukuran.
e.
Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran
tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.
f.
Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan
gagasan secara matematika.
Ahmad
Susanto (2013:190) secara khuus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah
dasar, sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas sebagai berikut:
1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse dan
mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, malekukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, Menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dari
pernayataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menampilkan solusi yang
diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan denga simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
5.
Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang
guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang
memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan
dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna
dari bahan-bahan pelajaranmelalui suatu proses belajar dan mengkonstuksikannya
dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
3.
Karakteristik Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar
Anak SD yang berada di kelas rendah adalah anak yang berada pada
rentamg usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang
pendek tetapi masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu
seluruh potensi yang dimiliki anak perlu di dorong agar potensi anak akan
berkembang secara optimal. Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD
berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, karakter anak pada
masa kelas rendah berbeda karakter dengan anak kelas tinggi hal ini dapat
dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di
kelas rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh,
akan tetapi anak di kelas yang tinggi sudah dapat berfikir, dan berkreasi
secara luas.
Menurut Bobbi DePorter
& Mike Hernacki
(2002: 112) menyatakan bahwa ada tiga gaya
belajar siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun
masing-masing siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini,
kebanyakan siswa lebih cenderung pada salah satu diantara gaya belajar
tersebut. Menurut teori tersebut, siswa kelas I SD masuk dalam gaya belajar visual
yang mengandalkan penglihatan kemudian mempercayainya. Karakteristik gaya belajar visual memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
(1) Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru
yang sedang mengajar,
(2) Bukan pendengar yang
baik saat berkomunikasi,
(3) Saat mendapat
petunjuk untuk melakukan
sesuatu, biasanya akan
melihat teman-teman lainnya
baru kemudian dia
sendiri yang bertindak,
(4) Tidak suka
bicara di depan
kelompok dan tidak
suka pula mendengarkan orang lain, terlihat pasif dlm diskusi,
(5) Kurang mampu
mengingat informasi yang diberikan secara
lisan,
(6) Dapat duduk
tenang di tengah situasi
yang ribut dan ramai
tanpa terganggu.
Bagi
siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah
mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran yang
digunakan guru sebaiknya
lebih banyak dititik
beratkan pada peragaan/media,
dengan cara menunjukkan alat peraganya
langsung pada siswa atau
menggambarkannya dan ditempel di papan tulis. Karakteristik ini
membuat siswa masih
membutuhkan suatu alat
yang bisa memvisualisasikan ide dan
gagasan yang ada
dalam pikiran siswa.
Salah satunya adalah penggunaan media
dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
dalam penelitian ini penulis
menggunakan alat peraga
yaitu media gambar
tunggal untuk mempermudah siswa
dalam menulis deskripsi.
Menurut
Eti Nurhayati (2011: 34) berdasarkan petahapan Piaget, perkembangan kognitif anak
SD berada pada tahap operasional konkret (Concreate Oprasional). Istilah
operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia
nyata. Anak-anak usia SD membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan
masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan
situasi-situasi yang mereka kenal. Karena anak di usia ini mereka lebih
mengembangkan secara penalaran logis dan konservasi karena telah menguasai
konsep revisibilitas sepanjang berhadapan dengan dunia yang merka kenal.
Nurhayati
menambahkan anak-anak pada kelas-kelas sekolah dasar sedang bergerak dari
pemikiran egosentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke pemikiran
objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain
dapat memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka. Untuk menagkap ide Piaget
tentang perkembangan anak usia SD secara ringkas adalah sebagai berikut:
a. Usia SD Kelas Rendah ( kelas
I-III)
·
Sudah dapat mengklasifikasikan
angka-angka atau bilangan, meskipun masih harus lebih banyak menggunakan
benda/objek yang konkret (alat peraga)
·
Mulai dapat menyimpan pengetahuan
atau hasil pengamatan dalam daya ingatannya.
·
Mulai dapat mengoperasikan
kaidah-kaidah logika ( berfikir logis ), meskipun terbatas pada objek-objek
konkret.
b. Usia SD Kelas Tinggi ( kelas
IV-VI)
·
Mulai dapat berfikir hipotesis
deduktif
·
Mulai mampu mengembangkan kemampuan
berdasarkan kedua alternatif.
·
Mulai mampu menginferensi atau
mengeneralisasikan dari berbagai kategori.
Karakteristik
siswa sekolah dasar tidak hanya itu. Menurut Sumantri ( 2014 : 6, 3 ),
karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu :
1.
Senang bermain
2.
Senang bergerak
3.
Senang bekerja dalam kelompok
4.
Dan senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung
Karekteristik
yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswi sekolah dasar terutama yang
masih berada di kelas- kelas rendah pada umumnya masih suka bermain. Oleh
karena itu guru sekolah dasar dituntut untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang bermuatan permainan lebih, untuk siswa kelas rendah.
Karakteristik
yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah dasar berbeda dengan orang
dewasa yang biasa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam, mereka
sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja.
Oleh karena itu guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan
anak aktif bergerak dan berpindah.
Karakteristik
yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok oleh karena itu guru perlu
membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5
siswa untuk menyelesaikan tugas secara bekelompok. Dengan bergaul dalam
kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja
dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi aturan-aturan dalam kelompok.
Karakteristik
siswa yang ke empat adalah senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget seperti yang telah
dijabarkan sebelumnya, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional
konkret. Mereka berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah
dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan
cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik apa yang
di ajarkan guru, oleh karena itu guru seharusnya merancang model pembelajaran
yang melibatkan anak secara langsung.
Pembelajaran di
kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah
dikembangkanoleh guru, dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam
menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian disekitar
lingkungannya, siswa kelas rendah masih kurang perhatian terhadap kecepatan dan
aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam
menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.
4. Mengurutkan Bilangan
Bilangan dapat diartikan sebagai suatu ide
yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu
kumpulan benda. Lambang-lambang bilangan biasa dinotasikan dalam bentuk tulisan
sebagai angka.
Bilangan adalah suatu konsep matematika yang
digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang
digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang
bilangan. Dalam konsep matematika, bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah
diperluas untuk meliputi bilsngsn nol , bilangan negatif bilangan rasional,
bilangan irrasional dan bilangan kompleks (Wikipedia, 2013 ).
Mengurutkan adalah kemampuan meletakkan benda
dalam urutan menurut aturan tertentu. Sebagai contoh mengurutkan bilangan 5
buah tongkat dari yang paling pendek ke yang paling Panjang, mnegurutkan
berbagai buku dari yang paling tebal ke yang paling kecil dan sebagainya (
Aisyah, 2009:5,34).
Mengurutkan
bilangan merupakan menyusun beberapa bilangan yang ada secara tepat dan benar,
atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengurutkan angka, dari angka
yang lebih kecil ke angka yang paling besar,
atau sebaliknya dari angka yang paling besar ke angka yang lebih kecil (mengurutkan
berpola). Dalam penelitian ini, peneliti membatasi angka yang digunakan kepada
siswa sebagai objek penelitian yaitu mulai dari satu sampai lima ratus (1
sampai 500). Pada saat pelaksanaan mengurutkan bilangan, langkah yang dilakukan
siswa adalah membaca lambang bilangan mulai dari satuan, puluhan dan ratusan
selanjutnya adalah membandingkan terlebih dahulu bilangan tersebut. Untuk
membandingkan bilangan perhatikan urutan nilai tempat terbesar, jika
niali-nilainya sama, bandingkan nilai tempat selanjutnya (ratusan, puluhan,
satuan). Tanda pembanding biasanya dengan tanda “<” (kurang dari), “>”
(lebih dari), dan “=” (sama dengan). Ada dua cara mengurutkan bilangan yaitu:
a. Mengurutkan
bilangan dengan pola teratur (mengurutkan bilangan dari yang terkecil hingga
terbesar atau sebaliknya dari terbesar hingga terkecil).
b. Mengurutkan
bilangan yang tidak berpola (dengan membandingkan nilai tempat dari bilangan
yaitu ratusan, puluhan dan satuan)
Peningkatan
kemampuan mengenal bilangan merupakan bagian dari pengembangan kognitif.
Perkembangan kognitif mencakup kemampuan untuk mengenal simbol-simbol dan
konsep. Bilangan juga mengandung unsur simbol yang berupa lambang bilanganuntuk
menjadikan konkret bilangan tersebut yang bersifat abstrak yaitu berupa lambang
serta konsep bilangan yang berguna untuk mengetahui jumlah suatu benda dalam
hitungan. Pengembangan kognitif pada anak kelas 1 berupa pengembangan pikiran
yang digunakan, misalnya untuk megenali lambang bilangan yang berbeda-beda.
Anak bisa melatih ingatan dan melakukan penalaran seperti belajar mengurutkan
bilangandan memahami konsep bilangan. (Haryuni, 2013).
C. MEDIA PEMBELAJARAN
a. Pengertian
Media Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya digunn siswa untuk mengembangkan potensi
pada dirinya. Kegiatan pembelajaran melibatkan dua belah pihak yaitu peserta
didik sebagai penerima Pendidikan dan Pendidikan sebagai pemberi fasilitas.
Keutamaan dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar. Istilah
media pembelajaran memiliki beberapa pengertian. Salah satu pendapat memberikan
pengertian media secara luas dan secara sempit. Adapun secara luas media
pembelajaran dimaknai sebagai setiap orang, materi atau peristiwa yang
memberikan kesempatak kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Adapaun pengertian secara sempit yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah sarana non personal (bukan manusia) yang digunakkan oleh
guru yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
( Mahmudah, 2018).
Kustandi dan Sutjipto (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
proses suatu rencana dalam rangka mengelola sumber belajar agar terjadi proses
belajar pada siswa. ( Suprihatiningrum, 2013) mendifinisikan pembelajaran
sebagai serangkaian kegiatan yang terencana dengan melibatkan informasi dan
lingkungan untuk mempermudah siswa dalam belajar. Pembelajaran adalah kegiatan
terencana seorang pendidik yang melibatkan bahan ajar, sumber ajar, informasi,
dan lingkungan untuk menciptakan proses belajar pada peserta didik sehingga
dapat mengembangkan potensi diri, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
positif.
Secara umum media pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar. Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar dapat menghindari dari verbalisme (Emda,
2011).
b. Alat
Peraga Kartu Bilangan
Menurut
Machmudin dan Kusnadi (2002) yang mengutip pendapat beberapa ahli sebagai
berikut untuk menjelaskan pengertian alat peraga. Pengertian alat peraga
menurut Gagne adalah komponen sumber belajar dilingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa untuk belajar. Menurut Briggs, alat peraga adalah wahana fisik
yang mengandung materi pembelajaran. Dengan demikian, alat perga merupakan
sesuatu yang digunakan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran agar terjadi
proses belajar. Schramm berpendapat bahwa alat peraga dalam Pendidikan sebagai
suatu Teknik untuk menyampaikan pesan sehingga alat peraga didefinisikan
sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran. Menurut Miarso
alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem Pendidikan didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar. Dalam
pegertian yang lebih khusus alat peraga merupakan alat bantu pengajaran yang
banyak digunakan dalam pengajaran di SD.
Menurut
Estiningsih (dalam R. Mustofa: 2015) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari yang fungsi utamanya adalah untuk
menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak dapat menangkap arti sebenarnya
konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, memanipulasi alat peraga maka
anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan
sarana merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu
untuk melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan
dapat memperlancar pembelajaran, contohnya papan tulis, jangka, penggaris,
lembar kerja, dan alat-alat permainan.
Dalam
istilah bahasa inggris kartu bilangan adalah number card yang diartikan sebagai
kartu yang bertuliskan angka- angka bilangan cacah dengan jumlah sesuai
kebutuhan pengguna yang dibantu dengan sebuah papan landasan untuk menempel
atau menggantungkan angka angka yang telah dipilih. Kartu bilangan yang
digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mempermudah guru dalam
menyampaikan materi, dalam hal ini yaitu mengurutkan angka mulai dari terkecil
sampai angka terbesar dan sebaliknya mengurutkan angka terbesar sampai
angka yang paling kecil.
Gambar 2.1 Media Kartu Bilangan
c. Fungsi
Kartu Bilangan
Kartu
bilangan berfungsi sebagai alat bantu pemebelajaran matematika pada materi mengurutkan
bilangan, mangurutkan bilangan dari yang terkecil keterbesar ataupun
sebaliknya. Adapun fungsi kartu bilangan pada materi mengurutkan bilangan
adalah sebagai berikut:
a.
Sebagai media dalam pembelajaran matematika pada materi
mangurutkan bilangan.
b.
Sebagai salah satu sumber belajar matematika.
c.
Sebagai motivasi belajar bagi siswa karena pembelajaran
matematika menggunakan media yang menarik.
d. Tujuan
Tujuan
penggunaan alat peraga untuk memberikan kemampuan berfikir matematika secara
kreatif, dan mengembangkan sikap mengutamakan kearah berfikir matematika. Dalam
proses pembelajaran pokok bahasan bilangan dan lambang bilangannya, hendaknya
disiapkan media kartu bilangan. Sehingga dapat diartikan alat peraga kartu
bilangan merupakan media yang digunakan untuk membantu memudahkan proses
pembelajaran matematika dari abstrak menjadi nyata sesuai dengan perkembangan
usia sekolah dasar.
e.
Manfaat
Penggunaan alat peraga diharapkan dapat
membantu dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Dengan demikian
matematika sebagai objek abstrak dapat dikurangi keabstrakan materi matematika
dengan menggunakan model benda konkrit yang dinamakan alat peraga pembelajaran
matematika. Alat peraga dapat berfungsi dalam pembelajaran matematika yaitu,
memotivasi siswa dalam proses belajar dan relasi baru. Adapun manfaat alat
peraga yaitu, dapat meningkatkan sensor motorik anak, mengurangi cara
pembelajaran yang bersifat verbalisme, meningkatkan interaksi antara guru dan
siswa, membuat siswa lebih fokus dalam belajar. Keberhasilan dalam pembelajaran
adalah hal yang sangat penting. Keberhasilan tersebut dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan metode pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Sagita, M., & Kania, N. (2019).
f. Langkah-langkah
Penggunaan Media Kartu Bilangan
a.
Guru
1. Guru
menjelaskan membilang bilangan
2. Guru melakukan
Tanya jawab tentang materi yang di sampaikan
3. Guru menguji
kemampuan siswa mengurutkan bilangan
4. Guru
memperlihatkan media kartu bilangan
5. Guru menguji
kemampuan siswa menggunakan kartu bilangan, secara berulang-ulang sampai
memahami mengurutkan bilangan
6. Guru membagikan
kartu bilangan kepada siswa.
7. Guru meminta
siswa maju kedepan untuk mengurutkan bilangan
b.
Siswa
Siswa
mendengarkan penjelasan guru
1. Siswa bertanya
dan menjawab tentang materi yang di sampaikan oleh guru
2. Siswa memperlihatkan kemampuan mengurutkan
bilangan
3. Siswa
memperhatikan media kartu bilangan
4. Siswa
mengurutkan bilangan menggunakan kartu bilangan secara berulang-ulang sampai
benar-benar memahami mengurutkan bilangan
5. Siswa mengambil
kartu bilangan yang di bagikan oleh guru
6. Siswa maju ke
depan kelas untuk mengurutkan bilangan.
g. Kelebihan
dan Kelemahan Kartu Bilangan
Dalam setiap penggunaan metode atau alat yang digunakan peneliti yang
sekaligus guru, dalam proses pembelajaran terdapat keterbatasan dan
kelebihannya sesuai dengan bahan yang akan diajarkan dan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang sesuai dengan standar isi atau silabus, untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun kelebihan dan kelemahan kartu bilangan
antara lain :
1. Kelebihan
:
a. Siswa
dapat memahami lebih cepat karena dilakukan dengan bermain.
b. Mudah
digabungkan dengan metode permainan seperti team teaching, demonstrasi dan
lainnya.
2. Kelemahan
:
a. Hanya
dapat digunakan setelah peserta didik mengetahui konsep angka.
b. Terbatas
pada materi tertentu.
c. Terbatas
pada kelas bawah (1, 2, 3) untuk siswa sekolah dasar.
d.
Guru menjelaskan membilang bilangan
e.
Guru melakukan Tanya jawab tentang materi yang di sampaikan
f.
Guru menguji kemampuan siswa mengurutkan bilangan
g.
Guru memperlihatkan media kartu bilangan
h.
Guru menguji kemampuan siswa menggunakan kartu bilangan, secara berulang-ulang
sampai memahami mengurutkan bilangan
i.
Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.
j.
Guru meminta siswa maju kedepan untuk mengurutkan bilangan
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek, Tempat, WaktuPenelitian, Pihak yang Membantu
1.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas 1 sebanyak 16
orang siswa. Adapun pembelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah
pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan. Pembelajaran ini
merupakan pembelajaran yang sedang dipelajari oleh peserta didik pada semester
ganjil tahun pelajaran 2021/2022.
2.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Ciledug Barat Benda Baru Pamulang
Tangerang Selatan, khususnya kelas 1. Lokasi tersebut dipilih karena tempat
penulis melakukan aktifitas mengajar sehari-hari, sehingga memudahkan dalam
melakukan penelitian.
3.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua siklus, Adapun jadwal pelaksanaan
pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari kegiatan perencanaan, Tindakan,
pengamatan dan refleksi pada setiap siklusnya.
Kegiata ini dilakukan sesuai jadwal pelajaran yang telah
ditetapkan. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
No |
Hari/Tanggal |
Muatan Pelajaran |
Keterangan |
1 |
11 November 2021 |
Matematika |
Siklus I |
2 |
19 November 2021 |
Matematika |
Siklus II |
4.
Pihak Yang Membantu
Pihak-pihak
yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran di SDN Ciledug
Barat adalah sebagai berikut :
a.
Dosen mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP),
bapak Dr. Ujang Jamaludin, M.Si. M. Pd
sebagai pembimbing dalam pembuatan laporan pemantapan kemampuan professional
dan sebagai supervisor 1 pada pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran.
b.
Teman sejawat ibu Sri Lukitowati, S.Pd, sebagai guru pendamping
yang menjadi supervisor II
c.
Dewan guru SDN Ciledug Barat yang telah membantu dan memberikan
masukan kepada peneliti untuk meningkatkan kualitas perbaikan pembelajaran pada
setiap tahap perbaikan pembelajaran.
d.
Kepala Sekolah SDN Ciledug Barat bapak H. Jenanang, S.Pd. MM yang
telah memberikan izin dan memfasilitasi peneliti untuk melaukan penelitian
Tindakan kelas.
B.Desain Prosedur
Perbaikan Pembelajaran
SIKLUS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Model siklus Kurt Lewin
Gambar 3.1( Desain Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian ini tentang bagaimana pengaruh media pembelajaran kartu
bilangan terhadap hasil belajar siswa kelas 1
pada pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan, kegiatan ini
dilakukan dari perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian
dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas,
sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk
menentukakan Langkah-langkah perbaikan pada siklus II. Tahap-tahap penelitian yang
dilakukan sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, hal-hal yang akan dilakukan peneliti pada siklus ini antara lain :
1. Menyusun rencana
perbaikan pembelajaran siklus I.
2. Menyiapkan alat peraga
atau media pembelajaran yang memungkinkan agar tercapai tujuan perbaikan
pembelajaran.
3. Memilih mitra peneliti
yang akan membantu dalam proses perbaikan pembelajaran.
4. Menyiapkan format
pembelajaran yang telah disepakati bersama mitra peneliti sebagai supervisor.
5. Menyiapkan alat perekam
data atau interprestasi data yang di perlukan dalam perbaikan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan penliti :
1. Peneliti
melakukan penyajian materi
di kelas dengan memperhatikan skenario perbaikan pembelajaran yang telah di rancang dalam RPP perbaikan.
2. Peneliti menyampaikan kompetensi
yang akan tercapai dalam perbaikan pembelajaran.
3. Peneliti mendemonstrasikan materi
lambang bilangan,
nama bilangan mengurutkan bilangan media kartu bilangan yang telah di siapkan.
4. Peneliti mempersilakan peserta
didik untuk mendemonstrasikan materi yang sama di depan kelas.
5. Peneliti melakukan tes tertulis berupa latihan soal untuk mengetahui
pencapaian kompetensi dasar dan tingkat keberhasilan perbaikan yang
telah dilaksanakan.
6. Peneliti memberi pujian dan
penghargaan kepada murid baik perorang atau kelompok yang dapat menyelesaikan
tugas dengan baik.
c. Pengamatan/Observasi
Pada tahap pengamatan/observasi ini peneliti melakukan tindakan
perbaikan yang dinilai melalui pengamatan/observasi yang dilakukan oleh teman
sejawat sebagai supervisor 2. Pengamatan dilakukan selama perbaikan
pembelajaran berlangsung, dimana supervisor 2 melakukan
pencatatan terhadap jalannya proses pembelajaran berlangsung dan merekam
data hasil belajar dalam format yang telah di sepakati bersama.
d.
Refleksi
Pada akhir pembelajaran akan dilanjutkan dengan
refleksi. Refleksi di lakukan setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran,
sebelum melakukan refleksi didahulukan dengan melakukan diskusi bersama supervisor
2 yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran ini tentang
proses dan hasil belajar.
Jika dari hasil analisis data dan refleksi
belajar belum mencapai standar ketuntasan baru ditetapkan tindakan ulang pada
siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, hal-hal yang akan dilakukan peneliti pada siklus ini:
1.
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II.
2.
Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran
yang memungkinkan agar tercapai tujuan perbaikan pembelajaran.
3.
Peneliti meminta supervisor 2 untuk melakukan
pengamatan dalam proses perbaikan pembelajaran.
4.
Menyiapkan format pembelajaran yang telah
disepakati bersama mitra peneliti sebagai supervisor 2.
5.
Menyiapkan alat perekam data atau interprestasi
data yang di perlukan dalam perbaikan pembelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan yang akan
dilakukan peneliti
:
1. Peneliti
melakukan penyajian materi
di kelas dengan memperhatikan skenario perbaikan pembelajaran siklus II yang telah di rancang dalam RPP perbaikan siklus II.
2. Peneliti menyampaikan kompetensi
yang akan tercapai dalam perbaikan pembelajaran.
3. Peneliti mendemonstrasikan materi
mengurutkan bilangan
dari yang terbesar dan mengurutkan bilangan dari yang terkecil menggunakan media kartu bilangan yang telah di siapkan.
4. Peneliti mempersilakan peserta
didik untuk mendemonstrasikan materi yang sama di depan kelas.
5. Peneliti melakukan tes tertulis berupa latihan soal untuk mengetahui
pencapaian kompetensi
dan tingkat keberhasilan perbaikan yang telah dilaksanakan.
6. Peneliti memberi pujian dan
penghargaan kepada murid baik perorang atau kelompok yang dapat menyelesaikan
tugas dengan baik.
c. Pengamatan/Observasi
Pada tahap pengamatan/observasi ini peneliti melakukan tindakan
perbaikan siklus II yang dinilai melalui pengamatan/observasi yang dilakukan
oleh teman sejawat sebagai supervisor 2. Pengamatan dilakukan selama perbaikan
pembelajaran berlangsung, dimana supervisor 2 melakukan
pencatatan terhadap jalannya proses perbaikan pembelajaran berlangsung dan merekam data hasil
belajar dalam format yang telah disepakati bersama.
d. Refleksi
Pada akhir pembelajaran akan dilanjutkan dengan
refleksi. Refleksi di lakukan setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran,
sebelum melakukan refleksi didahulukan dengan melakukan diskusi bersama
supervisor 2 yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran ini
tentang proses dan hasil belajar.
Hasil analisis data dan
refleksi belajar yang
sudah mencapai standar
ketuntasan dianggap
telah berhasil melakukan perbaikan pembelajaran
C.
Teknik Analisis Data
Untuk mendukung keperluan penganalisaan data
penelitian ini, peneliti memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari
dalam dan luar kelas 1 SDN Ciledug Barat.
Dalam kegiatan penelitian ini data yang
dikumpulkan oleh peneliti merupakan gabungan dari data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menguraikan hasil pengamatan
terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam proses perbaikan pembelajaran.
Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk memperoleh informasi tentang hasil
belajar siswa yang dijadikan sebagai acuan peningkatan hasil perbaikan
pembelajaran.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
disesuaikan dengan jenis data yang diambil sebagai berikut :
1. Tes
Tes hasil belajar merupakan datakuantitatif yang diperoleh melalui
kegiatan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan angka untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
memahami materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes hasil belajar ini
digunakan untuk membandingkan perubahan-perubahan hasil yang dilakukan pada
setiap kegiatan perbaikan pembelajaran untuk lebih mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar pada setiap Tindakan pelajaran.
2. Non Tes
a. Observasi
Metode observasi digunakan sebagai penunjang dalam melakukan
penelitian, observasi dalam penelitian ini digunkan untuk menganalisis
aktifitas guru dalam melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dan aktifitas
siswa dalam merespon kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dalam kegiatan
pembelajaran di deskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
menggambarkan kejadian yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan lapangan,transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti
,notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto. 2002:206). Studi dokumentasi
dilakukan untuk memperkuat data yang di peroleh dalam observasi. Dokumen yang
di gunakan dalam penelitian ini berupa data siswa dan daftar nilai siswa.
3. Data
Hasil Tes Belajar Siswa
Data hasil tes belajar siswa didapatkan oleh peneliti setelah
melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal kepada siswa setelah
dilakukan proses pembelajaran, adapun soal evaluasi diberikan sebanyak 3 kali.
Data hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 nantinya akan
dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil belajar
siswa dan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Adapun
rumus yang digunakan sebagai berikut :
a. Ketuntasan
secara individu
Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas
apabila persentase ketuntasan minimal mencapai 65
b. Ketuntasan
secara klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan tuntas
apabila persentase ketuntasan minimal mencapai 65
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SDN Ciledug Barat, subjek
penelitian ini siswa kelas 1 tahun pelajaran 2021-2022 yang berjumlah 16 siswa.
Sebelum melakukan Tindakan penelitian terlebih dahulu melakukan pengamatan
(observasi) di kelas 1 SDN Ciledug Barat baik melalui observasi terhadap hasil
belajar siswa. Observasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta
didik terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan
observasi difokuskan pada hasil belajar siswa yang tertuang dalam bentuk nilai
hasil evaluasi. Dengan mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 diharapkan
peneliti bisa melakukan pemetaan terhadap tingkat pemahaman siswa dalam
menerima materi pembelajaran mengurutkan bilangan yang diajarkan di kelas 1.
Denga demikian peneliti dapat melakukan Tindakan secara individu sesuai dengan
tahap dan perkembangan kemampuan siswa.
Dari hasil observasi didapati permasalahan yang timbul di kelas
pada saat pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan yang di ajarkan
di kelas 1tahun ajaran 2021-2022 antara lain :
1.
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena cara mengajar yang
digunakan guru kurang menyenangkan.
2.
Pada saat proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
3.
Siswa yang mencapai KKM hanya sekitar 31% ( 5 siswa dari 16 orang)
hal ini menujukkan bahwa tingkat pencapaian kompetensi belajar pada
pembelajaran di kelas masih rendah.
Setelah melakukan observasi awal tersebut, peneliti dan teman
sejawat menyepakati untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui pelaksanaan
siklus pembelajaran. Hasil diuraikan dalam tahap yang berupa silklus-siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam
penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparannya
sebagai berikut :
1.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
a.
Perencanaan Siklus I
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar
yang masih rendah, maka peneliti melakukan perencanaan Tindakan kelas berupa
penyusunan rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang mana di RPP ini peneliti
melakukan penambahan media pembelajaran berupa kartu bilangan.
Untuk mendukung dari pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, peneliti melakukan Langkah-langkah sebagai
berikut :
1.
Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung KBM
2.
Menyiapkan format penlaian hasil belajar
3.
Memberikan pengarahan singkat tentang Teknik pembelajaran dengan
metode demonstrasi kartu bilangan
4.
Menyusun instrument tes
b.
Tindakan siklus
Tindakan dalam siklus I lakukan melalui Tindakan 3 tahap
pembelajaran, yaitu Kegiata Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup setiap
kegiatan terdiri dari proses-proses dan urutan yang tertera pada Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran
a.
Kegiatan Pendahuluan
Guru
mengucapkan salam, berdoa, guru mengecek kehadiran siswa, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan grur menyiapkan alat peraga berupa kartu bilangan.
b.
Kegiata Inti
Pembelajaran
inti dimulai dengan guru menjelaskan
terlebih dahulu materi tentang lambang bilangan dari 11-20, siswa membaca lambang
bilangan 11-20, mengurutkan bilangan 11-20, Melalui beberapa contoh siswa
menyebutkan nama bilangan sesuai dengan lambang bilangan nya, guru mencontohkan
cara mengurutkan bilangan dari 11 sampai 20 dengan media kartu bilangan,
setelah itu.
Kemudian guru
menyuruh siswa untuk maju ke dapan melakukan demonstrasi cara mengurutkan
bilangan 11-20, setelah siswa melakukan demostrasi siswa diberikan tugas
individu untuk mengerjakan soal sesuai dengan materi yang baru saja dibahas.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tersebut.
c.
Kegiatan Penutup
Kegiatan
terakhir penutup, dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Langkah terakhir siswa dan guru
melakukan refleksi, lalu guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
c.
Pengamatan Siklus I
Berdasarka hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa dalam
proses pembelajaran masih terdapat beberapa kekuranganantara lain :
1.
Peneliti sudah mulai memperhatikan aspek pentingnya apersepsi,
sehingga guru terlihat mulai melakukan apersepsi yang baik.
2. Peneliti sudah
menggunakan metode yang berbeda dari sebelumnya, pada pembelajaraan ini guru
menggunakan metode demonstrasi dengan alat peraga kartu bilangan.
3. Peneliti kurang persiapan
dalam melakukan demonstrasi kepada siswa
4. Peneliti perlu
melakukan metode variasi dalam mengajar.
5. Peneliti perlu
melakukan penguatan lebih dalam dengan banyak pengulangan materi pelajaran.
6. Peneliti menggunakan
media pembelajaran kartu bilangan sehingga siswa mulai tertarik memperhatikan
pembelajaran.
7. Evaluasi yang dilakukan
oleh guru melalui tes tertulis sebagai kegiatan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan apakah sudah
mencapai hasil maksimal atau belum. Siswa yang mendapat hasil belajar yang
sesuai dengan KKM baru 37, 5 % ( 6 siswa dari 16 siswa ) dengan rata-rata kelas
56,2,hal ini menunjukkan bahwa diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran yang
dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
Data tersebut disajikan dalam tabel daya serap hasil belajar siswa sebagai
berikut :
Tabel 4.1 :
Rekapitulasi Daya Serap
Hasil Belajar Siswa Siklus I
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentasi Banyak siswa |
Ketuntasan
Belajar (KKM=65) |
|
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 |
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 |
0 0 0 0 4 7 0 2 1 3 |
0 % 0 % 0 % 0,% 25 % 43,7 % 0 % 12,5 % 6,25 % 18, 7 % |
6/16 X 100 = 37,5 % |
Jumlah |
16 |
100 % |
|
Gambar 4.1
Diagram Batang Daya Serap Hasil Belajar Siswa Siklus I
d.
Refleksi Siklus 1
Setelah proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I guru melakukan refleksi atas
kekurangan yang telah dilakukan, serta mendiskusikan tindakan yang harus
dilakukan pada siklus II.
Hasil refleski
siklus I menunjukan bahwa guru masih kurang mengembangkan dan mengorganisasikan
materi pembelajaran dengan pendekatan tematik, mengoptimalkan suasana belajar
yang efektif serta metode demonstrasi belum maksimal. Oleh karena itu kemampuan
guru dalam mengatur, mengorganisasikan siswa harus ditingkatkan.
Tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang menjadi fokus penelitian
ternyata belum mendapatkan hasil maksimal. Oleh karena itu perlu ada upaya guru
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan.
2.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
a.
Perencanaan Siklus II
Melihat kekurangan pada siklus I, maka siklus II dilakukan
perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran seperti
mengkordinasikan siswa, menyampaikan materi yang diajarkan terkait materi mengurutkan
bilangan dari yang terbesar ke bilangan yang terkecil dan sebaliknya dengan
menggunakkan media kartu bilangan, memancing siswa agar berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Perencanaan siklus II disusun berdasarkan dari
refleksi siklus I, sebelum melaksanakan siklus II dilakukan perencanaan
terlebih dahulu hal ini dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum
tindakan pelaksanaan dilaksanakan. Persiapan tindakan ini adalah membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran, membuat scenario pembelajaran, dan membuat
isntrumen tes.
b.
Tindakan siklus II
Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dari setiap kegiatan terdiri dari
proses-proses dan urutan yang tertera pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
1.
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan
pendahuluan ini diawali dengan guru mengucapkan salam, berdoa, mengkondisikan
kelas, menyiapkan alat peraga, setelah semuanya siap guru mengecek kehadiran
siswa, kemudian guru melakukan apersepsi sebagai upaya untuk membangkitkan
motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, apersepsi dilakukan dengan cara
mengurutkan bilangan dari 11 sampai dengan 20 dengan menunjukkan lambang
bilangannya yang sudah dilakukan pada siklus I, selanjutnya guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran, yang mana siswa akan mengerjakan
tugas yang diberikan guru di lembar kerja.
2.
Kegiatan Inti
Pembelajaran
inti dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dengan
mengkondisikan kelas terlebih dahulu, selanjtnya guru melakukan Langkah-langkah
sebagai berikut:
Ø Guru meminta
siswa menyebutkan bilangan-bilangan yang terdapat pada kartu bilangan
Ø Guru
menjelaskan cara mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke terkecil dan
sebaliknya.
Ø Siswa
mengurutkan bilangan dari bilangan 11 sampai dengan 20 dengan menggunakkan
kartu bilangan
Ø Guru meminta
siswa Menyusun bilangan dari 11 sampai 20 menggunakkan kartu bilangan di depan
kelas.
Ø Guru meminta
siswa untuk melakukan penyusunan bilangan dari yang terbesar dan dari yang
teekecil
Ø Guru memberikan
tugas kepada siswa
Ø Guru dan siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.
Ø Guru dan siswa
membahas soal Latihan untuk mencocokkan jawaban yang tepat
Ø Guru melakukan
penilaian dari hasil kerja siswa
3.
Kegiatan Penutup
Guru
dan siswa merefleksikan hasil kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
siswa sudah memahami betul cara mangurutkan bilangan tersebut. Guru Bersama
siswa membuat kesimpulan akhir tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.
c.
Pengamatan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dalam
memberikan mtaeri pembelajaran pada siklus II ditemukan beberapa hal antara
lain:
a.
Guru sudah bisa mengkordinasikan siswa agar lebih tertib lagi
ketika pelajaran sedang berlangsung.
b.
Guru sudah bisa membuat skenario pembelajaran yang sesuai untuk
materi yang diajakan.
c.
Guru sudah menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga
tercipta suasana belajar yang aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan.
d.
Guru perlu
melakukan metode variasi dalam mengajar.
e.
Guru menggunakan media pembelajara kartu bilangan siswa mulai
memahami pembelajaran.
Sedangkan hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran dan pencapaian hasil belajar sebagai berikut :
a.
Siswa sudah lebih aktif dalam memahami soal-soal
b.
Siswa lebih mudah paham ketika mengunakan media alat peraga pada
saat mengurutkan bilangan dari yang terbesar ataupun sebaliknya.
c.
Hasil belajar siswa yang tertuang dalam nilai tes formatif
menunjukkan peningkatan dibandingkan siklus I, presentasi siswa yang telah
mencapai KKM sebesar 75% ( 12 orang dari 16 siswa ) dengan rata-rata kelas
81,5.
Data di atas disajikan dalam tabel daya serap hasil belajar siswa
sebagai berikut :
No |
Nilai |
Banyak Siswa |
Prosentasi Banyak
siswa |
Ketuntasan Belajar (KKM=65) |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 |
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 |
0 0 0 0 0 0 4 3 3 6 |
0 % 0 % 0 % 0,% 0 % 0 % 25 % 19 % 19 % 37,5 % |
12/16 X 100 = 75 % |
Jumlah |
16 |
100 % |
|
Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran akan
tergambar sebagai berikut :
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Daya Serap Hasil Belajar Siswa Siklus II
d.
Refleksi Siklus II
Kekurangan- kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki
di kegiatan siklus II, terutama keaktifan siswa dan pengaruh pengunaan media
pembelajaran kartu bilangan dalam proses belajar mengajar sudah meningkat.
Guru mampu membawa siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang telah tersusun.
Dari hasil penelitian siswa sudah lebih memahami tentang menurutkan
bilangan dari yang terkecil ke terbesar dan sebaliknya dari yang terbesar ke
terkecil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti dalam melihat hasil
belajar siswa kelas 1 pada materu pelajaran matematika tentang mengurutkan
bilangan, mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke terkecil atau sebaliknya
dengan hasil pencapaian KKM sebanyak 12 siswa dari 16 siswa (75%) . dengan
nilai rata-rata kelas 81,5. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan dari perbaikan sebelumnya, namun dalam perbaikan
ini masih terdapat 4 orang yang nilainya dibawah KKM.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu siklus 1
dan siklus 2. Tujuan dilakukannya perbaikan pembelajaran yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Ciledug Barat pada materi mengurutkan bilangan dari yang
terbesar atau sebaliknya dengan menggunakan media alat peraga kartu bilangan.
Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran materi mengurutkan mengurutkan
bilangan di kelas 1 sudah dapat mencapai hasil yang optimal. Dari uraian hasil
penelitian dari setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan,
peningkatan yang signifikan ini terjadi karena guru telah memperbaiki kinerja
secara sistematis dan berkelanjutan.
Pada siklus 1 kinerja guru belum terlaksana dengan baik karena metode
mengajar yang digunakan belum dilaksanakan dengan baik, guru sudah menggunakan
alat peraga yang sesuai dengan materi tapi belum mampu untuk menarik perhatian
seluruh siswa, strategi pembelajaran menggunakan metode demomnstrasi sehingga
sebagian siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.
Pada siklus 2 guru menerapkan strategi pembelajaran dengan cara
lebih interaktif sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Siswa
secara bergantian mendemonstrasikan bilangan-bilangan dengan menggunakan kartu
bilanggan di depan kelas.
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus 2
terjadi karena guru telah memperbaiki kinerjanya dalam proses Pembelajaran
yaitu dengan menggunakan metode yang tepat (ceramah, tanya jawab, demonstrasi)
pada konsep mengurutkan bilangan . Metode ceramah digunakan guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran dengan komunikasi lisan karena lebih efektif dan
ekonomis untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode Tanya
jawab digunakan agar setiap siswa berpartisipasi secara aktif, membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dipelajari. Metode
demonstrasi melalui media kartu bilangan digunakan guru untuk mempermudah siswa
dalam memvisualisasikan urutan bilangan dan dapat menarik perhatian serta
semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam penerapan pembelajaran
dengan media kartu bilangan dalam rangka meningkatkan kemampuan mengurutkan
bilangan pada siswa kelas I SD Negeri Ciledug Barat Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
penerapan pembelajaran dengan menggunakan media kartu
bilangan dan garis bilangan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan
bilangan. Kondisi awal dilakukan penelitian nilai rata-rata 56,2, dengan adanya
penelitian pada perbaikan siklus II meningkat menjadi 81,5 Peningkatan
kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan dengan menggunakan media kartu
bilangan dilaksanakan dalam dua siklus. Pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media alat peraga kartu bilangan. Dari tindakan ini, dapat telihat hasil belajar siswa meningkat. Secara keseluruhan siswa yang tadinya belum mengerti
tentang mengurutkan bilangan setelah mengalami proses
pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan siswa mampu memahami urutan bilangan sampai dengan 20. Dengan demikian, indikator kompetensi belajar siswa kelas I SD Negeri
Ciledug Barat pada
kemampuan mengurutkan bilangan meningkat
lebih baik sesuai dengan standar nilai
KKM yaitu 65.
2. Dengan menggunakan
media kartu bilangan dalam kegiatan
pembelajaran ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengurutkan bilangan. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus pertama sampai
siklus kedua dan terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran mengalami perubahan yang semula masih
secara konvensional menjadi lebih bervariatif. Guru tidak lagi hanya
mengandalkan metode ceramah saja dalam pembelajaran. Guru dapat membuat
strategi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar
kehidupan siswa. Materi pembelajaran mengurutkan bilangan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan siswa.
Adanya media pembelajaran sebagai alat bantu siswa untuk mengeluarkan ide
–ide pemikirannya, sehingga membuat siswa menjadi bersemangat.
B.
Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan
simpulan hasil penelitian di atas dapat disampaikan saran-saran tindak lanjut
sebagai berikut
1.
Saran Bagi Guru
a.
Guru perlu
melakukan tindakan untuk mengurangi kejenuhan dan meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan metode yang bervariasi sehingga siswa terangsang untuk
beraktifitas secara optimal dalam pembelajaran.
b.
Guru hendaknya
menggunakan media kartu bilangan dalam
pembelajaran mengurutkan bilangan untuk membantu siswa memahami urutan bilangan.
c.
Guru hendaknya
memberikan penghargaan baik bentuk pujian maupun penilaian terhadap hasil karya
siswa, sehingga dapat menambah semangat belajar.
d.
Guru dapat
merefleksi hasil pembelajaran dan harus berani mengadakan perbaikan
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
2. Saran Bagi Siswa
a.
Siswa perlu
sesering mungkin melakukan latihan dengan mengulang-ulang urutan bilangan baik
dari yang terkecil maupun dari yang terbesar, akan lebih baik apabila siswa
juga memiliki kartu bilangan agar lebih
lancar dan benar dalam mengurutkan bilangan.
b.
Siswa perlu
berlatih menuliskan bilangan secara berurutan baik dimulai dari yang
terkecil maupun dari yang terbesar agar semakin
terampil sehingga mampu mengurutkan
bilangan dengan baik dan bena.
c.
Siswa harus
rajin belajar dengan melaksanakan latihan – latihan soal.
d.
Siswa
perlu mengembangkan keberanian bertanya, baik kepada guru, orangtua,
teman, atau kepada siapa saja apabila mengalami
kesulitan dalam mempelajari urutan bilangan.
3. Saran Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah
hendaknya mendukung pembelajaran matematika dengan inovasi dan kreativitas baru
dalam upaya peningkatan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan.
b. Kepala Sekolah
hendaknya selalu memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi.A & Supriyono. W (1991). Psikologi Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aisyah (2009). Perkembangan Konsep Dasar Perkembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
DePorter, B., & Hernacki, M. (2002 :112). Quantum
Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit
Kaifa
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta
Emda, A. (2011). Pemanfaatan media dalam pembelajaran
biologi di sekolah. JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah
Pendidikan dan Pengajaran, 12(1), 149-162.
Erpadeli, S., & Fernandes, D. (2019). KORELASI
PERSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN DENGAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKR DI SMK N 2 SOLOK. Ranah Research:
Journal of Multidisciplinary Research and Development, 1(4),
750-757. ( warsito dalam
depdiknas)
Haryuni, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Mengenal
Bilangan Melalui Media Domino Segitiga di PAUD Kenanga I Kabupaten Pesisir
Selatan. SPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 1(1),
104-118.
Hisbullah, S. P., & Selvi, N. (2018). Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Penerbit Aksara TIMUR. ( machmudin dan kusnadi)
Kustandi, C., & Sutjipto, B.
(2011). Media pembelajaran manual dan digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 173.
Mahmudah, A., & Pustikaningsih, A. (2019). Pengembangan
media pembelajaran interaktif berbasis lectora inspire pada materi jurnal
penyesuaian untuk siswa kelas x akuntansi dan keuangan lembaga smk negeri 1
tempel tahun ajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia, 17(1), 97-111.
Mustofa, R. (2015). Penggunaan Media Alat Peraga
Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Geometri (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nana, S. (2001). Penilaian Proses Belajar Mengajar.
Bandung.:Remaja Rosdakarya
Nurhayati, E. (2011). Bimbingan, konseling &
psikoterapi inovatif (Vol. 1). Pustaka Pelajar.
Rosyad.A (2003). Teori Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta: UHAMKA Press
Sagita, M., & Kania, N. (2019, October). PENGGUNAAN
ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR.
In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 570-576).
Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning PAIKEM
Edisi Revisi. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Wahidmuri dkk ( 2010) Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta Nualeterau.
Yuliawati, F., Rokhimawan, M. A., & Suprihatiningrum,
J. (2013). Pengembangan modul pembelajaran sains berbasis integrasi
islam-sains untuk peserta didik difabel netra mi/sd kelas 5 semester 2 materi
pokok bumi dan alam semesta. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 2(2).
0 comments:
Post a Comment