BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya
manusia (siswa) dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar.
Belajar merupakan usaha yang dikerjakan secara sadar untuk merubah sikap dan
tingkah laku. Dalam upaya mencapai perubahan tingkah laku, dibutuhkan motivasi.
Motivasi adalah dorongan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi merupakan
salah satu faktor yang mendorong siswa untuk mau belajar.
Sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, dalam pasal 3 dinyatakan bahwa: fungsi pendidikan
nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Komunikasi bisa menjadi salah satu faktor penyebab hadirnya sebuah
motivasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi guru wali kelas terhadap siswa. Komunikasi dapat
menjadi penghubung untuk memberikan motivasi belajar
terhadap siswa. Dalam proses komunikasi kesamaan makna sangat diperlukan demi
tercapainya tujuan yang dituju oleh guru
wali kelas
kepada siswa. Di dalam
pembelajaran, komunikasi merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan.
Dimana siswa mempunyai tujuan untuk belajar. Dengan adanya proses komunikasi
yang baik tentu menjadi salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan belajar siswa.
Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan, biasanya
difasilitasi oleh guru kelas dan sebagian guru mata pelajaran. Guru wali kelas
ini sekaligus menjabat sabagai wali kelas. Wali kelas memiliki tugas
pembimbingan dalam bidang akademik dan non-akademik yang sifatnya lebih
personal dan bertujuan untuk meningkatkan kelancaran kegiatan belajar mengajar
dalam suatu kelas. Salah satu cara pembimbingan tersebut yaitu melalui
kemampuan komunikasi interpersonal wali kelas untuk memotivasi siswa.[2]
Dalam
konteks pendidikan yaitu sekolah, tentunya ada interaksi yang kuat antara guru wali kelas dan siswa. Dalam melaksanakan
pembelajaran, guru
wali kelas
membutuhkan pemahaman tentang komunikasi untuk menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa. Seringkali guru
wali kelas
memberikan materi atau tugas kepada siswa tanpa terlebih dahulu memberikan
penjelasan dan pengarahan, hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor rendahnya
keterampilan komunikasi interpersonal guru
wali kelas.
Akibatnya hasil dari tugas tersebut tidak jarang kurang maksimal dan
menyebabkan tujuan dari pembelajaran tidak dapat dicapai sesuai dengan yang
diinginkan.
Fenomena selanjutnya yang sering terjadi adalah keengganan siswa untuk
melakukan komunikasi kepada guru ataupun sebaliknya, guru enggan untuk melakukan
komunikasi dengan siswa. Komunikasi interpersonal yang terjadi di sekolah,
terutama antara guru dengan siswa, apabila
dilakukan dengan optimal dan intensif maka akan mempengaruhi motivasi dan tingkah laku siswa dalam menjalan pembelajaran.
Guru wali kelas harus melakukan pendekatan kepada
siswa degan menciptakan suasana keterbukaan dalam berkomunikasi dengan siswa.
Namun untuk meningkatkan motivasi belajar siswa bukan hanya sekedar menciptakan
suasana keterbukaan tetapi perlu menciptakan nuansa yang sangat menyenangkan
dengan keterampilan komunikasi guru wali kelas secara interpersonal. Motivasi
belajar siswa tidak lepas dari campur tangan guru wali kelas yang bertanggung
jawab dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya guru wali kelas tidak akan lepas dalam komunikasi secara interpersonal
agar lebih terjalin suasana nyaman yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Kurangnya perhatian dalam berkomunikasi secara
interpersonal dari guru wali kelas dapat mengurangi hubungan antara guru wali
kelas dengan siswa. Begitu pula guru wali kelas perlu memperhatikan bahasa yang
digunakan ketika berkomunikasi dengan siswanya. Bahasa yang sulit dipahami akan
menimbulkan distorsi. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut,
komunikasi menjadi topik penting dalam upaya memperbaiki proses penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah. Hal ini bisa membuat kurang efektifnya dalam
penyelenggaraan pembelajaran yang diakibatkan oleh tidak terbukanya komunikasi
dan kurangnya perhatian antara guru wali kelas dengan siswa sehingga kurangnya
motivasi belajar siswa.
Pada tahun 2019 tepatnya di
daerah Cirebon, terdapat kegiatan apresiasi kepada 1200 siswa berprestasi dari
20 sekolah didelapan di desa sekitar pembangkit listrik Cirebon Power, membuat
motivasi siswa di sejumlah sekolah tersebut meningkat. Muhammad Harun, guru Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) Addaroib Citemu menuturkan, dampak positif dari program
apresiasi bagi siswa berprestasi dari Cirebon Power sangat terasa. Menurutnya,
motivasi belajar siswanya meningkat, karena berlomba untuk bisa mendapatkan
apresiasi ini.[3]
Dengan adanya pemberian apresiasi kepada siswa dapat menumbuhkan motivasi
secara langsung dan memberikan dampak positif terhadap motivasi siswa.
Motivasi
belajar adalah suatu dorongan yang membuat siswa menjadi semangat untuk
belajar. Tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan belajar dan akhirnya tidak
akan mencapai keberhasilan dalam belajar.[4]
Maka, motivasi belajar dalam diri siswa sangat berpengaruh terhadap kesuksesan
siswa untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal.
Selain
itu, di daerah Kediri ribuan siswa putus sekolah. Sedikitnya 1.755 siswa di
Kabupaten Kediri putus sekolah atau tidak menuntaskan pendidikannya selama
tahun ajaran 2010. Penyebabnya bukan masalah ekonomi semata, lebih dominan
karena kurangnya motivasi. Anak-anak sulit disuruh untuk bersekolah.[5]
Maka motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi
instrinsik (keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya
melakukan tindakan belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar).
Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun
2018 tentang beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah pasal 1
dinyatakan bahwa: guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[6]
Selain dari itu, guru (wali kelas) juga harus memiliki
kompetensi sebagai keprofesionalan yang terdiri dari 4 kompetensi yaitu:
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi
Professional.
Sehubungan dengan ini dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa sudah menjadi tugas guru wali kelas yang sangat penting. Pembelajaran
akan berlangsung efektif apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Guru
wali kelas harus berupaya secara maksimal agar siswa termotivasi untuk belajar.
Oleh karena itu motivasi belajar menjadi salah satu kunci
keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi belajar harus
dibangkitkan dalam diri siswa sehingga siswa termotivasi dalam belajar. Namun,
realita yang terjadi tidak semua siswa memiliki motivasi dalam belajar.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kurangnya motivasi belajar
siswa berasal dari internal pribadi siswa sendiri dan orang lain diantaranya sebagai berikut.
Faktor internal siswa
meliputi ; Pertama, kepribadian yang
pemalu sehingga kurang memiliki kepercayaan diri. Kedua, kondisi fisik yang kurang siap diakibatkan kurangnya
istirahat sebelum mengikuti pembelajaran. Ketiga, kemampuan berfikir siswa kurang mengempuni dalam
mengikuti pembelajaran.
Faktor eksternal siswa biasanya dapat dipengaruhi oleh faktor orang lain
diantaranya. Petama, orang tua biasanya
kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada anaknya untuk memantau pendidikan
anak sehingga anak kurang memiliki motivasi dalam belajar. Kedua, teman sejawat, pertemanan
yang tidak mendukung untuk belajar menyebabkan kurangnya motivasi belajar
sehingga anak menjadi malas. Ketiga faktor kemajuan teknologi yang tidak
bisa dipungkiri memang membawa kemudahan pada setiap aktivitas. Meski demikian,
kemajuan teknologi juga bisa membawa dampak buruk bagi siswa dengan budaya luar
yang terselip dalam fasilitas internet. Program yang tidak mendidik dapat
menghipnotis siswa asyik bermain daripada belajar. Kelima, lingkungan yang kurang
baik akan membentuk siswa menjadi tidak baik, tetapi mayoritas siswa yang sudah
terjerumus dalam lingkungan yang bebas, maka perilaku dan pemikirannya bisa
saja terpengaruhi oleh lingkungan luar saat ini semakin mengkhawatirkan. Keenam,
guru wali kelas diantaranya kurang perhatian terhadap aktivitas siswa
sehingga dapat mengurangi kepercayaan atau motivasi pada diri siswa dalam
kesadarannya bahwa pendidikan merupakan hal penting untuk masa depan akibat
dari itu, kurang optimal dalam melakukan pembelajaran, metode pembelajaran yang
membosankan, dan juga komunikasi yang kurang efektif dalam interaksi belajar
mengajar. [7]
Dalam hal ini, MTs Al Ihsan Pamulang merupakan salah
satu sekolah unggul, hal ini terbukti dengan akreditasi yang diperolehnya yaitu
grade “A”. Terkait komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru wali
kelas terhadap siswa di MTs Al Ihsan
Pamulang dalam hal ini ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan
sebagian lagi menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat
dari semangat mereka yang bervariasi dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan observasi pengamatan yang dilakukan di
MTs Al Ihsan Pamulang, pada realitanya keadaan guru wali kelas dan kualitas
pembelajaran tergolong baik, guru wali kelas sudah cukup jelas dalam penguasaan
penyampaian materi, akan tetapi beberapa hal mengenai komunikasi antara guru
wali kelas dengan siswa belum maksimal, terutama komunikasi wali kelas dengan
siswa kelasnya. Sebagian wali kelas masih kurang dalam berinteraksi dengan
siswanya, ketika siswa sedang mengalami masalah belajar di kelas. Wali kelas
terlihat acuh dan membiarkan siswanya menyelesaikan masalahnya sendiri. Wali
kelas sebagai motivator bagi siswa dan sebagai wali kelas harus bisa menjadi
sahabat bagi siswanya. Kurangnya perhatian wali kelas terhadap siswanya dapat
menyebabkan motivasi belajar siswa menurun dan siswa pasif dalam belajar, untuk
itu diperlukan komunikasi interpersonal wali kelas yang efektif dengan siswa.
Terkait hal di atas penulis ingin meneliti lebih
lanjut pengaruh komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi
belajar siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas
terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs Al Ihsan Pamulang”
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut
maka dapat di identifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Kurangnya efektivitas komunikasi interpersonal
guru wali kelas
2.
Adanya distorsi dalam proses komunikasi
interpersonal guru wali kelas.
3.
Adanya pengaruh dari teman sejawat siswa
4.
Rendahnya faktor internal dan eksternal
siswa
5.
Rendahnya rasa peduli orang tua terhadap siswa
6.
Belum terciptanya lingkungan sekolah yang
efektif
Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum pada
identifikasi masalah, penulis melihat perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini
dilakukan agar permasalahan tidak menimbulkan kerancuan, maka dalam penelitian
ini difokuskan pada masalah “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Wali
Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs Al Ihsan Pamulang”.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah
pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap
motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang ?
2. Seberapa
besar pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap
motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang ?
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka tujuan
pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
menemukan pengaruh positif atau negatif antara komunikasi interpersonal guru
wali kelas dengan motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang.
2. Untuk
mengkaji seberapa besar motivasi belajar siswa yang disebabkan oleh komunikasi
interpersonal guru wali kelas.
Penelitian
ini secara teoritis mengembangkan konsep keilmuan pendidikan khususnya pada
program studi manajemen pendidikan yang mengkaji tentang ilmu komunikasi dan
dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lain mengenai ilmu komunikasi.
a. Bagi
Sekolah
Manfaat
bagi civitas akademika di MTs Al Ihsan Pamulang, khususnya guru (wali kelas),
sebagai bahan masukan dan referensi untuk memaksimalkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa melalui komunikasi interpersonal.
b. Bagi
Peneliti
Manfaat
bagi peneliti yaitu dapat dijadikan wawasan mengenai pentingnya pengelolaan
lembaga pendidikan dengan efektifitas komunikasi.
c. Bagi
Pembaca
Manfaat bagi
pembaca yaitu untuk menjadi bahan bacaan serta acuan yang positif dalam
memaksimalkan dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan komunikasi
interpersonal guru (wali kelas) terhadap motivasi belajar siswa.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komunikasi Interpersonal
Wali Kelas
Untuk kelangsungan hidup manusia dari hari ke
hari tidak terlepas dari komunikasi. Pada dasarnya komunikasi dapat terjadi
dalam berbagai konteks. Dalam berkomunikasi manusia dapat mendatangkan hal-hal
yang positif, seperti: membentuk saling pengertian, memupuk persahabatan,
memelihara kasih sayang, dan lain sebagainya. Namun bisa juga menimbulkan
hal-hal yang negatif.
Menurut Simpson
dan Weiner dalam Zamroni mendefinisikan, komunikasi sebagai penanaman (imparting), penyampaian (conveying), atau penukaran (exchange) ide-ide, pengetahuan, maupun
informasi baik melalui pembicaraan, tulisan, maupun tanda-tanda.[8]
Menurut
Sihabudin komunikasi diartikan sebagai proses dinamik transaksional yang
mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyadari (to code) perilaku mereka untuk
menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna memperoleh sikap atau
perilaku tertentu.[9]
Dan Roudhonah
mengemukakan komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau
bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan
orang yang menerima pesan.[10]
Dengan uraian
pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
proses transfer suatu informasi atau suatu hal dari komunikator kepada
komunikan dengan baik secara sadar ataupun tidak yang mampu mempengaruhi
perilaku seseorang agar memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Agar tujuan
dari komunikasi dapat tercapai maka hendaknya dalam berkomunikasi menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti sehingga tidak terjadi distorsi antara komunikator
dan komunikan, karena mengingat komunikasi terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya yaitu komunikasi massa, komunikasi antar budaya, komunikasi
intrapersonal, dan komunikasi interpersonal.
a.
Pengertian
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
antar-pribadi (interpersonal
communication) adalah interaksi antara seorang individu dengan individu
lainnya tempat lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam
hal komunikasi antar manusia menggunakan bahasa.[11]
Sedangkan
menurut Agus komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar
dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara
langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung
pula.[12]
Hal yang serupa
disampaikan oleh Joseph dalam Edi bahwa komunikasi antarpribadi ini sebagai
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di
sekelompok kecil orang, dengan beberapa effect
atau umpan balik seketika.[13]
Dari beberapa
pendapat yang sudah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang atau lebih
dengan maksud penyampaian suatu pesan baik secara verbal ataupun non verbal
yang dapat dipahami sehingga diantara satu sama lain mampu berinteraksi dengan
baik.
b.
Ciri-ciri
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal
merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.[14] Ada banyak pandangan para ahli terkait
ciri-ciri komunikasi interpersonal. Berikut ini ciri-ciri komunikasi
interpersonal menurut pandangan para ahli.
Menurut Suranto
komunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai: arus pesan dua arah,
suasan formal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada pada jarak yang
dekat, dan Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan. Berikut uraiannya :
1) Arus pesan dua
arah
Komunikator dan
komunikan dapat berganti peran secara cepat dan spontan. Seorang sumber pesan
dapat berubah menjadi penerima pesan, begitupun sebaliknya. Arus pesan dua arah
ini berlangsung secara berkelanjutan.
2) Suasana
nonformal
Komunikasi
interpersonal biasanya terjadi dalam suasana nonformal. Apabila komunikasi itu
berlangsung di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi tidak secara kaku
berpegang pada herarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih
pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan.
3) Umpan balik
segera
Komunikasi
interpersonal biasanya terjadi secara tatap muka, maka dari itu umpan balik
dapat diketahui dengan cepat.
4) Peserta
komunikasi berada pada jarak yang dekat
Komunikasi
interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar
peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, baik jarak dalam arti fisik
maupun psikologis.
5) Peserta
komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara
verbal maupun nonverbal
Peserta
komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan
verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat
sesuai tujuan komunikasi.
Sejalannya
dengan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi interpersonal
merupakan proses sosial yang mana bagian yang ada di dalamnya saling
mempengaruhi satu sama lain. Dalam proses komunikasi interpersonal tentu ada
komunikator dan komunikan yang saling bertukar peran dengan segera dan umpan
baliknya dapat langsung diketahui baik secara verbal maupun nonverbal.
Perbedaan
pandangan tidak hanya terjadi pada definisi komunikasi, namun juga pada
klarifikasi tipe atau bentuk komunikasi. Karena, para pakar mengklarifikasi
berdasrkan pengalaman dan latar belakang keilmuan. Berikut uraiannya:[15]
1)
Kelompok sarjana komunikasi amerika dalam
karyanya human communication membagi komunikasi atas lima macam
bentuk komunikasi antar pribadi (intrapersonal communication), komunikasi
kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational
communication), komunikasi massa (mass communication) dan komunikasi
public (public communication).
2)
Joseph A. DeVito, seorang profesor komunikasi
di City University of New York dalam karyanya communicology membagi
komunikasi atas empat macam, yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi
kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa.
3)
R. Wayne Pace dengan teman-temannya dari
Brigham Young University dalam bukunya Techiques For Effective Communication
membagi komunikasi atas tiga macam,
yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi dan komunikasi
public.
4)
Beberapa sarjana komunikasi aliran eropa hanya
membagi komunikasi atas dua macam, yaitu komunikasi atar pribadi dan komunikasi
massa.
d.
Tujuan
Komunikasi Interpersonal
Setiap proses
komunikasi tentu memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam hal ini
Arni Muhammad mengemukakan tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:
1)
Menemukan diri sendiri
Dimaksud bahwa
dengan melakukan komunikasi interpersonal bersama orang lain, kita belajar
banyak sekali tentang diri kita maupun tentang orang lain. Melalui komunikasi
ini kita juga belajar bagaimana kita menghadapi yang lain.
2)
Menemukan dunia luar
Apabila sudah memahami lebih banyak tentang
diri sendiri dan orang lain, dunia objek, kejadian-kejadian orang lain. Banyak
informasi yang diketahui datang dari komunikasi interpersonal. Waktu yang
digunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga
hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantu mengurangi
kesepian dan depresi, menjadikan sanggup saling berbagi, kesenangan dan umumnya
akan merasa lebih positif tentang diri sendiri.
3)
Berubah sikap dan tingkah laku
Dengan
hubungan komunikasi interpersonal dapat mengubah sikap dan tingkah laku,
seperti berpikir dalam cara tertentu dan percaya bahwa sesuatu benar atau
salah.
4)
Untuk bermain dan kesenangan
Berbicara
dengan teman mengenai aktivitas pada waktu akhir pekan, berdiskusi, bercerita
lucu merupakan pembicaraan untuk menghabiskan waktu. Kegiatan ini memang tidak
berarti tetapi memnpunyai tujuan yang penting.
5)
Untuk membantu
Interaksi interpersonal berfungsi membantu
orang lain. Banyak ahli-ahli kejiwaan ahli psikologis klinis dan terapi
menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya.[16]
Dari kelima tujuan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk meningkatkan
hubungan sosial yang lebih baik dengan lingkungan sekitar.
Menurut Devito yang dikutip oleh Ade Ifroh ada
3 tujuan komunikasi interpersonal yaitu :
1)
Mendapat rangsangan
Manusia
membutuhkan stimulasi, bila tidak, manusia akan mengalami kemunduran dan bisa
mati. Kontak antarmanusia merupakan salah satu cara terbaik unttk mendapatkan
stimulasi ini.
2)
Mendapatkan pengetahuan diri
Sebagian
besar melalui kontak dengan sesama manusia kita belajar mengenai diri kita
sendiri. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan
dipikirkan orang tentang kita.
3)
Memaksimalkan kesenangan, meminimalkan
penderitaan
Alasan
paling umum untuk membina hubungan dan alasan yang dapat mencakup semua alasan
lainnya, yaitu kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk
memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan.[17]
Dari ketiga tujuan tersebut, dapat dilihat
bahwa komunikasi interpersonal diperlukannya suatu hubungan demi tercapainya
harmonisasi.
a. Pengertian
Wali Kelas
Pendidikan dalam kehidupan manusia
sejak zaman dahulu hingga saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat
penting. Kebutuhan akan pendidikan sudah tidak dapat kita pungkiri lagi,
mengingat manusia adalah makhluk yang selalu berkembang dan beradaptasi. Salah
satu cara manusia beradaptasi adalah dengan cara belajar. Belajar dalam hal ini
ialah dimaksudkan belajar di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam lembaga
pendidikan yang kemudian disebut sekolah terdapat banyak unsur atau pihak yang
terlibat. Pihak yang terlibat dalam sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru,
siswa, tenaga kependidikan, dan warga sekolah.
Guru
di dalam sekolah memiliki posisi yang sentral. Di dalam sekolah guru
diposisikan sebagai seseorang yang harus mampu mendidik siswa sesuai tujuan
pendidikan. Guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian khusus.
Profesi ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
mengerjakannya. Profesi guru tentu memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi
sebagai guru profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan
pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga memerlukan
pembinaan agar senantiasa guru dapat terus berada pada jalur
keprofesionalitasannya. Berikut ini pengertian guru menurut para ahli :
Guru
merupakan pewaris nabi. Karena inti dari tugas guru ialah menyelamatkan
masyarakat dari kebodohan, sifat, serta perilaku buruk yang menghancurkan masa
depan mereka. Sebagai pewaris nabi, guru harus memaknai profesinya sebagai
amanat Allah untuk mengabdi kepada sesama dan berusaha melengkapi dirinya
dengan empat sifat utama para nabi, yaitu sidiq
(benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (mengajarkan semuanya sampai
tuntas), dan fathanah (cerdas). Apabila keempat sifat tersebut sudah tertanamkan
pada diri seorang guru maka dapat dipastikan profesi guru dapat dijalankan
secara profesional.[18]
Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang
yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[19]
Guru adalah ujung tombak dalam
proses belajar mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi secara langsung dengan
siswa di dalam kelas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan guru yang
tidak hanya berfungsi sebagai pengajar,
tetapi juga pendidik.[20]
Berdasarkan pendapat para ahli,
dapat menyimpulkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memerlukan keterampilan
khusus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tugas
utamanya tidak hanya sebatas mengajar tetapi juga mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
formal.
b. Peranan Wali
Kelas
Masih ada sebagian orang yang
berasumsi bahwa peranan guru hanya sebatas mendidik dan mengajar. Padahal bila
dipelajari lebih lanjut, tentu peranan guru lebih dari itu. Berikut peranan
guru menurut para ahli:
Menurut Jamil, dalam hubungannya
dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan
sebagai berikut:
1)
Pengambil
inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.
2)
Wakil masyarakat
di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan
masyarakat dalam pendidikan.
3)
Seorang pakar
dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.
4)
Penegak
disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin.
5)
Pelaksana
administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat
berlangsung dengan baik.
6)
Pemimpin
generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan
siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.
7)
Penerjemah
kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan
ilmu pengetahuan dann teknologi kepada masyarakat.[21]
Sedangkan
menurut Rusman peranan guru yang paling dominan ialah sebagai berikut : 1) Guru
sebagai demonstrator 2) Guru sebagai
pengelola kelas 3) Guru sebagai mediator dan fasilitator 4) Guru sebagai evaluator 5) Guru sebagai pengembang
kurikulum di sekolah[22]
Hal
yang serupa juga dikemukakan oleh Adams & Dickley yang penulis kutip dari
buku cetakan Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, bahwa
peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
1)
Guru sebagai
pengajar
Guru bertugas memberikan pengajaran
di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi perubahan sikap, keterampilan,
kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan lain sebagainya melalui pengajaran
yang diberikannya.
2)
Guru sebagai
pembimbing
Guru berkewajiban memberikan
bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
3)
Guru sebagai
pemimpin
Seorang guru memiliki kewajiban
untuk mengadakan supervisi atas kegiatan belajar mengajar, membuat rencana
pengajaran, melaksanakan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas. Selain itu
guru juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial,
kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.
4)
Guru sebagai
ilmuwan
Guru dipandang sebagai seorang yang
paling berpengetahuan, ia tak hanya berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang
dimilikinya, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuannya dan terus
menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya. Guru juga harus mengikuti
perkembangan teknologi yang kian berkembang dengan pesat.
5)
Guru sebagai
pribadi
Sebagai pribadi setiap guru harus
memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, orang tua, dan oleh
masyarakat. Tegasnya setiap guru perlu memiliki sifat-sifat pribadi, baik untuk
kepentingan jabatan maupun untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai warga
negara.
6)
Guru sebagai
penghubung
Sekolah
berdiri diantara dua hal, yakni disatu pihak memiliki tugas untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan, dipihak lain sekolah juga memiliki
tugas untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat dan tuntutan
masyarakat.
7)
Guru sebagai
pembaharu
Seiring
berkembangnya zaman ilmu dan teknologi juga semakin berkembang. Oleh sebab itu
guru wajib menyampaikan pembaharuan kepada peserta didiknya agar jiwa pembaharu
tertanam pada diri peserta didik.
8)
Guru sebagai pembangunan
Sekolah turut serta
memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang
sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu.[23]
Berdasarkan
pendapat dari para ahli yang sudah penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa peranan guru ialah sebagai sosok panutan yang mampu mengubah aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini guru perlu membimbing
dan membina siswa agar senantiasa perubahan yang terjadi pada diri siswa ialah
perubahan menuju arah yang lebih baik.
4. Komunikasi Interpersonal
Wali Kelas
Guru bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan
lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Guru harus
memiliki keterampilan memimpin dan ilmu untuk menyatukan semua pemangku
kepentingan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Komunikasi yang efektif adalah pertukaran
informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin
sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi
efektif juga menghubungkan guru dengan
siswa, dan komunikasi yang baik sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan
sekolah.
Menurut Richmon
et.al, interaksi guru dan siswa di kelas adalah komunikasi pembelajaran.
Membelajarkan bererti menbangun komunikasi yang efektif kepada siswa. Oleh
sebab itu, penting untuk diinsyafi oleh para guru, bahwa guru yang baik adalah
guru yang memahami bahwa komunikasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling
bergantung, yang lebih mementingkan apa yang siswa sudah pelajari daripada apa
yang sudah diajarkannya, dan yang terus menerus memilih dan menentukan apa yang
harus dikomunikasikan dan bagaimana cara mengkomunikasikannya.[24]
Sedangkan menurut
Joseph dalam Miftah dijelaskan bahwa komunikasi tidak jauh berbeda dengan
bentuk perilaku orang-orang, adakalanya efektif dan adakalanya tidak efektif.[25]
Lima hal komunikasi
interpersonal yang efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan,
dan kesamaan. Berikut uraian terkait lima hal komunikasi interpersonal yang
efektif :
a.
Keterbukaan
Keterbukaan dalam berkomunikasi diharapkan
masing-masing orang tidak tertutup dalam menerima informasi dan berkeinginan
untuk menyampaikan informasi dari dirinya bahkan juga informasi mengenai
dirinya kalau dipandang relevan dalam rangka pembicaraan antarpribadi dengan
lawan bicaranya.
b.
Empati
Empati dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk
merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain suatu perasaan bersama
perasaan orang lain yakni, mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan
perasaan orang lain.
c.
Dukungan
Dukungan dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, motivasi, atau semangat serta nasehat kepada orang lain
yang sedang di dalam situasi membuat keputusan.
d.
Kepositifan
Positif dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk
mempengaruhi diri sendiri agar bersikap positif sehingga komunikasi yang
disampaikan kepada orang lain juga akan diterima dengan positif.
e.
Kesamaan
Kesamaan dalam berkomunikasi sangat penting
karena dapat membuat komunikasi berjalan dengan efektif antara yang
menyampaikan pesan dengan yang menerima pesan.
[26]
Menurut Arni Muhammad hubungan komunikasi
interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi
berikut :
a.
Bertemu satu sama lain secara personal
b.
Empati secara tepat terhadap pribadi yang
lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti
c.
Menghargai satu sama lain, bersifat
positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan
d.
Menghayati pengalaman satu sama lain
dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain
e.
Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan
dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti
f.
Memperlihatkan tingkah laku yang percaya
penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain.[27]
Berdasarkan kajian
teori tentang komunikasi interpersonal guru dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal guru adalah pertukaran suatu informasi, gagasan, ide, dan
perasaan antara guru dengan siswa yang menghasilkan perubahan sikap atau
tingkah laku sehingga terjadi hubungan yang baik. Komunikasi interpersonal guru
yang efektif mempersyaratkan adanya keterbukaan, empati, kepositifan, dan
kesamaan yang menghasilkan siswa termotivasi dalam belajarnya serta
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan yang baik antara
guru dengan siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli
mengatakan, kata “motif” menujuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.
“Motif”, diartikan sebagai energi daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak atau pendorong yang telah menjadi aktif. Motif menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama ketika kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan ataupun mendesak.
Dengan
demikan terdapat banyak pengertian terkait motivasi. Berikut beberapa
pengertian motivasi menurut para ahli :
Menurut
Robert Heller menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak.
Setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda.[28]
Menurut
Greenberg dan Baron dalam Wibowo, dijelaskan bahwa motivasi merupakan
serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct),
dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan.[29]
Kemudian Suparyadi memaparkan bahwa motivasi adalah dorongan yang
disebabkan oleh suatu kebutuhan (karsa) yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku individu guna mencapai tujuan atau insentif tertentu.[30]
Menurut
Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.[31]
Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.
1) Bahwa
motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy di dalam
sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena
menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam
diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2) Motivasi
ditandai dengan munculnya, rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal
ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah-laku manusia.
3) Motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari
dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena teransang/terdorong oleh adanya
unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
Menurut Eysenck dan kawan-kawan
dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merumuskan motivasi
sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, instensitas, konsistensi,
serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan
berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan
sebagainya.[32]
Dari beberapa
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah keinginan yang
memunculkan dorongan untuk membangkitkan dan mengarahkan perilaku manusia
melakukan sesuatu untuk mecapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu
strategi guru/walikelas agar siswa mau belajar sesuai dengan apa yang
diharapkan untuk mencapai tujuan belajar. Dan memberikan motivasi merupakan
salah satu tanggung jawab dari seorang guru/walikelas.
Banyak pandangan dan pendapat para
ahli yang memaparkan tentang teori motivasi. Berikut penulis rangkum terkait
teori motivasi yang dikemukakan oleh Wilson dalam bukunya.
1) Teori
Hierarki Kebutuhan
Teori
ini pertama kali dicetuskan oleh Abraham Maslow, bahkan ada yang mengatakan
bahwa teori ini ialah teori yang paling populer dibandingkan dengan teori-teori
yang lain. Teori ini memaparkan bahwa setiap individu pasti memiliki kebutuhan
yang berbeda untuk dipenuhi. Oleh karena itu, Maslow membagi kebutuhan menjadi
5 tingkatan, mulai dari kebutuhan yang paling rendah/mendasar sampai dengan
kebutuhan yang paling tinggi.
Sumber
: Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia
Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham
Maslow)
Berdasarkan gambar di atas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a) Kebutuhan
fisiologis, seperti kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual dan lain-lain.
b) Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari bahaya, pertentangan, ancaman dan
lain sebagainya yang sifatnya negatif. Rasa aman ini tidak hanya perihal fisik,
tetapi juga perihal psikologikal dan intelektual.
c) Kebutuhan
sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan individu lain.
d) Kebutuhan
harga diri, yaitu kebutuhan akan rasa pengakuan, dihormati dan dihargai dengan
yang lainnya.
e) Kebutuhan
aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk berpendapat, menggunakan dan mengasah
skill, memberikan penilaian terhadap
suatu hal.
Dalam teori ini menganut bahwa
seseorang tidak akan mempengaruhi kebutuhan yang lebih tinggi apabila kebutuhan
yang lebih rendahnya belum terpenuhi.
2) Teori
Dua Faktor
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Berdasarkan hasil
penelitiannya, Herzberg membagi dua faktor yang mempegaruhi kerja seseorang
dalam sebuah organisasi. Berikut uraian kedua faktor tersebut :
a) Faktor
kepuasan, yaitu faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pekerja,
seperti penghargaan, prestasi, tanggung jawab, dan lain-lain. Faktor ini tidak
menimbulkan ketidakpuasan kerja apabila tidak terpenuhi. Faktor kepuasaan
disebut motivasi intrinsik.
b) Faktor
ketidakpuasan, yaitu faktor-faktor yang apabila tidak terpenuhi bukan penyebab
kepuasan kerja namun hanya mengurangi ketidakpuasan kerja saja. Faktor
ketidakpuasan ini disebut motivasi ekstrinsik.
3) Teori
X dan Y
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Douglas McGregor. Dalam hal ini pandangan
negatif disebut dengan teori X dan pandangan positif disebut dengan teori Y.
Menurut
teori X, ada empat asumsi yang dipegang manajer, yaitu :
a) Karyawan
tidak menyukai pekerjaan, dan bila dimungkinkan, akan mencoba menghindarinya.
b) Karena
karyawan tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus dipaksa, diawasi, atau
diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c) Karyawan
akan menghindari tanggung jawab.
d) Kurang
berambisi dan hanya sekedar formalitas belaka.
Sedangkan
menurut teori Y yaitu :
a) Karyawan
akan menganggap bahwa pekerjaan adalah kegiatan yang alami, yang sama halnya
dengan istirahat atau bermain.
b) Orang-orang
akan melakukan pengarahan dan pengawasan diri bila mereka komitmen pada
sasaran.
c) Kebanyakan
individu dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan, dan bertanggung
jawab.
d) Kemampuan
untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua orang dan tidak hanya
milik mereka yang berada dalam posisi manajemen.
Dari
uraian di atas dapat dilihat bahwa teori X lebih mendominasi kebutuhan rendah
dan teori Y mendominasi kebutuhan tinggi.
4) Teori
ERG
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Clayton Alderfer yang melanjutkan teori hierarki kebutuhan. Alderfer
melanjutkan teori hierarki kebutuhan yang dihubungkan secara lebih dekat dengan
hasil penelitian empiris, sehingga hasilnya mendekati pada kenyataan
sebenarnya.
Teori
ini membagi tiga kelompok kebutuhan manusia, yaitu:
a) Eksistensi
Kelompok ini memperhatikan pada
pemberian persyaratan keberadaan material dasar individu. Bila dihubungkan
dengan teori hierarki kebutuhan, komponen ini sama dengan kebutuhan fisiologis
dan rasa aman.
b) Hubungan
Rasa ingin memiliki hubungan dengan
individu lain. Hasrat sosial sehingga menuntut untuk berinteaksi dengan
individu lain, dan hasrat ini bila dihubungkan dengan teori hierarki kebutuhan
adalah kebutuhan sosial dan harga diri.
c) Pertumbuhan
Hal ini mengacu pada perkembangan
individu, yang mana apabila dihubungkan dengan teori hierarki kebutuhan sama
dengan kebutuhan aktualisasi diri. [33]
5)
Teori Keadilan
Secara terperinci teori keadilan yang
dimaksud ialah sebagai berikut:
a)
Individu
membandingkan massukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran
orang lain, kemudian berespon untuk menghapuskan setiap ketidakadilan.
b)
Teori keadilan
mengenali bahwa individu tidak hanya peduli akan jumlah mutlak ganjaran untuk
upaya mereka, tetapi juga akan menghubungkan jumlah yang ia terima dengan apa
yang orang lain terima.[34]
6)
Teori
Pengharapan
Teori pengharapan pertama kali dikemukakan
oleh Victor Vroom yang mengatakan bahwa motivasi seseorang mengarah pada suatu
tindakan yang berganntung pada kekuatan pengharapan. Teori ini mengasumsikan
bahwa seseorang akan termotivasi melakukan suatu hal dalam mencapai tujuan
apabila mereka yakin bahwa tingkah laku mereka mengarah pada pencapaian tujuan
tersebut.
7)
Teori Penguatan
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner. Beliau mengasumsikan bahwa
tingkah laku di masa lampau mempengaruhi tingkah laku di masa yang akan datang.
Teori penguatan ini berkaitan dengan pemberian hadiah (reward). Hal ini menandakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah pengulangan pekerjaan karena mendapat hadiah.
8) Teori
McClelland
Dalam
teori ini motivasi diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Berikut ini uraiannya
:
a) Motivasi
berprestasi, seseorang akan termotivasi apabila pekerjaannya dapat memberikan
prestasi pada dirinya.
b) Motivasi
berkuasa, seseorang akan termotivasi apabila pekerjaannya dapat memberikan
kuasa atau mempengaruhi orang lain.
c) Motivasi
berafiliasi, mencermikan pada keinginan seseorang untuk menciptakan,
memelihara, dan menghubungkan dengan suasana kebatinan dan perasaan saling
menyenangkan satu sama lain.
9) Teori
Porter-Lawler
Teori
ini menunjukkan bahwa upaya bergantung pada penghargaan yang diperoleh ditambah
dengan penghargaan yang mereka rasakan. Hal-hal yang dipandang orang sebagai
penghargaan yang layak diterima akan mempengaruhi kepuasan kerja. Sebab itu
prestasi kerja dipengaruhi oleh persepsi atas penghargaan yang diterima.
Motivasi
yang ada pada diri seseorang perlu akan adanya peningkatan. Tanpa adanya
motivasi seseorang tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pun
dengan siswa yang belajar, motivasi sangatlah diperlukan. Siswa yang memiliki
motivasi akan selalu berusaha menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Berikut adalah fungsi motivasi
menurut Oemar Hamalik yakni:
1) Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul
suatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi
berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan
yang diinginkan.
3) Motivasi
berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebegai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[35]
Senada
dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi yaitu sebagai
penggerak yang mendorong siswa untuk belajar yang telah menjadi tugasnya,
mengarahkan perilaku serta perbuatan sesuai dengan rangkaian tujuan yang telah
dirumuskan, dengan memilih perbuatan juga menyisihkan kegiatan-kegiatan yang
tidak bermanfaat dalam penyelesaian tugas belajar.
d.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Motivasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi dalam
diri seseorang maupun dari luar diri seseorang. Berikut adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi yaitu:
1)
Faktor Intern
Faktor
dari dalam diri peserta didik itu sendiri merupakan faktor yang paling besar
dalam menentukan motivasi belajar diantaranya sebagai berikut:[36]
·
Sifat, Kebiasaan, dan Kecerdasan
Berbagai
karakter peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat, kebiasaan, dan
kecerdasan mereka masing-masing. Peserta didik yang mempunyai tingkat
kecerdasan rata-rata atas atau tinggi, biasanya akan memiliki motivasi belajar
yang tinggi pula. Namun sebaliknya, peserta didik yang mempunyai tingkat
kecerdasan rata-rata bawah atau bahkan rendah, biasanya mempunyai motivasi
belajar yang rendah pula.
·
Kondisi Fisik dan psikologis
Selain
kecerdasan, hal lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi peserta didik
adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dalam hal ini meliputi
postur tubuh, kondisi kesehatan, dan penampilan. Kondisi fisik akan berpengaruh
pada psikologis peserta didik.
2)
Faktor Ekstern
Faktor
yang tidak kalah penting pengaruhnya pada motivasi belajar peserta didik adalah
faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari
luar. Beberapa faktor luar yang berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik
adalah sebagai berikut.
a)
Guru
Guru
merupakan sosok yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta
didik. Guru yang professional akan mampu menciptakan pembelajaran yang
memotivasi peserta didik untuk menjawab rasa ingin tahu mereka dan mengantarnya
pada penguasaan kompetensi tertentu. Oleh karena itu, guru merupakan faktor
penentu peserta didik dalam meraih keberhasilan pendidikannya.
b)
Lingkungan Belajar
Lingkungan
belajar juga sangat besar pengaruhnya pada motivasi belajar peserta didik.
Lingkungan belajar yang kondusif akan mendorong peserta didik untuk selalu
termotivasi dalam belajar. Namun sebaliknya, lingkungan belajar yang tidak
kondusif akan menimbulkan peserta didik malas dalam belajar.
c)
Sarana Prasarana
Tidak
dapat dimungkiri bahwa ketersediaan sarana prasarana di sekolah akan
memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Sekolah yang memiliki sarana
prasarana memadai akan mendorong peserta didik untuk selalu termotivasi dalam
belajar. Peserta didik akan merasa senang dan lebih mudah mempelajari materi
pelajaran karena berbagai sarana dan prasarana yang mendukung setiap kegiatan
pembelajaran, tersedia dengan baik.
d)
Orangtua
Sikap
orangtua yang selalu memerhatikan kemajuan belajar anaknya, akan mendorong anak
untuk lebih semangat dalam belajar. Perhatian dan peran orangtua memang sangat
dibutuhkan oleh peserta didik. Apalagi jika peserta didik masih tergolong
anak-anak dan remaja. Sebab, dalam usia ini, mereka belum mampu mandiri dalam
segala hal, termasuk dalam hal belajar.
Sejalan dengan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa yang mempengaruhi siswa dalam belajar ada dua faktor yakni
faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal yang mempengaruhi
siswa ada pada sifat, kebiasaan dan kecerdasan dari siswa sendiri dalam
belajar. Karena, siswa dengan keberagaman dan perbedaan sifat, kebiasaan dan
kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa menjadi faktor internal bagi
siswa tersebut dalam memotivasi dalam belajar. Selanjutnya yaitu dari faktor
eksternal yakni beberapa yang mempengaruhi siswa dalam belajar diantaranya,
guru, lingkungan, sarana prasarana dan orang tua. Guru yang bisa saja dalam
belajar dan mengajarnya seiring berjalanya keadaan dalam kelas kurang
memerhatikan terhadap kompetensi yang dimiliki guru tersebut. Lingkungan yang
rentan sekali mempengaruhi pada motivasi belajar siswa. Sarana prasarana yang
kurang mendukung mengakibatkan siswa menjadi kurang semangatnya dalam belajar
serta orang tua yang mungkin kurang memahami keinginan dan kebutuhan anaknya
dalam menjadi siswa disekolah.
Dalam memperoleh pengertian yang objektif tentang
belajar terutama belajar di sekolah, perlu adanya rumusan secara jelas terkait
pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak sekali dikemukakan dan
dipaparkan oleh para ahli psikologi termasuk didalamnya adalah para ahli
psikologi pendidikan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.[37]
Thorndike dalam buku belajar dan pembelajaran
menyatakan bahwa salah satu aspek yang paling mengesankan dari diri manusia
adalah kemampuannya untuk belajar, karena dengan itu ia dapat mengubah dirinya
sendiri.[38]
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.[39]
Maka dari pengertian belajar yang dipaparkan oleh
beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk merubah tingkah laku secara keseluruhan
dengan baru melalui pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan.
Dalam belajar sebetulnya terdapat berbagai banyak
teori belajar missal diantaranya Teori Gesalt, teori ini dikemukakan uleh
Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia.
Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar
yaitu:
1)
Gesalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya,
2)
Gesalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Jadi,
dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang
penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah:
a)
Insight tergantung
dari kemampuan dasar
b)
Insight tergantung
dari pengalaman masa lampau yang relevan
c)
Insight hanya
timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek
yang perlu dapat diamati
d)
Insight adalah
hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit
e)
Belajar dengan insight dapat diulangi
f)
Insight sekali
didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.
Teori J.
Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah.
Teori R. Gagne terhadap masalah belajar, Gagne
memberikan dua definisi, yaitu:
1)
Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
2)
Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
dari intruksi.
Menurut Gagne yang dikutip oleh Sukmadinata
menjelaskan jenis-jenis pembelajaran menjadi delapan jenis mulai dari yang
sederhana sampai yang kompleks diantaranya:[40]
1)
Belajar tanda atau signal lerning
Individu
belajar mengenal dan memberi respons kepada tanda-tanda
2)
Belajar perangsang jawaban atau stimulu respon learning
Belajar
ini merupakan upaya membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban,
umpamanya: menjawab pertanyaan yang diberikan guru
3)
Rantai perbuatan atau chaining
Individu
belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan
4)
Hubungan verbal atau verbal association
Kalau
dalam rantai kegiatan, hubungan ini berbentuk perilaku maka dalam hubungan
verbal ini berbentuk hubungan bahasa
5)
Belajar membedakan atau discrimination learning
Individu
belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan lainnya
6)
Belajar konsep atau rule learning
Tipe
belajar ini menyangkut pemahaman konsep-konsep
7)
Belajar aturan-aturan atau rule learning
Individu
belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun
aturan dalam perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan.
8)
Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning
Dalam
kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus
dipecahkan.
Berdasarkan uraian dari jenis-jenis belajar diatas
dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis belajar memiliki jenis diantaranya: jenis
sederhana sampai jenis belajar yang kompleks yang terdapat dalam delapan uraian
di atas tersebut.
Dalam belajar memiliki beberapa prinsip belajar
diantara prinsip tersebut yakni:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dam membimbing untuk mencapai tujuan
intruksional
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan
motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan
lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi
tahap menurut perkembangannya
b) Belajar adalah proses belajar organisasi, adaptasi,
eksplorasi dan discovery
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara
pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus
memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu
sesuai dengan tujuan intuksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa
dapat belajar dengan tenang
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan
berkali-kali agar pengetian/sikap itu mendalam pada siswa.
Berdasarkan paparan dari prinsip belajar diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam prinsip
belajar memiliki persyaratan yang sesuai hakikat belajar dan bahan materi dalam
belajar untuk mencapai keberhasilan dari belajar tersebut.
Sebagai salah satu komponen dalam
pengajaran yang terpenting siswa harus memiliki motivasi belajar yang baik
untuk diri sendiri. Apabila siswa tidak
memiliki motivasi belajar maka hal tersebut akan menjadi sulit dalam belajar.
Motivasi belajar akan terwujud dengan pembiasaan dan menumbuhkan kesadaran
siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tentu akan lebih dari
sekedar formalitas dan rutinitas saja dalam belajar, tentu hal tersebut akan
berdampak pada produktivitas siswa dalam belajar di sekolah.
Motivasi belajar dapat timbul
karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor
ektrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan
belajar yang menarik.[41]
Motivasi
sering kali dikatakan menjadi kunci bagi keberhasilan belajar siswa. Guru dapat
meningkatkan kreatifitas penyampaiannya dalam belajar dengan memotivasi siswa
dalam pengetahuan, dan keahlian dalam mengajar, memberikan tugas dan berperan
positif bagi siswa.
Hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya, dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;(5) adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.[42]
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri
seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna
mencapai tujuan. Menurut Mc Donald dalam Kompri motivasi adalah suatu perubahan
energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan)
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai
dengan adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat disadari atau
tidak. Menurut Woodwort dalam Wina Sanjaya bahwa suatu motif adalah suatu set
yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan.
Maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar siswa adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu siswa
yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan dalam belajar. Perilaku atau
tindakan yang ditunjukkan seorang siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar
sangat tergantung dari motif yang dimiliknya serta dengan adanya indikator atau
unsur yang mendukung untuk memotivasi seorang siswa dalam belajar.
.
Komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi diantara dua orang atau lebih dengan maksud
penyampaian suatu pesan baik secara verbal ataupun nonverbal yang dapat
dipahami sehingga diantara satu sama lain mampu berinteraksi dengan baik. Dalam
dunia pendidikan, guru (wali kelas) harus
bisa menjalankan komunikasi interpersonal dengan setiap siswa secara efektif.
Menurut Miftah Thoha dalam buku Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya ada lima hal yang mampu menjadikan komunikasi interpersonal berjalan
secara efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesamaan.
Apabila lima hal tersebut dilakukan oleh guru (walikelas) maka akan berdampak
pada motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar siswa berfungsi mendorong siswa untuk bertindak, menentukan
arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri siswa dalam
mencapai tujuan yang dikehendakinya. Menurut Hamzah dalam buku Teori Motivasi
dan Pengukurannya dapat timbul karena faktor intrinsik,
berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ektrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik. Jadi melalui
komunikasi interpersonal guru (walikelas) dengan siswa sebagai bentuk perhatian
dari guru (walikelas) maka dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Dengan demikian dalam riset ini penulis akan meneliti tentang
bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal guru (walikelas) terhadap motivasi
kerja guru yang diukur melalui indikator komunikasi interpersonal menurut
Miftah Thoha yang dimana terdapat lima hal yang mampu mengefektifkan komunikasi
interpesonal yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan.
Dan diukur pula melalui indikator motivasi kerja guru menurut Hamzah yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
sebagai makhluk sosialnya tidak lepas dengan hal yang dinamakan komunikasi.
Baik komunikasi dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain. Kebanyakan dari
kita terkadang tidak menyadari kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika
berkomunikasi. Karena komunikasi tidak hanya sekedar apa yang dikatakan dan apa
yang diterima, tetapi juga tentang bagaimana hal tersebut dikatakan, bagaimana
bahasa tubuh digunakan, dan bagaimana ekspresi wajah yang ditunjukkan. Untuk
itu diperlukan komunikasi yang mampu membangun kerjasama sehingga antar
individu dapat saling toleransi, saling memahami, saling mengisi, dan saling
memberi.
Siswa adalah objek yang sentral
dalam suatu sekolah. Siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar belajar, tetapi
juga berprestasi. Oleh sebab itu, dengan adanya komunikasi di lingkungan
sekolah diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat. Karena setiap
individu yang belajar tidak hanya sekedar belajar, tetapi mereka belajar juga
menginginkan perhatian dalam bentuk pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial.
Motivasi akan timbul pada diri
siswa apabila ada sikap positif terhadap perilakunya. Motivasi juga dapat
dipancing dan diperkuat oleh perhatian dan pengertian dari guru/walikelasnya.
Sebab itu, guru/walikelas harus mampu menciptakan suasana dan perilaku yang
baik melalui komunikasi interpersonal kepada siswa. Dengan adanya komunikasi
interpesonal yang efektif antara dua belah pihak tentu guru bisa memberikan
motivasi belajar yang baik secara interpersonal kepada siswa.
Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.[43]
Untuk hasil motivasi belajar yang baik dan dipengaruhi oleh Komunikasi
Interpersonal yang dipakai oleh seorang guru/walikelas. Hipotesis dalam
penelitian ini menurut penulis berdasarkan hal yang mempengaruhi tersebut
adalah:
Ho : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan
antara komunikasi interpersonal guru/walikelas dengan motivasi belajar siswa
yang terdapat di MTs Al-Ihsan Pamulang
Ha : Diduga terdapat pengaruh signifikan
antara komunikasi interpersonal guru/walikelas dengan motivasi belajar siswa
yang terdapat di MTs Al-Ihsan Pamulang
I. Penelitian Relevan
Penelitian
relevan ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian
sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Dari penelitian relevan, penulis tidak menemukan
penelitian dengan judul yang sama juga penulis menemukan judul yang sama
seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian
sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.
Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis
Tabel 2.1 Penelitian
Relevan
No |
Nama |
Judul |
Tahun |
Universitas |
Hasil Penelitian |
Persamaan |
Perbedaan |
1. |
Andi Muhammad Yusuf |
Pengaruh komunikasi
interpersonal guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah menegah kejuruan
(smk) negeri 7 makassar |
2017 |
UIN Alauddin Makassar |
Pengaruh
komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi akademik siswa SMK Negeri 7
Makassar menunjukkan tingkat yang cukup kuat dengan korelasi |
- Menggunakan metode kuantitatif - Ada variabel komunikasi antar pribadi |
Penelitian
yang penulis lakukan hanya menggunakan variabel Y Motivasi Belajar |
2. |
Harsya
Bachtiar |
Implementasi
Komunikasi Interpersonal Kepala sekolah dalam Membina Motivasi Kerja Guru
di SMK Al-Hidayah Ciputat |
2017 |
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta |
Penelitian
tersebut menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru sudah berjalan
dengan baik. |
- Ada variabel motivasi kerja |
Penelitian
yang penulis lakukan menggunakan metode kuantitatif, dan variabel motivasi kerja pada
penelitian saudara Harsya lebih menekankan pada pembinaan motivasinya |
3. |
Ayu Tri Kartika |
Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 12 Palembang |
2017 |
Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang |
Ada Pengaruh Signifikan antara Komunikasi
Interpersonal wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMAN 12
Palembang |
- Menggunakan metode kuantitatif - Ada variabel komunikasi interpersonal Wali Kelas
dan Motivasi Belajar |
Pada temapat penelitian yang penulis lakukan
berbeda dengan tempat penelitian saudari Ayu Tri Kartika |
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Madrasah
Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN Pamulang berdiri tangga 1 Juni 1999. Madrasah
Tsanawiyah ini berada di bawah naungan Yayasan AL–IHSAN yang berafiliasi ke
Departemen Agama. Madrasah ini merupakan peralihan dari Sekolah Menengah
Pertama (SMP) AL–IHSAN yang berafiliasi
ke Departemen Pendidikan Nasional yang beroperasi tahun 1986–1999. Atas
pertimbangan pengurus yayasan, SMP Islam ini berubah menjadi Madrasah
Tsanawiyah yang kelas satunya dimulai pada Tahun Pelajaran 1999 / 2000. Siswa
pertama MTs AL–IHSAN ini berjumlah 28 orang. Sedangkan kelas 2 dan 3 yang masih
berstatus SMP berjumlah 42 orang siswa, sehingga jumlah siswa kedua sekolah tersebut 70
orang.
Tanggal
1 september 1999, Pengurus Yayasan AL – IHSAN yang diketuai oleh Bapak Drs. H.
Mustoha, MA dan sekretarisnya Bapak Drs. H.Idris Elby, MA mengangkat
Bapak Drs. Agus Sunardi, salah
seorang guru pada Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Negeri Pamulang, sebagai
Kepala Sekolah untuk Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bapak Drs. Agus Sunardi
menggantikan Bapak H.M. Idris sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) dan
Ibu Dra. H. Yenni Triasih sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kemudian diangkat pula Bapak Yatiman, pensiunan Pegawai Departemen Agama,
sebagai Kepala Tata Usaha (TU). Mulai saat itulah kedua sekolah ini dipimpin
oleh seorang kepala sekolah, yaitu Bapak Drs. Agus Sunardi yang masih berstatus
sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.
Pagi
hari Bapak Drs. Agus Sunardi bertugas sebagai Kepala Sekolah di Yayasan
AL–IHSAN dan sore hari bertugas sebagi guru dinas pada Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Negeri Pamulang. Kemudian
tanggal 5 Juni 2003 Bapak Drs. Agus Sunardi, resmi diangkat oleh pemerintah
sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN Pamulang berdasarkan Surat Keputusan Kepala Departemen Agama
Kantor Wilayah Provinsi Banten, Nomor :
Kw.28/I/Kp.076/ 483/ 2003 tertanggal 05
Juni 2003, yang ditandatangani oleh
Kepala Kanwil Bapak Drs. H. M.
Suroh, M.Si atas nama Menteri Agama.
Sejak saat itu Bapak Drs. Agus Sunardi resmi sebagai kepala sekolah difinitif
yang diperbantukan pada yayasan AL – IHSAN
dan tidak lagi sebagai guru pada
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.
Awal tahun 2002, Madrasah Tsanawiyah (MTs)
AL– IHSAN belum memiliki izin operasional. Kemudian Bapak Drs. Agus Sunardi
sebagai Kepala Sekolah berkoordinasi dengan Pengurus Yayasan AL – IHSAN untuk
mengurus Izin Operasional Sekolah. Kepala Sekolah dan
Pengurus Yayasan men-setting maju tanggal dan tahun surat permohonan,
dan lahirlah surat dari Pengurus Yayasan Al-Ihsan Nomor : 09 / Y. AI/ 2001 tertanggal 08 Mei
2001 tentang Permohonan Izin Operasional Madrasah Tsanawiyah Swasta AL–IHSAN
. Dengan
surat ini berangkatlah Bapak Drs. Agus Sunardi menghadap Kepala Desa Bambu Apus
dan Bapak Camat Kecamatan Pamulang untuk minta surat rekomendasi.
Surat
rekomendasi, dari Kepala Desa Bambu Apus dan Camat Kecamatan Pamulang, lalu
dibawa ke Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten Tangerang. Kemudian
keluarlah Surat Rekomendasi dari Kepala Kandepag Kabupaten Tangerang Nomor:
MI-04/PP.07/669/2002 tanggal 2 Oktober 2002. Surat Rekomendasi dari Kepala
Kandepag tersebut dilanjutkan ke Kantor Departemen Agama Wilayah Provinsi
Banten. Kemudian Keluarlah Surat Izin Operasional MTs.S AL – IHSAN dari Kepala
Kanwil Departemen Agama Provinsi Banten Nomor : W.aa/I/PP.03/594/2002,
tertanggal 03 Oktober 2002 yang ditandatangani oleh Kabid Mapenda Islam Pada
Sekolah Umum, Drs. H. Iding Mujtahidin atas nama Kepala Kanwil Departemen Agama
Provinsi Banten. Sejak saat itulah
Madrasah Tsanawiyah AL – IHSAN resmi sebagai sekolah yang diakui secara hukum.
Pada
Tahun Pelajaran 2000/ 2001
Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN
Pamulang memiliki siswa sebanyak 106 orang, dan pada Tahun Pelajaran
2001/ 2002, jumlah siswa meningkat menjadi 135 orang, dan untuk pertama kali
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Ihsan Pamulang meluluskan 25 orang siswa, terdiri
dari 13 orang laki-laki dan 12 orang
prempuan. Tahun Pealajaran 2002/ 2003,
jumlah siswa meningkat menjadi 192 orang, Tahun
Pelajaran 2004/ 2005 Jumlah siswa merosot menjadi 179 orang. Hal ini
terjadi karena tersiar berita akan adanya Bantuan Operasoanl Sekolah (BOS) dari
pemerintah dan sekolah negeri gratis. Pada tahun 2005 untuk pertama kali,
sekolah ini diakreditasi dan memperoleh Nilai Akreditasi B (Baik). Dengan semangat
akreditasi ini kepala sekolah beserta seluruh dewan guru dan karyawan-karyawati
terus bekerja keras mengelola lembaga pendidikan Islam ini. Berkat kerja keras
semua pihak terlihat dari tahun ke tahun madrasah ini terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Jumlah siswa menunjukan grafik yang terus
meningkat, hal ini karena kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap
Madrasah AL– IHSAN. Kepercayaan ini mendorong animo mereka untuk menyekolahkan
putra-putrinya ke Madrasah AL– IHSAN khususnya dan ke sekolah-sekolah yang
Berciri Khas Islam pada umumnya. Sejak saat itu pandangan masyarakat (image)
yang mengatakan “daripada ora sekolah mendingan ke AL– IHSAN “hilang sudah.
Pada
Tahun Pelajaran 2006/ 2007 sekolah ini memiliki siswa sebanyak 220 orang. Dan pada
Tahun Pelajaran 2007/2008, jumlah siswa meningkat menjadi 274 orang.
Tiga
tahun kemudian, tepatnya Tahun Pelajaran
2011/ 2012, Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN Pamulang memiliki siswa sebanyak 305 orang yang terbagi kedalam rombongan belajar.
Sebenarnya jumlah siswa masih terus bertambah, namun karena keterbatasan lokal
para calon siswa melalui mekanisme tes penjaringan siswa baru banyak yang tidak
diterima.
Seiring
perkembangan zaman dan sejalan dengan
visi Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN
Pamulang, yaitu Unggul
Dalam Prestasi dan Berakhlakul Karimah, Madrasah yang didukung oleh pengurus yayasan terus
berbenah diri dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang memadai dan
berupaya meningkatkan kualitas
lulusannya. Alhamdu lillah, pada tahun Pelajaran 2011/ 2012 Madrasah Tsanawiyah
(MTs) AL – IHSAN Pamulang
bukan hanya memiliki Laboratorium Komputer besrta jaringan internet on line, bahkan sekolah ini mendapatkan bantuan perangkat
Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Perangkat Pembelajaran IPS dan Jaringan Berbasis Pembelajaran dari
Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu sekolah ini memiliki tenaga
pendidik yang professional, muda, cakap dan berpengalaman serta berpendidikan
S1 dan S2. Mereka loyal dan berdedikasi
tinggi menjalankan tugasnya dalam mengemban amanat orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah dan amanat Allah Subhanahu Wata’ala.
Dengan jerih payah dan dedikasi tinggi dari seluruh
pendidik dan tenaga kependidikan disertai dengan tekad baik dari para siswa dan
peran orang tua siswa, alumni Madrasah
Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN Pamulang
ada yang telah lulus sarjana
dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM ) Yogyakarta, dan ada
pula yang masih berstatus
sebagai mahasiswa UGM, UIN, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Tri Sakti
dan Fakultas Kedokteran Universitas Syekh Kuala, Sumatra Utara, dan
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
lainnya.
Pengurus
yayasan sebagai penyelenggara pendidikan, unsur pimpinan madrasah, dewan guru
dan karyawan-karyawati terus berupaya mengembangkan misinya, yaitu memberikan
sumbangan kepada Bangsa dan Negara dengan cara membentuk, menyelenggarakan dan
mengembangkan program pendidikan untuk membina umat secara mantap dan terencana
serta dijiwai oeh ajaran Islam.
Harapan
kami adalah semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa merahmati Almarhum Bapak
H. Abdul Kadir Basalamah selaku pewakif tanah, para pendiri, pengurus yayasan,
pimpinan, dewan guru dan karyawa-karyawati beserta seluruh alumni madrasah, para siswa dan orang
tua siswa di mana saja berada.
Semoga Allah
pun berkenan memberikan keberkahan, kesehatan, keselamatan, kekuatan Iman dan
Islam, kebahagiaan dan kesejahteraan kepada semua pihak yang telah berjuang
untuk sekolah ini, dan semoga Allah
berkenan memberikan balasan pahala yang
berlipat ganda. Amin Ya Allah, Ya Rabbal ‘Alamin.[44]
Setiap lembaga pendidikan memiliki mimpi dan harapan-harapan akan
kemajuan di masa depan yang dikenal dengan istilah visi dan misi. Visi misi ini
berfungsi untuk mewujudkan cita-cita dan sebagai dorongan untuk selalu maju dan
berkembang. Adapun visi dan misinya adalah:
a. Visi : Unggul Dalam
Prestasi Dan Berakhlakul Karimah
1) Menciptakan suasana belajar yang kondusif.
2) Melaksakan pembelajaran dan
bimbingan yang efektif, kreatif,dan efesien.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif bagi seluruh warga
madrasah.
4) Mengembangkan bakat , minat dan potensi secara maksimal melalui
kegiatan ekstrakurikuler.
5) Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana
6) Membentuk siswa-siswi berprestasi yang berwawasan luas dalam bidang
Ilmu Pengetahun Umum dan Agama.
7) Mengembangkan sikap dan prilaku sopan, tanggung jawab, jujur dan
dapat dipercaya.
8) Mengembangkan dan membiasakan prilaku disiplin bagi warga madrasah.
9) Menanamkan landasan Aqidah yang kuat.
10) Melaksanakan kegiatan ibadah
dalam kegiatan sehari hari.
Indikator:
A) Prestasi dalam bidang Agama
B) Prestasi dalam bidang akademik dan non akademik
C) Prestasi dalam bidang IPTEK dan IMTAQ
D) Bersikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari
E) Mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa[45]
Madrasah Tsnawiyah (MTs) Al – Ihsan Pamulang
Tahun Pelajaran
2018/2019
a.
Nama : MTs. Al
– Ihsan Pamulang
b.
No.
Statistik Madrasah : 212.2.28.04.17.139
c.
Akreditasi
Madrasah : 4 Desember 2014
(
Terakreditarsi “A “)
d.
Alamat
madrasah : Jl. Bambu Apus Raya
Komplek Departemen
Agama Bambu Apus, Pamulang – Tangerang
Selatan Banten
e.
Nomor
Telepon : ( 021 ) 7428430
f.
Nomor
NPWP :
02.287.485.3.411.000
g.
Nama
Kepala Madrasah : Drs. Agus
Sunardi, MM
h.
No.
Telp / HP :
087771060292
i.
Nama
Yayasan : Yayasan Al – Ihsan
j.
Alamat Yayasan :
Jl. Bambu Apus Raya
Komplek
Departemen Agama
Bambu Apus, Pamulang
k.
No.
Telp Yayasan : ( 021 )
7428430
l.
No.
Akte Pendirian Yayasan : 15
September 1987 No.8
m.
Kepemilikan
Tanah : Wakaf Milik Yayasan
n.
Luas
Tanah : 1.850 m2
o.
Status
Bangunan : Milik Yayasan
p.
Luas
Bangunan : 1.648 m2[46]
Tahun Ajaran |
Kelas 7 |
Kelas 8 |
Kelas 9 |
Jumlah |
||||
Jumlah Siswa |
Jumlah Rombel |
Jumlah Siswa |
Jumlah Rombel |
Jumlah Siswa |
Jumlah Rombl |
Jumlah Siswa |
Jumlah Rombel |
|
2016/2017 |
138 |
3 |
143 |
3 |
136 |
3 |
417 |
9 |
2017/2018 |
130 |
3 |
135 |
3 |
144 |
3 |
409 |
9 |
2018/2019 |
103 |
3 |
130 |
3 |
124 |
3 |
357 |
|
Sumber: dokumen siswa MTs Al-Ihsan Pamulang
Tangerang Selatan
No |
Jenis
Prasarana |
Jumlah Ruang |
Jumlah Ruang Kondisi Baik |
Jumlah Ruang Kondisi Rusak |
Katagori
Kerusakan |
||
Rusak Ringan |
Rusak Sedang |
Rusak Berat |
|||||
1 |
Ruang Kelas |
9 |
9 |
- |
- |
- |
- |
2 |
Perpustakaan |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
3 |
R.Lab.IPA |
1 |
- |
- |
- |
- |
- |
4 |
R.Lab.Biologi |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
5 |
R.Lab.Fisika |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
6 |
R.Lab. Kimia |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
No |
Jenis
Prasarana |
Jumlah Ruang |
Jumlah Ruang Kondisi Baik |
Jumlah Ruang Kondisi Rusak |
Kategori
Kerusakan |
||||||
Rusak Ringan |
Rusak Sedang |
Rusak Berat |
|||||||||
7 |
R.Lab.Komputer |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
8 |
R.Lab.Bahasa |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
9 |
R.Pimpinan |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
10 |
R.Guru |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
11 |
R. Tata Usaha |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
12 |
R. Konseling |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
13 |
R. Perpustakaan |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
14 |
Tempat ibadah |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
15 |
R. UKS |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
16 |
Toilet |
10 |
10 |
- |
- |
|
- |
||||
17 |
Gudang |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
18 |
R. Sirkulasi |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
19 |
Tempat Olah Raga |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
20 |
R. Org. Kesiswaan |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
21 |
R. Lainnya |
1 |
1 |
- |
- |
- |
- |
||||
Sumber: dokumen sarana dan prasarana MTs
Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan
6.
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4. 3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No |
Keterangan |
Jumlah |
Pendidik |
||
1 |
Guru PNS diperbantukan tetap |
4 |
2 |
Guru Tetap Yayasan |
2 |
3 |
Guru Honorer |
20 |
4 |
Guru Tidak Tetap |
- |
Tenaga Kependidikan |
||
1 |
Pegawai TU Tetap Yayasan |
2 |
2 |
Pesuruh |
1 |
3 |
Satpam |
1 |
Sumber: dokumen pendidik dan tenaga
pendidikan MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan
Nama Madrasah :Mts.
Al–Ihsan Pamulang
Nama
Kepala Madrasah :Drs. Agus
Sunardi, Mm
Alamat :Jl Bambu Apus
Raya
Komplek Depag
Bambu Apus -
Pamulang
No.Telpon :(021) 7428430
No. Hp :087771060292
Akreditasi :Terakreditasi “ A “
Susunan Wakil Kepala Dan
Koordinator Bidang
Tahun Pelajaran 2018 / 2019
Waka Bid. Kurikulum :Udin Nurdin, Spd
Waka Bid. Kesiswaan :Bambang Suprayogi, Spd
Susunan Staff Tata Usaha
Kepala Tata
Usaha :Denny Susanto
Bendahara Umum :Hanifah
Hasyid, Spd
Bendahara Mts :Intan
Mulyadi
Staff Tu :Sitii Nurbaya
Security :Agus Cahyadi
Office Boy :Teddy Saputra
Penjaga Malam :Kusdian Munthaha & Agus Cahyadi
Susunan Penanggung Jawab
Laboratorium / Kepala Seksi
Teknisi
Laboratorium
Bahasa ,
Komputer, Jaringan
Berbasis
Pembelajaran : Denny Susanto
Laboratorium
Ipa : Yanti Damayanti, Spd
Seksi Musik/
Drum Band : Reghistra, Spd
Seksi Musik/ Marawis : Reghistra, Spd
Seksi Sosial
Keagamaan : Nurhayati, Sag
Seksi Olah Raga / Beladiri : Miza Yusmita, Spd
Seksi Pramuka, Pmr, Kir : Dina Rosmawati, Spd[47]
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Madrasah Al –
Ihsan Pamulang[48]
Pengurus Yayasan
Komite Madrasah ------
Kepala Madrasah
Waka Bid. Kurikulum Waka Bid. Kesiswaan |
Kepala Tata
Usaha Bendahara Umum |
Seksi - Seksi |
Sosial
|
|
UKS |
|
Kesenian |
|
Olah Raga |
|
Pramuka, PMR, KIR |
|
Koperasi |
Wali Kelas / Guru |
|
Siswa – siswi |
a.
Musik
( drum band, band & marawis )
b.
Kelompok ilmiah
remaja ( kir )
c.
Olah
raga / beladiri
d.
Komputer
e.
Paskibra
f.
Pramuka
g.
Uks
h.
Pmr
i.
Pidato 3 bahasa
j.
Futsal
k.
Paduan suara[49]
Berdasarkan data yang telah terkumpul dari
responden tingkat kevalidan suatu instrumen akan diuji menggunakan rumus Pearson Product Moment. Uji coba
instrumen variabel X dan variabel Y dilakukan pada 20 siswa. Taraf signifikan
sebesar 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) atau dk = 20 – 2 = 18 maka
didapatkan rtabel sebesar 0,443. Berdasarkan uji coba instrumen yang
dilakukan, hasil nilai validitas sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji
Validitas Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)
No Soal |
Nilai r hitung |
Nilai r tabel |
Keterangan |
|
1 |
0,619 |
0,443 |
Valid |
|
2 |
0,470 |
0,443 |
Valid |
|
3 |
0,278 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
4 |
0,755 |
0,443 |
Valid |
|
5 |
-0,205 |
0,443 |
TidakValid |
|
6 |
-0,401 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
7 |
0,795 |
0,443 |
Valid |
|
8 |
0,771 |
0,443 |
Valid |
|
9 |
0,049 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
10 |
0,536 |
0,443 |
Valid |
|
11 |
0,771 |
0,443 |
Valid |
|
12 |
0,284 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
13 |
0,527 |
0,443 |
Valid |
|
14 |
0,663 |
0,443 |
Valid |
|
15 |
0,755 |
0,443 |
Valid |
|
16 |
0,795 |
0,443 |
Valid |
|
17 |
0,771 |
0,443 |
Valid |
|
18 |
0,622 |
0,443 |
Valid |
|
19 |
0,687 |
0,443 |
Valid |
|
20 |
0,619 |
0,443 |
Valid |
|
21 |
0,524 |
0,443 |
Valid |
|
22 |
0,407 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
23 |
0,672 |
0,443 |
Valid |
|
24 |
0,623 |
0,443 |
Valid |
|
25 |
0,527 |
0,443 |
Valid |
|
26 |
0,663 |
0,443 |
Valid |
|
27 |
0,567 |
0,443 |
Valid |
|
28 |
0,703 |
0,443 |
Valid |
|
29 |
0,256 |
0,443 |
Tidak Valid |
|
30 |
0,522 |
0,443 |
Valid |
|
Sumber : hasil olah data SPSS vers.23,
2019
Tabel 4.5 Hasil Uji
Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
No Soal |
Nilai r
hitung |
Nilai r tabel |
Keterangan |
1 |
0,661 |
0,443 |
Valid |
2 |
0,741 |
0,443 |
Valid |
3 |
0,643 |
0,443 |
Valid |
4 |
0,181 |
0,443 |
Tidak Valid |
5 |
0,517 |
0,443 |
Valid |
6 |
0,331 |
0,443 |
Tidak Valid |
7 |
0,558 |
0,443 |
Valid |
8 |
0,834 |
0,443 |
Valid |
9 |
0,574 |
0,443 |
Valid |
10 |
0,834 |
0,443 |
Valid |
11 |
0,589 |
0,443 |
Valid |
12 |
0,362 |
0,443 |
Tidak Valid |
13 |
0,741 |
0,443 |
Valid |
14 |
0,791 |
0,443 |
Valid |
15 |
0,521 |
0,443 |
Valid |
16 |
-0,062 |
0,443 |
Tidak Valid |
17 |
0,596 |
0,443 |
Valid |
18 |
0,115 |
0,443 |
Tidak Valid |
19 |
0,109 |
0,443 |
Tidak Valid |
20 |
0,517 |
0,443 |
Valid |
21 |
0,834 |
0,443 |
Valid |
22 |
0,510 |
0,443 |
Valid |
23 |
0,521 |
0,443 |
Valid |
24 |
0,371 |
0,443 |
Tidak Valid |
25 |
0,018 |
0,443 |
Tidak Valid |
26 |
0,036 |
0,443 |
Tidak Valid |
27 |
0,639 |
0,443 |
Valid |
28 |
0,643 |
0,443 |
Valid |
29 |
0,279 |
0,443 |
Tidak Valid |
30 |
0,701 |
0,443 |
Valid |
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan
hasil tabel di atas, dapat diketahui untuk variabel X memiliki 23 butir soal
valid dan 7 butir soal yang tidak valid. Dan pada variabel Y memiliki 20 butir
soal yang valid dan 10 butir soal yang tidak valid.
Penelitian ini dilaksanakan di MTs
Al-Ihsan Pamulang pada bulan November 2019. Adapun yang menjadi objek adalah
siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang. Variabel dalam penelitian ini yaitu
variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas) dan variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
kuesioner (angket). Angket uji coba disebarkan kepada 20 siswa Kelas
VII.1,VII.2,VII.3 MTs Al-Ihsan Pamulang yang terdiri dari 30 butir soal pada
variabel X dan 30 butir soal pada variabel Y. Sedangkan angket penelitian
disebarkan kepada 51 siswa Kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang, yang terdiri dari
23 butir soal pada variabel X dan 20 butir soal pada variabel Y.
Deskripsi data disajikan untuk
memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data di lapangan. Data yang
disajikan berupa data mentah yang diolah menggunakan bantuan program SPSS ver.23. Adapun hasil deskripsi data
responden yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Deksripsi Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali
kelas) dan Hasil Analisisnya
a.
Data
Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)
Pada penelitian
ini data komunikasi interpersonal Guru Wali kelas diperoleh dari hasil angket
yang disebarkan kepada 51 siswa Kelas VII. Dari hasil tersebut, peneliti
mengumpulkan dan mengelompokkan data mengenai komunikasi interpersonal Guru
Wali kelas. Data dapat dilihat secara rinci pada tabel sebagai berikut:
Responden |
Variabel X |
Responden |
Variabel X |
|
Responden 1 |
68 |
Responden 27 |
94 |
|
Responden 2 |
62 |
Responden 28 |
84 |
|
Responden 3 |
66 |
Responden 29 |
96 |
|
Responden 4 |
69 |
Responden 30 |
88 |
|
Responden 5 |
77 |
Responden 31 |
93 |
|
Responden 6 |
88 |
Responden 32 |
72 |
|
Responden 7 |
87 |
Responden 33 |
84 |
|
Responden 8 |
83 |
Responden 34 |
98 |
|
Responden 9 |
86 |
Responden 35 |
88 |
|
Responden 10 |
74 |
Responden 36 |
90 |
|
Responden 11 |
85 |
Responden 37 |
97 |
|
Responden 12 |
82 |
Responden 38 |
94 |
|
Responden 13 |
89 |
Responden 39 |
88 |
|
Responden 14 |
86 |
Responden 40 |
91 |
|
Responden 15 |
81 |
Responden 41 |
85 |
|
Responden 16 |
93 |
Responden 42 |
90 |
|
Responden 17 |
93 |
Responden 43 |
86 |
|
Responden 18 |
100 |
Responden 44 |
80 |
|
Responden 19 |
95 |
Responden 45 |
95 |
73 |
Responden 46 |
89 |
|
Responden 21 |
80 |
Responden 47 |
79 |
Responden 22 |
71 |
Responden 48 |
87 |
Responden 23 |
86 |
Responden 49 |
83 |
Responden 24 |
79 |
Responden 50 |
100 |
Responden 25 |
91 |
Responden 51 |
85 |
Responden 26 |
72 |
|
Tabel 4.6 Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)
Berdasarkan
tabel di atas, dapat dilihat jumlah skor angket penelitian komunikasi
interpersonal guru wali kelas dari masing-masing responden.
b.
Hasil
Analisis Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas)
1)
Rentang
Nilai (r)
r =
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 100-62
= 38
2)
Jumlah
Kelas (k)
k =
1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 51
= 1 + 3,3 . 1,7
= 1 + 5.61
= 6,61 = 7
3)
Panjang
Interval (i)
i =
jumlah rentang (r) : jumlah kelas (k)
= 38 : 7
= 5,4 = 5
4)
Tabel
Distribusi Frekuensi Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas)
Tabel 4.7 Tabel
Distribusi Frekuensi Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru
Wali kelas)
Interval |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
62-66 |
2 |
3.9 |
3.9 |
3.9 |
67-71 |
3 |
5.9 |
5.9 |
9.8 |
|
72-76 |
4 |
7.8 |
7.8 |
17.6 |
|
77-81 |
6 |
11.8 |
11.8 |
29.4 |
|
82-86 |
12 |
23.5 |
23.5 |
52.9 |
|
87-91 |
12 |
23.5 |
23.5 |
76.5 |
|
92-96 |
8 |
15.7 |
15.7 |
92.2 |
|
97-101 |
4 |
7.8 |
7.8 |
100.0 |
|
Total |
51 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS ver.23, 2019
Berdasarkan tabel di atas, dapat
dilihat bahwa yang mendapat skor 62-66 terdapat 2 orang, skor 67-71 terdapat 3
orang, skor 72-76 terdapat 4 orang, skor 77-81 terdapat 6 orang, 82-86 terdapat
12 orang, dan skor 87-91 terdapat 12 orang, 92-96 terdapat 8 orang, 97-101
terdapat 4 orang.
Berdasarkan data distribusi
frekuensi di atas dapat digambarkan distribusi frekuensi sebagai berikut :
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Gambar 4.2 Gambar Distribusi Frekuensi Variabel X(Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)
5)
Mean,
Median, Modus
Tabel 4.8 Mean,
Median, Modus Variabel X (Komunikasi
Interpersonal Guru Wali kelas)
Statistics |
||
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL GURU |
||
N |
Valid |
51 |
Missing |
0 |
|
Mean |
84.94 |
|
Median |
86.00 |
|
Mode |
86a |
|
Std. Deviation |
9.050 |
|
Range |
38 |
|
Minimum |
62 |
|
Maximum |
100 |
|
Sum |
4332 |
Sumber :
hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Dari tabel di
atas, diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel Komunikasi Interpersonal
Guru Wali kelas adalah 84,94 sedangkan nilai tengah 86, nilai yang paling
sering muncul 86, dan standar deviasi 9,050.
Selanjutnya,
untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata komunikasi intepersonal guru wali
kelas dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a)
Perhitungan
nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)
Nilai rata-rata Ideal (Mi) = 84,94
Standar Deviasi Ideal (Sdi) = 9,050
b)
Batasan-batasan kategori kecenderungan
(1)Rendah = X < (Mi – Sdi)
= X < (84,94 – 9,050)
= X < 75,89
(2)Sedang = (Mi – Sdi) < X < (Mi + Sdi)
= 75,89 < X < (84,94 + 9,050)
= 75,89 < X < 93.99
(3)Tinggi = X > (Mi + Sdi)
= X > 93.99
Tabel 4.9 Kategori
Kecenderungan Data Variabel X (Komunikasi
Interpersonal Guru
Wali kelas)
Tingkat Kecendrungan Data |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
Rendah |
9 |
17.6 |
17.6 |
17.6 |
Sedang |
33 |
64.7 |
64.7 |
82.4 |
|
Tinggi |
9 |
17.6 |
17.6 |
100.0 |
|
Total |
51 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber
: hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan data tingkat kecenderungan di atas dapat digambarkan
sebagai berikut :
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Gambar 4.3 Tingkat
Kecenderungan Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal
Guru Wali kelas)
Berdasarkan diagram di atas dapat
diketahui bahwa perolehan skor variabel komunikasi interpersonal Guru Wali
kelas yang termasuk kedalam kategori rendah sebanyak 9 orang (17,6%), kategori
sedang 33 orang (64,7%), dan kategori tinggi 9 orang (17,6%). Berdasarkan
perolehan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi interpersonal
guru wali
kelas berada pada kategori sedang.
2.
Deskripsi Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) dan Hasil
Analisisnya
a.
Data
Variabel Y (Motivasi Belajar)
Motivasi
belajar siswa diukur dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden
sebanyak 51 siswa di MTs Al-Ihsan Pamulang. Angket yang telah diisi kemudian
diberi skor, diolah, dan dianalisis. Berikut adalah tabel yang memuat hasil
penelitiann data motivasi belajar siswa.
Tabel 4.10 Data Variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa)
Responden |
Motivasi Belajar siswa |
Responden |
Motivasi Belajar Siswa |
|
Responden 1 |
59 |
Responden 23 |
62 |
|
Responden 2 |
57 |
Responden 24 |
80 |
|
Responden 3 |
70 |
Responden 25 |
63 |
|
Responden 4 |
56 |
Responden 26 |
73 |
|
Responden 5 |
94 |
Responden 27 |
77 |
|
Responden 6 |
61 |
Responden 28 |
70 |
|
Responden 7 |
77 |
Responden 29 |
85 |
|
Responden 8 |
60 |
Responden 30 |
72 |
|
Responden 9 |
83 |
Responden 31 |
88 |
|
Responden 10 |
57 |
Responden 32 |
56 |
|
Responden 11 |
67 |
Responden 33 |
75 |
|
Responden 12 |
79 |
Responden 34 |
64 |
|
Responden 13 |
79 |
Responden 35 |
72 |
|
Responden 14 |
67 |
Responden 36 |
76 |
|
Responden 15 |
61 |
Responden 37 |
67 |
|
Responden 16 |
78 |
Responden 38 |
66 |
|
Responden 17 |
74 |
Responden 39 |
61 |
|
Responden 18 |
92 |
Responden 40 |
76 |
|
Responden 19 |
95 |
Responden 41 |
81 |
|
Responden 20 |
69 |
Responden 42 |
63 |
|
Responden 21 |
54 |
Responden 43 |
75 |
|
Responden 22 |
73 |
Responden 44 |
67 |
Responden |
Motivasi Belajar Siswa |
|
Responden 45 |
65 |
|
Responden 46 |
74 |
|
Responden 47 |
73 |
|
Responden 48 |
66 |
|
Responden 49 |
77 |
|
Responden 50 |
82 |
|
Responden 51 |
59 |
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah skor angket
penelitian motivasi belajar siswa dari
masing-masing responden.
b.
Hasil
Analisis Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
1)
Rentang
Nilai (r)
r =
Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 95 – 54
= 41
2)
Jumlah
Kelas (k)
k =
1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 51
= 1 + 3,3 . 1,7
= 1 + 5,61
= 6,61
= 7
3)
Panjang
Interval (i)
i =
jumlah rentang (r) : jumlah kelas (k)
= 41 : 7
= 5,8 = 6
4)
Tabel
Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
Tabel 4.11 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa)
INTERVAL |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
54-59 |
7 |
13.7 |
13.7 |
13.7 |
60-65 |
9 |
17.6 |
17.6 |
31.4 |
|
66-71 |
9 |
17.6 |
17.6 |
49.0 |
|
72-77 |
14 |
27.5 |
27.5 |
76.5 |
|
78-83 |
7 |
13.7 |
13.7 |
90.2 |
|
84-89 |
2 |
3.9 |
3.9 |
94.1 |
|
90-95 |
3 |
5.9 |
5.9 |
100.0 |
|
Total |
51 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan
tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mendapatkan skor 54-59
terdapat 7 orang, skor 60-65 terdapat 9 orang, skor 66-71 terdapat 9 orang,
skor 72-77 terdapat 14 orang, skor 78-83 terdapat 7 orang, skor 84-89 terdapat 2 orang, dan skor
90-95 terdapat 3 orang.
Berdasarkan
hasil data distribusi frekuensi di atas, maka dapat digambarkan distribusi
frekuensi motivasi kerja guru dalam bentuk grafik berikut ini:
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa)
5)
Mean,
Median, Modus
Tabel 4.12 Mean, Median, Modus Variabel Y
Statistics |
||
MOTIVASI BELAJAR
SISWA |
||
N |
Valid |
51 |
Missing |
0 |
|
Mean |
71.12 |
|
Median |
72.00 |
|
Mode |
67 |
|
Std. Deviation |
10.128 |
|
Range |
41 |
|
Minimum |
54 |
|
Maximum |
95 |
|
Sum |
3627 |
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Dari tabel di
atas, diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel Motivasi Belajar Siswa
adalah 71,12 sedangkan nilai tengah 72, nilai yang paling sering muncul 67, dan
standar deviasi 10,128.
Selanjutnya,
untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata motivasi belajar siswa dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
c)
Perhitungan
nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)
Nilai rata-rata Ideal (Mi) = 71,12
Standar Deviasi Ideal (Sdi) = 10,128
d)
Batasan-batasan kategori kecenderungan
(4)Rendah = X < (Mi – Sdi)
= X < (71,12 – 10,128)
= X < 60,992
(5)Sedang = (Mi – Sdi) < X < (Mi + Sdi)
= 60,992 < X < (71,12+ 10,128)
= 60,992 < X < 81,248
(6)Tinggi = X > (Mi + Sdi)
= X > 81,248
Tabel 4.13 Kategori Kecenderungan Data Variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa)
Tingkat Kecendrungan Data |
|||||
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent |
|
Valid |
Rendah |
8 |
15.7 |
15.7 |
15.7 |
Sedang |
36 |
70.6 |
70.6 |
86.3 |
|
Tinggi |
7 |
13.7 |
13.7 |
100.0 |
|
Total |
51 |
100.0 |
100.0 |
|
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan data tingkat kecenderungan di atas dapat digambakan
sebagai berikut :
Sumber
: hasil olah data penelitian SPSS vers.23,
2019
Gambar 4.5 Kategori Kecenderungan Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)
Berdasarkan diagram di atas dapat
diketahui bahwa perolehan skor variabel motivasi belajar siswa yang termasuk
kedalam kategori rendah sebanyak 8 orang (15,7%), kategori sedang 36 orang
(70,6%), dan kategori tinggi 7 orang (13,7%). Berdasarkan perolehan skor
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi belajar siswa
berada pada kategori sedang.
Setelah melakukan uji
validitas instrumen, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas yang
dipakai untuk mengukur instrumen dapat diandalkan secara konsisten sebagai alat
pengumpul data.
Berikut merupakan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 23 pada variabel X
(Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas), yaitu
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Komunikasi
Interpersonal Guru Wali kelas)
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.937 |
23 |
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS Vers.23, 2019
Berdasarkan kriteria Cronbach’s
Alpha > 60% atau Cronbach’s Alpha > 0,60 dan diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,937 > 0,60 maka
butir instrumen variabel X dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas
sangat tinggi.
Berikut merupakan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 23 pada variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa), yaitu :
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Motivasi
Belajar Siswa)
Reliability Statistics |
|
Cronbach's Alpha |
N of Items |
.931 |
20 |
Sumber
: hasil olah data penelitian SPSS vers.23,
2019
Berdasarkan kriteria Cronbach’s
Alpha > 60% atau Cronbach’s Alpha > 0,60 dan diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,931 > 0,60 maka
butir instrumen variabel Y dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas
sangat tinggi.
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresii berdistribusi secara normal atau tidak. Suatu
regresi dikatakan baik ketika memiliki nilai residual yang berdistribusi
normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan tabel Test of Normality dengan uji Shapiro-Wilk dan normal P-P Plot of regression Standardized Residual pada
SPSS vers.23, yakni sebagai berikut :
Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tests of Normality |
||||
|
Shapiro-Wilk |
|
||
Statistic |
Df |
Sig. |
|
|
KOMUNIKASI
INTERPERSONAL GURU |
.963 |
51 |
.107 |
|
MOTIVASI
BELAJAR SISWA |
.970 |
51 |
.229 |
|
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan, bahwa
data pada variabel X (komunikasi interpersonal guru wali kelas) dan variabel Y (motivasi belajar siswa)
memiliki nilai signifikansi Shapiro-Wilk
yang baik yakni masing-masing sebesar 0,107 dan
0,229. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi normal
karena nilai signifikansi Shapiro-Wilk lebih
dari 0,05.
Kemudian hasil grafik Normal
P-P Plot of Regression Standardized Residual pada SPSS vers.23, sebagai berikut:
Normal P-P Plot
of Regression Standardized Residual
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Gambar 4.6 Hasil Uji
Normalitas Variabel X (Komunikasi
Interpersonal Guru
Wali kelas)
Normal P-P Plot
of Regression Standardized Residual
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Gambar 4.7 Hasil Uji
Normalitas Variabel Y (Motivasi Belajar
Siswa)
Dari hasil
grafik di atas, tergambar jelas bahwa titik-titik yang menyebar mengikuti garis
diagonal. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi
normal.
Uji Linearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang
linear atau tidak secara signifikansi pada dua variabel. Uji linearitas
dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi (sig) 0,05. Berikut merupakan
hasil dari uji linearitas SPSS versi.2.3, yaitu :
Tabel 4.16 Hasil Uji
Linearitas
ANOVA TABLE |
|||||||
|
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
||
MOTIVASI BELAJAR SISWA * KOMUNIKASI
INTERPERSONAL GURU |
Between Groups |
(Combined) |
3188.544 |
28 |
113.877 |
1.291 |
.272 |
Linearity |
830.717 |
1 |
830.717 |
9.417 |
.006 |
||
Deviation from Linearity |
2357.828 |
27 |
87.327 |
.990 |
.515 |
||
Within Groups |
1940.750 |
22 |
88.216 |
|
|
||
Total |
5129.294 |
50 |
|
|
|
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Berdasarkan
hasil uji linearitas di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada
Deviation From Linearity sebesar 0,515
> 0,05, dapat kita ketahui jika nilai signifikansi pada tabel lebih besar
dari 0,05 atau (0,05 < sig), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
terdapat hubungan yang linear, sehingga asumsi linearitas terpenuhi.
Berikut
ini adalah hasil uji regresi linear sederhana dengan menggunakan SPSS vers.23, yaitu :
Tabel 4.17 Hasil Uji
Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
32.859 |
12.502 |
|
2.628 |
.011 |
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
GURU |
.450 |
.146 |
.402 |
3.077 |
.003 |
|
a. Dependent Variable:
MOTIVASI BELAJAR SISWA |
Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019
Rumus regresi linear sederhana :
Y’ = a + bX
Berdasarkan hasil output di atas, dapat diketahui bahwa :
Y = 32,859 +
0,450 X
Dimana :
Y = Motivasi Belajar Siswa
X = Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas
a.
a =
angka konstan dari unstandardized coefficients. Dari output di atas nilainya
sebesar 32,859. Ini dapat diartikan jika komunikasi interpersonal guru wali
kelas adalah 32,859.
b.
b =
angka koefisien regresi. Nilainya sebesar 0,450. Angka ini mengandung arti
bahwa setiap penambahan 1% tingkat Komunikasi Interpersonal Guru Wali
kelas (X), maka Motivasi Belajar Siswa
(Y) akan meningkat sebesar 0,450
Karena
nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas (X) berpengaruh
positif terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y). Sehingga persamaan regresinya
adalah Y = 32,859 + 0,450 X.
Uji hipotesis atau uji pengaruh berfungsi untuk mengetahui apakah
koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil output pada
Tabel 4.15 diketahui dengan
langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :
a.
Membandingkan
Thitung dengan Ttabel
1)
Penentuan
Thitung dengan Ttabel
Nilai Thitung didapatkan dari hasil output pada tabel 4.15 sebesar
3,077
2)
Penentuan
Ttabel
Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan nilai
signifikansi 0,05 : 2 = 0,025. Tabel (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)
n-2 yaitu df = 51 -2 = 49, hasil diperoleh untuk Ttabel sebesar
2,009
3)
Kriteria
Pengujian
·
Apabila
Thitung < Ttabel, maka Ho diterima
·
Apabila
Thitung > Ttabel, maka Ho ditolak
4)
Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa Thitung (3,077) > Ttabel
(2,009), maka Ho ditolak. jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi
belajar siswa.
b.
Kriteria
Pengujian
1)
Nilai
signifikansi
Nilai signifikansi didapatkan dan hasil output pada tabel 4.15
sebesar 0,003
2)
Kriteria
Pengujian
·
Apabila
sig > α (0,05), maka Ho diterima dan H1 ditolak
·
Apabila
sig < α (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima
3)
Kesimpulan
Dapat diketahui
bahwa nilai sig (0,003 < α (0,05), maka Ho ditolak dan H1
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan
antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar
siswa.
Koefisien
determinasi dipakai untuk memprediksi seberapa besar kontribusi pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Di bawah ini merupakan hasil
pengujian menggunakan SPSS ver.23, yaitu :
Tabel 4.18 Hasil
Perhitungan Koefisien Determinasi
Model Summaryb |
||||
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.402a |
.162 |
.145 |
9.366 |
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU |
||||
b. Dependent Variable: MOTIVASI BELAJAR SISWA |
Sumber : hasil olah data penelitian
SPSS vers.23, 2019
Dari hasil
output di atas, diketahui nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,162
(nilai 0,162 adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi atau R, yaitu 0,402 x
0,402 = 0,162). Angka tersebut mengandung arti bahwa komunikasi interpersonal
guru wali kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sebesar 16,2%.
Sedangkan sisanya 100% - 16,2% = 83,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti.
F.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan
hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan serta pemahaman yang
diperoleh dari hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan
data yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa terdapat pengaruh antara
komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa
di MTs Al-Ihsan Pamulang.
Untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel X dengan variabel Y apakah positif
atau negatif, maka dilakukan uji regresi linear sederhana. Dari hasil
penelitian, koefisien regresi memperoleh nilai sebesar 0,450 yang menunjukkan
nilai koefisien regresi bernilai positif (+). Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa “Komunikasi interpersonal Guru Wali kelas (X) berpengaruh positif
terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y)”. Sehingga persamaan regresinya adalah Y =
Y = 32,859 + 0,450 X
Kemudian
dapat dilihat pada pengujian statistik (uji t), hasil nilai Thitung
sebesar 3,077 dan Ttabel sebesar 2,009, dengan signifikansi sebesar
0,003. Dengan kriteria pengujian jika Thitung > Ttabel
dan jika signifikansi < α (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga
terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas
terhadap motivasi belajar siswa.
Dengan
proses pembelajaran selama 1 semester pada kelas VII di MTs Al-Ihsan Pamulang
ini memiliki hasil penelitian sebesar 16,2% antara komunikasi interpersonal
guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa. Angka tersebut memiliki makna
bahwa adanya pengaruh antara komunikasi interpersonal guru walikelas terhadap
motivasi belajar di MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan. Dan 83,8%
dipengaruhi faktor lain yang tidak penulis teliti.
Menurut
Miftah Thoha dalam buku Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya ada
lima hal yang mampu menjadikan komunikasi interpersonal berjalan secara efektif
yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesamaan. Apabila lima hal
tersebut dilakukan oleh guru wali kelas maka akan berdampak pada motivasi
belajar siswa.
Motivasi
belajar siswa berfungsi mendorong siswa untuk bertindak, menentukan arah
perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri siswa dalam mencapai
tujuan yang dikehendakinya. Menurut Hamzah dalam buku Teori Motivasi dan
Pengukurannya ada dua dimensi dalam motivasi belajar siswa yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal meliputi
melaksanakan tugas dengan adanya hasrat dan keinginan
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, dan adanya harapan dan cita-cita masa depan. Sedangkan
motivasi eksternal meliputi adanya
penghargaan dalam belajar, adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang
kondusif. Jadi melalui komunikasi
interpersonal guru wali kelas dengan siswa
sebagai bentuk perhatian dari guru wali kelas
maka dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Udin selaku Wakasek Kurikulum menyatakan bahwa
“Komunikasi guru wali kelas terhadap
siswa, baik. Siswa ini merespon dengan baik apa yang ditugaskan oleh guru wali
kelas karena guru wali kelas ini menjadi contoh bagi siswa. Walaupun ada
beberapa siswa yang dilihat acuh tak acuh terhadap arahan wali kelasnya, hal
itu menjadi tantangan bagi guru wali kelas. Bagaimana menghadapi atau mengatasi
segala bentuk persoalan dan permasalahan siswanya tanpa terkecuali. Tidak ada
alasan bagi wali kelas tidak mengetahui tentang permasalahan siswanya atau
sama–sama acuh tak acuh terhadap siswa tersebut. Terlebih guru BK disekolah ini
sudah tidak ada. Dan walapun baru berjalannya 1 semester, perlu adanya
komunikasi yang baik antara walikelas terhadap siswanya”.[50]
Hal serupa juga
disampaikan oleh guru walikelas VII.3 Ibu Siti mengatakan bahwa “Bagaimanapun
juga, guru harus bisa berkomunikasi dengan siswa menggunakan bahasa yang
dimengerti. Sehingga saya sebagai guru wali kelas maupun siswa menjadi paham
sehingga bisa menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik”.[51]
Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru walikelas VII.2 MTs Al-Ihsan Pamulang, Bu Nur
mengatakan bahwa
“Memang sedikit
adanya pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap
motivasi belajar siswa. Hal tersebut karena baru berjalan 1 semester, serta
sudah tidak adanya guru BK disekolah. Latar belakang keluarga siswa yang hampir
semua menengah kebawah. Rendahnya pendidikan orang tua siswa yang mengakibatkan
kurang pedulinya orang tua terhadap pembelajaran siswanya. Meskipun demikian,
sudah menjadi tanggung jawab guru wali kelas terkait meningkatkan motivasi
belajar siswa di kelas dan menangani permasalahan yang ada pada siswa dikelas”.[52]
Begitu
pula yang disampaikan oleh Pak Regi selaku walikelas VII.1 bahwa
“Komunikasi
antara guru dengan siswa meskipun baru berjalan 1 semester, terkait komunikasi
ini harus berjalan dengan baik agar dapat meningkatkan semangat belajar siswa.
Serta bisa memotivasi dalam belajar maupun meningkatkan kemampuan yang ada pada
dirinya dalam kelas maupun diluar kelas. Melalui kegiatan ekskul yang ada di
sekolah sejak dari sekarang ini. Nanti kedepannya nama baik sekolahpun ikut
baik pula. Karena memang pada hakikatnya siswa pasti membutuhkan perhatian
melalui komunikasi dari walikelasnya”.[53]
Secara umum,
hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Andi Muhammad Yusuf pada tahun 2017 mengenai judul
“pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi belajar
siswa sekolah menegah kejuruan (smk) negeri 7 makassar” bahwa terdapat pengaruh komunikasi interpersonal guru
terhadap prestasi
belajar siswa sebesar 41%.
Dengan
demikian, berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan
terlihat pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa di MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang
Selatan.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih ada keterbatasan-keterbatasan
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil penelitian, keterbatasan
ini dalam hal sebagai berikut :
1. Penyusun
instrumen dan penyebaran angket memerlukan waktu yang cukup lama.
2. Sulitnya
mengumpulkan data dari para responden dikarenakan para responden tidak memiliki
waktu senggang yang banyak.
Bab V
Penutup
Berdasarkan
hasil uraian secara keseluruhan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti
dengan menggunakan perhitungan statistik maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh
antara variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas) dengan
variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) bersifat
positif.
Hal ini terbukti dapat dijelaskan dari hasil temuan penelitian
dibawah ini.
Dari pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan,
bahwa hasil perhitungan regresi linear sederhana menghasilkan angka koefisien
regresi sebesar 0,450 yang diinterpretasikan antara komunikasi interpersonal
guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang positif.
Kemudian dilihat
dari hasil Thitung sebesar 3,077 dan
Ttabel sebesar 2,009
dengan signifikansi sebesar 0,003. Dengan kriteria pengujian jika Thitung
> Ttabel dan jika signifikansi < α (0,05), maka Ho
ditolak. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara Komunikasi Interpersonal
Guru Wali kelas dengan Motivasi Belajar Siswa. Dan berdasarkan perhitungan
koefisien determinasi ()
diperoleh angka sebesar 0,162. Angka tersebut mengandung arti bahwa komunikasi
interpersonal guru wali kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa
sebesar 16,2%. Sedangkan sisanya 100% - 16,2% = 83,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diteliti.
B.
Temuan
Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian di atas mengungkapkan bahwa pengaruh komunikasi interpersonal
guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa dengan angka 16,2%, kemudian
terdapat angka 83,8% yaitu faktor lain yang tidak diteliti, seperti faktor
lingkungan rumah, pergaulan siswa, teman sejawat, orang tua, dsb.
Berdasarkan
temuan dari wawancara guru wali kelas VII.2 mengatakan bahwa
komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap
motivasi belajar siswa kelas VII baru
berjalan 1 semester. Di MTs Al-Ihsan Pamulang ini tidak adanya guru BK
(bimbingan konseling). Sehingga terkait tentang motivasi belajar siswa, semua
ditangani oleh guru wali kelas. Siswa MTs Al-Ihsan di latar belakangi ekonomi
keluarga menengah kebawah serta pendidikan orang tua yang rendah. Sehingga
mengakibatkan orang tua kurang peduli terhadap pembelajaran siswa di sekolah.
Selain itu, pergaulan siswa dengan teman sejawat dan lingkungan menjadi faktor
pengaruh terkait motivasi belajar siswa di sekolah. Dengan hal ini dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan komunikasi interpersonal guru
wali kelas yang baik agar supaya siswa dapat termotivasi dalam belajar dengan
baik pula.
Berdasarkan temuan dan
kesimpulan hasil penelitian, maka dapat peneliti sampaikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi
Kepala Sekolah MTs Al-Ihsan Pamulang
a. Kepala
sekolah diharapkan mengembangkan kemampuan guru terkait komunikasi
b. Kepala
sekolah diharapkan meningkatkan pengembangan keprofesian guru terhadap
pembelajaran di kelas
c. Kepala
sekolah diharapkan memberikan penghargaan
kepada guru yang berprestasi sehingga guru dapat termotivasi untuk
mengembangkan keprofesiannya.
2. Bagi
Guru Wali kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang
a. Guru
Wali kelas diharapkan mampu memahami siswa dalam belajar
b. Guru
Wali kelas diharapkan meningkatkan kemampuan komunikasi terhadap siswa
c. Guru
Wali kelas diharapkan memberikan motivasi terhadap siswa untuk meningkatkan
kualitas belajar siswa
3. Bagi
Siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang
a. Siswa
diharapkan mampu mempertahankan motivasi belajar dan meningkatkan kapasitas
diri untuk terus berkembang guna memperkaya ilmu pengetahuan dan mengejar
cita-cita para siswa.
b. Siswa
diharapkan meningkatkan semangat dalam mengikuti pembelajaran guna peningkatan
kualitas belajar
c. Siswa
diharapkan mampu menjadi siswa yang teladan yang baik bagi para siswa lainnya,
dan menjadi sosok yang penuh semangat dalam melaksanakan tugasnya.
4. Bagi
Peneliti Lain
a. Peneliti
lain diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian dengan melakukan
penelitian pada variabel lain misalnya lingkungan belajar, teman sejawat siswa,
orang tua siswa dan lain sebagainya yang dapat dipengaruhi oleh komunikasi
interpersonal guru wali kelas serta melakukan pada populasi yang lebih luas.
b. Peneliti
lain diharapkan menggunakan metode lain dalam meneliti komunikasi
interpersonal, misalnya melalui wawancara secara mendalam atau dengan
observasi, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih bervariasi dari pada
kuesioner yang jawabannya sudah tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Amp.kompas.com,
Ribuan siswa putus sekolah, 2010,
(https://amp.kompas.com/nasional/read/2010/10/16/15315761/ribuan.siswa.putus.sekolah)
Diakses tanggal 26 September 2019 pukul 13.44 WIB
Arikunto, Suharsimi. Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2013.
Aw, Suranto. Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta :
Graha Ilmu. 2011.
Bangun, Wilson. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Erlangga. 2012.
Beritainspiratif.com,
Apresiasi Siswa Berprestasi, Cirebon
Power Berhasil Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2019, (https://www.berita
inspiratif.com/apresiasi-siswa-berprestasi-cirebon-power-berhasil-tingkatkan-motivasi-belajar-siswa/)
Diakses tanggal 25 September 2019 pukul 17.19 WIB
Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam. Wawasan Tugas
Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam.
2005.
Fathurrohman, Pupuh
dan Aa Suryana, Guru Profesional. Bandung:
PT Refika Aditama. 2012.
Hamalik, Oemar. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.
Harapan, Edi dan Syarwani
Ahmad. Komunikasi Antarpribadi: Perilaku Insani Dalam
Organisasi Pendidikan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2014.
Hardjana, Agus M. Komunikasi
Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta:
Kanisius. 2003.
Imam Suraji. Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Jurnal Cakrawala
Pendidikan, Vol.1. 2008.
Iriantara, Yosal
dan Usep Syaripudin. Komunikasi Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2013.
Kartika, Ayu
Tri. Pengaruh
Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di
SMA Negeri 12 Palembang. 2017.
m.kumparan.com,
Lemahnya Motivasi Belajar pada Siswa di
sekolah, 2018, (https://kumparan.com/alsri-nurcahaya/lemahnya-motivasi-belajar-pada-siswa-di-sekolah-1527306102088/2018/05/29/)
Diakses tanggal 27 September 2019 pukul 8.27 WIB
Muhammad, Arni. Komunikasi
Organisasi. Jakarta:
Bumi Aksara. 2009.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala
Sekolah Profesional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2013.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana. 2011.
Oktaviani, Mitha Arvira
dan Hari Basuki
Notobroto, ”Perbandingan Tingkat Konsistensi Normalitas
Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov,
Liliefors, Shapiro-Wilk, Dan Skewness-Kurtosis”
Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol.3, No.2
Desember 2014.
Parwati, Ni
Nyoman, dkk. Belajar dan
Pembelajaran. Depok: PT RajaGrafindo
Persada. 2018.
Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018
Qolbi, Ade Ifroh. Hubungan
Antara Komunikasi Interpersonal dengan Iklim Organisasi di SDN 034 Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas
Mulawarman. 2013.
Ratnasari,
Alfina Dewi. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha
Bisnis Online Shop di Kota Samarinda”. e-jurnal Administrasi Bisnis,
Vol.5, No. 1. 2017.
Riduwan M.B.A. Belajar
Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti pemula. Bandung:
Alfabeta. 2012.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta:
UIN Jakarta Press. 2007.
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Pers. 2016.
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi
Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2016.
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2016.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT
Refika Aditama. 2011.
Sihabudin, Ahmad. Komunikasi
Antarbudaya. Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2011.
Siregar, Syofian. Metode
Penelitian Kuantitatif di Lengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual &
SPSS. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group. 2013.
Siregar, Syofian. Statistika
Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2010.
Slameto. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media. 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta. 2017.
Suparyadi. Manajemen
Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM. Yogyakarta:
Andi. 2015.
Supranto, J
dan Nandan Limakrisna. Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk Menyusun Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Jakarta:
Mitra Wacana Media. 2012. 2013.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru
Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media. 2016.
Thoha, Miftah. Perilaku
Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2008.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Uno, Hamzah
B. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta
: PT Bumi Aksara. 2010.
Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta:
Rajawali Pers. 2016.
Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:
Rajawali Pers. 2014.
Widiasworo, Erwin. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jogjakarta:Ar-ruzz
Media. 2015.
Zahruddin. Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional Learning. Prosiding
Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk Indonesia Emas, Ciputat:
Mei 2015.
Zamroni, Muhammad. Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2010.
[1]Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
[2]
Ayu Tri Kartika, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wali Kelas
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 12 Palembang, 2017,
h.3
[3]
Beritainspiratif.com, Apresiasi Siswa
Berprestasi, Cirebon Power Berhasil Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2019,
(https://www.berita
inspiratif.com/apresiasi-siswa-berprestasi-cirebon-power-berhasil-tingkatkan-motivasi-belajar-siswa/)
Diakses tanggal 25 September 2019 pukul 17.19 WIB
[4] Ridwan
Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016),
h.49
[5] Amp.kompas.com,
Ribuan siswa putus sekolah, 2010,
(https://amp.kompas.com/nasional/read/2010/10/16/15315761/ribuan.siswa.putus.sekolah)
Diakses tanggal 26 September 2019 pukul 13.44 WIB
[6]
Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018
[7]
m.kumparan.com,
Lemahnya Motivasi Belajar pada Siswa di
sekolah, 2018,
(https://kumparan.com/alsri-nurcahaya/lemahnya-motivasi-belajar-pada-siswa-di-sekolah-1527306102088/2018/05/29/)
Diakses tanggal 27 September 2019 pukul 8.27 WIB
[8] Muhammad Zamroni, Filsafat Komunikasi : Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), cet. 1, h.5
[9]Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet.1,
h.15
[10] Roudhonah, Ilmu
Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1, h. 19
[11] Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.141
[12] Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), cet.5, h. 85
[13] Edi Harapan, Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi: Perilaku Insani
Dalam Organisasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.4
[14] Suranto Aw, Komunikasi
Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), Cet. 1, h. 14
[15]
Loc.Cit, Zahruddin,
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional
Learning, Prosiding Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk
Indonesia Emas, Ciputat: Mei 2015. Hal 534-545.
[17] Ade Ifroh Qolbi, Hubungan Antara Komunikasi
Interpersonal dengan Iklim Organisasi di SDN 034 Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas
Mulawarman, 2013, h.29
[18] Imam Suraji,
Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Jurnal Cakrawala
Pendidikan, Vol.1, 2008, h.33
[19] Jamil
Suprihatiningrum, Guru Profesional:
Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-ruzz
Media, 2016), h.24
[21] Jamil
Suprihatiningrum, op. Cit., h.28
[22] Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.62-65
[23] Departemen
Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen
Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005), h. 72-76
[24] Yosal
Iriantara, Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013) Cet. 1, h. 73-74
[25] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. 1, h. 191
[26] Ibid, h.191-194
[27] Arni Muhammad,
op. cit., h. 176
[28] Wibowo, Perilaku
Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet.2, h.109-110
[29] Wibowo, Manajemen
Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet.10, h.322
[30] Suparyadi, Manajemen
Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM, (Yogyakarta:
Andi, 2015), h.417
[31]Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.73
[32] Slameto, Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
cet.5, h.170
[33] Wilson Bangun,
Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Erlangga, 2012), h.316-327
[34] Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT Refika Aditama,
201
1), h.237
[35] Oemar Hamalik,
Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010), h.161
[36] Erwin
Widiasworo, 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik, (Jogjakarta:Ar-ruzz
Media, 2015), cet 1, h.29-38
[37] Slameto,
Op.Cit., h.2
[38] Ni Nyoman
Parwati, I Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Aspari, Belajar dan Pembelajaran,
(Depok:PT RajaGrafindo Persada,2018), Cet.1, h,1
[39] Oemar Hamalik,
Op.Cit., h.27
[40] Zahruddin, Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional Learning, Prosiding
Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk Indonesia Emas, Ciputat:
Mei 2015. Hal 534-545.
[41] Hamzah B. Uno,
Teori Motivasi & Pengukurannya¸ (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010)
cet.6 h. 23
[42] Ibid
[43]
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2017), cet. Ke-26, h.63
[44] Dokumen MTs
Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan
[45] Dokumen MTs
Al-Ihsan Pamulang Selatan
[46] Dokumen MTs
Al-Ihsan Pamulang Selatan
[47] Dokumen Personil
Sekolah MTs Al-Ihsan Pamulang
[48] Dokumen
Struktur Organisasi MTs Al-Ihsan Pamulang
[49] Dokumen
Ekstrakuler MTs Al-Ihsan Pamulang
[50] Wawancara
dengan Pak Udin, tanggal 28 November 2019, di ruang guru
[51] Wawancara
dengan Ibu Siti, tanggal 2 November 2019, diruang guru
[52] Wawancara
dengan Ibu Nur, tanggal 2 Desember 2019, di ruang guru
0 comments:
Post a Comment