Monday 17 October 2022

(PROPOSAL) PENGARUH ALAT PERAGA KARTU BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGURUTKAN BILANGAN PADA SISWA KELAS 1 SDN CILEDUG BARAT.

0 comments

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Perkembangan Pendidikan di Indonesia telh mengalami banyak perubahan sistem seiring dengan kemajuan jaman. Hal ini ditandai dengan adanya revisi-revisi kurikulum yan berlaku. Namun demikian, sistem Pendidikan nasional memiliki tujuan yang menjadi dasar lam penetapan setiap kurikulum, sebagaimana tertera dalam UU RI No 20 thun 2003 tentang Sisdiknas, khususnya pada pasal 3 yang menyatakan bahwa “Penidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata Pendidikan itu sendiri (Wikipedia )

Pembelajaran terjadi ketika sesorang memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam dirinya sendiri. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilakusebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. (Wikipedia).  

Pembelajaran merupakan proses menggali suatu ilmu dari seumber belajar melalui proses komunikatif-interaktif, antara guru dengan siswa yaitu dengan saling bertukar informasi. Istilah keterapilan dalam pembelajaran keterampilan diambil dari kata terampil yang mengandung arti kecakapan melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat, tepat dan efektif. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah masih menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang memberdayakan siswa sebagai sebuah strategi belajar. yang dimana tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontribusikan pengeahuan pada diri mereka sendiri.

Pembelajaran matematika yang efektif ditandai dengan keberhasilan anak dalam menguasai kompetensi belajar yang telah ditetapkan dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian untuk berhasilnya pembelajaran matematika, pertimbangan-pertimbangantentang bagaimana anak belajar merupakan langkah awal yang harus diperhatikan. Dalam proses belajar matematika, Bruner (1982) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik peserta didik dalam berfikir intuitif dan analitik akan mencerdasakan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari proses drill dan practice ke proses bermakna dan dilanjutkan proses berpikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas terkadang guru mengalami kendala yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ketidakefektifan dalam kegiatan pembelajaran inilah yang pada akhirnya menimbulkan masalah dalam poembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan dari yang terkecil maupun mengurutkan bilangan dari yang terbesar, sehingga hasil dari evaluasi pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa masih rendah, belum semua siswa mencapai nilai di atas KKM. Selain itu dalam kegiatan pembelajaran tidak terciptanya suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai.

Di lihat dari proses pembelajaran di atas bahwa dalam proses pembelajaran, terdapat kekurangan siswa dalam hal pemahaman terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru, hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakkan pendekatan atau metode pembelajaran yang bervariasi dan tepat, sehingga siswa kurang mampu berkreasi dalam mengembangkan kemampuan belajarnya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran ini ditunjukkan dengan adanya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang dinyatakan dengan perolehan nilai yang dicapai siswa sesuai denga Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh guru kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan kriteria ktuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran matematika sebesar 65. Dengan demikian jika angka keberhasilan yang telah dicapai 90% siswa telah memperoleh nilai 65  atau lebih, maka proses pembelajaran tersebut telah berhasil, namun sebaliknya jika tingkat penguasaan materi kurang dari 90% siswa yang belum memperoleh nilai 65, maka pembelajaran belum berhasil.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis berencana melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian dengan judul  : “ Pengaruh Alat Peraga Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Mengurutkan Bilangan Pada Siswa Kelas 1 SDN Ciledug Barat.

 

1.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini didefinisikan sebagai berikut :  

a.     Siswa kurang memperhatikan pelajaran.

b.     Sebagian siswa masih pasif atau kurang aktif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

c.     Siswa kurang berani untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar

d.     Penggunaan alat peraga yang belum tepat sasaran

 

2.     Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukan di atas, maka penulis mencoba mencari penyebabnya sebagai berikut :

a.     Penggunaan alat peraga kurang maksimal.

b.     Guru kurang memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c.     Guru kurang memberikan kesempatan bertanya kepada siswa saat kegiatan berlangsung.

d.     Metode yang digunakkan guru tidak bervariasi dan kurang tepat

 

3.     Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Setelah melakukan diskusi dengan teman sejawat (supervisor 2) ditemukan penyebab siswa kurang memahami materi mengurutkan bilangan yaitu di karenakan:

a.     Guru belum menggunakan strategi pembelajaran dan media yang tepat

b.     Guru sebaiknya memperhatikan siswa dalam kegiatan pembelajaran

c.     Guru harus sesering mungkin memberikan latihan dalam materi mengurutkan bilangan.

Berdasarkan hal tersebut yang menjadi fokus dalam perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan dengan menggunakan alat peraga.

 

 

 

 

 

 

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut

          “ Bagaimana meningkatatkan hasil belajar siswa kelas 1 SDN Ciledug Barat  pada materi mengurutkan bilangan dengan menggunakan media alat peraga kartu bilangan?.”

 

C.   Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran di SDN Ciledug Barat sebagai berikut :

a.     Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 pada materi mengurutkan bilangan.

b.     Menganalisis dampak penggunaan alat peraga kartu bilangan terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan.

c.     Mengimplementasikan kegiatan pembelajaran melalui tindakan nyata dalam proses perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa tentang mengurutkan bilangan dengan mengunakkan alat peraga kartu bilangan.

 

D.   Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Manfaat penelitian pembelajaran yang dilakukan selama proses perbaikan pembelajaran yaitu :

1.     Bagi guru

a.  Meningkatkan profesionalitas guru karena dengan melakukan perbaikan pembelajaran dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas dapat menunjukan bahwa seorang guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

b.  Memperoleh pengalaman profesional dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika materi mengurutkan bilangan dengan alat peraga yang sesuai.

c.  Memberikan kesempatan kepada guru untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui inovasi yang selalu dikembangkan.

 

2.     Bagi siswa

a.  Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari yang akan berguna bagi masa depannya

b.  Menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa melalui suasana yang menyenangkan.

c. Memupuk dan meningktakan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dikelas.

 

3.     Bagi Sekolah

a. Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa karena gurunya sudah mampu membuat perbaikan pembelajaran.

b. Membantu guru dan tenaga kependidikan dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

c. Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.

 

 


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar 

1. Pengertian belajar

                Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. (Udin S.Winataputra:2014:1.5)

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:121) pengertian belajar jika dilihat dari psikolog adalah :  Suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan perkataan lain, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Mursell berpendapat. “Learning is eksperience, eksploration and discovery” (Rasyad, 2003:29). Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri sendiri dan memperoleh sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar harus melalui pengalaman, menelusuri yang dipelajari, akhirnya menemukan yang dipelajari. Mursell mengingatkan kepada orang yang belajar agar aktif dalam mencari dan menemukan ilmu yang dibutuhkan.

                Dalam melakukan kegiatan belajar, terjadi proses berfikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan berbagai informasi yang diterima sehingga timbul pemahaman dan penguasaan materi yang diberikan pemahaman dan penguasaan ini disebut sebagai hasil belajar. Pada dasarnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa setelah ia mengalami proses belajar.

                Belajar menurut Gagne, belajar adalah suatu proses dimana organism berubah prilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga pokok dalam belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan prilaku, (3) pengalaman.

1.     Proses

Belajar adalah proses mental dan emosional atau berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila perasaan dan pikirannya aktif. Pikiran dan perasaan itu tidak dapat di amati oleh orang itu sendiri. Begitu juga dengan guru, dia tidak dapat melihat aktivitas pikir dan perasaan siswa. Guru dapat melihat dari kegiataan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran sebagai, contoh siswa bertanya, menanggapi dan menjawab pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman dll. Itu semua adalah gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emonsional siswa.

2.     Perubahan Prilaku

Hasil belajar akan tampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikoli tidak semua perubahan prilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku juga dikarenakan faktor kematangan, karena lupa, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi) dengan lingkungan dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.

 

3.     Pengalaman

Belajar dapat memberikan pengalaman langsung maupun tidak langsung kepada siswa, misalnya siswa yang melakukan sebuah percobaan/eksperimen adalah contohbelajar yang dilakukan melaui pengalaman langsung sedangkan siswa yang belajar dengan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru atau membaca buku adalah contoh belajar melalui pengalaman yang tidak langsung.

 

2. Hasil Belajar

            Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Masing-masing jenis belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Nana Sudjana 2001:11), sedangkan Gagne membagi liam kategori hasil belajar, yakni : (1). Informasi verbal, (2). Keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, (5). Ketrampilan motoris ( Nana Sudjana 2001:11).

                Menurut Warsito ( dalam Depdiknas, 2006 : 125 ) bahwa hasil belajar dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku kea rah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni, dkk. (2010: 18) menjelaskan bahwa sseseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantarnya dari segi kemampuan berfikirnya, keterapilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

                Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yag dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, sedangkan dari sisi siswi, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 3 ).

Seperti yang dikemukakan oleh (Agus Suprijono, 2012:5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

a.     Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam bentuk Bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun aturan.

b.     Kemampuan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengintrogasi, kemempuan analitis-sintetis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c.     Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d.     Keterampilan motoric yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e.     Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadi nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar  dengan menunjukan kemampuan memecahkan tugas-tugas belajar. Kemampuan berprestassi terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk membangkitkan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut  tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

Hasil belajar terjadi dari proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah. Hasil belajar siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tidaklah sama hal ini disebabkan adanya beberapa kendala seperti materi, faktor lingkungan, masukan instrumental, dan kondisi individual siswa.

 

B. MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

1.  Pembelajaran Matematika  di SD

Menurut Ahmad Susanto (2013: 184) matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang Pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguaruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat belajar khas, jika dibandingkan dengan ilmu yang lain. Kegiatan belajar-mengajar matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saha dengan ilmu yang lain, karena setiap siswa yang belajar matematika itupun berbeda-beda pula kemampuannya. Maka kegiaatan belajar mengajar matematika haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan siswa. Salah satu aspek dalam matematika adalah berhitung. Berhitung merupakan salah satu aspek dalam matematika yang terdapat pada hampir setiap cabang matematika sepert aljabar, geometri, dan statistika. ( Sulis, 2007:14).

Pengertian Matematika menurut Ruseffendi (dalam Endah Murniati, 2008:46) adalah mateatika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma,aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajara didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar. Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru dengan sebagai upaya penguasaan yang baik terhadap matematika (Ahmad Susanto 2013:186).

 

2.  Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Secara umum tujuan pelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut (Depdiknas 2001:9), kompetensi atau kemapuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

a.     Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.

b.     Menentukan sifat unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

c.     Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

d.     Mengunakkan pngukuran satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran.

e.     Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikan.

f.      Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan secara matematika.

Ahmad Susanto (2013:190) secara khuus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas sebagai berikut:

1.     Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonse dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2.     Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, malekukan manipulasi matematika dalam generalisasi, Menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dari pernayataan matematika.

3.     Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menampilkan solusi yang diperoleh.

4.     Mengkomunikasikan gagasan denga simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

5.     Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan  dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaranmelalui suatu proses belajar dan mengkonstuksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

 

3.  Karakteristik Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar

              Anak SD yang berada di kelas rendah adalah anak yang berada pada rentamg usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki anak perlu di dorong agar potensi anak akan berkembang secara optimal. Perkembangan dan karakteristik anak pada usia SD berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya, karakter anak pada masa kelas rendah berbeda karakter dengan anak kelas tinggi hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran anak. Usia sekolah dasar utamanya yang ada di kelas rendah belum dapat mengembangkan keterampilan kognitifnya secara penuh, akan tetapi anak di kelas yang tinggi sudah dapat berfikir, dan berkreasi secara luas.

    Menurut Bobbi  DePorter  &  Mike  Hernacki  (2002:  112)  menyatakan bahwa ada tiga  gaya  belajar siswa, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada salah satu diantara gaya belajar tersebut. Menurut teori tersebut, siswa kelas I SD masuk dalam gaya belajar visual yang mengandalkan penglihatan kemudian mempercayainya. Karakteristik  gaya belajar visual memiliki ciri-ciri  sebagai  berikut: 

(1) Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang  sedang   mengajar,    (2) Bukan   pendengar   yang   baik   saat berkomunikasi, 

(3) Saat  mendapat    petunjuk  untuk  melakukan  sesuatu, biasanya akan  melihat  teman-teman  lainnya  baru  kemudian  dia  sendiri  yang  bertindak, 

(4) Tidak  suka  bicara  di  depan  kelompok  dan  tidak  suka  pula    mendengarkan  orang lain, terlihat pasif dlm  diskusi,

(5) Kurang  mampu mengingat informasi   yang diberikan  secara  lisan, 

(6) Dapat  duduk  tenang di  tengah  situasi  yang  ribut  dan ramai  tanpa  terganggu.

      Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual). Dalam hal ini metode pengajaran  yang  digunakan  guru  sebaiknya  lebih  banyak  dititik  beratkan  pada peragaan/media, dengan cara menunjukkan alat peraganya  langsung  pada siswa atau menggambarkannya dan ditempel di papan tulis. Karakteristik  ini  membuat  siswa  masih  membutuhkan  suatu  alat  yang bisa memvisualisasikan  ide  dan  gagasan  yang  ada  dalam  pikiran  siswa.  Salah  satunya adalah    penggunaan    media    dalam    kegiatan    pembelajaran,    sehingga    dalam penelitian  ini  penulis  menggunakan  alat  peraga  yaitu  media  gambar  tunggal  untuk mempermudah siswa dalam menulis deskripsi.

      Menurut Eti Nurhayati (2011: 34) berdasarkan petahapan Piaget, perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap operasional konkret (Concreate Oprasional). Istilah operasi konkret mencerminkan pendekatan yang terikat atau terbatas pada dunia nyata. Anak-anak usia SD membentuk konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, namun hanya sepanjang mereka melibatkan objek-objek dan situasi-situasi yang mereka kenal. Karena anak di usia ini mereka lebih mengembangkan secara penalaran logis dan konservasi karena telah menguasai konsep revisibilitas sepanjang berhadapan dengan dunia yang merka kenal.

      Nurhayati menambahkan anak-anak pada kelas-kelas sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran egosentris ke desentris, atau dari pemikiran subjektif ke pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki persepsi berbeda dari persepsi mereka. Untuk menagkap ide Piaget tentang perkembangan anak usia SD secara ringkas adalah sebagai berikut:

a. Usia SD Kelas Rendah ( kelas I-III)

·        Sudah dapat mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan, meskipun masih harus lebih banyak menggunakan benda/objek yang konkret (alat peraga)

·        Mulai dapat menyimpan pengetahuan atau hasil pengamatan dalam daya ingatannya.

·        Mulai dapat mengoperasikan kaidah-kaidah logika ( berfikir logis ), meskipun terbatas pada objek-objek konkret.

b. Usia SD Kelas Tinggi ( kelas IV-VI)

·        Mulai dapat berfikir hipotesis deduktif

·        Mulai mampu mengembangkan kemampuan berdasarkan kedua alternatif.

·        Mulai mampu menginferensi atau mengeneralisasikan dari berbagai kategori.

      Karakteristik siswa sekolah dasar tidak hanya itu. Menurut Sumantri ( 2014 : 6, 3 ), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu :

1.     Senang bermain

2.     Senang bergerak

3.     Senang bekerja dalam kelompok

4.     Dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung

Karekteristik yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswi sekolah dasar terutama yang masih berada di kelas- kelas rendah pada umumnya masih suka bermain. Oleh karena itu guru sekolah dasar dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang bermuatan permainan lebih, untuk siswa kelas rendah.

Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah dasar berbeda dengan orang dewasa yang biasa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam, mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja. Oleh karena itu guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak aktif bergerak dan berpindah.

Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok oleh karena itu guru perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk menyelesaikan tugas secara bekelompok. Dengan bergaul dalam kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi aturan-aturan dalam kelompok.

Karakteristik siswa yang ke empat adalah senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Mereka berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik apa yang di ajarkan guru, oleh karena itu guru seharusnya merancang model pembelajaran yang melibatkan anak secara langsung.

Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dikembangkanoleh guru, dalam hal ini guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon agar siswa menyadari kejadian disekitar lingkungannya, siswa kelas rendah masih kurang perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan proses belajar yang lebih menarik dan efektif.

 

4. Mengurutkan Bilangan

          Bilangan dapat diartikan sebagai suatu ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai banyaknya suatu kumpulan benda. Lambang-lambang bilangan biasa dinotasikan dalam bentuk tulisan sebagai angka.

Bilangan adalah suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang bilangan. Dalam konsep matematika, bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk meliputi bilsngsn nol , bilangan negatif bilangan rasional, bilangan irrasional dan bilangan kompleks (Wikipedia, 2013 ).

Mengurutkan adalah kemampuan meletakkan benda dalam urutan menurut aturan tertentu. Sebagai contoh mengurutkan bilangan 5 buah tongkat dari yang paling pendek ke yang paling Panjang, mnegurutkan berbagai buku dari yang paling tebal ke yang paling kecil dan sebagainya ( Aisyah, 2009:5,34).

Mengurutkan bilangan merupakan menyusun beberapa bilangan yang ada secara tepat dan benar, atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengurutkan angka, dari angka yang lebih kecil ke angka yang paling besar,  atau sebaliknya dari angka yang paling besar ke angka yang lebih kecil (mengurutkan berpola). Dalam penelitian ini, peneliti membatasi angka yang digunakan kepada siswa sebagai objek penelitian yaitu mulai dari satu sampai lima ratus (1 sampai 500). Pada saat pelaksanaan mengurutkan bilangan, langkah yang dilakukan siswa adalah membaca lambang bilangan mulai dari satuan, puluhan dan ratusan selanjutnya adalah membandingkan terlebih dahulu bilangan tersebut. Untuk membandingkan bilangan perhatikan urutan nilai tempat terbesar, jika niali-nilainya sama, bandingkan nilai tempat selanjutnya (ratusan, puluhan, satuan). Tanda pembanding biasanya dengan tanda “<” (kurang dari), “>” (lebih dari), dan “=” (sama dengan). Ada dua cara mengurutkan bilangan yaitu:

a.     Mengurutkan bilangan dengan pola teratur (mengurutkan bilangan dari yang terkecil hingga terbesar atau sebaliknya dari terbesar hingga terkecil).

b.     Mengurutkan bilangan yang tidak berpola (dengan membandingkan nilai tempat dari bilangan yaitu ratusan, puluhan dan satuan)

Peningkatan kemampuan mengenal bilangan merupakan bagian dari pengembangan kognitif. Perkembangan kognitif mencakup kemampuan untuk mengenal simbol-simbol dan konsep. Bilangan juga mengandung unsur simbol yang berupa lambang bilanganuntuk menjadikan konkret bilangan tersebut yang bersifat abstrak yaitu berupa lambang serta konsep bilangan yang berguna untuk mengetahui jumlah suatu benda dalam hitungan. Pengembangan kognitif pada anak kelas 1 berupa pengembangan pikiran yang digunakan, misalnya untuk megenali lambang bilangan yang berbeda-beda. Anak bisa melatih ingatan dan melakukan penalaran seperti belajar mengurutkan bilangandan memahami konsep bilangan. (Haryuni, 2013).

 

C. MEDIA PEMBELAJARAN

a.     Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya digunn siswa untuk mengembangkan potensi pada dirinya. Kegiatan pembelajaran melibatkan dua belah pihak yaitu peserta didik sebagai penerima Pendidikan dan Pendidikan sebagai pemberi fasilitas. Keutamaan dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar. Istilah media pembelajaran memiliki beberapa pengertian. Salah satu pendapat memberikan pengertian media secara luas dan secara sempit. Adapun secara luas media pembelajaran dimaknai sebagai setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatak kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Adapaun pengertian secara sempit yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah sarana non personal (bukan manusia) yang digunakkan oleh guru yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan ( Mahmudah, 2018).

Kustandi dan Sutjipto (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses suatu rencana dalam rangka mengelola sumber belajar agar terjadi proses belajar pada siswa. ( Suprihatiningrum, 2013) mendifinisikan pembelajaran sebagai serangkaian kegiatan yang terencana dengan melibatkan informasi dan lingkungan untuk mempermudah siswa dalam belajar. Pembelajaran adalah kegiatan terencana seorang pendidik yang melibatkan bahan ajar, sumber ajar, informasi, dan lingkungan untuk menciptakan proses belajar pada peserta didik sehingga dapat mengembangkan potensi diri, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif.

Secara umum media pembelajaran adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat menghindari dari verbalisme (Emda, 2011).

 

b.     Alat Peraga Kartu Bilangan

Menurut Machmudin dan Kusnadi (2002) yang mengutip pendapat beberapa ahli sebagai berikut untuk menjelaskan pengertian alat peraga. Pengertian alat peraga menurut Gagne adalah komponen sumber belajar dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut Briggs, alat peraga adalah wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran. Dengan demikian, alat perga merupakan sesuatu yang digunakan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran agar terjadi proses belajar. Schramm berpendapat bahwa alat peraga dalam Pendidikan sebagai suatu Teknik untuk menyampaikan pesan sehingga alat peraga didefinisikan sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan pembelajaran. Menurut Miarso alat peraga secara makro dalam keseluruhan sistem Pendidikan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar. Dalam pegertian yang lebih khusus alat peraga merupakan alat bantu pengajaran yang banyak digunakan dalam pengajaran di SD.

Menurut Estiningsih (dalam R. Mustofa: 2015) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari yang fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak dapat menangkap arti sebenarnya konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. Sedangkan sarana merupakan media pembelajaran yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan pembelajaran. Dengan menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat memperlancar pembelajaran, contohnya papan tulis, jangka, penggaris, lembar kerja, dan alat-alat permainan.

Dalam istilah bahasa inggris kartu bilangan adalah number card yang diartikan sebagai kartu yang bertuliskan angka- angka bilangan cacah dengan jumlah sesuai kebutuhan pengguna yang dibantu dengan sebuah papan landasan untuk menempel atau menggantungkan angka angka yang telah dipilih. Kartu bilangan yang digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi, dalam hal ini yaitu mengurutkan angka mulai dari terkecil sampai angka terbesar dan sebaliknya mengurutkan angka terbesar sampai angka  yang paling kecil.

 

Gambar 2.1 Media Kartu Bilangan

 

c.     Fungsi Kartu Bilangan

Kartu bilangan berfungsi sebagai alat bantu pemebelajaran matematika pada materi mengurutkan bilangan, mangurutkan bilangan dari yang terkecil keterbesar ataupun sebaliknya. Adapun fungsi kartu bilangan pada materi mengurutkan bilangan adalah sebagai berikut:

 

a.     Sebagai media dalam pembelajaran matematika pada materi mangurutkan bilangan.

b.     Sebagai salah satu sumber belajar matematika.

c.     Sebagai motivasi belajar bagi siswa karena pembelajaran matematika menggunakan media yang menarik.

d.     Tujuan

Tujuan penggunaan alat peraga untuk memberikan kemampuan berfikir matematika secara kreatif, dan mengembangkan sikap mengutamakan kearah berfikir matematika. Dalam proses pembelajaran pokok bahasan bilangan dan lambang bilangannya, hendaknya disiapkan media kartu bilangan. Sehingga dapat diartikan alat peraga kartu bilangan merupakan media yang digunakan untuk membantu memudahkan proses pembelajaran matematika dari abstrak menjadi nyata sesuai dengan perkembangan usia sekolah dasar.

e.     Manfaat

Penggunaan alat peraga diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Dengan demikian matematika sebagai objek abstrak dapat dikurangi keabstrakan materi matematika dengan menggunakan model benda konkrit yang dinamakan alat peraga pembelajaran matematika. Alat peraga dapat berfungsi dalam pembelajaran matematika yaitu, memotivasi siswa dalam proses belajar dan relasi baru. Adapun manfaat alat peraga yaitu, dapat meningkatkan sensor motorik anak, mengurangi cara pembelajaran yang bersifat verbalisme, meningkatkan interaksi antara guru dan siswa, membuat siswa lebih fokus dalam belajar. Keberhasilan dalam pembelajaran adalah hal yang sangat penting. Keberhasilan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika. Sagita, M., & Kania, N. (2019).

 

f.      Langkah-langkah Penggunaan Media Kartu Bilangan

a.     Guru

1.       Guru menjelaskan membilang bilangan

2.       Guru melakukan Tanya jawab tentang materi yang di sampaikan

3.       Guru menguji kemampuan siswa mengurutkan bilangan

4.       Guru memperlihatkan media kartu bilangan

5.       Guru menguji kemampuan siswa menggunakan kartu bilangan, secara berulang-ulang sampai memahami mengurutkan bilangan

6.       Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.

7.       Guru meminta siswa maju kedepan untuk mengurutkan bilangan

 

b.     Siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru

1.      Siswa bertanya dan menjawab tentang materi yang di sampaikan oleh guru

2.       Siswa memperlihatkan kemampuan mengurutkan bilangan

3.      Siswa memperhatikan media kartu bilangan

4.      Siswa mengurutkan bilangan menggunakan kartu bilangan secara berulang-ulang sampai benar-benar memahami mengurutkan bilangan

5.      Siswa mengambil kartu bilangan yang di bagikan oleh guru

6.      Siswa maju ke depan kelas untuk mengurutkan bilangan.

 

g.     Kelebihan dan Kelemahan Kartu Bilangan

Dalam setiap penggunaan metode atau alat yang digunakan peneliti yang sekaligus guru, dalam proses pembelajaran terdapat keterbatasan dan kelebihannya sesuai dengan bahan yang akan diajarkan dan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan standar isi atau silabus, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun kelebihan dan kelemahan kartu bilangan antara lain :

1.     Kelebihan :

a.  Siswa dapat memahami lebih cepat karena dilakukan dengan bermain.

b.  Mudah digabungkan dengan metode permainan seperti team teaching, demonstrasi dan lainnya.

2.     Kelemahan :

a.  Hanya dapat digunakan setelah peserta didik mengetahui konsep angka.

b.  Terbatas pada materi tertentu.

c.  Terbatas pada kelas bawah (1, 2, 3) untuk siswa sekolah dasar.

d.  Guru menjelaskan membilang bilangan

e.  Guru melakukan Tanya jawab tentang materi yang di sampaikan

f.   Guru menguji kemampuan siswa mengurutkan bilangan

g.  Guru memperlihatkan media kartu bilangan

h.  Guru menguji kemampuan siswa menggunakan kartu bilangan, secara berulang-ulang sampai memahami mengurutkan bilangan

i.    Guru membagikan kartu bilangan kepada siswa.

j.    Guru meminta siswa maju kedepan untuk mengurutkan bilangan

 


BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

 

A.   Subjek, Tempat, WaktuPenelitian, Pihak yang Membantu

1.  Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas 1 sebanyak 16 orang siswa. Adapun pembelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang sedang dipelajari oleh peserta didik pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022.

 

2.  Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Ciledug Barat Benda Baru Pamulang Tangerang Selatan, khususnya kelas 1. Lokasi tersebut dipilih karena tempat penulis melakukan aktifitas mengajar sehari-hari, sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.

 

3.  Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam dua siklus, Adapun jadwal pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari kegiatan perencanaan, Tindakan, pengamatan dan refleksi pada setiap siklusnya.

Kegiata ini dilakukan sesuai jadwal pelajaran yang telah ditetapkan. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

 

 

 

 

 

No

 

Hari/Tanggal

 

Muatan Pelajaran

 

Keterangan

1

11 November 2021

Matematika

Siklus I

2

19 November 2021

Matematika

Siklus II

 

4.  Pihak Yang Membantu

Pihak-pihak yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran di SDN Ciledug Barat adalah sebagai berikut :

a.  Dosen mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP), bapak   Dr. Ujang Jamaludin, M.Si. M. Pd sebagai pembimbing dalam pembuatan laporan pemantapan kemampuan professional dan sebagai supervisor 1 pada pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran.

b.  Teman sejawat ibu Sri Lukitowati, S.Pd, sebagai guru pendamping yang menjadi supervisor II

c.  Dewan guru SDN Ciledug Barat yang telah membantu dan memberikan masukan kepada peneliti untuk meningkatkan kualitas perbaikan pembelajaran pada setiap tahap perbaikan pembelajaran.

d.  Kepala Sekolah SDN Ciledug Barat bapak H. Jenanang, S.Pd. MM yang telah memberikan izin dan memfasilitasi peneliti untuk melaukan penelitian Tindakan kelas.

 

 

 

 

 

 

B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

SIKLUS

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Model siklus Kurt Lewin

Gambar 3.1( Desain Penelitian Tindakan Kelas)

 

Penelitian ini tentang bagaimana pengaruh media pembelajaran kartu bilangan terhadap hasil belajar siswa kelas 1  pada pelajaran matematika materi mengurutkan bilangan, kegiatan ini dilakukan dari perencanaan, Tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukakan Langkah-langkah perbaikan pada siklus II. Tahap-tahap penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

 

 

 

 

1.  Siklus I

a.  Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, hal-hal yang akan dilakukan peneliti pada siklus ini antara lain :

1.  Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I.

2.  Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran yang memungkinkan agar tercapai tujuan perbaikan pembelajaran.

3.  Memilih mitra peneliti yang akan membantu dalam proses perbaikan pembelajaran.

4.  Menyiapkan format pembelajaran yang telah disepakati bersama mitra peneliti sebagai supervisor.

5.  Menyiapkan alat perekam data atau interprestasi data yang di perlukan dalam perbaikan pembelajaran.

 

b.  Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan penliti :

1.  Peneliti melakukan penyajian materi di kelas dengan memperhatikan skenario perbaikan pembelajaran yang telah di rancang dalam RPP perbaikan.

2.  Peneliti menyampaikan kompetensi yang akan tercapai dalam perbaikan pembelajaran.

3.  Peneliti mendemonstrasikan materi lambang bilangan, nama bilangan mengurutkan bilangan media kartu bilangan yang telah di siapkan.

4.  Peneliti mempersilakan peserta didik untuk mendemonstrasikan materi yang sama di depan kelas.

5.  Peneliti melakukan tes tertulis berupa latihan soal untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar dan tingkat keberhasilan perbaikan yang telah dilaksanakan.

6.  Peneliti memberi pujian dan penghargaan kepada murid baik perorang atau kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

c.  Pengamatan/Observasi

Pada tahap pengamatan/observasi ini peneliti melakukan tindakan perbaikan yang dinilai melalui pengamatan/observasi yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai supervisor 2. Pengamatan dilakukan selama perbaikan pembelajaran berlangsung, dimana supervisor 2 melakukan  pencatatan terhadap jalannya proses pembelajaran berlangsung dan merekam data hasil belajar dalam format yang telah di sepakati bersama.

d.     Refleksi

Pada akhir pembelajaran akan dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi di lakukan setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran, sebelum melakukan refleksi didahulukan dengan melakukan diskusi bersama supervisor 2 yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran ini tentang proses dan hasil belajar.

Jika dari hasil analisis data dan refleksi belajar belum mencapai standar ketuntasan baru ditetapkan tindakan ulang pada siklus berikutnya.

 

2.  Siklus II

a.  Perencanaan

Dalam tahap perencanaan, hal-hal yang akan dilakukan peneliti pada siklus ini:

1.  Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II.

2.  Menyiapkan alat peraga atau media pembelajaran yang memungkinkan agar tercapai tujuan perbaikan pembelajaran.

3.  Peneliti meminta supervisor 2 untuk melakukan pengamatan dalam proses perbaikan pembelajaran.

4.  Menyiapkan format pembelajaran yang telah disepakati bersama mitra peneliti sebagai supervisor 2.

5.  Menyiapkan alat perekam data atau interprestasi data yang di perlukan dalam perbaikan pembelajaran.

 

b.  Pelaksanaan tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan peneliti :

1.  Peneliti melakukan penyajian materi di kelas dengan memperhatikan skenario perbaikan pembelajaran siklus II yang telah di rancang dalam RPP perbaikan siklus II.

2.  Peneliti menyampaikan kompetensi yang akan tercapai dalam perbaikan pembelajaran.

3.  Peneliti mendemonstrasikan materi mengurutkan bilangan dari yang terbesar dan mengurutkan bilangan dari yang terkecil menggunakan media kartu bilangan yang telah di siapkan.

4.  Peneliti mempersilakan peserta didik untuk mendemonstrasikan materi yang sama di depan kelas.

5.  Peneliti melakukan tes tertulis berupa latihan soal untuk mengetahui pencapaian kompetensi dan tingkat keberhasilan perbaikan yang telah dilaksanakan.

6.  Peneliti memberi pujian dan penghargaan kepada murid baik perorang atau kelompok yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

c. Pengamatan/Observasi

Pada tahap pengamatan/observasi ini peneliti melakukan tindakan perbaikan siklus II yang dinilai melalui pengamatan/observasi yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai supervisor 2. Pengamatan dilakukan selama perbaikan pembelajaran berlangsung, dimana supervisor 2 melakukan  pencatatan terhadap jalannya proses perbaikan pembelajaran berlangsung dan merekam data hasil belajar dalam format yang telah disepakati bersama.

 

d.   Refleksi

Pada akhir pembelajaran akan dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi di lakukan setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran, sebelum melakukan refleksi didahulukan dengan melakukan diskusi bersama supervisor 2 yang membantu peneliti dalam melakukan perbaikan pembelajaran ini tentang proses dan hasil belajar.

Hasil analisis data dan refleksi belajar yang sudah mencapai standar ketuntasan dianggap telah berhasil melakukan perbaikan pembelajaran

 

C.   Teknik Analisis Data

Untuk mendukung keperluan penganalisaan data penelitian ini, peneliti memerlukan sejumlah data pendukung yang berasal dari dalam dan luar kelas 1 SDN Ciledug Barat.

Dalam kegiatan penelitian ini data yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan gabungan dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk menguraikan hasil pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam proses perbaikan pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dijadikan sebagai acuan peningkatan hasil perbaikan pembelajaran.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan disesuaikan dengan jenis data yang diambil sebagai berikut :

1.  Tes

Tes hasil belajar merupakan datakuantitatif yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk satuan-satuan angka untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.Tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tes hasil belajar ini digunakan untuk membandingkan perubahan-perubahan hasil yang dilakukan pada setiap kegiatan perbaikan pembelajaran untuk lebih mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar pada setiap Tindakan pelajaran.

2.  Non Tes

a.  Observasi

Metode observasi digunakan sebagai penunjang dalam melakukan penelitian, observasi dalam penelitian ini digunkan untuk menganalisis aktifitas guru dalam melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dan aktifitas siswa dalam merespon kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dalam kegiatan pembelajaran di deskripsikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan kejadian yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

b.  Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan lapangan,transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti ,notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto. 2002:206). Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang di peroleh dalam observasi. Dokumen yang di gunakan dalam penelitian ini berupa data siswa dan daftar nilai siswa.

 

3.  Data Hasil Tes Belajar Siswa

Data hasil tes belajar siswa didapatkan oleh peneliti setelah melakukan evaluasi dengan memberikan latihan soal kepada siswa setelah dilakukan proses pembelajaran, adapun soal evaluasi diberikan sebanyak 3 kali. Data hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 nantinya akan dibandingkan sehingga dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

a.       Ketuntasan secara individu

                  

Ketuntasan belajar individu dinyatakan tuntas apabila persentase ketuntasan minimal mencapai 65

b.       Ketuntasan secara klasikal

                  

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan tuntas apabila persentase ketuntasan minimal mencapai 65

 

 

 

 


BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.               Deskripsi Data Hasil Penelitian

 

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SDN Ciledug Barat, subjek penelitian ini siswa kelas 1 tahun pelajaran 2021-2022 yang berjumlah 16 siswa. Sebelum melakukan Tindakan penelitian terlebih dahulu melakukan pengamatan (observasi) di kelas 1 SDN Ciledug Barat baik melalui observasi terhadap hasil belajar siswa. Observasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan observasi difokuskan pada hasil belajar siswa yang tertuang dalam bentuk nilai hasil evaluasi. Dengan mengetahui hasil belajar siswa pada siklus 1 diharapkan peneliti bisa melakukan pemetaan terhadap tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi pembelajaran mengurutkan bilangan yang diajarkan di kelas 1. Denga demikian peneliti dapat melakukan Tindakan secara individu sesuai dengan tahap dan perkembangan kemampuan siswa.

Dari hasil observasi didapati permasalahan yang timbul di kelas pada saat pembelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan yang di ajarkan di kelas 1tahun ajaran 2021-2022 antara lain :

1.     Siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena cara mengajar yang digunakan guru kurang menyenangkan.

2.     Pada saat proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3.     Siswa yang mencapai KKM hanya sekitar 31% ( 5 siswa dari 16 orang) hal ini menujukkan bahwa tingkat pencapaian kompetensi belajar pada pembelajaran di kelas masih rendah.

Setelah melakukan observasi awal tersebut, peneliti dan teman sejawat menyepakati untuk melakukan perbaikan pembelajaran melalui pelaksanaan siklus pembelajaran. Hasil diuraikan dalam tahap yang berupa silklus-siklus pembelajaran yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus sebagaimana pemaparannya sebagai berikut :

 

1.  Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

a.  Perencanaan Siklus I

Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar yang masih rendah, maka peneliti melakukan perencanaan Tindakan kelas berupa penyusunan rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang mana di RPP ini peneliti melakukan penambahan media pembelajaran berupa kartu bilangan.

Untuk mendukung dari pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, peneliti melakukan Langkah-langkah sebagai berikut :

1.     Menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung KBM

2.     Menyiapkan format penlaian hasil belajar

3.     Memberikan pengarahan singkat tentang Teknik pembelajaran dengan metode demonstrasi kartu bilangan

4.     Menyusun instrument tes

 

b.  Tindakan siklus

Tindakan dalam siklus I lakukan melalui Tindakan 3 tahap pembelajaran, yaitu Kegiata Pendahuluan, Kegiatan Inti, Kegiatan Penutup setiap kegiatan terdiri dari proses-proses dan urutan yang tertera pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

a.  Kegiatan Pendahuluan

Guru mengucapkan salam, berdoa, guru mengecek kehadiran siswa, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan grur menyiapkan alat peraga berupa kartu bilangan.

 

 

 

b.  Kegiata Inti

Pembelajaran inti dimulai dengan guru  menjelaskan terlebih dahulu materi tentang lambang bilangan dari 11-20, siswa membaca lambang bilangan 11-20, mengurutkan bilangan 11-20, Melalui beberapa contoh siswa menyebutkan nama bilangan sesuai dengan lambang bilangan nya, guru mencontohkan cara mengurutkan bilangan dari 11 sampai 20 dengan media kartu bilangan, setelah itu.

Kemudian guru menyuruh siswa untuk maju ke dapan melakukan demonstrasi cara mengurutkan bilangan 11-20, setelah siswa melakukan demostrasi siswa diberikan tugas individu untuk mengerjakan soal sesuai dengan materi yang baru saja dibahas. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tersebut.

c.  Kegiatan Penutup

Kegiatan terakhir penutup, dalam tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Langkah terakhir siswa dan guru melakukan refleksi, lalu guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

 

c.  Pengamatan Siklus I

Berdasarka hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran masih terdapat beberapa kekuranganantara lain :

1.     Peneliti sudah mulai memperhatikan aspek pentingnya apersepsi, sehingga guru terlihat mulai melakukan apersepsi yang baik.

2.     Peneliti sudah menggunakan metode yang berbeda dari sebelumnya, pada pembelajaraan ini guru menggunakan metode demonstrasi dengan alat peraga kartu bilangan.

3.     Peneliti kurang persiapan dalam melakukan demonstrasi kepada siswa

4.     Peneliti perlu melakukan metode variasi dalam mengajar.

5.     Peneliti perlu melakukan penguatan lebih dalam dengan banyak pengulangan materi pelajaran.

6.     Peneliti menggunakan media pembelajaran kartu bilangan sehingga siswa mulai tertarik memperhatikan pembelajaran.

7.     Evaluasi yang dilakukan oleh guru melalui tes tertulis sebagai kegiatan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan apakah sudah mencapai hasil maksimal atau belum. Siswa yang mendapat hasil belajar yang sesuai dengan KKM baru 37, 5 % ( 6 siswa dari 16 siswa ) dengan rata-rata kelas 56,2,hal ini menunjukkan bahwa diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran yang dapat memperbaiki hasil belajar siswa.

Data tersebut disajikan dalam tabel daya serap hasil belajar siswa sebagai berikut :

Tabel 4.1 :

Rekapitulasi Daya Serap Hasil Belajar Siswa Siklus I

 

No

Nilai

Banyak Siswa

Prosentasi Banyak siswa

Ketuntasan Belajar (KKM=65)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0-9

10-19

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

0

0

0

0

4

7

0

2

1

3

0 %

0 %

0 %

0,%

25 %

43,7 %

0 %

12,5 %

6,25 %

18, 7 %

 

 

 

 

6/16 X 100 =

37,5 %

Jumlah

16

100 %

 

 

 

 

Gambar 4.1

Diagram Batang Daya Serap Hasil Belajar Siswa Siklus I

 

 

d.  Refleksi Siklus 1

Setelah proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I guru melakukan refleksi atas kekurangan yang telah dilakukan, serta mendiskusikan tindakan yang harus dilakukan pada siklus II.

Hasil refleski siklus I menunjukan bahwa guru masih kurang mengembangkan dan mengorganisasikan materi pembelajaran dengan pendekatan tematik, mengoptimalkan suasana belajar yang efektif serta metode demonstrasi belum maksimal. Oleh karena itu kemampuan guru dalam mengatur, mengorganisasikan siswa harus ditingkatkan.

Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang menjadi fokus penelitian ternyata belum mendapatkan hasil maksimal. Oleh karena itu perlu ada upaya guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan.

 

2.  Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

a.  Perencanaan Siklus II

Melihat kekurangan pada siklus I, maka siklus II dilakukan perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran seperti mengkordinasikan siswa, menyampaikan materi yang diajarkan terkait materi mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke bilangan yang terkecil dan sebaliknya dengan menggunakkan media kartu bilangan, memancing siswa agar berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Perencanaan siklus II disusun berdasarkan dari refleksi siklus I, sebelum melaksanakan siklus II dilakukan perencanaan terlebih dahulu hal ini dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum tindakan pelaksanaan dilaksanakan. Persiapan tindakan ini adalah membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran, membuat scenario pembelajaran, dan membuat isntrumen tes.

 

b.  Tindakan siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dari setiap kegiatan terdiri dari proses-proses dan urutan yang tertera pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

1.  Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan ini diawali dengan guru mengucapkan salam, berdoa, mengkondisikan kelas, menyiapkan alat peraga, setelah semuanya siap guru mengecek kehadiran siswa, kemudian guru melakukan apersepsi sebagai upaya untuk membangkitkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, apersepsi dilakukan dengan cara mengurutkan bilangan dari 11 sampai dengan 20 dengan menunjukkan lambang bilangannya yang sudah dilakukan pada siklus I, selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran, yang mana siswa akan mengerjakan tugas yang diberikan guru di lembar kerja.

 

2.  Kegiatan Inti

Pembelajaran inti dilaksanakan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dengan mengkondisikan kelas terlebih dahulu, selanjtnya guru melakukan Langkah-langkah sebagai berikut:

Ø  Guru meminta siswa menyebutkan bilangan-bilangan yang terdapat pada kartu bilangan

Ø  Guru menjelaskan cara mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke terkecil dan sebaliknya.

Ø  Siswa mengurutkan bilangan dari bilangan 11 sampai dengan 20 dengan menggunakkan kartu bilangan

Ø  Guru meminta siswa Menyusun bilangan dari 11 sampai 20 menggunakkan kartu bilangan di depan kelas.

Ø  Guru meminta siswa untuk melakukan penyusunan bilangan dari yang terbesar dan dari yang teekecil

Ø  Guru memberikan tugas kepada siswa

Ø  Guru dan siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.

Ø  Guru dan siswa membahas soal Latihan untuk mencocokkan jawaban yang tepat

Ø  Guru melakukan penilaian dari hasil kerja siswa

 

3.  Kegiatan Penutup

Guru dan siswa merefleksikan hasil kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami betul cara mangurutkan bilangan tersebut. Guru Bersama siswa membuat kesimpulan akhir tentang materi pelajaran yang telah disampaikan.

c.     Pengamatan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dalam memberikan mtaeri pembelajaran pada siklus II ditemukan beberapa hal antara lain:

a.  Guru sudah bisa mengkordinasikan siswa agar lebih tertib lagi ketika pelajaran sedang berlangsung.

b.  Guru sudah bisa membuat skenario pembelajaran yang sesuai untuk materi yang diajakan.

c.  Guru sudah menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga tercipta suasana belajar yang aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan.

d.  Guru perlu melakukan metode variasi dalam mengajar.

e.  Guru menggunakan media pembelajara kartu bilangan siswa mulai memahami pembelajaran.

Sedangkan hasil pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar sebagai berikut :

a.  Siswa sudah lebih aktif dalam memahami soal-soal

b.  Siswa lebih mudah paham ketika mengunakan media alat peraga pada saat mengurutkan bilangan dari yang terbesar ataupun sebaliknya.

c.  Hasil belajar siswa yang tertuang dalam nilai tes formatif menunjukkan peningkatan dibandingkan siklus I, presentasi siswa yang telah mencapai KKM sebesar 75% ( 12 orang dari 16 siswa ) dengan rata-rata kelas 81,5.

 

 

 

 

 

 

 

 

Data di atas disajikan dalam tabel daya serap hasil belajar siswa sebagai berikut :

 

No

Nilai

Banyak Siswa

Prosentasi Banyak siswa

Ketuntasan Belajar (KKM=65)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0-9

10-19

20-29

30-39

40-49

50-59

60-69

70-79

80-89

90-100

0

0

0

0

0

0

4

3

3

6

0 %

0 %

0 %

0,%

0 %

0 %

25 %

19 %

19 %

37,5 %

 

 

 

 

12/16 X 100 =

75 %

Jumlah

16

100 %

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran akan tergambar sebagai berikut :

 

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Daya Serap Hasil Belajar Siswa Siklus II

 

d.  Refleksi Siklus II

Kekurangan- kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki di kegiatan siklus II, terutama keaktifan siswa dan pengaruh pengunaan media pembelajaran kartu bilangan dalam proses belajar mengajar sudah meningkat.

Guru mampu membawa siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah tersusun.

Dari hasil penelitian siswa sudah lebih memahami tentang menurutkan bilangan dari yang terkecil ke terbesar dan sebaliknya dari yang terbesar ke terkecil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dari hasil analisis yang dilakukan peneliti dalam melihat hasil belajar siswa kelas 1 pada materu pelajaran matematika tentang mengurutkan bilangan, mengurutkan bilangan dari yang terbesar ke terkecil atau sebaliknya dengan hasil pencapaian KKM sebanyak 12 siswa dari 16 siswa (75%) . dengan nilai rata-rata kelas 81,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari perbaikan sebelumnya, namun dalam perbaikan ini masih terdapat 4 orang yang nilainya dibawah  KKM.

 

B.   Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

 

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dibagi menjadi 2, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Tujuan dilakukannya perbaikan pembelajaran yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I SD Negeri Ciledug Barat  pada materi mengurutkan bilangan dari yang terbesar atau sebaliknya dengan menggunakan media alat peraga kartu bilangan.

Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran materi mengurutkan mengurutkan bilangan di kelas 1 sudah dapat mencapai hasil yang optimal. Dari uraian hasil penelitian dari setiap siklus mengalami peningkatan yang signifikan, peningkatan yang signifikan ini terjadi karena guru telah memperbaiki kinerja secara sistematis dan berkelanjutan.

Pada siklus 1 kinerja guru belum terlaksana dengan baik karena metode mengajar yang digunakan belum dilaksanakan dengan baik, guru sudah menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi tapi belum mampu untuk menarik perhatian seluruh siswa, strategi pembelajaran menggunakan metode demomnstrasi sehingga sebagian siswa terlihat aktif dalam pembelajaran.

Pada siklus 2 guru menerapkan strategi pembelajaran dengan cara lebih interaktif sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Siswa secara bergantian mendemonstrasikan bilangan-bilangan dengan menggunakan kartu bilanggan di depan  kelas.

Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus 2 terjadi karena guru telah memperbaiki kinerjanya dalam proses Pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang tepat (ceramah, tanya jawab, demonstrasi) pada konsep mengurutkan bilangan . Metode ceramah digunakan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan komunikasi lisan karena lebih efektif dan ekonomis untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode Tanya jawab digunakan agar setiap siswa berpartisipasi secara aktif, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dipelajari. Metode demonstrasi melalui media kartu bilangan digunakan guru untuk mempermudah siswa dalam memvisualisasikan urutan bilangan dan dapat menarik perhatian serta semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran.

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

A.      Kesimpulan

          Dalam penerapan pembelajaran dengan media kartu bilangan dalam rangka meningkatkan kemampuan mengurutkan bilangan pada siswa kelas I SD Negeri Ciledug Barat Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan  dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.     Pelaksanaan penerapan pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan dan garis bilangan  dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan. Kondisi awal dilakukan penelitian nilai rata-rata 56,2, dengan adanya penelitian pada perbaikan siklus II meningkat menjadi 81,5 Peningkatan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan dengan menggunakan media kartu bilangan dilaksanakan dalam dua siklus. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media alat peraga kartu bilangan. Dari tindakan ini, dapat telihat hasil belajar siswa meningkat. Secara keseluruhan siswa yang tadinya belum mengerti tentang mengurutkan bilangan setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan siswa mampu memahami urutan bilangan sampai dengan 20. Dengan demikian, indikator kompetensi belajar siswa kelas I SD Negeri Ciledug Barat  pada kemampuan mengurutkan bilangan meningkat lebih baik sesuai dengan standar nilai KKM yaitu 65.

2.     Dengan menggunakan media kartu bilangan dalam kegiatan pembelajaran ternyata dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus pertama sampai siklus kedua dan terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran mengalami perubahan yang semula masih secara konvensional menjadi lebih bervariatif. Guru tidak lagi hanya mengandalkan metode ceramah saja dalam pembelajaran. Guru dapat membuat strategi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar kehidupan siswa. Materi pembelajaran mengurutkan bilangan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan siswa. Adanya media pembelajaran sebagai alat bantu siswa untuk mengeluarkan ide –ide pemikirannya, sehingga membuat siswa menjadi  bersemangat.

 

B.       Saran Tindak Lanjut

          Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas dapat disampaikan saran-saran tindak lanjut sebagai berikut

1.     Saran Bagi Guru

a.     Guru perlu melakukan tindakan untuk mengurangi kejenuhan dan meningkatkan motivasi belajar siswa dengan metode yang bervariasi sehingga siswa terangsang untuk beraktifitas secara optimal dalam pembelajaran.

b.     Guru hendaknya menggunakan media kartu bilangan dalam pembelajaran mengurutkan bilangan untuk membantu siswa memahami urutan bilangan.

c.     Guru hendaknya memberikan penghargaan baik bentuk pujian maupun penilaian terhadap hasil karya siswa, sehingga dapat menambah semangat belajar.

d.     Guru dapat merefleksi hasil pembelajaran dan harus berani mengadakan perbaikan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

 

2.  Saran Bagi Siswa

a.     Siswa perlu sesering mungkin melakukan latihan dengan mengulang-ulang urutan bilangan baik dari yang terkecil maupun dari yang terbesar, akan lebih baik apabila siswa juga memiliki  kartu bilangan agar lebih lancar dan benar dalam mengurutkan bilangan.

b.     Siswa perlu berlatih menuliskan bilangan secara berurutan baik dimulai dari yang terkecil maupun dari yang terbesar agar semakin terampil  sehingga mampu mengurutkan bilangan dengan baik dan bena.

c.     Siswa harus rajin belajar dengan melaksanakan latihan – latihan soal.

d.     Siswa perlu mengembangkan keberanian bertanya, baik kepada guru, orangtua, teman, atau kepada siapa saja apabila mengalami kesulitan dalam mempelajari urutan bilangan.

 

3.  Saran Bagi Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah hendaknya mendukung pembelajaran matematika  dengan inovasi dan kreativitas baru dalam upaya peningkatan  kemampuan siswa  dalam mengurutkan bilangan.

b. Kepala Sekolah hendaknya selalu memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmadi.A & Supriyono. W (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Aisyah (2009). Perkembangan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

DePorter, B., & Hernacki, M. (2002 :112). Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa

Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta

Emda, A. (2011). Pemanfaatan media dalam pembelajaran biologi di sekolahJURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran12(1), 149-162.

Erpadeli, S., & Fernandes, D. (2019). KORELASI PERSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN MESIN KENDARAAN RINGAN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKR DI SMK N 2 SOLOKRanah Research: Journal of Multidisciplinary Research and Development1(4), 750-757.       ( warsito dalam depdiknas)

Haryuni, S. (2013). Peningkatan Kemampuan Mengenal Bilangan Melalui Media Domino Segitiga di PAUD Kenanga I Kabupaten Pesisir SelatanSPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS)1(1), 104-118.

Hisbullah, S. P., & Selvi, N. (2018). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Penerbit Aksara TIMUR.   ( machmudin dan kusnadi)

Kustandi, C., & Sutjipto, B. (2011). Media pembelajaran manual dan digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 173.

Mahmudah, A., & Pustikaningsih, A. (2019). Pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis lectora inspire pada materi jurnal penyesuaian untuk siswa kelas x akuntansi dan keuangan lembaga smk negeri 1 tempel tahun ajaran 2018/2019. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 17(1), 97-111.

Mustofa, R. (2015). Penggunaan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Geometri (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). 

Nana, S. (2001). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung.:Remaja Rosdakarya

Nurhayati, E. (2011). Bimbingan, konseling & psikoterapi inovatif (Vol. 1). Pustaka Pelajar.

Rosyad.A (2003). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press

Sagita, M., & Kania, N. (2019, October). PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 570-576).

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning PAIKEM Edisi Revisi. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Wahidmuri dkk ( 2010) Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta Nualeterau.

Yuliawati, F., Rokhimawan, M. A., & Suprihatiningrum, J. (2013). Pengembangan modul pembelajaran sains berbasis integrasi islam-sains untuk peserta didik difabel netra mi/sd kelas 5 semester 2 materi pokok bumi dan alam semesta. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(2).

0 comments:

Post a Comment