Monday 17 October 2022

(PROPOSAL) PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU WALI KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS AL-IHSAN PAMULANG

0 comments

 

BAB I
PENDAHULUAN 

A.   Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia (siswa) dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar. Belajar merupakan usaha yang dikerjakan secara sadar untuk merubah sikap dan tingkah laku. Dalam upaya mencapai perubahan tingkah laku, dibutuhkan motivasi. Motivasi adalah dorongan yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mendorong siswa untuk mau belajar.

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dalam pasal 3 dinyatakan bahwa: fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

 

Komunikasi bisa menjadi salah satu faktor penyebab hadirnya sebuah motivasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi guru wali kelas terhadap siswa. Komunikasi dapat menjadi penghubung untuk memberikan motivasi belajar terhadap siswa. Dalam proses komunikasi kesamaan makna sangat diperlukan demi tercapainya tujuan yang dituju oleh guru wali kelas kepada siswa. Di dalam pembelajaran, komunikasi merupakan hal yang penting dan sangat diperhatikan. Dimana siswa mempunyai tujuan untuk belajar. Dengan adanya proses komunikasi yang baik tentu menjadi salah satu faktor pendukung tercapainya tujuan belajar siswa.

Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan, biasanya difasilitasi oleh guru kelas dan sebagian guru mata pelajaran. Guru wali kelas ini sekaligus menjabat sabagai wali kelas. Wali kelas memiliki tugas pembimbingan dalam bidang akademik dan non-akademik yang sifatnya lebih personal dan bertujuan untuk meningkatkan kelancaran kegiatan belajar mengajar dalam suatu kelas. Salah satu cara pembimbingan tersebut yaitu melalui kemampuan komunikasi interpersonal wali kelas untuk memotivasi siswa.[2]

Dalam konteks pendidikan yaitu sekolah, tentunya ada interaksi yang kuat antara guru wali kelas dan siswa. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru wali kelas membutuhkan pemahaman tentang komunikasi untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Seringkali guru wali kelas memberikan materi atau tugas kepada siswa tanpa terlebih dahulu memberikan penjelasan dan pengarahan, hal ini dapat terjadi dikarenakan faktor rendahnya keterampilan komunikasi interpersonal guru wali kelas. Akibatnya hasil dari tugas tersebut tidak jarang kurang maksimal dan menyebabkan tujuan dari pembelajaran tidak dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan.

Fenomena selanjutnya yang sering terjadi adalah keengganan siswa untuk melakukan komunikasi kepada guru ataupun sebaliknya, guru enggan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Komunikasi interpersonal yang terjadi di sekolah, terutama antara guru dengan siswa, apabila dilakukan dengan optimal dan intensif maka akan mempengaruhi motivasi dan tingkah laku  siswa dalam menjalan pembelajaran.

Guru wali kelas harus melakukan pendekatan kepada siswa degan menciptakan suasana keterbukaan dalam berkomunikasi dengan siswa. Namun untuk meningkatkan motivasi belajar siswa bukan hanya sekedar menciptakan suasana keterbukaan tetapi perlu menciptakan nuansa yang sangat menyenangkan dengan keterampilan komunikasi guru wali kelas secara interpersonal. Motivasi belajar siswa tidak lepas dari campur tangan guru wali kelas yang bertanggung jawab dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya guru wali kelas tidak akan lepas dalam komunikasi secara interpersonal agar lebih terjalin suasana nyaman yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kurangnya perhatian dalam berkomunikasi secara interpersonal dari guru wali kelas dapat mengurangi hubungan antara guru wali kelas dengan siswa. Begitu pula guru wali kelas perlu memperhatikan bahasa yang digunakan ketika berkomunikasi dengan siswanya. Bahasa yang sulit dipahami akan menimbulkan distorsi. Fenomena ini menarik untuk diteliti lebih lanjut, komunikasi menjadi topik penting dalam upaya memperbaiki proses penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Hal ini bisa membuat kurang efektifnya dalam penyelenggaraan pembelajaran yang diakibatkan oleh tidak terbukanya komunikasi dan kurangnya perhatian antara guru wali kelas dengan siswa sehingga kurangnya motivasi belajar siswa.

Pada tahun 2019 tepatnya di daerah Cirebon, terdapat kegiatan apresiasi kepada 1200 siswa berprestasi dari 20 sekolah didelapan di desa sekitar pembangkit listrik Cirebon Power, membuat motivasi siswa di sejumlah sekolah tersebut meningkat. Muhammad Harun, guru Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Addaroib Citemu menuturkan, dampak positif dari program apresiasi bagi siswa berprestasi dari Cirebon Power sangat terasa. Menurutnya, motivasi belajar siswanya meningkat, karena berlomba untuk bisa mendapatkan apresiasi ini.[3] Dengan adanya pemberian apresiasi kepada siswa dapat menumbuhkan motivasi secara langsung dan memberikan dampak positif terhadap motivasi siswa.

Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang membuat siswa menjadi semangat untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar.[4] Maka, motivasi belajar dalam diri siswa sangat berpengaruh terhadap kesuksesan siswa untuk mencapai tujuan belajar yang maksimal.

Selain itu, di daerah Kediri ribuan siswa putus sekolah. Sedikitnya 1.755 siswa di Kabupaten Kediri putus sekolah atau tidak menuntaskan pendidikannya selama tahun ajaran 2010. Penyebabnya bukan masalah ekonomi semata, lebih dominan karena kurangnya motivasi. Anak-anak sulit disuruh untuk bersekolah.[5] Maka motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu motivasi instrinsik (keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018 tentang beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah pasal 1 dinyatakan bahwa: guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[6]

Selain dari itu, guru (wali kelas) juga harus memiliki kompetensi sebagai keprofesionalan yang terdiri dari 4 kompetensi yaitu: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Professional.

Sehubungan dengan ini dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa sudah menjadi tugas guru wali kelas yang sangat penting. Pembelajaran akan berlangsung efektif apabila siswa memiliki motivasi dalam belajar. Guru wali kelas harus berupaya secara maksimal agar siswa termotivasi untuk belajar.

Oleh karena itu motivasi belajar menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi belajar harus dibangkitkan dalam diri siswa sehingga siswa termotivasi dalam belajar. Namun, realita yang terjadi tidak semua siswa memiliki motivasi dalam belajar. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kurangnya motivasi belajar siswa berasal dari internal pribadi siswa sendiri dan orang lain diantaranya sebagai berikut.

Faktor internal siswa meliputi         ; Pertama, kepribadian yang pemalu sehingga kurang memiliki kepercayaan diri.  Kedua, kondisi fisik yang kurang siap diakibatkan kurangnya istirahat sebelum mengikuti pembelajaran. Ketiga, kemampuan berfikir siswa kurang mengempuni dalam mengikuti pembelajaran.

Faktor eksternal siswa biasanya dapat dipengaruhi oleh faktor orang lain diantaranya. Petama, orang tua biasanya kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada anaknya untuk memantau pendidikan anak sehingga anak kurang memiliki motivasi dalam belajar. Kedua, teman sejawat, pertemanan yang tidak mendukung untuk belajar menyebabkan kurangnya motivasi belajar sehingga anak menjadi malas. Ketiga faktor kemajuan teknologi yang tidak bisa dipungkiri memang membawa kemudahan pada setiap aktivitas. Meski demikian, kemajuan teknologi juga bisa membawa dampak buruk bagi siswa dengan budaya luar yang terselip dalam fasilitas internet. Program yang tidak mendidik dapat menghipnotis siswa asyik bermain daripada belajar. Kelima, lingkungan yang kurang baik akan membentuk siswa menjadi tidak baik, tetapi mayoritas siswa yang sudah terjerumus dalam lingkungan yang bebas, maka perilaku dan pemikirannya bisa saja terpengaruhi oleh lingkungan luar saat ini semakin mengkhawatirkan. Keenam, guru wali kelas diantaranya kurang perhatian terhadap aktivitas siswa sehingga dapat mengurangi kepercayaan atau motivasi pada diri siswa dalam kesadarannya bahwa pendidikan merupakan hal penting untuk masa depan akibat dari itu, kurang optimal dalam melakukan pembelajaran, metode pembelajaran yang membosankan, dan juga komunikasi yang kurang efektif dalam interaksi belajar mengajar. [7]

Dalam hal ini, MTs Al Ihsan Pamulang merupakan salah satu sekolah unggul, hal ini terbukti dengan akreditasi yang diperolehnya yaitu grade “A”. Terkait komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh guru wali kelas  terhadap siswa di MTs Al Ihsan Pamulang dalam hal ini ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan sebagian lagi menunjukkan motivasi belajar yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari semangat mereka yang bervariasi dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan observasi pengamatan yang dilakukan di MTs Al Ihsan Pamulang, pada realitanya keadaan guru wali kelas dan kualitas pembelajaran tergolong baik, guru wali kelas sudah cukup jelas dalam penguasaan penyampaian materi, akan tetapi beberapa hal mengenai komunikasi antara guru wali kelas dengan siswa belum maksimal, terutama komunikasi wali kelas dengan siswa kelasnya. Sebagian wali kelas masih kurang dalam berinteraksi dengan siswanya, ketika siswa sedang mengalami masalah belajar di kelas. Wali kelas terlihat acuh dan membiarkan siswanya menyelesaikan masalahnya sendiri. Wali kelas sebagai motivator bagi siswa dan sebagai wali kelas harus bisa menjadi sahabat bagi siswanya. Kurangnya perhatian wali kelas terhadap siswanya dapat menyebabkan motivasi belajar siswa menurun dan siswa pasif dalam belajar, untuk itu diperlukan komunikasi interpersonal wali kelas yang efektif dengan siswa.

Terkait hal di atas penulis ingin meneliti lebih lanjut pengaruh komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs Al Ihsan Pamulang”

B.   Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat di identifikasi masalah-masalah penelitian sebagai berikut:

1.     Kurangnya efektivitas komunikasi interpersonal guru wali kelas

2.     Adanya distorsi dalam proses komunikasi interpersonal guru wali kelas.

3.     Adanya pengaruh dari teman sejawat siswa

4.     Rendahnya faktor internal dan eksternal siswa 

5.     Rendahnya rasa peduli orang tua terhadap siswa

6.     Belum terciptanya lingkungan sekolah yang efektif

C.   Pembatasan Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang tercantum pada identifikasi masalah, penulis melihat perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar permasalahan tidak menimbulkan kerancuan, maka dalam penelitian ini difokuskan pada masalah “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs Al Ihsan Pamulang”.

D.   Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.     Adakah pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang ?

2.     Seberapa besar pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang ?

E.   Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka tujuan pada penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1.     Untuk menemukan pengaruh positif atau negatif antara komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa di MTs Al Ihsan Pamulang.

2.     Untuk mengkaji seberapa besar motivasi belajar siswa yang disebabkan oleh komunikasi interpersonal guru wali kelas.

F.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis mengembangkan konsep keilmuan pendidikan khususnya pada program studi manajemen pendidikan yang mengkaji tentang ilmu komunikasi dan dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian lain mengenai ilmu komunikasi.

2.      Manfaat Praktis

a.     Bagi Sekolah

Manfaat bagi civitas akademika di MTs Al Ihsan Pamulang, khususnya guru (wali kelas), sebagai bahan masukan dan referensi untuk memaksimalkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui komunikasi interpersonal.

b.     Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu dapat dijadikan wawasan mengenai pentingnya pengelolaan lembaga pendidikan dengan efektifitas komunikasi.

c.     Bagi Pembaca

Manfaat bagi pembaca yaitu untuk menjadi bahan bacaan serta acuan yang positif dalam memaksimalkan dan meningkatkan pengetahuan tentang hubungan komunikasi interpersonal guru (wali kelas) terhadap motivasi belajar siswa.


BAB II
KAJIAN TEORI

 

A.   Komunikasi Interpersonal Wali Kelas

1.     Pengertian Komunikasi

Untuk kelangsungan hidup manusia dari hari ke hari tidak terlepas dari komunikasi. Pada dasarnya komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks. Dalam berkomunikasi manusia dapat mendatangkan hal-hal yang positif, seperti: membentuk saling pengertian, memupuk persahabatan, memelihara kasih sayang, dan lain sebagainya. Namun bisa juga menimbulkan hal-hal yang negatif.

Menurut Simpson dan Weiner dalam Zamroni mendefinisikan, komunikasi sebagai penanaman (imparting), penyampaian (conveying), atau penukaran (exchange) ide-ide, pengetahuan, maupun informasi baik melalui pembicaraan, tulisan, maupun tanda-tanda.[8]

Menurut Sihabudin komunikasi diartikan sebagai proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyadari (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna memperoleh sikap atau perilaku tertentu.[9]

Dan Roudhonah mengemukakan komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.[10]

Dengan uraian pendapat dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses transfer suatu informasi atau suatu hal dari komunikator kepada komunikan dengan baik secara sadar ataupun tidak yang mampu mempengaruhi perilaku seseorang agar memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Agar tujuan dari komunikasi dapat tercapai maka hendaknya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti sehingga tidak terjadi distorsi antara komunikator dan komunikan, karena mengingat komunikasi terbagi menjadi beberapa macam diantaranya yaitu komunikasi massa, komunikasi antar budaya, komunikasi intrapersonal, dan komunikasi interpersonal.

 

2.     Komunikasi Interpersonal

a.     Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antar-pribadi (interpersonal communication) adalah interaksi antara seorang individu dengan individu lainnya tempat lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama dalam hal komunikasi antar manusia menggunakan bahasa.[11]

Sedangkan menurut Agus komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.[12]

Hal yang serupa disampaikan oleh Joseph dalam Edi bahwa komunikasi antarpribadi ini sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di sekelompok kecil orang, dengan beberapa effect atau umpan balik seketika.[13]

Dari beberapa pendapat yang sudah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang atau lebih dengan maksud penyampaian suatu pesan baik secara verbal ataupun non verbal yang dapat dipahami sehingga diantara satu sama lain mampu berinteraksi dengan baik.

b.     Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari.[14] Ada banyak pandangan para ahli terkait ciri-ciri komunikasi interpersonal. Berikut ini ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut pandangan para ahli.

Menurut Suranto komunikasi interpersonal memiliki ciri-ciri sebagai: arus pesan dua arah, suasan formal, umpan balik segera, peserta komunikasi berada pada jarak yang dekat, dan Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan. Berikut uraiannya :

1)    Arus pesan dua arah

Komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat dan spontan. Seorang sumber pesan dapat berubah menjadi penerima pesan, begitupun sebaliknya. Arus pesan dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

2)    Suasana nonformal

Komunikasi interpersonal biasanya terjadi dalam suasana nonformal. Apabila komunikasi itu berlangsung di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi tidak secara kaku berpegang pada herarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan.

3)    Umpan balik segera

Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara tatap muka, maka dari itu umpan balik dapat diketahui dengan cepat.

4)    Peserta komunikasi berada pada jarak yang dekat

Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis.

5)    Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal

Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.

Sejalannya dengan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses sosial yang mana bagian yang ada di dalamnya saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam proses komunikasi interpersonal tentu ada komunikator dan komunikan yang saling bertukar peran dengan segera dan umpan baliknya dapat langsung diketahui baik secara verbal maupun nonverbal.

c.     Tipe Komunikasi

Perbedaan pandangan tidak hanya terjadi pada definisi komunikasi, namun juga pada klarifikasi tipe atau bentuk komunikasi. Karena, para pakar mengklarifikasi berdasrkan pengalaman dan latar belakang keilmuan. Berikut uraiannya:[15]

1)    Kelompok sarjana komunikasi amerika dalam karyanya human communication membagi komunikasi atas lima macam bentuk komunikasi antar pribadi (intrapersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational communication), komunikasi massa (mass communication) dan komunikasi public (public communication).

2)    Joseph A. DeVito, seorang profesor komunikasi di City University of New York dalam karyanya communicology membagi komunikasi atas empat macam, yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi public dan komunikasi massa.

3)    R. Wayne Pace dengan teman-temannya dari Brigham Young University dalam bukunya Techiques For Effective Communication  membagi komunikasi atas tiga macam, yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi dan komunikasi public.

4)    Beberapa sarjana komunikasi aliran eropa hanya membagi komunikasi atas dua macam, yaitu komunikasi atar pribadi dan komunikasi massa.

d.     Tujuan Komunikasi Interpersonal

Setiap proses komunikasi tentu memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam hal ini Arni Muhammad mengemukakan tujuan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1)    Menemukan diri sendiri

Dimaksud bahwa dengan melakukan komunikasi interpersonal bersama orang lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun tentang orang lain. Melalui komunikasi ini kita juga belajar bagaimana kita menghadapi yang lain.

2)    Menemukan dunia luar

Apabila sudah memahami lebih banyak tentang diri sendiri dan orang lain, dunia objek, kejadian-kejadian orang lain. Banyak informasi yang diketahui datang dari komunikasi interpersonal. Waktu yang digunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan sanggup saling berbagi, kesenangan dan umumnya akan merasa lebih positif tentang diri sendiri.

3)    Berubah sikap dan tingkah laku

     Dengan hubungan komunikasi interpersonal dapat mengubah sikap dan tingkah laku, seperti berpikir dalam cara tertentu dan percaya bahwa sesuatu benar atau salah.

4)    Untuk bermain dan kesenangan

     Berbicara dengan teman mengenai aktivitas pada waktu akhir pekan, berdiskusi, bercerita lucu merupakan pembicaraan untuk menghabiskan waktu. Kegiatan ini memang tidak berarti tetapi memnpunyai tujuan yang penting.

5)    Untuk membantu

     Interaksi interpersonal berfungsi membantu orang lain. Banyak ahli-ahli kejiwaan ahli psikologis klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.[16]

Dari kelima tujuan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik dengan lingkungan sekitar.

Menurut Devito yang dikutip oleh Ade Ifroh ada 3 tujuan komunikasi interpersonal yaitu :

1)    Mendapat rangsangan

     Manusia membutuhkan stimulasi, bila tidak, manusia akan mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antarmanusia merupakan salah satu cara terbaik unttk mendapatkan stimulasi ini.

2)    Mendapatkan pengetahuan diri

     Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusia kita belajar mengenai diri kita sendiri. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan dipikirkan orang tentang kita.

3)    Memaksimalkan kesenangan, meminimalkan penderitaan

     Alasan paling umum untuk membina hubungan dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, yaitu kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan.[17]

     Dari ketiga tujuan tersebut, dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal diperlukannya suatu hubungan demi tercapainya harmonisasi.

 

3.     Wali Kelas

a.     Pengertian Wali Kelas

       Pendidikan dalam kehidupan manusia sejak zaman dahulu hingga saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting. Kebutuhan akan pendidikan sudah tidak dapat kita pungkiri lagi, mengingat manusia adalah makhluk yang selalu berkembang dan beradaptasi. Salah satu cara manusia beradaptasi adalah dengan cara belajar. Belajar dalam hal ini ialah dimaksudkan belajar di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam lembaga pendidikan yang kemudian disebut sekolah terdapat banyak unsur atau pihak yang terlibat. Pihak yang terlibat dalam sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, dan warga sekolah.

       Guru di dalam sekolah memiliki posisi yang sentral. Di dalam sekolah guru diposisikan sebagai seseorang yang harus mampu mendidik siswa sesuai tujuan pendidikan. Guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian khusus. Profesi ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk mengerjakannya. Profesi guru tentu memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga memerlukan pembinaan agar senantiasa guru dapat terus berada pada jalur keprofesionalitasannya. Berikut ini pengertian guru menurut para ahli :

       Guru merupakan pewaris nabi. Karena inti dari tugas guru ialah menyelamatkan masyarakat dari kebodohan, sifat, serta perilaku buruk yang menghancurkan masa depan mereka. Sebagai pewaris nabi, guru harus memaknai profesinya sebagai amanat Allah untuk mengabdi kepada sesama dan berusaha melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (mengajarkan semuanya sampai tuntas), dan fathanah (cerdas). Apabila keempat sifat tersebut sudah tertanamkan pada diri seorang guru maka dapat dipastikan profesi guru dapat dijalankan secara profesional.[18]

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[19]

Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi secara langsung dengan siswa di dalam kelas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi  sebagai pengajar, tetapi juga pendidik.[20]

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat menyimpulkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memerlukan keterampilan khusus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tugas utamanya tidak hanya sebatas mengajar tetapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal.

b.     Peranan Wali Kelas

Masih ada sebagian orang yang berasumsi bahwa peranan guru hanya sebatas mendidik dan mengajar. Padahal bila dipelajari lebih lanjut, tentu peranan guru lebih dari itu. Berikut peranan guru menurut para ahli:

Menurut Jamil, dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai berikut:

1)    Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.

2)    Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.

3)    Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.

4)    Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin.

5)    Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik.

6)    Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.

7)    Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dann teknologi kepada masyarakat.[21]

Sedangkan menurut Rusman peranan guru yang paling dominan ialah sebagai berikut : 1) Guru sebagai demonstrator 2) Guru sebagai pengelola kelas 3) Guru sebagai mediator dan fasilitator 4) Guru sebagai evaluator 5) Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah[22]

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Adams & Dickley yang penulis kutip dari buku cetakan Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

1)    Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan lain sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.

2)    Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3)    Guru sebagai pemimpin

Seorang guru memiliki kewajiban untuk mengadakan supervisi atas kegiatan belajar mengajar, membuat rencana pengajaran, melaksanakan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas. Selain itu guru juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.

4)    Guru sebagai ilmuwan

Guru dipandang sebagai seorang yang paling berpengetahuan, ia tak hanya berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuannya dan terus menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya. Guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang kian berkembang dengan pesat.

5)    Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, orang tua, dan oleh masyarakat. Tegasnya setiap guru perlu memiliki sifat-sifat pribadi, baik untuk kepentingan jabatan maupun untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai warga negara.

6)    Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri diantara dua hal, yakni disatu pihak memiliki tugas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan, dipihak lain sekolah juga memiliki tugas untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat dan tuntutan masyarakat.

7)    Guru sebagai pembaharu

Seiring berkembangnya zaman ilmu dan teknologi juga semakin berkembang. Oleh sebab itu guru wajib menyampaikan pembaharuan kepada peserta didiknya agar jiwa pembaharu tertanam pada diri peserta didik.

8)    Guru sebagai pembangunan

Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu.[23]

Berdasarkan pendapat dari para ahli yang sudah penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan guru ialah sebagai sosok panutan yang mampu mengubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini guru perlu membimbing dan membina siswa agar senantiasa perubahan yang terjadi pada diri siswa ialah perubahan menuju arah yang lebih baik.

4.     Komunikasi Interpersonal Wali Kelas

Guru bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Guru harus memiliki keterampilan memimpin dan ilmu untuk menyatukan semua pemangku kepentingan dalam mencapai tujuan pendidikan.

Komunikasi yang efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komunikasi efektif  juga menghubungkan guru dengan siswa, dan komunikasi yang baik sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan sekolah.

Menurut Richmon et.al, interaksi guru dan siswa di kelas adalah komunikasi pembelajaran. Membelajarkan bererti menbangun komunikasi yang efektif kepada siswa. Oleh sebab itu, penting untuk diinsyafi oleh para guru, bahwa guru yang baik adalah guru yang memahami bahwa komunikasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling bergantung, yang lebih mementingkan apa yang siswa sudah pelajari daripada apa yang sudah diajarkannya, dan yang terus menerus memilih dan menentukan apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana cara mengkomunikasikannya.[24] 

Sedangkan menurut Joseph dalam Miftah dijelaskan bahwa komunikasi tidak jauh berbeda dengan bentuk perilaku orang-orang, adakalanya efektif dan adakalanya tidak efektif.[25]

Lima hal komunikasi interpersonal yang efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan. Berikut uraian terkait lima hal komunikasi interpersonal yang efektif :

a.     Keterbukaan

Keterbukaan dalam berkomunikasi diharapkan masing-masing orang tidak tertutup dalam menerima informasi dan berkeinginan untuk menyampaikan informasi dari dirinya bahkan juga informasi mengenai dirinya kalau dipandang relevan dalam rangka pembicaraan antarpribadi dengan lawan bicaranya.

b.     Empati

Empati dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk merasakan sebagaimana yang dirasakan oleh orang lain suatu perasaan bersama perasaan orang lain yakni, mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain.

c.     Dukungan

Dukungan dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk memberikan dorongan, motivasi, atau semangat serta nasehat kepada orang lain yang sedang di dalam situasi membuat keputusan.

d.     Kepositifan

Positif dalam berkomunikasi dimaksudkan untuk mempengaruhi diri sendiri agar bersikap positif sehingga komunikasi yang disampaikan kepada orang lain juga akan diterima dengan positif.

e.     Kesamaan

Kesamaan dalam berkomunikasi sangat penting karena dapat membuat komunikasi berjalan dengan efektif antara yang menyampaikan pesan dengan yang menerima pesan. [26]

Menurut Arni Muhammad hubungan komunikasi interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi berikut :

a.     Bertemu satu sama lain secara personal

b.     Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti

c.     Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan

d.     Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain

e.     Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti

f.      Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain.[27]

Berdasarkan kajian teori tentang komunikasi interpersonal guru dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal guru adalah pertukaran suatu informasi, gagasan, ide, dan perasaan antara guru dengan siswa yang menghasilkan perubahan sikap atau tingkah laku sehingga terjadi hubungan yang baik. Komunikasi interpersonal guru yang efektif mempersyaratkan adanya keterbukaan, empati, kepositifan, dan kesamaan yang menghasilkan siswa termotivasi dalam belajarnya serta menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan yang baik antara guru dengan siswa.

B.   Motivasi Belajar Siswa

1.  Motivasi

a.     Pengertian Motivasi

Berdasarkan pendapat para ahli mengatakan, kata “motif” menujuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. “Motif”, diartikan sebagai energi daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak atau pendorong yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama ketika kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan ataupun mendesak.

Dengan demikan terdapat banyak pengertian terkait motivasi. Berikut beberapa pengertian motivasi menurut para ahli :

Menurut Robert Heller menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak. Setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda.[28] Menurut Greenberg dan Baron dalam Wibowo, dijelaskan bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan.[29]

Kemudian Suparyadi memaparkan bahwa motivasi adalah dorongan yang disebabkan oleh suatu kebutuhan (karsa) yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku individu guna mencapai tujuan atau insentif tertentu.[30] 

Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.[31] Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

1)    Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2)    Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/ “feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

3)    Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena teransang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Menurut Eysenck dan kawan-kawan dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merumuskan motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, instensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya.[32]

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah keinginan yang memunculkan dorongan untuk membangkitkan dan mengarahkan perilaku manusia melakukan sesuatu untuk mecapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu strategi guru/walikelas agar siswa mau belajar sesuai dengan apa yang diharapkan untuk mencapai tujuan belajar. Dan memberikan motivasi merupakan salah satu tanggung jawab dari seorang guru/walikelas.

b.     Teori Motivasi

Banyak pandangan dan pendapat para ahli yang memaparkan tentang teori motivasi. Berikut penulis rangkum terkait teori motivasi yang dikemukakan oleh Wilson dalam bukunya.

1)    Teori Hierarki Kebutuhan

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Abraham Maslow, bahkan ada yang mengatakan bahwa teori ini ialah teori yang paling populer dibandingkan dengan teori-teori yang lain. Teori ini memaparkan bahwa setiap individu pasti memiliki kebutuhan yang berbeda untuk dipenuhi. Oleh karena itu, Maslow membagi kebutuhan menjadi 5 tingkatan, mulai dari kebutuhan yang paling rendah/mendasar sampai dengan kebutuhan yang paling tinggi.

 

Sumber : Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia

Gambar 2.1

Teori Hierarki Kebutuhan (Abraham Maslow)

Berdasarkan gambar di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a)    Kebutuhan fisiologis, seperti kebutuhan makan, minum, bernafas, seksual dan lain-lain.

b)    Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari bahaya, pertentangan, ancaman dan lain sebagainya yang sifatnya negatif. Rasa aman ini tidak hanya perihal fisik, tetapi juga perihal psikologikal dan intelektual.

c)    Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan individu lain.

d)    Kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan akan rasa pengakuan, dihormati dan dihargai dengan yang lainnya.

e)    Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk berpendapat, menggunakan dan mengasah skill, memberikan penilaian terhadap suatu hal.

Dalam teori ini menganut bahwa seseorang tidak akan mempengaruhi kebutuhan yang lebih tinggi apabila kebutuhan yang lebih rendahnya belum terpenuhi.

2)    Teori Dua Faktor

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick Herzberg. Berdasarkan hasil penelitiannya, Herzberg membagi dua faktor yang mempegaruhi kerja seseorang dalam sebuah organisasi. Berikut uraian kedua faktor tersebut :

a)    Faktor kepuasan, yaitu faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pekerja, seperti penghargaan, prestasi, tanggung jawab, dan lain-lain. Faktor ini tidak menimbulkan ketidakpuasan kerja apabila tidak terpenuhi. Faktor kepuasaan disebut motivasi intrinsik.

b)    Faktor ketidakpuasan, yaitu faktor-faktor yang apabila tidak terpenuhi bukan penyebab kepuasan kerja namun hanya mengurangi ketidakpuasan kerja saja. Faktor ketidakpuasan ini disebut motivasi ekstrinsik.

3)    Teori X dan Y

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Douglas McGregor. Dalam hal ini pandangan negatif disebut dengan teori X dan pandangan positif disebut dengan teori Y.

Menurut teori X, ada empat asumsi yang dipegang manajer, yaitu :

a)    Karyawan tidak menyukai pekerjaan, dan bila dimungkinkan, akan mencoba menghindarinya.

b)    Karena karyawan tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

c)    Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d)    Kurang berambisi dan hanya sekedar formalitas belaka.

Sedangkan menurut teori Y yaitu :

a)  Karyawan akan menganggap bahwa pekerjaan adalah kegiatan yang alami, yang sama halnya dengan istirahat atau bermain.

b) Orang-orang akan melakukan pengarahan dan pengawasan diri bila mereka komitmen pada sasaran.

c)  Kebanyakan individu dapat belajar untuk menerima, bahkan mengusahakan, dan bertanggung jawab.

d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif menyebar luas ke semua orang dan tidak hanya milik mereka yang berada dalam posisi manajemen.

    Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa teori X lebih mendominasi kebutuhan rendah dan teori Y mendominasi kebutuhan tinggi.

4)    Teori ERG

     Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Clayton Alderfer yang melanjutkan teori hierarki kebutuhan. Alderfer melanjutkan teori hierarki kebutuhan yang dihubungkan secara lebih dekat dengan hasil penelitian empiris, sehingga hasilnya mendekati pada kenyataan sebenarnya.

Teori ini membagi tiga kelompok kebutuhan manusia, yaitu:

a)    Eksistensi

          Kelompok ini memperhatikan pada pemberian persyaratan keberadaan material dasar individu. Bila dihubungkan dengan teori hierarki kebutuhan, komponen ini sama dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.

b)    Hubungan

          Rasa ingin memiliki hubungan dengan individu lain. Hasrat sosial sehingga menuntut untuk berinteaksi dengan individu lain, dan hasrat ini bila dihubungkan dengan teori hierarki kebutuhan adalah kebutuhan sosial dan harga diri.

c)    Pertumbuhan

          Hal ini mengacu pada perkembangan individu, yang mana apabila dihubungkan dengan teori hierarki kebutuhan sama dengan kebutuhan aktualisasi diri. [33]

5)    Teori Keadilan

     Secara terperinci teori keadilan yang dimaksud ialah sebagai berikut:

a)    Individu membandingkan massukan dan keluaran pekerjaan mereka dengan masukan/keluaran orang lain, kemudian berespon untuk menghapuskan setiap ketidakadilan.

b)    Teori keadilan mengenali bahwa individu tidak hanya peduli akan jumlah mutlak ganjaran untuk upaya mereka, tetapi juga akan menghubungkan jumlah yang ia terima dengan apa yang orang lain terima.[34]

6)    Teori Pengharapan

     Teori pengharapan pertama kali dikemukakan oleh Victor Vroom yang mengatakan bahwa motivasi seseorang mengarah pada suatu tindakan yang berganntung pada kekuatan pengharapan. Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang akan termotivasi melakukan suatu hal dalam mencapai tujuan apabila mereka yakin bahwa tingkah laku mereka mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

7)    Teori Penguatan

     Teori ini pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner. Beliau mengasumsikan bahwa tingkah laku di masa lampau mempengaruhi tingkah laku di masa yang akan datang. Teori penguatan ini berkaitan dengan pemberian hadiah (reward). Hal ini menandakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah pengulangan pekerjaan karena mendapat hadiah.

8)    Teori McClelland

     Dalam teori ini motivasi diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Berikut ini uraiannya :

a)    Motivasi berprestasi, seseorang akan termotivasi apabila pekerjaannya dapat memberikan prestasi pada dirinya.

b)    Motivasi berkuasa, seseorang akan termotivasi apabila pekerjaannya dapat memberikan kuasa atau mempengaruhi orang lain.

c)    Motivasi berafiliasi, mencermikan pada keinginan seseorang untuk menciptakan, memelihara, dan menghubungkan dengan suasana kebatinan dan perasaan saling menyenangkan satu sama lain.

9)    Teori Porter-Lawler

     Teori ini menunjukkan bahwa upaya bergantung pada penghargaan yang diperoleh ditambah dengan penghargaan yang mereka rasakan. Hal-hal yang dipandang orang sebagai penghargaan yang layak diterima akan mempengaruhi kepuasan kerja. Sebab itu prestasi kerja dipengaruhi oleh persepsi atas penghargaan yang diterima.

c.     Fungsi Motivasi

     Motivasi yang ada pada diri seseorang perlu akan adanya peningkatan. Tanpa adanya motivasi seseorang tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pun dengan siswa yang belajar, motivasi sangatlah diperlukan. Siswa yang memiliki motivasi akan selalu berusaha menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Berikut adalah fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yakni:

1)    Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

2)    Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan.

3)    Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebegai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[35]

Senada dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi yaitu sebagai penggerak yang mendorong siswa untuk belajar yang telah menjadi tugasnya, mengarahkan perilaku serta perbuatan sesuai dengan rangkaian tujuan yang telah dirumuskan, dengan memilih perbuatan juga menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat dalam penyelesaian tugas belajar.

d.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi dalam diri seseorang maupun dari luar diri seseorang. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu:

1)    Faktor Intern

Faktor dari dalam diri peserta didik itu sendiri merupakan faktor yang paling besar dalam menentukan motivasi belajar diantaranya sebagai berikut:[36]

·        Sifat, Kebiasaan, dan Kecerdasan

Berbagai karakter peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat, kebiasaan, dan kecerdasan mereka masing-masing. Peserta didik yang mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata atas atau tinggi, biasanya akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pula. Namun sebaliknya, peserta didik yang mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata bawah atau bahkan rendah, biasanya mempunyai motivasi belajar yang rendah pula.

·        Kondisi Fisik dan psikologis

Selain kecerdasan, hal lain yang juga berpengaruh terhadap motivasi peserta didik adalah kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik dalam hal ini meliputi postur tubuh, kondisi kesehatan, dan penampilan. Kondisi fisik akan berpengaruh pada psikologis peserta didik.

2)    Faktor Ekstern

Faktor yang tidak kalah penting pengaruhnya pada motivasi belajar peserta didik adalah faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar. Beberapa faktor luar yang berpengaruh pada motivasi belajar peserta didik adalah sebagai berikut.

a)    Guru

Guru merupakan sosok yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Guru yang professional akan mampu menciptakan pembelajaran yang memotivasi peserta didik untuk menjawab rasa ingin tahu mereka dan mengantarnya pada penguasaan kompetensi tertentu. Oleh karena itu, guru merupakan faktor penentu peserta didik dalam meraih keberhasilan pendidikannya.

b)    Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar juga sangat besar pengaruhnya pada motivasi belajar peserta didik. Lingkungan belajar yang kondusif akan mendorong peserta didik untuk selalu termotivasi dalam belajar. Namun sebaliknya, lingkungan belajar yang tidak kondusif akan menimbulkan peserta didik malas dalam belajar.

c)    Sarana Prasarana

Tidak dapat dimungkiri bahwa ketersediaan sarana prasarana di sekolah akan memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Sekolah yang memiliki sarana prasarana memadai akan mendorong peserta didik untuk selalu termotivasi dalam belajar. Peserta didik akan merasa senang dan lebih mudah mempelajari materi pelajaran karena berbagai sarana dan prasarana yang mendukung setiap kegiatan pembelajaran, tersedia dengan baik. 

d)    Orangtua

Sikap orangtua yang selalu memerhatikan kemajuan belajar anaknya, akan mendorong anak untuk lebih semangat dalam belajar. Perhatian dan peran orangtua memang sangat dibutuhkan oleh peserta didik. Apalagi jika peserta didik masih tergolong anak-anak dan remaja. Sebab, dalam usia ini, mereka belum mampu mandiri dalam segala hal, termasuk dalam hal belajar.

          Sejalan dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi siswa dalam belajar ada dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal yang mempengaruhi siswa ada pada sifat, kebiasaan dan kecerdasan dari siswa sendiri dalam belajar. Karena, siswa dengan keberagaman dan perbedaan sifat, kebiasaan dan kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa menjadi faktor internal bagi siswa tersebut dalam memotivasi dalam belajar. Selanjutnya yaitu dari faktor eksternal yakni beberapa yang mempengaruhi siswa dalam belajar diantaranya, guru, lingkungan, sarana prasarana dan orang tua. Guru yang bisa saja dalam belajar dan mengajarnya seiring berjalanya keadaan dalam kelas kurang memerhatikan terhadap kompetensi yang dimiliki guru tersebut. Lingkungan yang rentan sekali mempengaruhi pada motivasi belajar siswa. Sarana prasarana yang kurang mendukung mengakibatkan siswa menjadi kurang semangatnya dalam belajar serta orang tua yang mungkin kurang memahami keinginan dan kebutuhan anaknya dalam menjadi siswa disekolah.

 

2.  Belajar

a.     Pengertian Belajar

Dalam memperoleh pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar di sekolah, perlu adanya rumusan secara jelas terkait pengertian belajar. Pengertian belajar sudah banyak sekali dikemukakan dan dipaparkan oleh para ahli psikologi termasuk didalamnya adalah para ahli psikologi pendidikan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[37]

Thorndike dalam buku belajar dan pembelajaran menyatakan bahwa salah satu aspek yang paling mengesankan dari diri manusia adalah kemampuannya untuk belajar, karena dengan itu ia dapat mengubah dirinya sendiri.[38]

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.[39]

Maka dari pengertian belajar yang dipaparkan oleh beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk merubah tingkah laku secara keseluruhan dengan baru melalui pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan.

b.     Teori Belajar

Dalam belajar sebetulnya terdapat berbagai banyak teori belajar missal diantaranya Teori Gesalt, teori ini dikemukakan uleh Koffka dan Kohler dari Jerman, yang sekarang menjadi tenar di seluruh dunia. Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum dalam belajar yaitu:

1)    Gesalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah unsur-unsurnya,

2)    Gesalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.

Jadi, dalam belajar yang penting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Sifat-sifat belajar dengan insight ialah:

a)    Insight tergantung dari kemampuan dasar

b)    Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan

c)    Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati

d)    Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit

e)    Belajar dengan insight dapat diulangi

f)     Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru.

Teori J. Bruner belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah.

Teori R. Gagne terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:

1)    Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;

2)    Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intruksi.

c.     Jenis-jenis Belajar

Menurut Gagne yang dikutip oleh Sukmadinata menjelaskan jenis-jenis pembelajaran menjadi delapan jenis mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks diantaranya:[40]

1)    Belajar tanda atau signal lerning

Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tanda-tanda

2)    Belajar perangsang jawaban atau stimulu respon learning

Belajar ini merupakan upaya membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban, umpamanya: menjawab pertanyaan yang diberikan guru

3)    Rantai perbuatan atau chaining

Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan

4)    Hubungan verbal atau verbal association

Kalau dalam rantai kegiatan, hubungan ini berbentuk perilaku maka dalam hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa

5)    Belajar membedakan atau discrimination learning

Individu belajar melihat perbedaan dan juga persamaan sesuatu benda dengan lainnya

6)    Belajar konsep atau rule learning

Tipe belajar ini menyangkut pemahaman konsep-konsep

7)    Belajar aturan-aturan atau rule learning

Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, di sekolah, di rumah ataupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan.

8)    Belajar pemecahan masalah atau problem solving learning

Dalam kegiatan belajar ini individu dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus dipecahkan.

Berdasarkan uraian dari jenis-jenis belajar diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis belajar memiliki jenis diantaranya: jenis sederhana sampai jenis belajar yang kompleks yang terdapat dalam delapan uraian di atas tersebut.

d.     Prinsip-prinsip Belajar

Dalam belajar memiliki beberapa prinsip belajar diantara prinsip tersebut yakni:

1)    Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a)    Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dam membimbing untuk mencapai tujuan intruksional

b)    Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional

c)    Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif

d)    Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

2)    Sesuai hakikat belajar

a)    Belajar itu proses kontiyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

b)    Belajar adalah proses belajar organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

c)    Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan

3)    Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

a)    Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

b)    Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intuksional yang harus dicapainya.

4)    Syarat keberhasilan belajar

a)    Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang

b)    Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengetian/sikap itu mendalam pada siswa.

Berdasarkan paparan dari prinsip belajar diatas dapat disimpulkan  bahwa dalam prinsip belajar memiliki persyaratan yang sesuai hakikat belajar dan bahan materi dalam belajar untuk mencapai keberhasilan dari belajar tersebut.

3.  Motivasi Belajar Siswa

Sebagai salah satu komponen dalam pengajaran yang terpenting siswa harus memiliki motivasi belajar yang baik untuk diri sendiri. Apabila  siswa tidak memiliki motivasi belajar maka hal tersebut akan menjadi sulit dalam belajar. Motivasi belajar akan terwujud dengan pembiasaan dan menumbuhkan kesadaran siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tentu akan lebih dari sekedar formalitas dan rutinitas saja dalam belajar, tentu hal tersebut akan berdampak pada produktivitas siswa dalam belajar di sekolah.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ektrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.[41]

Motivasi sering kali dikatakan menjadi kunci bagi keberhasilan belajar siswa. Guru dapat meningkatkan kreatifitas penyampaiannya dalam belajar dengan memotivasi siswa dalam pengetahuan, dan keahlian dalam mengajar, memberikan tugas dan berperan positif bagi siswa.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya, dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.[42]

Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Menurut Mc Donald dalam Kompri motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian munculnya motivasi ditandai dengan adanya perubahan energi dalam diri seseorang yang dapat disadari atau tidak. Menurut Woodwort dalam Wina Sanjaya bahwa suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.

Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu siswa yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan dalam belajar. Perilaku atau tindakan yang ditunjukkan seorang siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar sangat tergantung dari motif yang dimiliknya serta dengan adanya indikator atau unsur yang mendukung untuk memotivasi seorang siswa dalam belajar.

 

.

 

G.  Kerangka berfikir

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi diantara  dua orang atau lebih dengan maksud penyampaian suatu pesan baik secara verbal ataupun nonverbal yang dapat dipahami sehingga diantara satu sama lain mampu berinteraksi dengan baik. Dalam dunia pendidikan, guru (wali kelas) harus bisa menjalankan komunikasi interpersonal dengan setiap siswa secara efektif. Menurut Miftah Thoha dalam buku Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya ada lima hal yang mampu menjadikan komunikasi interpersonal berjalan secara efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesamaan. Apabila lima hal tersebut dilakukan oleh guru (walikelas) maka akan berdampak pada motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa berfungsi mendorong siswa untuk bertindak, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri siswa dalam mencapai tujuan yang dikehendakinya. Menurut Hamzah dalam buku Teori Motivasi dan Pengukurannya dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ektrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Jadi melalui komunikasi interpersonal guru (walikelas) dengan siswa sebagai bentuk perhatian dari guru (walikelas) maka dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Dengan demikian dalam riset ini penulis akan meneliti tentang bagaimana pengaruh komunikasi interpersonal guru (walikelas) terhadap motivasi kerja guru yang diukur melalui indikator komunikasi interpersonal menurut Miftah Thoha yang dimana terdapat lima hal yang mampu mengefektifkan komunikasi interpesonal yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan. Dan diukur pula melalui indikator motivasi kerja guru menurut Hamzah yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.

 

Text Box: Motivasi Eksternal
Text Box: Motivasi Internal
Text Box: 1.	Penghargaan dalam belajar
2.	Pembelajaran yang mendidik dan menarik
3.	Lingkungan belajar yang kondusif
Text Box: 1.	Memiliki hasrat untuk belajar dengan penuh tanggung jawab
2.	Memiliki dorongan untuk belajar dalam mengembangkan diri
3.	Mempunyai harapan untuk mencapai masa depan
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosialnya tidak lepas dengan hal yang dinamakan komunikasi. Baik komunikasi dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain. Kebanyakan dari kita terkadang tidak menyadari kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika berkomunikasi. Karena komunikasi tidak hanya sekedar apa yang dikatakan dan apa yang diterima, tetapi juga tentang bagaimana hal tersebut dikatakan, bagaimana bahasa tubuh digunakan, dan bagaimana ekspresi wajah yang ditunjukkan. Untuk itu diperlukan komunikasi yang mampu membangun kerjasama sehingga antar individu dapat saling toleransi, saling memahami, saling mengisi, dan saling memberi.

Siswa adalah objek yang sentral dalam suatu sekolah. Siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar belajar, tetapi juga berprestasi. Oleh sebab itu, dengan adanya komunikasi di lingkungan sekolah diharapkan motivasi belajar siswa dapat meningkat. Karena setiap individu yang belajar tidak hanya sekedar belajar, tetapi mereka belajar juga menginginkan perhatian dalam bentuk pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial.

Motivasi akan timbul pada diri siswa apabila ada sikap positif terhadap perilakunya. Motivasi juga dapat dipancing dan diperkuat oleh perhatian dan pengertian dari guru/walikelasnya. Sebab itu, guru/walikelas harus mampu menciptakan suasana dan perilaku yang baik melalui komunikasi interpersonal kepada siswa. Dengan adanya komunikasi interpesonal yang efektif antara dua belah pihak tentu guru bisa memberikan motivasi belajar yang baik secara interpersonal kepada siswa.

 

H.  Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.[43] Untuk hasil motivasi belajar yang baik dan dipengaruhi oleh Komunikasi Interpersonal yang dipakai oleh seorang guru/walikelas. Hipotesis dalam penelitian ini menurut penulis berdasarkan hal yang mempengaruhi tersebut adalah:

Ho     : Diduga tidak terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal guru/walikelas dengan motivasi belajar siswa yang terdapat di MTs Al-Ihsan Pamulang

Ha     : Diduga terdapat pengaruh signifikan antara komunikasi interpersonal guru/walikelas dengan motivasi belajar siswa yang terdapat di MTs Al-Ihsan Pamulang

 

I.      Penelitian Relevan

Penelitian relevan ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian relevan, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama juga penulis menemukan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis


Tabel 2.1 Penelitian Relevan

No

Nama

Judul

Tahun

Universitas

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

1.

Andi Muhammad Yusuf

Pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah menegah kejuruan (smk) negeri 7 makassar

 

2017

UIN

Alauddin Makassar

 

Pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi akademik siswa SMK Negeri 7 Makassar menunjukkan tingkat yang cukup kuat dengan korelasi

-    Menggunakan metode kuantitatif

-   Ada variabel komunikasi antar pribadi

Penelitian yang penulis lakukan hanya menggunakan variabel Y Motivasi Belajar

2.

Harsya Bachtiar

Implementasi Komunikasi Interpersonal Kepala sekolah

dalam Membina Motivasi Kerja Guru di SMK Al-Hidayah Ciputat

2017

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitiannya

mengatakan bahwa komunikasi interpersonal kepala sekolah dalam membina motivasi kerja guru sudah berjalan dengan baik.

-   Ada variabel motivasi kerja

Penelitian yang penulis lakukan menggunakan metode kuantitatif,

dan variabel motivasi kerja pada penelitian saudara Harsya lebih menekankan pada pembinaan motivasinya

3.

Ayu Tri Kartika

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Di SMA Negeri 12 Palembang

2017

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Ada Pengaruh Signifikan antara Komunikasi Interpersonal wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMAN 12 Palembang

-   Menggunakan metode kuantitatif

-   Ada variabel komunikasi interpersonal Wali Kelas dan Motivasi Belajar

Pada temapat penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan tempat penelitian saudari Ayu Tri Kartika


 

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

A.   Gambaran Umum Sekolah

1.     Sejarah Singkat Sekolah

Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN Pamulang berdiri tangga 1 Juni 1999. Madrasah Tsanawiyah ini berada di bawah naungan Yayasan AL–IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Agama. Madrasah ini merupakan peralihan dari Sekolah Menengah Pertama   (SMP) AL–IHSAN yang berafiliasi ke Departemen Pendidikan Nasional yang beroperasi tahun 1986–1999. Atas pertimbangan pengurus yayasan, SMP Islam ini berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah yang kelas satunya dimulai pada Tahun Pelajaran 1999 / 2000. Siswa pertama MTs AL–IHSAN ini berjumlah 28 orang. Sedangkan kelas 2 dan 3 yang masih berstatus SMP berjumlah 42 orang siswa, sehingga jumlah siswa kedua sekolah tersebut 70 orang.

Tanggal 1 september 1999, Pengurus Yayasan AL – IHSAN yang diketuai oleh Bapak Drs. H. Mustoha, MA dan sekretarisnya Bapak Drs. H.Idris Elby, MA  mengangkat  Bapak Drs. Agus  Sunardi, salah seorang guru  pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang,  sebagai Kepala  Sekolah untuk Madrasah  Ibtidaiyah ( MI ) dan Madrasah  Tsanawiyah (MTs) Bapak Drs. Agus Sunardi menggantikan Bapak H.M. Idris sebagai Kepala Madrasah  Ibtidaiyah ( MI )  dan  Ibu Dra. H. Yenni Triasih sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian diangkat pula Bapak Yatiman, pensiunan Pegawai Departemen Agama, sebagai Kepala Tata Usaha (TU). Mulai saat itulah kedua sekolah ini dipimpin oleh seorang kepala sekolah, yaitu Bapak Drs. Agus Sunardi yang masih berstatus sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.

Pagi hari Bapak Drs. Agus Sunardi bertugas sebagai Kepala Sekolah di Yayasan AL–IHSAN dan sore hari bertugas sebagi guru dinas pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.  Kemudian tanggal  5 Juni 2003 Bapak Drs. Agus  Sunardi, resmi diangkat oleh pemerintah sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN  Pamulang berdasarkan  Surat Keputusan Kepala Departemen Agama Kantor  Wilayah Provinsi Banten, Nomor : Kw.28/I/Kp.076/ 483/ 2003 tertanggal 05  Juni 2003, yang ditandatangani oleh  Kepala Kanwil Bapak  Drs. H. M. Suroh, M.Si atas nama  Menteri Agama. Sejak saat itu Bapak Drs. Agus Sunardi resmi sebagai kepala sekolah difinitif yang diperbantukan pada yayasan AL – IHSAN  dan  tidak lagi sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Pamulang.

     Awal tahun 2002, Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL– IHSAN belum memiliki izin operasional. Kemudian Bapak Drs. Agus Sunardi sebagai Kepala Sekolah berkoordinasi dengan Pengurus Yayasan AL – IHSAN untuk mengurus Izin Operasional Sekolah. Kepala Sekolah dan

Pengurus  Yayasan men-setting maju  tanggal dan tahun surat  permohonan,  dan lahirlah surat dari Pengurus Yayasan Al-Ihsan  Nomor : 09 / Y. AI/ 2001 tertanggal   08 Mei  2001 tentang Permohonan Izin Operasional Madrasah Tsanawiyah Swasta AL–IHSAN . Dengan surat ini berangkatlah Bapak Drs. Agus Sunardi menghadap Kepala Desa Bambu Apus dan Bapak Camat Kecamatan Pamulang untuk minta surat rekomendasi.

Surat rekomendasi, dari Kepala Desa Bambu Apus dan Camat Kecamatan Pamulang, lalu dibawa ke Kantor Departemen Agama (Kandepag) Kabupaten Tangerang. Kemudian keluarlah Surat Rekomendasi dari Kepala Kandepag Kabupaten Tangerang Nomor: MI-04/PP.07/669/2002 tanggal 2 Oktober 2002. Surat Rekomendasi dari Kepala Kandepag tersebut dilanjutkan ke Kantor Departemen Agama Wilayah Provinsi Banten. Kemudian Keluarlah Surat Izin Operasional MTs.S AL – IHSAN dari Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi Banten Nomor : W.aa/I/PP.03/594/2002, tertanggal 03 Oktober 2002 yang ditandatangani oleh Kabid Mapenda Islam Pada Sekolah Umum, Drs. H. Iding Mujtahidin atas nama Kepala Kanwil Departemen Agama Provinsi Banten.  Sejak saat itulah Madrasah Tsanawiyah AL – IHSAN resmi sebagai sekolah yang diakui secara hukum.

Pada Tahun  Pelajaran  2000/ 2001  Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN  Pamulang memiliki siswa sebanyak 106 orang, dan pada Tahun Pelajaran 2001/ 2002, jumlah siswa meningkat menjadi 135 orang, dan untuk pertama kali Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Ihsan Pamulang meluluskan 25 orang siswa, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 12  orang prempuan.  Tahun Pealajaran 2002/ 2003, jumlah siswa meningkat menjadi 192 orang, Tahun  Pelajaran 2004/ 2005 Jumlah siswa merosot menjadi 179 orang. Hal ini terjadi karena tersiar berita akan adanya Bantuan Operasoanl Sekolah (BOS) dari pemerintah dan sekolah negeri gratis. Pada tahun 2005 untuk pertama kali, sekolah ini diakreditasi dan memperoleh Nilai Akreditasi B (Baik). Dengan semangat akreditasi ini kepala sekolah beserta seluruh dewan guru dan karyawan-karyawati terus bekerja keras mengelola lembaga pendidikan Islam ini. Berkat kerja keras semua pihak terlihat dari tahun ke tahun madrasah ini terus mengalami perkembangan yang signifikan. Jumlah siswa menunjukan grafik yang terus meningkat, hal ini karena kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah AL– IHSAN. Kepercayaan ini mendorong animo mereka untuk menyekolahkan putra-putrinya ke Madrasah AL– IHSAN khususnya dan ke sekolah-sekolah yang Berciri Khas Islam pada umumnya. Sejak saat itu pandangan masyarakat (image) yang mengatakan “daripada ora sekolah mendingan ke AL– IHSAN “hilang sudah.

Pada Tahun Pelajaran 2006/ 2007 sekolah ini memiliki siswa sebanyak 220 orang. Dan pada Tahun Pelajaran 2007/2008, jumlah siswa meningkat menjadi 274 orang.

Tiga tahun  kemudian, tepatnya Tahun Pelajaran 2011/ 2012, Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN  Pamulang memiliki siswa sebanyak 305  orang yang terbagi kedalam rombongan belajar. Sebenarnya jumlah siswa masih terus bertambah, namun karena keterbatasan lokal para calon siswa melalui mekanisme tes penjaringan siswa baru banyak yang tidak diterima.

Seiring perkembangan zaman dan sejalan  dengan visi Madrasah Tsanawiyah (MTs) AL – IHSAN  Pamulang, yaitu Unggul  Dalam Prestasi dan Berakhlakul Karimah,  Madrasah yang didukung oleh pengurus  yayasan terus  berbenah diri dengan menyiapkan berbagai fasilitas yang memadai dan berupaya  meningkatkan kualitas lulusannya. Alhamdu lillah, pada tahun Pelajaran 2011/ 2012 Madrasah Tsanawiyah (MTs)  AL – IHSAN  Pamulang  bukan hanya  memiliki  Laboratorium Komputer besrta  jaringan internet on line, bahkan  sekolah ini mendapatkan bantuan perangkat Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Perangkat Pembelajaran IPS  dan Jaringan Berbasis Pembelajaran dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Selain itu sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang professional, muda, cakap dan berpengalaman serta berpendidikan S1 dan S2.  Mereka loyal dan berdedikasi tinggi menjalankan tugasnya dalam mengemban amanat orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan amanat Allah Subhanahu Wata’ala.

Dengan  jerih payah dan dedikasi tinggi dari seluruh pendidik dan tenaga kependidikan disertai dengan tekad baik dari para siswa dan peran orang tua siswa,  alumni Madrasah Tsanawiyah (MTs)  AL – IHSAN  Pamulang  ada yang telah lulus sarjana  dari  Universitas  Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Gajah Mada (UGM ) Yogyakarta, dan  ada  pula  yang masih  berstatus  sebagai mahasiswa UGM, UIN, dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Tri Sakti dan Fakultas Kedokteran Universitas Syekh Kuala, Sumatra Utara, dan mahasiswa  dari berbagai perguruan tinggi lainnya.

Pengurus yayasan sebagai penyelenggara pendidikan, unsur pimpinan madrasah, dewan guru dan karyawan-karyawati terus berupaya mengembangkan misinya, yaitu memberikan sumbangan kepada Bangsa dan Negara dengan cara membentuk, menyelenggarakan dan mengembangkan program pendidikan untuk membina umat secara mantap dan terencana serta dijiwai oeh ajaran Islam.

Harapan kami adalah semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa merahmati Almarhum Bapak H. Abdul Kadir Basalamah selaku pewakif tanah, para pendiri, pengurus yayasan, pimpinan, dewan guru dan karyawa-karyawati beserta  seluruh alumni madrasah, para siswa dan orang tua siswa di mana saja berada. 

Semoga Allah pun berkenan memberikan keberkahan, kesehatan, keselamatan, kekuatan Iman dan Islam, kebahagiaan dan kesejahteraan kepada semua pihak yang telah berjuang untuk sekolah ini, dan  semoga Allah berkenan memberikan  balasan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Allah, Ya Rabbal ‘Alamin.[44]

2.     Visi Misi Sekolah

Setiap lembaga pendidikan memiliki mimpi dan harapan-harapan akan kemajuan di masa depan yang dikenal dengan istilah visi dan misi. Visi misi ini berfungsi untuk mewujudkan cita-cita dan sebagai dorongan untuk selalu maju dan berkembang. Adapun visi dan misinya adalah:

a.     Visi : Unggul  Dalam  Prestasi Dan  Berakhlakul  Karimah

 

b.     Misi : Mengacu pada visi  madrasah  di atas, maka misi yang akan dirumuskan  oleh Madrasah AL – IHSAN   Pamulang  adalah  sebagai berikut :

1)       Menciptakan suasana belajar yang kondusif.

2)       Melaksakan pembelajaran  dan bimbingan yang efektif, kreatif,dan efesien.

3)       Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif bagi seluruh warga madrasah.

4)       Mengembangkan bakat , minat dan potensi secara maksimal melalui kegiatan ekstrakurikuler.

5)       Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana

6)       Membentuk siswa-siswi berprestasi yang berwawasan luas dalam bidang Ilmu Pengetahun  Umum dan  Agama.

7)       Mengembangkan sikap dan prilaku sopan, tanggung jawab, jujur dan dapat dipercaya.

8)       Mengembangkan dan membiasakan prilaku disiplin bagi warga madrasah.

9)       Menanamkan landasan Aqidah yang kuat.

10)  Melaksanakan  kegiatan  ibadah  dalam kegiatan sehari hari.

Indikator:

A)   Prestasi dalam bidang Agama

B)    Prestasi dalam bidang akademik dan non akademik

C)    Prestasi dalam bidang IPTEK dan IMTAQ

D)   Bersikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari

E)    Mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa[45]

3.     Profil  Sekolah

Madrasah  Tsnawiyah (MTs) Al – Ihsan  Pamulang

Tahun  Pelajaran  2018/2019

 

a.     Nama                                       : MTs. Al – Ihsan Pamulang

b.     No. Statistik Madrasah : 212.2.28.04.17.139

c.     Akreditasi Madrasah              : 4 Desember  2014

                                            ( Terakreditarsi “A “)

d.     Alamat madrasah          : Jl. Bambu Apus Raya Komplek Departemen

                                             Agama Bambu Apus, Pamulang – Tangerang

                                             Selatan Banten

e.     Nomor Telepon             : ( 021 ) 7428430

f.      Nomor NPWP                         : 02.287.485.3.411.000

g.     Nama Kepala Madrasah         : Drs. Agus Sunardi, MM

h.     No. Telp / HP                          : 087771060292

i.       Nama Yayasan              : Yayasan Al – Ihsan

j.       Alamat  Yayasan           : Jl. Bambu Apus Raya

                                             Komplek Departemen Agama

                                            Bambu Apus, Pamulang

k.     No. Telp Yayasan                   : ( 021 ) 7428430

l.       No. Akte Pendirian Yayasan  : 15 September  1987 No.8

m.  Kepemilikan Tanah                : Wakaf Milik Yayasan

n.     Luas Tanah                    : 1.850 m2

o.     Status Bangunan           : Milik Yayasan

p.     Luas Bangunan             : 1.648 m2[46]

4.     Data Siswa

Tabel 4. 1 Data Siswa

Tahun

Ajaran

Kelas 7

Kelas 8

Kelas 9

Jumlah

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombl

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

2016/2017

138

3

143

3

136

3

417

9

2017/2018

130

3

135

3

144

3

409

9

2018/2019

103

3

130

3

124

3

357

 

Sumber: dokumen siswa MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan

5.  Sarana dan Prasarana

Tabel 4. 2 Sarana Prasarana

No

Jenis Prasarana

Jumlah

Ruang

Jumlah

Ruang

Kondisi

Baik

Jumlah

Ruang

Kondisi

Rusak

Katagori Kerusakan

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

1

Ruang Kelas

9

9

-

-

-

-

2

Perpustakaan

1

1

-

-

-

-

3

R.Lab.IPA

1

-

-

-

-

-

4

R.Lab.Biologi

-

-

-

-

-

-

5

R.Lab.Fisika

-

-

-

-

-

-

6

R.Lab. Kimia

-

-

-

-

-

-

 

No

Jenis Prasarana

Jumlah

Ruang

Jumlah

Ruang

Kondisi

Baik

Jumlah

Ruang

Kondisi

Rusak

Kategori Kerusakan

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak Berat

7

R.Lab.Komputer

1

1

-

-

-

-

8

R.Lab.Bahasa

1

1

-

-

-

-

9

R.Pimpinan

1

1

-

-

-

-

10

R.Guru

1

1

-

-

-

-

11

R. Tata Usaha

1

1

-

-

-

-

12

R. Konseling

1

1

-

-

-

-

13

R. Perpustakaan

1

1

-

-

-

-

14

Tempat  ibadah

1

1

-

-

-

-

15

R. UKS

1

1

-

-

-

-

16

Toilet

10

10

-

-

 

-

17

Gudang

1

1

-

-

-

-

18

R. Sirkulasi

1

1

-

-

-

-

19

Tempat Olah Raga

1

1

-

-

-

-

20

R. Org. Kesiswaan

1

1

-

-

-

-

21

R. Lainnya

1

1

-

-

-

-

Sumber: dokumen sarana dan prasarana MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan

6.  Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4. 3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No

Keterangan

Jumlah

          Pendidik

1

Guru  PNS  diperbantukan tetap         

4

2

Guru Tetap Yayasan

2

3

Guru Honorer

20

4

Guru Tidak Tetap

-

          Tenaga Kependidikan

1

Pegawai TU Tetap Yayasan

2

2

Pesuruh

1

3

Satpam

1

Sumber: dokumen pendidik dan tenaga pendidikan MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan

7.     Personil Madrasah

Nama  Madrasah                :Mts. Al–Ihsan Pamulang

Nama Kepala  Madrasah             :Drs. Agus  Sunardi, Mm

Alamat                               :Jl Bambu Apus Raya

                                            Komplek Depag

                                            Bambu Apus - Pamulang

No.Telpon                          :(021)  7428430

No. Hp                                :087771060292

Akreditasi                          :Terakreditasi “ A “

Susunan Wakil Kepala Dan  Koordinator  Bidang

Tahun Pelajaran 2018 / 2019

Waka  Bid. Kurikulum      :Udin  Nurdin, Spd

Waka  Bid. Kesiswaan       :Bambang Suprayogi, Spd

Susunan Staff  Tata Usaha

Kepala  Tata  Usaha :Denny Susanto

Bendahara  Umum :Hanifah Hasyid, Spd

Bendahara  Mts      :Intan Mulyadi

Staff  Tu                 :Sitii  Nurbaya

Security                  :Agus  Cahyadi

Office Boy             :Teddy  Saputra

Penjaga  Malam     :Kusdian  Munthaha & Agus Cahyadi

Susunan Penanggung Jawab

Laboratorium / Kepala Seksi

Teknisi Laboratorium 

Bahasa , Komputer, Jaringan

Berbasis Pembelajaran                         : Denny Susanto

Laboratorium Ipa               : Yanti Damayanti, Spd

Seksi Musik/ Drum Band            : Reghistra, Spd

Seksi  Musik/ Marawis                         : Reghistra, Spd

Seksi Sosial Keagamaan             : Nurhayati, Sag

Seksi  Olah Raga / Beladiri         : Miza Yusmita, Spd                          

Seksi  Pramuka, Pmr, Kir            : Dina Rosmawati, Spd[47]

 

8.  Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Madrasah  Al – Ihsan  Pamulang[48]                                                      

                                                       Pengurus  Yayasan

 


      

            Komite  Madrasah          ------               Kepala Madrasah

 

 


Waka Bid. Kurikulum                                Waka  Bid. Kesiswaan

 

 


 Kepala  Tata  Usaha                                       Bendahara  Umum                            

 

 

 Seksi  - Seksi

 

 

 


Sosial 

 

 

UKS

 

 

Kesenian

 

Olah Raga

 

Pramuka,

PMR, KIR

 

 

 

Koperasi

 

 

Wali  Kelas / Guru

 

 Siswa – siswi

 

 

 

 

 

 

 

9.     Ekstrakurikuler

a.     Musik ( drum band, band  &  marawis )             

b.     Kelompok  ilmiah  remaja  ( kir )                         

c.     Olah raga / beladiri                                                   

d.     Komputer                                                 

e.     Paskibra                                         

f.      Pramuka

g.     Uks

h.     Pmr

i.       Pidato 3 bahasa

j.       Futsal

k.     Paduan suara[49]

 

B.   Hasil Uji Instrumen

1.     Hasil Uji Validitas

Berdasarkan data yang telah terkumpul dari responden tingkat kevalidan suatu instrumen akan diuji menggunakan rumus Pearson Product Moment. Uji coba instrumen variabel X dan variabel Y dilakukan pada 20 siswa. Taraf signifikan sebesar 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) atau dk = 20 – 2 = 18 maka didapatkan rtabel sebesar 0,443. Berdasarkan uji coba instrumen yang dilakukan, hasil nilai validitas sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

No Soal

Nilai r hitung

Nilai r tabel

Keterangan

1

0,619

0,443

Valid

2

0,470

0,443

Valid

3

0,278

0,443

Tidak Valid

4

0,755

0,443

Valid

5

-0,205

0,443

TidakValid

6

-0,401

0,443

Tidak Valid

7

0,795

0,443

Valid

8

0,771

0,443

Valid

9

0,049

0,443

Tidak Valid

10

0,536

0,443

Valid

11

0,771

0,443

Valid

12

0,284

0,443

Tidak Valid

13

0,527

0,443

Valid

14

0,663

0,443

Valid

15

0,755

0,443

Valid

16

0,795

0,443

Valid

17

0,771

0,443

Valid

18

0,622

0,443

Valid

19

0,687

0,443

Valid

20

0,619

0,443

Valid

21

0,524

0,443

Valid

22

0,407

0,443

Tidak Valid

23

0,672

0,443

Valid

24

0,623

0,443

Valid

25

0,527

0,443

Valid

26

0,663

0,443

Valid

27

0,567

0,443

Valid

28

0,703

0,443

Valid

29

0,256

0,443

Tidak Valid

30

0,522

0,443

Valid

Sumber : hasil olah data SPSS vers.23, 2019

 

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

No Soal

Nilai r hitung

Nilai r tabel

Keterangan

1

0,661

0,443

Valid

2

0,741

0,443

Valid

3

0,643

0,443

Valid

4

0,181

0,443

Tidak Valid

5

0,517

0,443

Valid

6

0,331

0,443

Tidak Valid

7

0,558

0,443

Valid

8

0,834

0,443

Valid

9

0,574

0,443

Valid

10

0,834

0,443

Valid

11

0,589

0,443

Valid

12

0,362

0,443

Tidak Valid

13

0,741

0,443

Valid

14

0,791

0,443

Valid

15

0,521

0,443

Valid

16

-0,062

0,443

Tidak Valid

17

0,596

0,443

Valid

18

0,115

0,443

Tidak Valid

19

0,109

0,443

Tidak Valid

20

0,517

0,443

Valid

21

0,834

0,443

Valid

22

0,510

0,443

Valid

23

0,521

0,443

Valid

24

0,371

0,443

Tidak Valid

25

0,018

0,443

Tidak Valid

26

0,036

0,443

Tidak Valid

27

0,639

0,443

Valid

28

0,643

0,443

Valid

29

0,279

0,443

Tidak Valid

30

0,701

0,443

Valid

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diketahui untuk variabel X memiliki 23 butir soal valid dan 7 butir soal yang tidak valid. Dan pada variabel Y memiliki 20 butir soal yang valid dan 10 butir soal yang tidak valid.

 

C.   Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Ihsan Pamulang pada bulan November 2019. Adapun yang menjadi objek adalah siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas) dan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuesioner (angket). Angket uji coba disebarkan kepada 20 siswa Kelas VII.1,VII.2,VII.3 MTs Al-Ihsan Pamulang yang terdiri dari 30 butir soal pada variabel X dan 30 butir soal pada variabel Y. Sedangkan angket penelitian disebarkan kepada 51 siswa Kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang, yang terdiri dari 23 butir soal pada variabel X dan 20 butir soal pada variabel Y.

Deskripsi data disajikan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data di lapangan. Data yang disajikan berupa data mentah yang diolah menggunakan bantuan program SPSS ver.23. Adapun hasil deskripsi data responden yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut.

1.     Deksripsi Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas) dan Hasil Analisisnya

a.     Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Pada penelitian ini data komunikasi interpersonal Guru Wali kelas diperoleh dari hasil angket yang disebarkan kepada 51 siswa Kelas VII. Dari hasil tersebut, peneliti mengumpulkan dan mengelompokkan data mengenai komunikasi interpersonal Guru Wali kelas. Data dapat dilihat secara rinci pada tabel sebagai berikut:

Responden

Variabel X

Responden

Variabel X

Responden 1

68

Responden 27

94

Responden 2

62

Responden 28

84

Responden 3

66

Responden 29

96

Responden 4

69

Responden 30

88

Responden 5

77

Responden 31

93

Responden 6

88

Responden 32

72

Responden 7

87

Responden 33

84

Responden 8

83

Responden 34

98

Responden 9

86

Responden 35

88

Responden 10

74

Responden 36

90

Responden 11

85

Responden 37

97

Responden 12

82

Responden 38

94

Responden 13

89

Responden 39

88

Responden 14

86

Responden 40

91

Responden 15

81

Responden 41

85

Responden 16

93

Responden 42

90

Responden 17

93

Responden 43

86

Responden 18

100

Responden 44

80

Responden 19

95

Responden 45

95

 

Responden 20

73

Responden 46

89

Responden 21

80

Responden 47

79

Responden 22

71

Responden 48

87

Responden 23

86

Responden 49

83

Responden 24

79

Responden 50

100

Responden 25

91

Responden 51

85

Responden 26

72

 

 

 

 

 

Tabel 4.6 Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah skor angket penelitian komunikasi interpersonal guru wali kelas dari masing-masing responden.

b.     Hasil Analisis Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas)

1)    Rentang Nilai (r)

r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

  = 100-62

  = 38

2)    Jumlah Kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n

   = 1 + 3,3 log 51

   = 1 + 3,3 . 1,7

   = 1 + 5.61

   = 6,61 = 7

3)    Panjang Interval (i)

i = jumlah rentang (r) : jumlah kelas (k)

  = 38 : 7

  = 5,4 = 5

4)    Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas)

Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Interval

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

62-66

2

3.9

3.9

3.9

67-71

3

5.9

5.9

9.8

72-76

4

7.8

7.8

17.6

77-81

6

11.8

11.8

29.4

82-86

12

23.5

23.5

52.9

87-91

12

23.5

23.5

76.5

92-96

8

15.7

15.7

92.2

97-101

4

7.8

7.8

100.0

Total

51

100.0

100.0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS ver.23, 2019

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang mendapat skor 62-66 terdapat 2 orang, skor 67-71 terdapat 3 orang, skor 72-76 terdapat 4 orang, skor 77-81 terdapat 6 orang, 82-86 terdapat 12 orang, dan skor 87-91 terdapat 12 orang, 92-96 terdapat 8 orang, 97-101 terdapat 4 orang.

Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan distribusi frekuensi sebagai berikut :

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.2 Gambar Distribusi Frekuensi Variabel X(Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

 

5)    Mean, Median, Modus

Tabel 4.8 Mean, Median, Modus Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

 

Statistics

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU 

N

Valid

51

Missing

0

Mean

84.94

Median

86.00

Mode

86a

Std. Deviation

9.050

Range

38

Minimum

62

Maximum

100

Sum

4332

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas adalah 84,94 sedangkan nilai tengah 86, nilai yang paling sering muncul 86, dan standar deviasi 9,050.

Selanjutnya, untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata komunikasi intepersonal guru wali kelas dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

a)    Perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)

Nilai rata-rata Ideal (Mi) = 84,94

Standar Deviasi Ideal (Sdi) = 9,050

b)     Batasan-batasan kategori kecenderungan

(1)Rendah = X < (Mi – Sdi)

       = X < (84,94 – 9,050)

       = X < 75,89

(2)Sedang = (Mi – Sdi) < X < (Mi + Sdi)

      = 75,89 < X < (84,94 + 9,050)

      = 75,89 < X < 93.99

 

(3)Tinggi = X > (Mi + Sdi)

     = X > 93.99

Tabel 4.9 Kategori Kecenderungan Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Tingkat Kecendrungan Data

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Rendah

9

17.6

17.6

17.6

Sedang

33

64.7

64.7

82.4

Tinggi

9

17.6

17.6

100.0

Total

51

100.0

100.0

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan data tingkat kecenderungan di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.3 Tingkat Kecenderungan Data Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor variabel komunikasi interpersonal Guru Wali kelas yang termasuk kedalam kategori rendah sebanyak 9 orang (17,6%), kategori sedang 33 orang (64,7%), dan kategori tinggi 9 orang (17,6%). Berdasarkan perolehan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi interpersonal guru wali kelas berada pada kategori sedang.

2.     Deskripsi Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) dan Hasil Analisisnya

a.     Data Variabel Y (Motivasi Belajar)

Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada responden sebanyak 51 siswa di MTs Al-Ihsan Pamulang. Angket yang telah diisi kemudian diberi skor, diolah, dan dianalisis. Berikut adalah tabel yang memuat hasil penelitiann data motivasi belajar siswa.

Tabel 4.10 Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Responden

Motivasi Belajar siswa

Responden

Motivasi Belajar Siswa

Responden 1

59

Responden 23

62

Responden 2

57

Responden 24

80

Responden 3

70

Responden 25

63

Responden 4

56

Responden 26

73

Responden 5

94

Responden 27

77

Responden 6

61

Responden 28

70

Responden 7

77

Responden 29

85

Responden 8

60

Responden 30

72

Responden 9

83

Responden 31

88

Responden 10

57

Responden 32

56

Responden 11

67

Responden 33

75

Responden 12

79

Responden 34

64

Responden 13

79

Responden 35

72

Responden 14

67

Responden 36

76

Responden 15

61

Responden 37

67

Responden 16

78

Responden 38

66

Responden 17

74

Responden 39

61

Responden 18

92

Responden 40

76

Responden 19

95

Responden 41

81

Responden 20

69

Responden 42

63

Responden 21

54

Responden 43

75

Responden 22

73

Responden 44

67

Responden

Motivasi Belajar Siswa

Responden 45

65

Responden 46

74

Responden 47

73

Responden 48

66

Responden 49

77

Responden 50

82

Responden 51

59

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah skor angket penelitian motivasi belajar siswa dari masing-masing responden.

b.     Hasil Analisis Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

1)    Rentang Nilai (r)

r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah

  = 95 – 54

  = 41

2)    Jumlah Kelas (k)

k = 1 + 3,3 log n

   = 1 + 3,3 log 51

   = 1 + 3,3 . 1,7

   = 1 + 5,61

   = 6,61 = 7

3)    Panjang Interval (i)

i = jumlah rentang (r) : jumlah kelas (k)

  = 41 : 7

  = 5,8 = 6

4)    Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Tabel 4.11 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

INTERVAL

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

54-59

7

13.7

13.7

13.7

60-65

9

17.6

17.6

31.4

66-71

9

17.6

17.6

49.0

72-77

14

27.5

27.5

76.5

78-83

7

13.7

13.7

90.2

84-89

2

3.9

3.9

94.1

90-95

3

5.9

5.9

100.0

Total

51

100.0

100.0

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mendapatkan skor 54-59 terdapat 7 orang, skor 60-65 terdapat 9 orang, skor 66-71 terdapat 9 orang, skor 72-77 terdapat 14 orang, skor 78-83 terdapat 7  orang, skor 84-89 terdapat 2 orang, dan skor 90-95 terdapat 3 orang.

Berdasarkan hasil data distribusi frekuensi di atas, maka dapat digambarkan distribusi frekuensi motivasi kerja guru dalam bentuk grafik berikut ini:

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)  

5)    Mean, Median, Modus

Tabel 4.12 Mean, Median, Modus Variabel Y

(Motivasi Belajar Siswa)

Statistics

MOTIVASI BELAJAR SISWA 

N

Valid

51

Missing

0

Mean

71.12

Median

72.00

Mode

67

Std. Deviation

10.128

Range

41

Minimum

54

Maximum

95

Sum

3627

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata dari variabel Motivasi Belajar Siswa adalah 71,12 sedangkan nilai tengah 72, nilai yang paling sering muncul 67, dan standar deviasi 10,128.

Selanjutnya, untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata motivasi belajar siswa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

c)    Perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (Sdi)

Nilai rata-rata Ideal (Mi) = 71,12

Standar Deviasi Ideal (Sdi) = 10,128

d)     Batasan-batasan kategori kecenderungan

(4)Rendah = X < (Mi – Sdi)

       = X < (71,12 – 10,128)

       = X < 60,992

(5)Sedang = (Mi – Sdi) < X < (Mi + Sdi)

      = 60,992 < X < (71,12+ 10,128)

      = 60,992 < X < 81,248

(6)Tinggi = X > (Mi + Sdi)

     = X > 81,248

 

Tabel 4.13 Kategori Kecenderungan Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Tingkat Kecendrungan Data

 

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Rendah

8

15.7

15.7

15.7

Sedang

36

70.6

70.6

86.3

Tinggi

7

13.7

13.7

100.0

Total

51

100.0

100.0

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan data tingkat kecenderungan di atas dapat digambakan sebagai berikut :

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.5 Kategori Kecenderungan Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor variabel motivasi belajar siswa yang termasuk kedalam kategori rendah sebanyak 8 orang (15,7%), kategori sedang 36 orang (70,6%), dan kategori tinggi 7 orang (13,7%). Berdasarkan perolehan skor tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi belajar siswa berada pada kategori sedang.

3.  Hasil Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas instrumen, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji reliabilitas yang dipakai untuk mengukur instrumen dapat diandalkan secara konsisten sebagai alat pengumpul data.

Berikut merupakan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 23 pada variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas), yaitu

Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.937

23

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS Vers.23, 2019

Berdasarkan kriteria Cronbach’s Alpha > 60% atau Cronbach’s Alpha > 0,60 dan diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,937 > 0,60 maka butir instrumen variabel X dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.

Berikut merupakan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi 23 pada variabel Y (Motivasi Belajar Siswa), yaitu :

Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.931

20

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan kriteria Cronbach’s Alpha > 60% atau Cronbach’s Alpha > 0,60 dan diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,931 > 0,60 maka butir instrumen variabel Y dikatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi.

 

D.   Uji Asumsi Klasik

1.     Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresii berdistribusi secara normal atau tidak. Suatu regresi dikatakan baik ketika memiliki nilai residual yang berdistribusi normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan tabel Test of Normality dengan uji Shapiro-Wilk dan normal P-P Plot of regression Standardized Residual pada SPSS vers.23, yakni sebagai berikut :

 

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tests of Normality

 

Shapiro-Wilk

 

Statistic

Df

Sig.

 

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU

.963

51

.107

 

MOTIVASI BELAJAR SISWA

.970

51

.229

 

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas dapat disimpulkan, bahwa data pada variabel X (komunikasi interpersonal guru wali kelas) dan variabel Y (motivasi belajar siswa) memiliki nilai signifikansi Shapiro-Wilk yang baik yakni masing-masing sebesar 0,107 dan 0,229. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi normal karena nilai signifikansi Shapiro-Wilk lebih dari 0,05.

Kemudian hasil grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual pada SPSS vers.23, sebagai berikut:

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas)

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Gambar 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa)

Dari hasil grafik di atas, tergambar jelas bahwa titik-titik yang menyebar mengikuti garis diagonal. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.

2.     Uji Linearitas

Uji Linearitas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang linear atau tidak secara signifikansi pada dua variabel. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi (sig) 0,05. Berikut merupakan hasil dari uji linearitas SPSS versi.2.3, yaitu :

Tabel 4.16 Hasil Uji Linearitas

ANOVA TABLE

 

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

MOTIVASI BELAJAR SISWA * KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU

Between Groups

(Combined)

3188.544

28

113.877

1.291

.272

Linearity

830.717

1

830.717

9.417

.006

Deviation from Linearity

2357.828

27

87.327

.990

.515

Within Groups

1940.750

22

88.216

 

 

Total

5129.294

50

 

 

 

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

      Berdasarkan hasil uji linearitas di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Deviation From Linearity sebesar 0,515 > 0,05, dapat kita ketahui jika nilai signifikansi pada tabel lebih besar dari 0,05 atau (0,05 < sig), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel terdapat hubungan yang linear, sehingga asumsi linearitas terpenuhi.

E.   Pengujian Hipotesis

1.     Regresi Linear Sederhana

Berikut ini adalah hasil uji regresi linear sederhana dengan menggunakan SPSS vers.23, yaitu :

Tabel 4.17 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

32.859

12.502

 

2.628

.011

KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU

.450

.146

.402

3.077

.003

a. Dependent Variable: MOTIVASI BELAJAR SISWA

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Rumus regresi linear sederhana :

Y’ = a + bX

Berdasarkan hasil output di atas, dapat diketahui bahwa :

Y = 32,859 + 0,450 X

Dimana :

Y = Motivasi Belajar Siswa

X = Komunikasi Interpersonal Guru Wali Kelas

a.     a = angka konstan dari unstandardized coefficients. Dari output di atas nilainya sebesar 32,859. Ini dapat diartikan jika komunikasi interpersonal guru wali kelas adalah 32,859.

b.     b = angka koefisien regresi. Nilainya sebesar 0,450. Angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas  (X), maka Motivasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,450

                   Karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y). Sehingga persamaan regresinya adalah Y = 32,859 + 0,450 X.

 

2.     Uji Parsial (Uji t)

Uji hipotesis atau uji pengaruh berfungsi untuk mengetahui apakah koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil output pada Tabel 4.15 diketahui dengan langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut :

a.     Membandingkan Thitung dengan Ttabel

1)    Penentuan Thitung dengan Ttabel

Nilai Thitung didapatkan dari hasil output pada tabel 4.15 sebesar 3,077

2)    Penentuan Ttabel

Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan nilai signifikansi 0,05 : 2 = 0,025. Tabel (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 yaitu df = 51 -2 = 49, hasil diperoleh untuk Ttabel sebesar 2,009

3)    Kriteria Pengujian

·        Apabila Thitung < Ttabel, maka Ho diterima

·        Apabila Thitung > Ttabel, maka Ho ditolak

4)    Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa Thitung (3,077) > Ttabel (2,009), maka Ho ditolak. jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa.

b.     Kriteria Pengujian

1)    Nilai signifikansi

Nilai signifikansi didapatkan dan hasil output pada tabel 4.15 sebesar 0,003

2)    Kriteria Pengujian

·        Apabila sig > α (0,05), maka Ho diterima dan H1 ditolak

·        Apabila sig < α (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima

3)    Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa nilai sig (0,003 < α (0,05), maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa.

3.     Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dipakai untuk memprediksi seberapa besar kontribusi pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Di bawah ini merupakan hasil pengujian menggunakan SPSS ver.23, yaitu :

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi

 

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.402a

.162

.145

9.366

a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU

b. Dependent Variable: MOTIVASI BELAJAR SISWA

Sumber : hasil olah data penelitian SPSS vers.23, 2019

Dari hasil output di atas, diketahui nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,162 (nilai 0,162 adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi atau R, yaitu 0,402 x 0,402 = 0,162). Angka tersebut mengandung arti bahwa komunikasi interpersonal guru wali kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sebesar 16,2%. Sedangkan sisanya 100% - 16,2% = 83,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

F.    Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberi kejelasan serta pemahaman yang diperoleh dari hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan data yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa di MTs Al-Ihsan Pamulang.

Untuk mengetahui arah hubungan antara variabel X dengan variabel Y apakah positif atau negatif, maka dilakukan uji regresi linear sederhana. Dari hasil penelitian, koefisien regresi memperoleh nilai sebesar 0,450 yang menunjukkan nilai koefisien regresi bernilai positif (+). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “Komunikasi interpersonal Guru Wali kelas (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y)”. Sehingga persamaan regresinya adalah Y = Y = 32,859 + 0,450 X

Kemudian dapat dilihat pada pengujian statistik (uji t), hasil nilai Thitung sebesar 3,077 dan Ttabel sebesar 2,009, dengan signifikansi sebesar 0,003. Dengan kriteria pengujian jika Thitung > Ttabel dan jika signifikansi < α (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa.

Dengan proses pembelajaran selama 1 semester pada kelas VII di MTs Al-Ihsan Pamulang ini memiliki hasil penelitian sebesar 16,2% antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa. Angka tersebut memiliki makna bahwa adanya pengaruh antara komunikasi interpersonal guru walikelas terhadap motivasi belajar di MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan. Dan 83,8% dipengaruhi faktor lain yang tidak penulis teliti.

Menurut Miftah Thoha dalam buku Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya ada lima hal yang mampu menjadikan komunikasi interpersonal berjalan secara efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, kesamaan. Apabila lima hal tersebut dilakukan oleh guru wali kelas maka akan berdampak pada motivasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa berfungsi mendorong siswa untuk bertindak, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri siswa dalam mencapai tujuan yang dikehendakinya. Menurut Hamzah dalam buku Teori Motivasi dan Pengukurannya ada dua dimensi dalam motivasi belajar siswa yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal meliputi melaksanakan tugas dengan adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, dan adanya harapan dan cita-cita masa depan. Sedangkan motivasi eksternal meliputi adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Jadi melalui komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan siswa sebagai bentuk perhatian dari guru wali kelas maka dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Udin selaku Wakasek Kurikulum menyatakan bahwa

“Komunikasi guru wali kelas terhadap siswa, baik. Siswa ini merespon dengan baik apa yang ditugaskan oleh guru wali kelas karena guru wali kelas ini menjadi contoh bagi siswa. Walaupun ada beberapa siswa yang dilihat acuh tak acuh terhadap arahan wali kelasnya, hal itu menjadi tantangan bagi guru wali kelas. Bagaimana menghadapi atau mengatasi segala bentuk persoalan dan permasalahan siswanya tanpa terkecuali. Tidak ada alasan bagi wali kelas tidak mengetahui tentang permasalahan siswanya atau sama–sama acuh tak acuh terhadap siswa tersebut. Terlebih guru BK disekolah ini sudah tidak ada. Dan walapun baru berjalannya 1 semester, perlu adanya komunikasi yang baik antara walikelas terhadap siswanya”.[50]

Hal serupa juga disampaikan oleh guru walikelas VII.3 Ibu Siti mengatakan bahwa “Bagaimanapun juga, guru harus bisa berkomunikasi dengan siswa menggunakan bahasa yang dimengerti. Sehingga saya sebagai guru wali kelas maupun siswa menjadi paham sehingga bisa menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik”.[51]

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru walikelas VII.2 MTs Al-Ihsan Pamulang, Bu Nur mengatakan bahwa

“Memang sedikit adanya pengaruh antara komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa. Hal tersebut karena baru berjalan 1 semester, serta sudah tidak adanya guru BK disekolah. Latar belakang keluarga siswa yang hampir semua menengah kebawah. Rendahnya pendidikan orang tua siswa yang mengakibatkan kurang pedulinya orang tua terhadap pembelajaran siswanya. Meskipun demikian, sudah menjadi tanggung jawab guru wali kelas terkait meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas dan menangani permasalahan yang ada pada siswa dikelas”.[52]

Begitu pula yang disampaikan oleh Pak Regi selaku walikelas VII.1 bahwa

“Komunikasi antara guru dengan siswa meskipun baru berjalan 1 semester, terkait komunikasi ini harus berjalan dengan baik agar dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Serta bisa memotivasi dalam belajar maupun meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya dalam kelas maupun diluar kelas. Melalui kegiatan ekskul yang ada di sekolah sejak dari sekarang ini. Nanti kedepannya nama baik sekolahpun ikut baik pula. Karena memang pada hakikatnya siswa pasti membutuhkan perhatian melalui komunikasi dari walikelasnya”.[53]

Secara umum, hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian Andi Muhammad  Yusuf pada tahun 2017 mengenai judul “pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi belajar siswa sekolah menegah kejuruan (smk) negeri 7 makassar” bahwa terdapat pengaruh komunikasi interpersonal guru terhadap prestasi belajar siswa sebesar 41%.

Dengan demikian, berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dari lapangan terlihat pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa di MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan.

 

G.  Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih ada keterbatasan-keterbatasan yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil penelitian, keterbatasan ini dalam hal sebagai berikut :

1.  Penyusun instrumen dan penyebaran angket memerlukan waktu yang cukup lama.

2.  Sulitnya mengumpulkan data dari para responden dikarenakan para responden tidak memiliki waktu senggang yang banyak.

 


Bab V

Penutup

A.     Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian secara keseluruhan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menggunakan perhitungan statistik maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh antara variabel X (Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas) dengan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) bersifat positif. Hal ini terbukti dapat dijelaskan dari hasil temuan penelitian dibawah ini.

Dari pemaparan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil perhitungan regresi linear sederhana menghasilkan angka koefisien regresi sebesar 0,450 yang diinterpretasikan antara komunikasi interpersonal guru wali kelas dengan motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang positif. Kemudian dilihat dari hasil Thitung sebesar 3,077 dan Ttabel sebesar 2,009 dengan signifikansi sebesar 0,003. Dengan kriteria pengujian jika Thitung > Ttabel dan jika signifikansi < α (0,05), maka Ho ditolak. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara Komunikasi Interpersonal Guru Wali kelas dengan Motivasi Belajar Siswa. Dan berdasarkan perhitungan koefisien determinasi () diperoleh angka sebesar 0,162. Angka tersebut mengandung arti bahwa komunikasi interpersonal guru wali kelas berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa sebesar 16,2%. Sedangkan sisanya 100% - 16,2% = 83,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

B.      Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian di atas mengungkapkan bahwa pengaruh komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa dengan angka 16,2%, kemudian terdapat angka 83,8% yaitu faktor lain yang tidak diteliti, seperti faktor lingkungan rumah, pergaulan siswa, teman sejawat, orang tua, dsb.

Berdasarkan temuan dari wawancara guru wali kelas VII.2 mengatakan bahwa  komunikasi interpersonal guru wali kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas VII baru berjalan 1 semester. Di MTs Al-Ihsan Pamulang ini tidak adanya guru BK (bimbingan konseling). Sehingga terkait tentang motivasi belajar siswa, semua ditangani oleh guru wali kelas. Siswa MTs Al-Ihsan di latar belakangi ekonomi keluarga menengah kebawah serta pendidikan orang tua yang rendah. Sehingga mengakibatkan orang tua kurang peduli terhadap pembelajaran siswa di sekolah. Selain itu, pergaulan siswa dengan teman sejawat dan lingkungan menjadi faktor pengaruh terkait motivasi belajar siswa di sekolah. Dengan hal ini dalam meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan komunikasi interpersonal guru wali kelas yang baik agar supaya siswa dapat termotivasi dalam belajar dengan baik pula.

C.   Saran

Berdasarkan temuan dan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat peneliti sampaikan saran sebagai berikut :

1.     Bagi Kepala Sekolah MTs Al-Ihsan Pamulang

a.     Kepala sekolah diharapkan mengembangkan kemampuan guru terkait komunikasi

b.     Kepala sekolah diharapkan meningkatkan pengembangan keprofesian guru terhadap pembelajaran di kelas

c.     Kepala sekolah diharapkan memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi sehingga guru dapat termotivasi untuk mengembangkan keprofesiannya.

2.     Bagi Guru Wali kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang

a.   Guru Wali kelas diharapkan mampu memahami siswa dalam belajar

b.  Guru Wali kelas diharapkan meningkatkan kemampuan komunikasi terhadap siswa

c.   Guru Wali kelas diharapkan memberikan motivasi terhadap siswa untuk meningkatkan kualitas belajar siswa

3.  Bagi Siswa kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang

a.   Siswa diharapkan mampu mempertahankan motivasi belajar dan meningkatkan kapasitas diri untuk terus berkembang guna memperkaya ilmu pengetahuan dan mengejar cita-cita para siswa.

b.  Siswa diharapkan meningkatkan semangat dalam mengikuti pembelajaran guna peningkatan kualitas belajar

c.   Siswa diharapkan mampu menjadi siswa yang teladan yang baik bagi para siswa lainnya, dan menjadi sosok yang penuh semangat dalam melaksanakan tugasnya.

4.     Bagi Peneliti Lain

a.   Peneliti lain diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian dengan melakukan penelitian pada variabel lain misalnya lingkungan belajar, teman sejawat siswa, orang tua siswa dan lain sebagainya yang dapat dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal guru wali kelas serta melakukan pada populasi yang lebih luas.

b.  Peneliti lain diharapkan menggunakan metode lain dalam meneliti komunikasi interpersonal, misalnya melalui wawancara secara mendalam atau dengan observasi, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih bervariasi dari pada kuesioner yang jawabannya sudah tersedia.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Amp.kompas.com, Ribuan siswa putus sekolah, 2010, (https://amp.kompas.com/nasional/read/2010/10/16/15315761/ribuan.siswa.putus.sekolah) Diakses tanggal 26 September 2019 pukul 13.44 WIB

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.

Aw, Suranto. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011.

Bangun, Wilson. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. 2012.

Beritainspiratif.com, Apresiasi Siswa Berprestasi, Cirebon Power Berhasil Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2019, (https://www.berita inspiratif.com/apresiasi-siswa-berprestasi-cirebon-power-berhasil-tingkatkan-motivasi-belajar-siswa/) Diakses tanggal 25 September 2019 pukul 17.19 WIB

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam. 2005.

Fathurrohman, Pupuh dan Aa Suryana, Guru Profesional. Bandung: PT Refika Aditama. 2012.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.

Harapan, Edi dan Syarwani Ahmad. Komunikasi Antarpribadi: Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2014.

Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. 2003.

Imam Suraji. Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.1. 2008.

Iriantara, Yosal dan Usep Syaripudin. Komunikasi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013.

Kartika, Ayu Tri. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 12 Palembang. 2017.

m.kumparan.com, Lemahnya Motivasi Belajar pada Siswa di sekolah, 2018, (https://kumparan.com/alsri-nurcahaya/lemahnya-motivasi-belajar-pada-siswa-di-sekolah-1527306102088/2018/05/29/) Diakses tanggal 27 September 2019 pukul 8.27 WIB

Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. 2011.

Oktaviani, Mitha  Arvira  dan  Hari  Basuki  Notobroto, ”Perbandingan  Tingkat Konsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, Shapiro-Wilk, Dan Skewness-Kurtosis” Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol.3, No.2 Desember 2014.

Parwati, Ni Nyoman, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Depok: PT RajaGrafindo Persada. 2018.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018

Qolbi, Ade Ifroh. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Iklim Organisasi di SDN 034 Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman. 2013.

Ratnasari, Alfina Dewi. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Bisnis Online Shop di Kota Samarinda”. e-jurnal Administrasi Bisnis, Vol.5, No. 1. 2017.

Riduwan M.B.A. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti pemula. Bandung: Alfabeta. 2012.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.

Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2016.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT Refika Aditama. 2011.

Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.

Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif di Lengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. 2013.

Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta. 2017.

Suparyadi. Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM. Yogyakarta: Andi. 2015.

Supranto, J dan Nandan Limakrisna. Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2012. 2013.

Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. 2016.

Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2010.

Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.

Widiasworo, Erwin. 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jogjakarta:Ar-ruzz Media. 2015.

Zahruddin. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional Learning. Prosiding Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk Indonesia Emas, Ciputat: Mei 2015.

Zamroni, Muhammad. Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1]Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

[2] Ayu Tri Kartika, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Wali Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 12 Palembang, 2017, h.3

[3] Beritainspiratif.com, Apresiasi Siswa Berprestasi, Cirebon Power Berhasil Tingkatkan Motivasi Belajar Siswa, 2019, (https://www.berita inspiratif.com/apresiasi-siswa-berprestasi-cirebon-power-berhasil-tingkatkan-motivasi-belajar-siswa/) Diakses tanggal 25 September 2019 pukul 17.19 WIB

[4] Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h.49

[5] Amp.kompas.com, Ribuan siswa putus sekolah, 2010, (https://amp.kompas.com/nasional/read/2010/10/16/15315761/ribuan.siswa.putus.sekolah) Diakses tanggal 26 September 2019 pukul 13.44 WIB

                                                                                                           

[6] Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018

[7] m.kumparan.com, Lemahnya Motivasi Belajar pada Siswa di sekolah, 2018, (https://kumparan.com/alsri-nurcahaya/lemahnya-motivasi-belajar-pada-siswa-di-sekolah-1527306102088/2018/05/29/) Diakses tanggal 27 September 2019 pukul 8.27 WIB

 

[8] Muhammad Zamroni, Filsafat Komunikasi : Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), cet. 1, h.5

[9]Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet.1, h.15

[10] Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. 1, h. 19

[11] Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.141

[12] Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), cet.5, h. 85

[13] Edi Harapan, Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi: Perilaku Insani Dalam Organisasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.4

[14] Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), Cet. 1, h. 14

[15] Loc.Cit, Zahruddin, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional Learning, Prosiding Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk Indonesia Emas, Ciputat: Mei 2015. Hal 534-545.

                            [16] Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 165-167

                            [17] Ade Ifroh Qolbi, Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Iklim Organisasi di SDN 034 Samarinda, Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, 2013, h.29

[18] Imam Suraji, Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.1, 2008, h.33

[19] Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h.24

                [20] Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.13

[21] Jamil Suprihatiningrum, op. Cit., h.28

[22] Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.62-65

[23] Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005), h. 72-76

[24] Yosal Iriantara, Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013) Cet. 1, h. 73-74

[25] Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. 1, h. 191

[26] Ibid, h.191-194

[27] Arni Muhammad, op. cit., h. 176

[28] Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), cet.2, h.109-110

[29] Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet.10, h.322 

[30] Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Andi, 2015), h.417 

[31]Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.73

[32] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet.5, h.170

[33] Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2012), h.316-327

[34] Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT Refika Aditama, 201

1), h.237

[35] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.161

[36] Erwin Widiasworo, 19 Kiat Sukses Membangkitkan Motivasi Belajar Peserta Didik, (Jogjakarta:Ar-ruzz Media, 2015), cet 1, h.29-38

[37] Slameto, Op.Cit., h.2

[38] Ni Nyoman Parwati, I Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Aspari, Belajar dan Pembelajaran, (Depok:PT RajaGrafindo Persada,2018), Cet.1, h,1

[39] Oemar Hamalik, Op.Cit., h.27

[40] Zahruddin, Peningkatan Kemampuan Komunikasi Guru Dalam Rangka Menciptakan Professional Learning, Prosiding Seminar Nasional tentang Professional Learning untuk Indonesia Emas, Ciputat: Mei 2015. Hal 534-545.

[41] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya¸ (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2010) cet.6 h. 23

[42] Ibid

     [43] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017), cet. Ke-26, h.63

[44] Dokumen MTs Al-Ihsan Pamulang Tangerang Selatan

[45] Dokumen MTs Al-Ihsan Pamulang Selatan

[46] Dokumen MTs Al-Ihsan Pamulang Selatan

[47] Dokumen Personil Sekolah MTs Al-Ihsan Pamulang

[48] Dokumen Struktur Organisasi MTs Al-Ihsan Pamulang

[49] Dokumen Ekstrakuler MTs Al-Ihsan Pamulang

[50] Wawancara dengan Pak Udin, tanggal 28 November 2019, di ruang guru

[51] Wawancara dengan Ibu Siti, tanggal 2 November 2019, diruang guru

[52] Wawancara dengan Ibu Nur, tanggal 2 Desember 2019, di ruang guru

                [53] Wawancara dengan Ibu Pak Regi, tanggal 3 Detember 2019, di ruang Guru

0 comments:

Post a Comment