Monday 17 October 2022

(PROPOSAL) PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMK AL IKHWANIYAH

0 comments

 



BAB I
PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang

Pendidikan merupakansuatu proses yang sangat pentingbagikehidupanmanusia,karenapendidikanmenjaditolakukurkemajuansuatubangsa. Pendidikan yang berkuakitasakanmenjadikanhuman capitalsebagaiinvestasi yang bermanfaatbagikemajuanbangsa. Sebaliknya, Pendidikan yang tidakberkualitasakanmenghambatkemajuansuatubangsa.

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.[1] Demikian pula yang dinyatakan dalam UUD 1945 pasal 3,bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.[2]

Dalam hal ini Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, megevaluasi, peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya untuk mencapai suatu tujuan.Peran guru tidak hanya mentransfer pengetahuannya, tetapi guru juga berperan di dalam pembentukan karakter anak untuk mencapai kedewasaannya. Untuk mengetahui keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah motivasi yang dapat menggerakan faktor-faktor yang lain dan pada akhirnya dapat menciptakan kinerja yang berkualitas. Seorang guru dituntut untuk dapat memberika kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah motivasi guru dalam bekerja.

Kemudian dalam perannya guru memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada guru yang lain demikian halnya dengan masalah-masalah yang diembannya. Sehingga memerlukan perhatian dan pelayan khusus dari kepala sekolah sebagai pimpinannya. Karena pada kenyataanya terdapat perbedaan kebutuhan yang ingin dipenuhi dan perbedaan masalah yang ingin diselesaikan, hal tersebut akan membawa dampak pada perbedaan motivasi kerja mereka sebagai pengajar dan pendidik. Dalam hal ini kepala sekola berperan sebagai motivator bertugas membentuk lingkungan dan suasana kerja yang kondusif, sikap staf yang disiplin, membangun prinsip penghargaan kinerja staf dan mengimplementasikan hukuman yang sistemik.

Motivasi merupakan daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama , bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai tujuan. Berbicara mengenai motivasi kerja, penelitian yang dilakukan oleh Zainoedynn menyimpulkan bahwa motivasi kerja staf seperti sikap menyatu dengan pekerjaan, bertanggung jawab secara kreatif dan inovatif, kemauan memperhitungkan dan menanggung resiko, semangat kerja sama, optimisme berkarir, rasa memiliki dan keinginan umpan balik berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja mereka. Penelitian tersebut mengindikasikan, bahwasannya motivasi kerja yang dimiliki pegawai ikut memiliki andil dalam prestasi kerjanya. Meskipun pada dasarnya motivasi kerja sudah dimiliki oleh setiap pegawai, bukan berarti pemimpin “bebas tugas”. Artinya, pemimpin berperan secara emosional dalam merangsang motivasi kerja mereka agar grafiknya  tidak menurun. Upaya pemimpin ini menjadi penting, terutama bagi pegawai dngan motivasi kerja rendah.

Dirjen guru dan tenaga kependidikan (GTK), kemendikbud, Supriono menyatakan”kalau siswa ingin pintar tergantung gurunya, tetapi kalau sekolah itu mau bagus dan sekolah itu mau baik tergantung kepala sekolahnya”.[3]Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengetahui peran kepala sekolah ialah orang yang mampu mengarahkan serta memotivasi para guru, dan guru adalah salah satu seorang yang berperan membentuk karakter sesuai dengan apa yang diarahkan seorang pemimpin atau kepala sekolah.

Bupati wonosobo, Eko  Purnomo menyatakan bahwa kepala sekolah dituntut harus memfokuskan diri, dalam memikirkan upaya untuk mengembangkan sekolah yang dipimpinnya dan juga peningkatan kualitas pendidikan disekolah masing-masing, itu adalah tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kualitas dan kemajuan sekolah dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolahnya.[4] Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil intisari bahwa kepala sekolah harus memfokuskan dirinya dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya dengan cara kepala sekolah mampu memotivasi SDM nya untuk mengetahui peran serta tujuan dari sekolah yang ingin dicapai.

Dari hasil observasi pendahuluan yang penulis lakukan bersama Pak Agus Budianto selaku bidang kesiswaan pada tanggal 8 oktober 2019 di ruang guru SMK AL-IKHWANIYAH , terdapat faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi kerja dari seorang guru, beberapa masalah yang terdapat di SMK AL-IKHWANIYAH adalah terkait kurangnya jam mengajar yang diberikan oleh sekolah. Hal tersebut menyebabkan kurangnya kebutuhan yang diperlukan oleh guru, terutama guru non-sertifikasi. Hal lain dari pemasalahan yang ada adalah kurangnya komunikasi dari seorang kepala sekolah kepada para guru, hal tersebut menyebabkan kurangnya emosional antara kepala sekolah dengan para guru dan itu pula yang menyebabkan terhambatnya program yang telah terprogram oleh sekolah. Hal tersebut juga bisa berdampak bagi SMK AL-IKHWANIYAH  yang sudah memiliki program yang berjalan dengan baik, diantaranya adanya perbedaan yang dirasakan siswa. Yang mereka rasakan mendapat pengajaran yang berbeda dalam hal pembawaan belajar oleh guru SMK AL-IKHWANIYAH  diakibatkan hal tersebut. Karena permasalahan kepala sekolah dalam menanggulangi masalah yang terjadi antara para siswa SMK AL-IKHWANIYAH dengan sekolah lain.

Selain itu ada banyak faktor yang mempengaruhi dunia pendidikan diantaranya adalah kepemimpinan yang dipraktikan oleh seorang kepala sekolah. Seorang kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang akan menentukan langkah-langkah pendidikan dilingkungan sekolah. Kepemimpinan menjadi satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan suatu organisasi. Dengan demikian kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Agar kegunaan proses belajar mengajar disekolah dapat berjalan dengan baik, maka harus ada seorang pemimpin yang dapat mengatur dan mengelola sekolah tersebut atau dapat disebut sebagai “Kepala Sekolah”.

Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif dengan anggota organisasinya. Seperti halnya tertuang dalam Permendikbud Nomor 6 tahun 2018 pasal 18 bahwa kepala sekolah memberikan penilaian prestasi kerja secara berkala setiap tahun meliputi sasaran kerja pegawai (SKP), perilaku dan kehadiran.[5]Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.

Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinankepala sekolah dengan motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukupmenentukan tingkat keberhasilan pendidikan sekolah. Atas dasar pemikirantersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang“Pengaruh Kepemimpinan TransformasionalTerhadap Motivasi Kerja Guru di SMK AL-IKHWANIYAH”

B.   Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:

1.     Masih kurangnya kesadaran dari pribadi setiap guru dalam melaksanakan kinerjanya

2.     Perlu adanya motivasi dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru

3.     Masih rendahnya komunikasi antara kepala sekolah dengan guru

C.   Pembatasan Masalah

Agar pembatasan hasil penelitian ini tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini agar hasil penelitian lebih fokus pada satu masalah dan dapat mendalami permasalahan tersebut. Oleh karena itu penilitian ini akan berfokus pada Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Motivasi Kerja Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

D.   Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, maka masalah yang hendak dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

Apakah terdapat pengaruh antara kepemimpinan transformasional kepala sekolahdengan motivasi kerja guru di SMK AL-IKHWANIYAH?

E.   Tujuan Penelitian

Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk menggali lebih lanjut dan memberikan informasi secara empiris tentang seberapa besar pengaruh antara kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja guru.

 

 

 

F.    Manfaat Penelitian

1.     Kegunaan secara teoritis

a.     Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.

b.     Untuk mengembangkan wawasan mengenai hubungan kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

2.     Kegunaan secara praktis

a.     Sebagai bahan masukan atau input bagi SMK AL-IKHWANIYAH agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui motivasi kerja guru.

b.     Memberi dorongan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja gurudengan motivasi yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.


BAB II
KAJIAN TEORI

 

A.   Motivasi Kerja Guru

1.      Motivasi

Banyak pandangan para ahli yang memaparkan tentang motivasi. Berikut penulis rangkum terkait motivasi yang dikemukakan oleh para ahli dengan pengertian motivasi.  Menurut Abraham maslow motivasi di bagi menjadi lima tingkatan yaitu “kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri“. [6]

Menurut hamzah b uno merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. [7] Menurut wibowo motivasi merupakan keinginan untuk bertindak pada setiap orang .setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda.[8]

Berdasarkan paparan para ahli diatas bahwasannya motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat menimbulkan semangat serta dorongan dalam melaksanakan suatu kegiatan.

2.      Fungsi Motivasi

Motivasi yang berada dalam diri seseorang perlu untuk selalu ditingkatkan. Tanpa adanya motivasi seseorang tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pun dengan orang yang bekerja, motivasi sangat diperlukan. Orang yang memiliki motivasi akan selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Oemar Hamalik bahwa fungsi motivasi yaitu: (a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. (b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan. (c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebegai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.[9]

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi kerja guru yaitu sebagai penggerak yang mendorong guru untuk melakukan pekerjaan yang telah menjadi tugasnya, menentukan arah perbuatan sesuai denngan rangkaian tujuan yang telah dirumuskan, dan meyeleksi perbuatan dengan menyisihkan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat dalam penyelesaian pekerjaan.

3.      Pengertian Motivasi Kerja

Terdapat banyak pengertian tentang motivasi. Berikut pengertian motivasi menurut para ahli :

Menurut Greenberg dan Baron dalam Wibowo, dijelaskan bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaiantujuan.[10] Kemudian Suparyadi memaparkan bahwa motivasi adalah dorongan yang disebabkan oleh suatu kebutuhan (karsa) yang menggerakkan da mengarahkan perilaku individu guna mencapai tujuan atau insentif tertentu.[11]

Menurut Wilson motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku secara teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer untuk mempengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan.[12]Hal yang senada juga dipaparkan oleh Sedarmayanti bahwa motivasi merupakan kesediaan megeluarkan tingkat upaya tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual.[13]

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sebuah dorongan yang muncul untuk membangkitkan dan mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu strategi pimpinan agar karyawannya mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Dan memotivasi bawahan merupakan salah satu tanggung jawab seorang pemimpin.

4.      Motivasi Kerja Guru

Sebagai sosok yang dipanuti oleh peserta didiknya guru harus mampu menerapkan kedisiplinan untuk dirinya dan peserta didiknya. Apabila kedisiplinan pada diri seorang guru belum diterapkan maka hal tersebut juga akan menjadi sulit bila diterapkan pada peserta didiknya. Kedisiplinan akan terwujud dengan pembiasaan dan menumbuhkan kesadaran seluruh elemen sekolah untuk mentaati tata tertib sekolah. Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi tentu akan melakukan pekerjaannya lebih dari sekedar formalitas dan rutinitas saja, tentu hal tersebut akan berdampak pada produktivitas sekolah.

Motivasi sering kali dikatakan menjadi kunci bagi kreativitas kerja. Kreativitas kerja dapat ditingkatkan dengan motivasi kerja yang tinggi, pengetahuan, dan keahlian dalam melakukan tugas dan peran positif yang dimiliki seseorang.

Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Counter dalam Suwatno dan Doni, menyatakan motivasi kerja sebagai kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.[14]

Dalam hal ini, motivasi bukanlah ciri pribadi dalam artian beberapa yang memilikinya, sedangkan yang lainnya tidak. Karena hakikatnya motivasi adalah akibat dari interaksi dari individu dan situasi. Dengan demikian, motivasi antara satu guru dengan guru lainnya akan berbeda, dan perbedaan motivasi akan menimbulkan perbedaan kinerja antara satu sama lain.

Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru memberikan fungsi mendorong guru untuk bertindak, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri guru dalam mencapai tujuan yang dikehendakinya.

5.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

a)       Faktor Intern

Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi ialah sebagai berikut :

1) Keinginan untuk dapat hidup

Keinginan untuk tetap hidup seperti kebutuhan untuk memperoleh kompensasi yang memadai, pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu memadai, dan kondisi kerja yang aman dan nyaman.

2) Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk memiliki sesuatu dapat mejadi pendorong seseorang mencapainya.

3) Keinginan utuk memperoleh penghargaan

Seseorang mau bekerja disebabkan oleh adanya keinginan untuk dihargai dan dihormati dengan orang lain.

4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan

Keinginan untuk memperoleh pengakuan dapat diperinci seperti adanya penghargaan terhadap prestasi, adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana.

5) Keinginan untuk berkuasa

Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Seseorang akan bekerja lebih giat sampai ia memperoleh kekuasaan yang ia inginkan.

b)      Faktor Ekstern

1)    Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang aman dan nyaman tentu akan membantu karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Namun jika sebaliknya, tentu karyawan akan merasa cepat lelah dan menurunkan kreativitas karyawan.

2)    Kompensasi yang memadai

Kompensasi yang memadai tentu akan menjadi pendorong bagi karyawan untuk bekerja dengan baik. Apabila kompensasi kurang memadai hal tersebut menjadi penyebab karyawan kurang tertarik untuk bekerja keras, dan memungkinkan mereka bekerja tidak tenang.

3)    Supervisi yang baik

Posisi supervisi sangat dekat dengan karyawan. Karena fungsi supervisi adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat melaksanakan kerja dengan baik dan benar.

4)    Adanya jaminan pekerjaan

Apabila perusahaan memberikan jaminan karier yang jelas maka karyawan mau bekerja secara optimal dan mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan. Karena mereka bekerja tidak hanya untuk hari ini saja.

5)    Status dan tanggung jawab

Dengan menduduki jabatan, seseorang akan merasa bahwa dirinya dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan.

6)    Peraturan yang fleksibel

Biasanya peraturan bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik..

6.      Indikator Motivasi Kerja

Motivasi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya. Guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan membutuhkan motivasi kerja baik dari diri sendiri maupun dari luar. Guru akan bersemangat melakukan segala aktivitas ketika dalam dirinya telah ada motivasi kerja yang tinggi, motivasi yang selalu mengandung pengertian yang sesuai dengan apa yang mendasarinya, motivasi kerja guru berarti sebuah motivasi yang mendasari guru dalam melaksanakan pekerjaannya.Menurut Pupuh Fathurrohman & AA Suryana indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru meliputi:

a)    Imbalan yang layak

Kepuasaan guru menerima imbalan atau gaji yang diberikan lembaga dapat menentukan motivasi kerja. Guru degan gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan membuat motivasi kerja akan menurun. Sebaliknya, guru dengan gaji yang sesuai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup akan selalu termotivasi dalam melakukan berbagai pekerjaan.

b)    Kesempatan untuk promosi

     Promosi jabatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi kerja. Banyaknya kesempatan promosi jabatan yang diberikan lembaga pendidikan kepada guru akan berdampak pada keinginan guru untuk meningkatkan kualitas kerja.

c)    Memperoleh pengakuan

     Sebuah pengakuan dari pihak lembaga terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh guru akan memberikan dampak bagi peningkatan motivasi kerja guru. Pekerjaan yang selalu diakui membuat guru selalu memperbaiki dan menyelesaikan tugas lebih baik dari yang sebelumnya.

 

 

d)    Keamanan bekerja

     Lingkungan kerja yang aman sangat diharapkan oleh semua orang termasuk guru. Lingkungan sekolah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan akan membuat guru mampu bekerja denngan maksimal.[15] Sedangkan Hamzah B. Uno menyebutkan bawa indikator motivasi kerja guru tampak melalui:[16]

1)    Tanggung Jawab dalam melakukan pekerjaan

Guru yang memiliki motivasi yang tinggi terlihat dari tanggung jawabnya dalam melakukan pekerjaan. Guru akan menyelesaikan pekerjaan dengan hasil maksimal sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Guru akan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sesuai peraturan yang berlaku.

2)    Prestasi yang dicapainya

Prestasi yang diperoleh guru memperlihatkan bahwa guru tersebut memiliki motivasi kerja yang tinggi. Prestasi tersebut dapat berupa penghargaan dari kepala sekolah, lembaga pendidikan, maupun karya yang diciptakan.

3)    Pengembangan diri

Guru dalam menjalankan profesinya sangat perlu untuk melakukan pengembangan diri. Keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh lembaga pendidikan menunjukkan bahwa guru memiliki antusias sehingga tercipta motivasi kerja yang tinggi.

4)    Kemandirian dalam bertindak

Seseorang yang sudah masuk dalam usia produktif tentu memiliki sikap mandiri dalam bertindak. Kemandirian ini tercermin pada sikap guru yang selalu mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya meskipun tidak diperintah. Guru secara sadar mengerjakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

Motivasi kerja guru menurut Hamzah B. Uno juga memiliki dua dimensi yaitu: 1) dimensi dorongan internal, dan 2) dimensi dorongan eksternal. Adapun dimensi dan indikator motivasi kerja guru sebagaimana disebutkan dalam tabel 2.1[17]

 

Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Motivasi Kerja Guru

Dimensi

Indikator

Motivasi Internal

- Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas

- Melaksanakan tugas dengan target yang jelas

- Memiliki tujuan yang jelas dan menantang

- Ada umpan balik atas hasil pekerjaan

- Memiliki perasaan senang dalam bekerja

- Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain

- Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakannya

Motivasi Eksternal

- Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya

- Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya

- Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif

- Bekerja dengan harpan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan

Sumber : Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru diukur dari dua dimensi, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal meliputi melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan target yang jelas, memiliki perasaan senang dalam bekerja, dan selalu berusaha mengungguli orang lain. Motivasi eksternal meliputi keamanan bekerja, bekerja dengan harapan memperoleh insentif, dan bekerja dengan harapan memperoleh perhatian dari teman atau pimpinan.

 

 

7.      Guru

a.     Pengertian Guru

Pendidikan dalam kehidupan manusia sejak zaman dahulu hingga saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting. Kebutuhan akan pendidikan sudah tidak dapat kita pungkiri lagi, mengingat manusia adalah makhluk yang selalu berkembang dan beradaptasi. Salah satu cara manusia beradaptasi adalah dengan cara belajar. Belajar dalam hal ini ialah dimaksudkan belajar di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam lembaga pendidikan yang kemudian disebut sekolah terdapat banyak unsur atau pihak yang terlibat. Pihak yang terlibat dalam sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, tenaga kependidikan, dan warga sekolah.

Guru di dalam sekolah memiliki posisi yang sentral. Di dalam sekolah guru diposisikan sebagai seseorang yang harus mampu mendidik siswa sesuai tujuan pendidikan. Guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian khusus. Profesi ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk mengerjakannya. Profesi guru tentu memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga memerlukan pembinaan agar senantiasa guru dapat terus berada pada jalur keprofesionalitasannya. Berikut ini pengertian guru menurut para ahli :

Guru merupakan pewaris nabi. Karena inti dari tugas guru ialah menyelamatkan masyarakat dari kebodohan, sifat, serta perilaku buruk yang menghancurkan masa depan mereka. Sebagai pewaris nabi, guru harus memaknai profesinya sebagai amanat Allah untuk mengabdi kepada sesama dan berusaha melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (mengajarkan semuanya sampai tuntas),dan fathanah (cerdas). Apabila keempat sifat tersebut sudah tertanamkan pada diri seorang guru maka dapat dipastikan profesi guru dapat dijalankan secara profesional.[18]

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[19]

Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi secara langsung dengan siswa di dalam kelas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan guru yang tidak hanya berfungsi  sebagai pengajar, tetapi juga pendidik.[20]

Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memerlukan keterampilan khusus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tugas utamanya tidak hanya sebatas mengajar tetapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal.

b.     Peranan Guru

Masih ada sebagian orang yang berasumsi bahwa peranan guru hanya sebatas mendidik dan mengajar. Padahal bila dipelajari lebih lanjut, tentu peranan guru lebih dari itu. Berikut peranan guru menurut para ahli: Menurut Jamil, dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai berikut:

1)    Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.

2)    Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.

3)    Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.

4)    Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin.

5)    Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik.

6)    Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.

7)    Penerjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dann teknologi kepada masyarakat.[21]

 

Sedangkan menurut Rusman peranan guru yang paling dominan yaitu guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah[22]

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Adams & Dickley yang penulis kutip dari buku cetakan Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

1)    Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan lain sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.

2)    Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

3)    Guru sebagai pemimpin

Seorang guru memiliki kewajiban untuk mengadakan supervisi atas kegiatan belajar mengajar, membuat rencana pengajaran, melaksanakan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas. Selain itu guru juga harus memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.

4)    Guru sebagai ilmuwan

Guru dipandang sebagai seorang yang paling berpengetahuan, ia tak hanya berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuannya dan terus menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya. Guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang kian berkembang dengan pesat.

5)    Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, orang tua, dan oleh masyarakat. Tegasnya setiap guru perlu memiliki sifat-sifat pribadi, baik untuk kepentingan jabatan maupun untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai warga negara.

6)    Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri diantara dua hal, yakni disatu pihak memiliki tugas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan, dipihak lain sekolah juga memiliki tugas untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat dan tuntutan masyarakat.

7)    Guru sebagai pembaharu

Seiring berkembangnya zaman ilmu dan teknologi juga semakin berkembang. Oleh sebab itu guru wajib menyampaikan pembaharuan kepada peserta didiknya agar jiwa pembaharu tertanam pada diri peserta didik.

 

8)    Guru sebagai pembangunan

Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu.[23]

Berdasarkan pendapat dari para ahli yang sudah penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan guru ialah sebagai sosok panutan yang mampu mengubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini guru perlu membimbing dan membina siswa agar senantiasa perubahan yang terjadi pada diri siswa ialah perubahan menuju arah yang lebih baik.

8.      Syarat-syarat Guru Profesional

Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.[24]

Berikut ini penjelasan terkait kompetensi guru yang mencakup empat hal  yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

a.     Kompetensi Pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik.

b.     Kompetensi Kepribadian, merupakan kemampuan seorang guru dalam mengendalikan proses pembelajaran di kelas.

c.     Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan seorang guru dalam bergaul dengan lingkungan sekolah maupun dengan masyarakat sekitar.

d.     Kompetensi Profesional, merupakan kemampuan seorang guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkanya dalam membimbing  peserta didik untuk memenuhi standar kompentensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.[25]

Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menguasai keempat kompetensi tersebut, guru harus belajar dengan sungguh-sungguh karena menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, disela-sela kesibukan seorang guru dalam mendidik ia juga harus dituntut belajar dengan tekun untuk mendalami empat kompetensi tersebut, sehingga keempat kompetensi yang sudah ditetapkann oleh negara dapat dipenuhi secara optimal.

 

B.   Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

1.     Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja guru adalah kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mambawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik.

Menurut pendapat K. H. Timotius dalam bukunya, Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan atau kekuasaan yang digunakan oleh pemimpin untuk menggerakkan para pengikutnya untuk mencapai visi atau tujuan organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk menggerakkan pengikut, antara lain memotivasi atau membujuk pengikut, menjadi teladan, menerapkan reward, memaksa dengan hukuman, dan Public speaking. Semua pendekatan tersebut bisa diterapkan tergantung pada situasi dan kondisinya.[26] Pada uraian tersebut dapat dipahami bahwa seorang pemimpin yang memiliki kuasa kepada para anggotanya dalam menggerkan visi serta misi yang ingin dicapai, pemimpin harus paham pendekatan serta memahami emosional para bawahan untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.

Menurut Wahjosumidjo, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.[27] Sedangkan menurut Nanang Fattah bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.[28]

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang dimana sebagai penggerak dalam suatu sekolah yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, menyelenggarakan proses belajar mengajar dan menentukan kebijakan bagi seluruh warga sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah pada hakikatnya adalah kepala sekolah yang memahami dan menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang efektif. Dengan kepemimpinan kepala sekolah diharapkan mampu untuk menggerakan, memotivasi, mempengaruhi, mengarahakan serta membimbing seluruh elemen yang berada di dalam sekolah agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.

2.     Fungsi Kepemimpinan

Menjadi seorang kepala sekolah merupakan sebuah pengabdian yang sangat besar terhadap suatu sekolah. Karena kepala sekolah memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting dalam sebuah sekolah. Adapun peranan atau fungsi kepala sekolah menurut Mulyasa adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat EMASLIM.[29]

Kepala sekolah sebagai motivator harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga pendidik dan kependidikan dalam melakukan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.

Fungsi kepemimpinan kepala sekolah sebagai motivator diharapkan mampu untuk menggerakkan tenaga pendidik maupun kependidikan untuk terus memotivasi dirinya agar meningkatkan kemampuan dan juga kinerjanya dalam melakukan tugasnya sebagai seorang guru demi mewujudkan cita-cita sekolah yang diharapkan dan juga meningkatkan mutu pembelajaran.

3.     Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki beberapa gaya kepemimpinan yang diterapkan, salah satunya yaitu kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasi visinya. Menurut Munandar, menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang berusaha untuk mengubah perilaku bawahan agar memiliki kemampuan dan motivasi tinggi, serta berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu untuk mencapai tujuan bersama.[30]

Sedangkan Wibowo mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan mendorong semua unsur yang berada di dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang luhur.[31] Semua unsur dalam sekolah (guru, siswa, pegawai, orang tua, masyarakat, dan sebagainya) bersedia tanpa paksaan, perpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan sekolah.

Kepemimpinan Transformaional merupakan salah satu model kepemimpinan dari sekian banyak model, melalui model kepemimpinan transformasional segala potensi organisasi pembelajaran dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. kepemimpinan transformasional kepala sekolah cenderung memanusiakan manusia melalui berbagai macam cara memotivasi dan memperdayakan fungsi dan peran guru untuk mengembangkan dan pengembangan diri bagi guru itu sendiri menuju aktualisasi kinerja yang lebih baik.

Kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan organisasi sekolah yang menginspirasi pengikutnya untuk mengutamakan kepentingan sekolah, mengarah pada kinerja superior dalam organisasi yang sedang menghadapi tuntutan pembaharuan. Seorang kepala sekolah dapat mentransformasikan bawahannya melalui empat cara berikut:

a)    Idealized Influence

Merupakan perilaku pemimpin yang dianggap sebagai panutan oleh pengikutnya. Kepala sekolah transformasional memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam berperilaku, sikap, prestasi, maupun komitmen bagi guru. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah memberi kepercayaan penuh serta menanamkan rasa bangga terhadap guru di sekolah.

 

 

b)    Inspiration Motivation

Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi karyawannya dengan jalan mengkomunikasikan harapan tinggi dan tantangan kerja secara jelas.

c)    Intellectual Stimulation

Pemimpin mendorong pengikutnya untuk mengeksplorasi cara-cara baru untuk melakukan sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar. Pemimpin mendorong pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan kreatif.

d)    Individualized Consideration

Pemimpin transformasional menjaga alur komunikasi tetap terbuka sehingga pengikutnya merasa bebas untuk berbagi ide dan agar pemimpin dapat secara langsung untuk mengetahui kontribusi pengikutnya.[32]

Berdasarkan uraian tersebut, kepemimpinan transformasional kepala sekolah mampu membawa pengikutnya (guru) ke arah positif untuk dapat mengembangkan sekolah dan juga mengembangkan potensi guru itu sendiri melalui sikap, prestasi, dan juga komitmen yang diperlihatkan oleh kepala sekolah sebagai motivator. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah mampu memberikan motivasi,arahan serta pengawasan kepada bawahan dalam melakukan pekerjaan untuk tercapainnya mutu serta kualitas sekolah tersebut.

4.     Ciri-Ciri dan Sifat Kepemimpinan Transformasional

Menurut Bass dan Avolio ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional adalah:[33]

a.     Senantiasa merangkul hambatan atau halangan yang terdapat dalam organisasi

b.     Suka berbagi kekuasaan kepada pengikut-pengikut

c.     Melatih, menasihati, dan memberi jawaban untuk kemajuan organisasi dan berkembangnya karir pengikut-pengikutnya

d.     Berusaha memperhitungkan tahap keperluan dan kemauan pengikut-pengikut supaya lebih bertanggung jawab

Sedangkan kepemimpinan trasnformasional dikaitkan dengan beberapa dimensi, seperti:[34]

a.     Sifat-sifat karismatik, yaitu: gabungan ciri-ciri dan tingkah laku unggul pemimpin. Sifat karismatik, merupakan salah satu sifat terpenting dalam transformasi diartikan sebagai, ciri pribadi luar biasa yang di anugerahkan kepada seseorang individu yang menyebabkan beliau berbeda daripada orang biasa.

b.     Sifat-sifat kekuatan membangkitkan inspirasi, yaitu: dimana pemimpin mencetuskan ilham para bawahan dengan memberi peramgsang dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai secara menarik dan meyakinkan.

c.     Kemahiran merangsang intelektual bawahan secara aktif dengan memberi dorongan kepada para bawahan supaya mengkaji dan menilai keadaan lama, mengikut perspektif yang baru.

d.     Bersifat tenggang rasa secara individu, yaitu: member perhatian secara individu dengan memberi penekanan kepada puncak-puncak keperluan yang dapat menimbulkan kepuasan kepada pengikut-pengikut.

5.     Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Menurut Isnawati, paradigma kepemimpinan transformasional meliputi tujuh prinsip untuk menciptakan kepemimpinan yang sinergis yang terdiri dari simplifkasi, motivasi, fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga, dan tekad.[35]

a.     Simplifikasi, hal pertama yang penting untuk diimplementasikan yaitusebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama, serta kemampuan dan keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis, dan tentu saja transformasional.

b.     Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Ketika pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di d alam sekolah, berarti pemimpin tersebut dapat mengoptimalkan motivasi dan memberi energi kepada bawahannya.

c.     Fasilitasi, kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam sekolah, hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.

d.     Ivonasi, kemampuan secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan apabila diperlukan dan menjadi tuntutan dengan perubahan yang terjadi.

e.     Mobilitas, kemampuan pengarahan semua sumber dayayag berada di dalam sekolah untuk melengkapi serta memperkuat setiap orang yang terlibat dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggungjawab.

f.      Siap siaga, kemampuan untuk selalu siap belajar tetang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma yang positif.

g.     Tekad, tekad yang bulat untuk selalu sampai akhir, tekad untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk itu perlu didukung oleh pengembangan disiplin spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.

Prinsip-prinsip yang sudah diuraikan di atas merupakan dasar untuk kepala sekolah dengan model kepemimpinan transformasional, dengan menjalankan prinsip tersebut kepala sekolah memiliki keyakinan yang mendalam tentang apa yang ingin dicapai oleh sekolah.

6.     Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Seorang pemimpin berkewajiban untuk melakukan kegiatan pengendalian agar dalam usahanya memengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organissinya selalu terarah pada tujuan organisasi. Adapun karakteristik kepemimpinan transformasional menurut Leitwood sebagai berikut:[36]

a.     Mengembangkan visi bersama bagi sekolah

Perilaku pimimpin yang dimaksud adalah sikap untuk mengembangkan, mengartikulasikan dan menyalurkan visi serta membuat para bawahannya memahami dan melakukan visi tersebut.

b.     Membangun konsensus tentang tujuan prioritas sekolah

Perilaku yang mampu mendorong terjadinya kerjasama diantara para guru dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

c.     Menciptakan ekspektasi kinerja yang tinggi

Perilaku kapala sekolah yang menunjukan ekspektasi yang tinggi terhadap guru supaya mampu bekerja secara inovatif serta profesional demi menghasilkan hasil yag maksimal.

d.     Menjadi panutan tau model

Perilaku dan tindakan kepala sekolah bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi seluruh elemen sekolah terutama bagi para guru.

e.     Memberikan dukugan

Perilaku keala sekolah dalam memahami kemampuan dan ketertarikan para staf serta mencari tahu pemahaman para guru terhadap suatu masalah serta memberi penghargaan atas kerja keras mereka.

 

 

 

f.      Menyediakan stimulus intelektual

Perilaku yang mengajak ara staf untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengkaji kembali asumsi-asumsi tentang pekerjaan mereka dan memikirkan kembali bagaimana cara mewujudkan asumsi tersebut.

g.     Membangun kultur sekolah

Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan yang mampu membangun norma sekolah, nilai, keyakinan, dan sikap mendorong terciptanya sikap saling percaya dan perhatian antar para guru.

h.     Membangun struktur kolaboratif

Perilaku dengan memberikan kesempatan kepada para guru dalam pengambilan keputusan terkait tugas-tugas guru dan memberitahukan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.

A.   Penelitian Relevan

Penelitian tentang kepemimpinan transformasional telah terdapat penelitian sebelumnya, diantara penelitian yang membahas tentang hal tersebut ialah:

1.       Beta Kumalasari, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru, (Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2009). Hasil penelitian tersebut ialah kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif signifikan dan kuat terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 41,8%, sedangkan sisanya 58,23% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang kepemimpinan transformasional,  menggunakan metode kuantitatif dengan tekhnik pengumpulan data yaitu berasal dari 2 sumber yaitu dari data primer dan skunder. Pengumpulan data primer yaitu dilakukan dengan tekhnik angket ( kuesioner). Perbedaan yang berbeda dengan penelitian saya adalah terletak pada fokus penelitian, pada penelitian ini tertuju untuk guru di SDIT Bina Amal Semarang, sedangkan pada penelitian saya tertuju kepada Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

2.       Roy Johan Agung Tucunan, Wayan Gede Supartha, I Gede Riyana, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan, (Ejurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Vol. 3 No. 9, 2014). Hasil penelitian tersebut ialah Kepemimpinan Transformasional (X1) sebesar 0,588 dengan taras signifikan 0,000, hal tersebut berarti Kepemimpinan Transformasional (X1)berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan ( Y2). Demikian juga standardizet coefficients beta Variabel Motivasi Karyawan (Y1) sebesar 0,363 dengan signifian 0,000, Hal tersebut berarti motivasi karyawan-karyawan (Y1) berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (Y2). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kinerja, sama-sama menggunakan metode kuantitatif. Perbedaan yang ada diantaranya yaitu pada penelitian ini membahas tiga variabel, yaitu satu Varaibel bebas (X) yaitu indikator Kepemimpinan transformasional , dan terdapat dua Variabel Terikat (Y) yaitu indikator Motivasi Karyawan (Y1) dan Kinerja Karyawan (Y2) sedangkan pada penelitian saya hanya terdapat dua variabel yaitu variabel Bebas (X) Kepemimpinan Transformasional dan Variabel Terikat (Y) Motivasi Kinerja guru. Fokus pada penelitian ini ditujukan untuk Karyawan pada PT. Pandawa sedangkan pada penelitian saya tertuju pada Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

3.       Ani Endarti Diana Fatmala Sari, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta).  Hasil penelitian tersebut ialah uji koefisien determinasi diperoleh angka koefisien R Square sebesar 0,929 atau 92,9%, artinya variabel kepemimpinan tranformasional mampu menerangkan variasi variabel motivasi kerja pegawai di kantor Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sebesar 92,9% dan sisanya 7,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian ini yaitu terletak pada fokus penelitian, pada penelitian ini ditujukkan kepada pegawai di Kantor Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sedangkan pada penelitian ditujukkan pada guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

4.       Ratna Endah Pamuji, Lantip Diat Prasojo,  Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Guru dan Budaya Sekolah Terhadap Kedisiplinan Siswa di Kabupaten Bantul, (E-journal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan Vol. 1, No. 1, 2013). Hasil penelitian tersebut ialahmenunjukkan tingkat hubungan antara variabel X1 terhadap Y pada pearson Correlation sebesar 0,398 atau (rx1y = 0,398). Variabel Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam fungsi regresi memiliki koefisien sebesar 0,631, menjelaskan kedisiplinan siswa akan berubah sebesar 0,631 untuk setiap perubahan satu satuan kepemimpinan transformasional secara cateris paribus (variabel lain dianggap tetap). Nilai positif menunjukkan peningkatan intensi penerapan kepemimpinan transformasional dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, demikian juga dengan penurunannya dapat menurunkan kedisiplinan siswa selanjutnya dari persamaan regresi dilakukan uji signifikansi pengaruh X1 terhadap Y dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p), nilainya sebesar 0,000 kurang dari 0,05menandakan signifikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian ini yaitu terletak pada fokus penelitian yaitu budaya sekolah terhadap kedisiplinan siswa, pada penelitian ini ditujukkan kepada siswa se-Kabupaten Bantul sedangkan pada penelitian ditujukkan pada guru di SMK AL-IKHWANIYAH.

5.       Siti Inayatillah, Omon Abdurakhman, Rusi Rusmiati Aliyyah, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di MA Miftahul Huda dan MA Fathan Mubina, (E-journal Ta’dibi Vol. 5 No.1, 2016) Hasil penelitian ini kepemimpinan transformasional kepala sekolah di MAMiftahul Huda lebih besar yaitu 29,21 dibandingkan dengan kepemimpinan visioner MA Fathan Mubina yaitu 15,48. Hal ini menunjukkan kepemimpinan transformasional lebih baik jika dibandingkan dengan kepemimpinan visioner dari segi kinerja guru. Hasil kepemimpinan transformasional selanjutnya dibuktikan dengan hasil perhitungan Uji-T yangditunjukkan dari pertnyataan bahwa meningkatnya kinerja guru karena kepemimpinan transformasional dengan nilai t hitung sebesar 3,259 dan t tabel 2,048 dengan ketentuan taraf signifikan 5%.  Maka hasil akhir perhitungan menyatakan signifikasihipotesis yangdiajukan diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di Sekolah MA Miftahul Huda dan MA Fathan Mubina. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian ini  terletak pada tempat penelitian, pada penelitian ini dilakukan pada dua sekolah yaitu MA Miftahul Huda dan MA Fatan Mubina sedangkan pada penelitian saya dilaksanakan pada satu sekolah yaitu di SMK AL-IKHWANIYAH.

B.   Kerangka Berfikir

 

 

 

 

 

 


Kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerjasama yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisasi diantara banyak guru ditentukan pila oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar, seorang Kepala Sekolah perlu diterima dengan tulus dan ikhlas oleh guru-guru yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin dan kordinator sekolah kepala sekolah harus dan mampu  mendengarkan saran dan gagasan  dari para guru. Dengan demikian para guru akan lebih merasa diakui keberadaannya dan secara tidak langsung menimbulkan motivasi kerja yang baik pula. Dalam hal ini pemimpin berfungsi sebagai motivator bagi pegawainya, agar mereka mau mengembangkan dirinya secara optimal.

Kepala sekolah yang berpikiran maju, akan menggunakan berbagai strategi yang juga merupakan sutau inovasi untuk mendorong para guru  berinovasi dan menularkan inovasi mereka kepada guru lain disekolah tersebut. Pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembanggkan jiwa kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap guru dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi serta nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti keserakahan, kecemburuan dan dan kebencian.

Setiap guru memiliki karakteristik khusus, khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari kepala sekolah selaku pimpinannya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan antara satu guru dengan guru lain tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi juga dalam psikisnya, salah satunya adalah motivasi kerja mereka. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk membangkitkan motivasi kerja para guru dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Pemimpin transformasional bertindak sebagai katalisator yang berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Ia berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin. Dengan kepemimpinan transformasional yang dilakukan dengan baik oleh kepala sekolah, maka akan meningkatkan motivasi kerja dari para guru untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka menjadi lebih optimal.

C.   Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:

Ho              : Tidak terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kinerja guru di SMK AL-IKHWANIYAH

H1     : Terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kinerja guru di SMK AL-IKHWANIYAH


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian keseluruhan dalam penulisan ini maka didaparkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kepepmimpinan Transformasional Kepala Sekolah dengan variabel Motivasi Kerja Guru. Hal ini terbukti dapat dijelaskan beberapa temuan hasil penelitian sebagai berikut:

1.     Motivasi kerja guru di SMK AL IKHWANIYAH berada dalam kategori sedang, hal ini membutikan bahwa masih ada aspek kinerja guru yang belum bagus seperti halnya penguasaan metode pembelajaran. Masih ada guru yang belum menguasai metode pembelajaran yang mengakibatkan penggunaan metode yang monoton.

2.     Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berada pada kategori sedang, hail ini menunjukkan bahwa kepala sekolah masih belum optimal dalam mempertimbangkan pendapat guru dalam membuat keputusan sehingga mengakibatkan kurang demokratisnya pengambilan keputusan.

3.     Hasil pengajuan hipotesis penelitian memnunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru. Pengaruh tersebutsebesar 59,5%, dan sisanya 40,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah  Semakin baik kepemimpinan transformasional yang dilakukan oleh kepala sekolah, maka akan semakin meningkatkan motivasi kerja guru.

 

B.   Saran

Dalam penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, untuk itu penulis memberikan saran dan masukan untuk menjadi pertimbangan pengambilan keputusan atau penelitian selanjutnya. Meskipun demikian, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusuan penelitian ini. Peneliti memberikan beberapa saran kepada pihak terkait seagai berikut:

1.     Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan mampu mengoptimalkan kepemimpinan transformasional untuk meningkatkan motivasi kerja guru dengan cara menyadari kebutuhan dan juga kemampuan guru. Selain itu, kepala sekolah hendaknya dapat melibatkan pendapat guru dalam pertimbangan pengambilan keputusan.

2.     Bagi Guru

Guru diharapkan mengembangkan profesinya untuk tujuan individual menjadi guru professional. Selain itu, guru harus mampu menguasai metode pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu sehingga pelaksanaan pembalajaran menjadi lebih hidup.

3.     Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain diharapkan menggunakan metode lain dalam meneliti komunikasi interpersonal, misalnya melalui wawancara secara mendalam atau dengan observasi, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih bervariasi dari pada kuesioner yang jawabannya sudah tersedia.

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Bangun, Wilson, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga,2012.

BKD Wonosobo: kepala sekolah sebagai penentu keberhasilan sekolah, diakses dari https://bkd.wonosobokap.go.id/index.php/berita/item/237-penitikan-kepala-sekolah, Sabtu,14 Desember 2019, Pukul 15:06 WIB

Cindy: kualitas pendidikan bergantung pada guru dan kepsek, diakses dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ok8YBLK-kualitas-bergantung-pada-guru-dan-kepsek, Jumat, 13 Desember 2019, Pukul 17:47 WIB

Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005.

E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Eko Subagia, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Tranformasional, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, dan Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan, Vol. 17, No.1, 2021.

Fathurrohman, Pupuh dan AA Suryana, Guru Profesional, Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013.

Imam Suraji, Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan,Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.1, 2008.

Isnawati, Pengaruh Kepimimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru, Yogyakarta: 2016.

J. Supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, 2013.

K. H. Timotius, Kepemimpinan dan kepengikutan Teori dan Perkembangannya,.Yogyakarta:CV Andi Offset,2016.

Kuswaeri Iwa, “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02, 2016.

Mitha  Arvira  Oktaviani  dan  Hari  Basuki  Notobroto,”Perrbandingan  TingkatKonsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, Shapiro-Wilk, DanSkewness-Kurtosis” Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol.3, No.2 Desember 2014.

Musfah, Jejen Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.

Nanang, Fatah Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Ningsih, Zenita Ika Ratna “Meningkatkan Work Angagement Melalui Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi.

Permendikbud Nomor 6 tahun 2018 pasal 18 Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah

Ratnasari, Alfina  Dewi  Analisis  Faktor-faktor  yang  Mempengaruhi  Keberhasilan

Riduwan M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti pemula, Bandung: Alfabeta,2012.

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.

Siregar, Syofian Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2012.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006.

Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM, Yogyakarta: Andi, 2015.

Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016.

Susetyo, Budi Statistika untuk Analisis Data Penelitian, Bandung: Relika Aditama,

Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2013.

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif di Lengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2013


 



[1]UUD 1945 pasal 31 ayat 1 tentang warga negara berhak mendapatkan pendidikan

[2]UUD 1945 pasal 3 tentang pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional

[3]Cindy: kualitas pendidikan bergantung pada guru dan kepsek, diakses dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ok8YBLK-kualitas-bergantung-pada-guru-dan-kepsek, Jumat, 13 Desember 2019, Pukul 17:47 WIB

[4]BKD Wonosobo: kepala sekolah sebagai penentu keberhasilan sekolah, diakses dari https://bkd.wonosobokap.go.id/index.php/berita/item/237-penitikan-kepala-sekolah, Sabtu,14 Desember 2019, Pukul 15:06 WIB

[5]Permendikbud Nomor 6 tahun 2018 pasal 18 Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah

[6]Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia (Erlangga,2012) h.316 – 317.

[7]Hamzah b uno

[8]Wibowo,. Perilaku Dalam Organisasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada),h 109 - 110

[9]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), h.161

[10]Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet.10, h.322

[11]Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing Berbasis Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Andi, 2015), h.417

[12]Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Erlangga, 2012), h.313

[13]Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h.233

[15]Pupuh Fathurrohman dan AA Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.64

[16]Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: 2013), h.72PT Bumi Aksara, 2013), h.72

[17]Ibid, h.72-73

[18]Imam Suraji, Dinamika Profesi Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan,Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.1, 2008, h.33

[19]Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h.24

[20]Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h.13

[21]Jamil Suprihatiningrum, op. Cit., h.28

[23]Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2005), h. 72-76

[24]Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30

[25]Ibid., 30-54

[26]K. H. Timotius, Kepemimpinan dan kepengikutan Teori dan Perkembangannya, (Yogyakarta:CV Andi Offset,2016), h. 15.

[27]Wahsumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h.83

[28]Fatah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.88

[29]E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.98

[30]Zenita Ika Ratna Ningsih, “Meningkatkan Work Angagement Melalui Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan Budaya Organisasi”, h. 9

[31] Wibowo, A, Manager & Leader Sekolah Masa Depan Profil Kepala Sekolah Profesional dan Berkarakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.64

[32]Eko Subagia, Pengaruh Gaya Kepemimpinan Tranformasional, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, dan Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan, Vol. 17, No.1, 2021, h. 54-56

[33]Kuswaeri Iwa, “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02, 2016, h. 6

[34] Kuswaeri Iwa, “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02, 2016, h. 6

[36]Leithwood, K (Deria), Leadership ForSchool Restructing, Educational Administration. 2018

0 comments:

Post a Comment