BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakansuatu proses yang sangat
pentingbagikehidupanmanusia,karenapendidikanmenjaditolakukurkemajuansuatubangsa.
Pendidikan yang berkuakitasakanmenjadikanhuman capitalsebagaiinvestasi
yang bermanfaatbagikemajuanbangsa. Sebaliknya, Pendidikan yang
tidakberkualitasakanmenghambatkemajuansuatubangsa.
UUD
1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.[1]
Demikian pula yang dinyatakan dalam UUD 1945 pasal 3,bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.[2]
Dalam hal ini Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, megevaluasi, peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran
bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya untuk mencapai suatu tujuan.Peran
guru tidak hanya mentransfer pengetahuannya, tetapi guru juga berperan di dalam
pembentukan karakter anak untuk mencapai kedewasaannya. Untuk mengetahui
keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya
adalah motivasi yang dapat menggerakan faktor-faktor yang lain dan pada
akhirnya dapat menciptakan kinerja yang berkualitas. Seorang guru dituntut
untuk dapat memberika kontribusi yang sangat besar terhadap pendidikan
dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar. Hal tersebut disebabkan oleh
berbagai faktor salah satunya adalah motivasi guru dalam bekerja.
Kemudian dalam perannya guru
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda pada guru yang lain demikian halnya
dengan masalah-masalah yang diembannya. Sehingga memerlukan perhatian dan
pelayan khusus dari kepala sekolah sebagai pimpinannya. Karena pada kenyataanya
terdapat perbedaan kebutuhan yang ingin dipenuhi dan perbedaan masalah yang
ingin diselesaikan, hal tersebut akan membawa dampak pada perbedaan motivasi
kerja mereka sebagai pengajar dan pendidik. Dalam hal ini kepala sekola
berperan sebagai motivator bertugas membentuk lingkungan dan suasana kerja yang
kondusif, sikap staf yang disiplin, membangun prinsip penghargaan kinerja staf
dan mengimplementasikan hukuman yang sistemik.
Motivasi merupakan daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama ,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai tujuan.
Berbicara mengenai motivasi kerja, penelitian yang dilakukan oleh Zainoedynn
menyimpulkan bahwa motivasi kerja staf seperti sikap menyatu dengan pekerjaan,
bertanggung jawab secara kreatif dan inovatif, kemauan memperhitungkan dan
menanggung resiko, semangat kerja sama, optimisme berkarir, rasa memiliki dan
keinginan umpan balik berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja
mereka. Penelitian tersebut mengindikasikan, bahwasannya motivasi kerja yang
dimiliki pegawai ikut memiliki andil dalam prestasi kerjanya. Meskipun pada
dasarnya motivasi kerja sudah dimiliki oleh setiap pegawai, bukan berarti
pemimpin “bebas tugas”. Artinya, pemimpin berperan secara emosional dalam
merangsang motivasi kerja mereka agar grafiknya
tidak menurun. Upaya pemimpin ini menjadi penting, terutama bagi pegawai
dngan motivasi kerja rendah.
Dirjen guru dan tenaga kependidikan
(GTK), kemendikbud, Supriono menyatakan”kalau siswa ingin pintar tergantung
gurunya, tetapi kalau sekolah itu mau bagus dan sekolah itu mau baik tergantung
kepala sekolahnya”.[3]Berdasarkan
uraian tersebut kita dapat mengetahui peran kepala sekolah ialah orang yang
mampu mengarahkan serta memotivasi para guru, dan guru adalah salah satu
seorang yang berperan membentuk karakter sesuai dengan apa yang diarahkan
seorang pemimpin atau kepala sekolah.
Bupati wonosobo, Eko Purnomo menyatakan bahwa kepala sekolah
dituntut harus memfokuskan diri, dalam memikirkan upaya untuk mengembangkan
sekolah yang dipimpinnya dan juga peningkatan kualitas pendidikan disekolah
masing-masing, itu adalah tugas dan tanggung jawab kepala sekolah. Kualitas dan
kemajuan sekolah dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolahnya.[4]
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil intisari bahwa kepala sekolah
harus memfokuskan dirinya dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya dengan
cara kepala sekolah mampu memotivasi SDM nya untuk mengetahui peran serta
tujuan dari sekolah yang ingin dicapai.
Dari hasil observasi pendahuluan
yang penulis lakukan bersama Pak Agus Budianto selaku bidang kesiswaan pada
tanggal 8 oktober 2019 di ruang guru SMK AL-IKHWANIYAH , terdapat faktor-faktor
yang menyebabkan kurangnya motivasi kerja dari seorang guru, beberapa masalah
yang terdapat di SMK AL-IKHWANIYAH adalah terkait kurangnya jam mengajar yang
diberikan oleh sekolah. Hal tersebut menyebabkan kurangnya kebutuhan yang
diperlukan oleh guru, terutama guru non-sertifikasi. Hal lain dari pemasalahan
yang ada adalah kurangnya komunikasi dari seorang kepala sekolah kepada para
guru, hal tersebut menyebabkan kurangnya emosional antara kepala sekolah dengan
para guru dan itu pula yang menyebabkan terhambatnya program yang telah
terprogram oleh sekolah. Hal tersebut juga bisa berdampak bagi SMK
AL-IKHWANIYAH yang sudah memiliki
program yang berjalan dengan baik, diantaranya adanya perbedaan yang dirasakan
siswa. Yang mereka rasakan mendapat pengajaran yang berbeda dalam hal pembawaan
belajar oleh guru SMK AL-IKHWANIYAH
diakibatkan hal tersebut. Karena permasalahan kepala sekolah dalam
menanggulangi masalah yang terjadi antara para siswa SMK AL-IKHWANIYAH dengan
sekolah lain.
Selain
itu ada banyak faktor yang mempengaruhi dunia pendidikan diantaranya adalah
kepemimpinan yang dipraktikan oleh seorang kepala sekolah. Seorang kepala
sekolah adalah seorang pemimpin yang akan menentukan langkah-langkah pendidikan
dilingkungan sekolah. Kepemimpinan menjadi satu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan suatu organisasi. Dengan demikian kemampuan memimpin secara efektif
merupakan kunci untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Agar kegunaan
proses belajar mengajar disekolah dapat berjalan dengan baik, maka harus ada
seorang pemimpin yang dapat mengatur dan mengelola sekolah tersebut atau dapat
disebut sebagai “Kepala Sekolah”.
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh
kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian
yang dapat menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif
dengan anggota organisasinya. Seperti halnya tertuang dalam Permendikbud Nomor
6 tahun 2018 pasal 18 bahwa kepala sekolah memberikan penilaian prestasi kerja
secara berkala setiap tahun meliputi sasaran kerja pegawai (SKP), perilaku dan
kehadiran.[5]Kesuksesan
atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah satunya
adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang
sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta dan pendorong
bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut memiliki
kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan apa yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Sejalan
dengan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kepemimpinankepala sekolah dengan
motivasi kerja guru merupakan faktor yang cukupmenentukan tingkat keberhasilan
pendidikan sekolah. Atas dasar pemikirantersebut, peneliti merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang“Pengaruh Kepemimpinan TransformasionalTerhadap
Motivasi Kerja Guru di SMK AL-IKHWANIYAH”
Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut:
1. Masih kurangnya kesadaran dari
pribadi setiap guru dalam melaksanakan kinerjanya
2. Perlu adanya motivasi dari kepala
sekolah untuk meningkatkan kinerja guru
3. Masih rendahnya komunikasi antara
kepala sekolah dengan guru
Agar pembatasan hasil penelitian ini
tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini agar hasil
penelitian lebih fokus pada satu masalah dan dapat mendalami permasalahan
tersebut. Oleh karena itu penilitian ini akan berfokus pada Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional terhadap Motivasi Kerja Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.
Dari pembatasan masalah diatas, maka
masalah yang hendak dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah terdapat pengaruh antara kepemimpinan
transformasional kepala sekolahdengan motivasi kerja guru di SMK
AL-IKHWANIYAH?”
Tujuan dari adanya penelitian ini
adalah untuk menggali lebih lanjut dan memberikan informasi secara empiris
tentang seberapa besar pengaruh antara kepemimpinan transformasional terhadap
motivasi kerja guru.
1.
Kegunaan secara teoritis
a. Untuk mengembangkan pengetahuan
mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja guru.
b. Untuk mengembangkan wawasan mengenai
hubungan kepemimpinan transformasional dengan motivasi kerja guru di SMK
AL-IKHWANIYAH.
2.
Kegunaan secara praktis
a. Sebagai bahan masukan atau input
bagi SMK AL-IKHWANIYAH agar mampu mengambil langkah-langkah tepat bagi kepala
sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas kerja guru melalui motivasi kerja
guru.
b. Memberi dorongan kepala sekolah
untuk meningkatkan kinerja gurudengan motivasi yang nantinya dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Motivasi Kerja Guru
Banyak pandangan
para ahli yang memaparkan tentang motivasi. Berikut penulis rangkum terkait
motivasi yang dikemukakan oleh para ahli dengan pengertian motivasi. Menurut Abraham maslow motivasi di bagi
menjadi lima tingkatan yaitu “kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan social, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri“. [6]
Menurut hamzah b uno
merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku. [7]
Menurut wibowo motivasi merupakan keinginan untuk bertindak pada setiap orang
.setiap orang dapat termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda.[8]
Berdasarkan paparan
para ahli diatas bahwasannya motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan
seseorang yang dapat menimbulkan semangat serta dorongan dalam melaksanakan
suatu kegiatan.
Motivasi yang berada
dalam diri seseorang perlu untuk selalu ditingkatkan. Tanpa adanya motivasi
seseorang tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu pun dengan
orang yang bekerja, motivasi sangat diperlukan. Orang yang memiliki motivasi
akan selalu berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu dan sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Oemar Hamalik bahwa fungsi motivasi
yaitu: (a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. (b) Motivasi berfungsi
sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang
diinginkan. (c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebegai
mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.[9]
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi kerja guru yaitu
sebagai penggerak yang mendorong guru untuk melakukan pekerjaan yang telah
menjadi tugasnya, menentukan arah perbuatan sesuai denngan rangkaian tujuan
yang telah dirumuskan, dan meyeleksi perbuatan dengan menyisihkan
kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat dalam penyelesaian pekerjaan.
Terdapat banyak
pengertian tentang motivasi. Berikut pengertian motivasi menurut para ahli :
Menurut Greenberg
dan Baron dalam Wibowo, dijelaskan bahwa motivasi merupakan serangkaian proses
yang membangkitkan (arouse),
mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada
pencapaiantujuan.[10] Kemudian Suparyadi memaparkan bahwa motivasi
adalah dorongan yang disebabkan oleh suatu kebutuhan (karsa) yang menggerakkan
da mengarahkan perilaku individu guna mencapai tujuan atau insentif tertentu.[11]
Menurut Wilson
motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang
lain agar berperilaku secara teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer
untuk mempengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan.[12]Hal yang senada juga dipaparkan oleh
Sedarmayanti bahwa motivasi merupakan kesediaan megeluarkan tingkat upaya
tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
untuk memenuhi kebutuhan individual.[13]
Dari beberapa uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sebuah dorongan yang
muncul untuk membangkitkan dan mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan tujuan tertentu. Motivasi merupakan salah satu strategi
pimpinan agar karyawannya mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan
yang diharapkan. Dan memotivasi bawahan merupakan salah satu tanggung jawab
seorang pemimpin.
Sebagai sosok yang dipanuti oleh peserta
didiknya guru harus mampu menerapkan kedisiplinan untuk dirinya dan peserta
didiknya. Apabila kedisiplinan pada diri seorang guru belum diterapkan maka hal
tersebut juga akan menjadi sulit bila diterapkan pada peserta didiknya.
Kedisiplinan akan terwujud dengan pembiasaan dan menumbuhkan kesadaran seluruh
elemen sekolah untuk mentaati tata tertib sekolah. Guru yang memiliki motivasi
kerja tinggi tentu akan melakukan pekerjaannya lebih dari sekedar formalitas
dan rutinitas saja, tentu hal tersebut akan berdampak pada produktivitas
sekolah.
Motivasi sering kali dikatakan menjadi kunci
bagi kreativitas kerja. Kreativitas kerja dapat ditingkatkan dengan motivasi
kerja yang tinggi, pengetahuan, dan keahlian dalam melakukan tugas dan peran
positif yang dimiliki seseorang.
Menurut Stephen P.Robbins dan Mary Counter
dalam Suwatno dan Doni, menyatakan motivasi kerja sebagai kesediaan untuk
melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasian yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu.[14]
Dalam hal ini, motivasi bukanlah ciri pribadi
dalam artian beberapa yang memilikinya, sedangkan yang lainnya tidak. Karena
hakikatnya motivasi adalah akibat dari interaksi dari individu dan situasi.
Dengan demikian, motivasi antara satu guru dengan guru lainnya akan berbeda,
dan perbedaan motivasi akan menimbulkan perbedaan kinerja antara satu sama
lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
guru memberikan fungsi mendorong guru untuk bertindak, menentukan arah
perbuatan, menyeleksi perbuatan, dan penggerak pada diri guru dalam mencapai
tujuan yang dikehendakinya.
5.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
a)
Faktor Intern
Faktor intern
yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi ialah sebagai berikut :
1) Keinginan untuk dapat hidup
Keinginan untuk tetap hidup seperti kebutuhan
untuk memperoleh kompensasi yang memadai, pekerjaan yang tetap walaupun
penghasilan tidak begitu memadai, dan kondisi kerja yang aman dan nyaman.
2) Keinginan
untuk dapat memiliki
Keinginan untuk memiliki sesuatu dapat mejadi
pendorong seseorang mencapainya.
3)
Keinginan utuk memperoleh penghargaan
Seseorang mau bekerja disebabkan oleh adanya
keinginan untuk dihargai dan dihormati dengan orang lain.
4)
Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Keinginan untuk memperoleh pengakuan dapat
diperinci seperti adanya penghargaan terhadap prestasi, adanya hubungan kerja
yang harmonis dan kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana.
5)
Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong
seseorang untuk bekerja. Seseorang akan bekerja lebih giat sampai ia memperoleh
kekuasaan yang ia inginkan.
b)
Faktor Ekstern
1)
Kondisi lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang aman dan nyaman tentu
akan membantu karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Namun jika
sebaliknya, tentu karyawan akan merasa cepat lelah dan menurunkan kreativitas
karyawan.
2)
Kompensasi yang memadai
Kompensasi yang memadai tentu akan menjadi
pendorong bagi karyawan untuk bekerja dengan baik. Apabila kompensasi kurang
memadai hal tersebut menjadi penyebab karyawan kurang tertarik untuk bekerja
keras, dan memungkinkan mereka bekerja tidak tenang.
3)
Supervisi yang baik
Posisi supervisi sangat dekat dengan karyawan.
Karena fungsi supervisi adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan,
agar dapat melaksanakan kerja dengan baik dan benar.
4)
Adanya jaminan pekerjaan
Apabila perusahaan memberikan jaminan karier
yang jelas maka karyawan mau bekerja secara optimal dan mengorbankan apa yang
ada pada dirinya untuk perusahaan. Karena mereka bekerja tidak hanya untuk hari
ini saja.
5)
Status dan tanggung jawab
Dengan menduduki jabatan, seseorang akan
merasa bahwa dirinya dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang yang besar
untuk melakukan kegiatan-kegiatan.
6) Peraturan yang fleksibel
Biasanya peraturan bersifat melindungi dan
dapat memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik..
6.
Indikator Motivasi Kerja
Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah lakunya.
Guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan membutuhkan motivasi kerja baik
dari diri sendiri maupun dari luar. Guru akan bersemangat melakukan segala
aktivitas ketika dalam dirinya telah ada motivasi kerja yang tinggi, motivasi
yang selalu mengandung pengertian yang sesuai dengan apa yang mendasarinya,
motivasi kerja guru berarti sebuah motivasi yang mendasari guru dalam
melaksanakan pekerjaannya.Menurut Pupuh Fathurrohman & AA Suryana
indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru meliputi:
a)
Imbalan yang layak
Kepuasaan guru menerima imbalan atau gaji yang
diberikan lembaga dapat menentukan motivasi kerja. Guru degan gaji yang tidak
sesuai dengan beban kerja yang diberikan membuat motivasi kerja akan menurun.
Sebaliknya, guru dengan gaji yang sesuai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup akan
selalu termotivasi dalam melakukan berbagai pekerjaan.
b) Kesempatan untuk promosi
Promosi jabatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi
kerja. Banyaknya kesempatan promosi jabatan yang diberikan lembaga pendidikan
kepada guru akan berdampak pada keinginan guru untuk meningkatkan kualitas
kerja.
c)
Memperoleh pengakuan
Sebuah
pengakuan dari pihak lembaga terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
guru akan memberikan dampak bagi peningkatan motivasi kerja guru. Pekerjaan
yang selalu diakui membuat guru selalu memperbaiki dan menyelesaikan tugas
lebih baik dari yang sebelumnya.
d)
Keamanan bekerja
Lingkungan kerja yang aman sangat diharapkan oleh semua orang termasuk
guru. Lingkungan sekolah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan akan membuat guru mampu bekerja denngan maksimal.[15] Sedangkan Hamzah B. Uno menyebutkan bawa
indikator motivasi kerja guru tampak melalui:[16]
1)
Tanggung Jawab dalam melakukan pekerjaan
Guru yang memiliki motivasi yang tinggi
terlihat dari tanggung jawabnya dalam melakukan pekerjaan. Guru akan
menyelesaikan pekerjaan dengan hasil maksimal sesuai dengan batas waktu yang
telah ditentukan. Guru akan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran sesuai peraturan yang berlaku.
2)
Prestasi yang dicapainya
Prestasi yang diperoleh guru memperlihatkan
bahwa guru tersebut memiliki motivasi kerja yang tinggi. Prestasi tersebut
dapat berupa penghargaan dari kepala sekolah, lembaga pendidikan, maupun karya
yang diciptakan.
3)
Pengembangan diri
Guru dalam menjalankan profesinya sangat perlu
untuk melakukan pengembangan diri. Keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan
yang diadakan oleh lembaga pendidikan menunjukkan bahwa guru memiliki antusias
sehingga tercipta motivasi kerja yang tinggi.
4)
Kemandirian dalam bertindak
Seseorang yang sudah masuk dalam usia
produktif tentu memiliki sikap mandiri dalam bertindak. Kemandirian ini
tercermin pada sikap guru yang selalu mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
meskipun tidak diperintah. Guru secara sadar mengerjakan pekerjaan yang menjadi
kewajibannya.
Motivasi kerja guru menurut Hamzah B. Uno juga
memiliki dua dimensi yaitu: 1) dimensi dorongan internal, dan 2) dimensi
dorongan eksternal. Adapun dimensi dan indikator motivasi kerja guru
sebagaimana disebutkan dalam tabel 2.1[17]
Tabel 2.1 Dimensi
dan Indikator Motivasi Kerja Guru
Dimensi |
Indikator |
Motivasi Internal |
- Tanggung jawab guru dalam melaksanakan
tugas - Melaksanakan tugas dengan target yang
jelas - Memiliki tujuan yang jelas dan menantang - Ada umpan balik atas hasil pekerjaan - Memiliki perasaan senang dalam bekerja - Selalu berusaha untuk mengungguli orang
lain - Diutamakan prestasi dari apa yang
dikerjakannya |
Motivasi Eksternal |
- Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kebutuhan kerjanya - Senang memperoleh pujian dari apa yang
dikerjakannya - Bekerja dengan harapan ingin memperoleh
insentif - Bekerja dengan harpan ingin memperoleh
perhatian dari teman dan atasan |
Sumber : Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja guru diukur dari dua dimensi, yaitu motivasi internal dan
motivasi eksternal. Motivasi internal meliputi melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab dan target yang jelas, memiliki perasaan senang dalam bekerja,
dan selalu berusaha mengungguli orang lain. Motivasi eksternal meliputi
keamanan bekerja, bekerja dengan harapan memperoleh insentif, dan bekerja
dengan harapan memperoleh perhatian dari teman atau pimpinan.
7.
Guru
a.
Pengertian Guru
Pendidikan dalam kehidupan manusia sejak zaman
dahulu hingga saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting.
Kebutuhan akan pendidikan sudah tidak dapat kita pungkiri lagi, mengingat
manusia adalah makhluk yang selalu berkembang dan beradaptasi. Salah satu cara
manusia beradaptasi adalah dengan cara belajar. Belajar dalam hal ini ialah
dimaksudkan belajar di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam lembaga
pendidikan yang kemudian disebut sekolah terdapat banyak unsur atau pihak yang
terlibat. Pihak yang terlibat dalam sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru,
siswa, tenaga kependidikan, dan warga sekolah.
Guru di dalam sekolah memiliki posisi yang
sentral. Di dalam sekolah guru diposisikan sebagai seseorang yang harus mampu
mendidik siswa sesuai tujuan pendidikan. Guru merupakan sebuah profesi yang
memerlukan keahlian khusus. Profesi ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki keahlian untuk mengerjakannya. Profesi guru tentu memerlukan
syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai
seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan.
Profesi ini juga memerlukan pembinaan agar senantiasa guru dapat terus berada
pada jalur keprofesionalitasannya. Berikut ini pengertian guru menurut para
ahli :
Guru merupakan pewaris nabi. Karena inti dari
tugas guru ialah menyelamatkan masyarakat dari kebodohan, sifat, serta perilaku
buruk yang menghancurkan masa depan mereka. Sebagai pewaris nabi, guru harus
memaknai profesinya sebagai amanat Allah untuk mengabdi kepada sesama dan
berusaha melengkapi dirinya dengan empat sifat utama para nabi, yaitu sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh
(mengajarkan semuanya sampai tuntas),dan fathanah (cerdas). Apabila keempat sifat tersebut sudah tertanamkan
pada diri seorang guru maka dapat dipastikan profesi guru dapat dijalankan
secara profesional.[18]
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang
memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan
mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai
tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.[19]
Guru adalah ujung tombak dalam proses belajar
mengajar. Karena gurulah yang berinteraksi secara langsung dengan siswa di
dalam kelas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan membutuhkan guru yang tidak
hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi
juga pendidik.[20]
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa guru adalah sebuah profesi yang memerlukan keterampilan
khusus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tugas
utamanya tidak hanya sebatas mengajar tetapi juga mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
formal.
b.
Peranan Guru
Masih ada sebagian orang yang berasumsi bahwa
peranan guru hanya sebatas mendidik dan mengajar. Padahal bila dipelajari lebih
lanjut, tentu peranan guru lebih dari itu. Berikut peranan guru menurut para
ahli: Menurut Jamil, dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan
administrasi pendidikan, guru berperan sebagai berikut:
1)
Pengambil
inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan.
2)
Wakil
masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan
kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
3)
Seorang
pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya.
4)
Penegak
disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin.
5)
Pelaksana
administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat
berlangsung dengan baik.
6)
Pemimpin
generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan
siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan.
7)
Penerjemah
kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan
ilmu pengetahuan dann teknologi kepada masyarakat.[21]
Sedangkan
menurut Rusman peranan guru yang paling dominan yaitu guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator, guru sebagai evaluator, guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah[22]
Hal yang
serupa juga dikemukakan oleh Adams & Dickley yang penulis kutip dari buku
cetakan Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, bahwa peran
guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
1)
Guru sebagai pengajar
Guru bertugas memberikan pengajaran di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar
terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi,
dan lain sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.
2)
Guru sebagai pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka
mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal
diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3)
Guru sebagai pemimpin
Seorang guru memiliki kewajiban untuk mengadakan supervisi atas
kegiatan belajar mengajar, membuat rencana pengajaran, melaksanakan manajemen
kelas, mengatur disiplin kelas. Selain itu guru juga harus memiliki jiwa
kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi,
ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.
4)
Guru sebagai ilmuwan
Guru dipandang sebagai seorang yang paling berpengetahuan, ia tak
hanya berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi juga
berkewajiban mengembangkan pengetahuannya dan terus menerus memupuk pengetahuan
yang dimilikinya. Guru juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang kian
berkembang dengan pesat.
5)
Guru sebagai pribadi
Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi
oleh peserta didiknya, orang tua, dan oleh masyarakat. Tegasnya setiap guru
perlu memiliki sifat-sifat pribadi, baik untuk kepentingan jabatan maupun untuk
kepentingan dirinya sendiri sebagai warga negara.
6)
Guru sebagai penghubung
Sekolah berdiri diantara dua hal, yakni disatu pihak memiliki tugas
untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan, dipihak lain
sekolah juga memiliki tugas untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat
dan tuntutan masyarakat.
7)
Guru sebagai pembaharu
Seiring berkembangnya zaman ilmu dan teknologi juga semakin
berkembang. Oleh sebab itu guru wajib menyampaikan pembaharuan kepada peserta
didiknya agar jiwa pembaharu tertanam pada diri peserta didik.
8) Guru sebagai pembangunan
Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan
kegiatan-kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu.[23]
Berdasarkan
pendapat dari para ahli yang sudah penulis paparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa peranan guru ialah sebagai sosok panutan yang mampu mengubah aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini guru perlu membimbing
dan membina siswa agar senantiasa perubahan yang terjadi pada diri siswa ialah
perubahan menuju arah yang lebih baik.
8. Syarat-syarat Guru
Profesional
Dalam
perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis
kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu: kompetensi
pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.[24]
Berikut ini
penjelasan terkait kompetensi guru yang mencakup empat hal yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
a.
Kompetensi Pedagogik, merupakan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik.
b.
Kompetensi Kepribadian, merupakan
kemampuan seorang guru dalam mengendalikan proses pembelajaran di kelas.
c.
Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan
seorang guru dalam bergaul dengan lingkungan sekolah maupun dengan masyarakat
sekitar.
d.
Kompetensi Profesional, merupakan
kemampuan seorang guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkanya dalam membimbing
peserta didik untuk memenuhi standar kompentensi yang telah ditetapkan
dalam standar nasional pendidikan.[25]
Oleh sebab itu guru diharapkan dapat
menguasai keempat kompetensi tersebut, guru harus belajar dengan
sungguh-sungguh karena menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, disela-sela
kesibukan seorang guru dalam mendidik ia juga harus dituntut belajar dengan
tekun untuk mendalami empat kompetensi tersebut, sehingga keempat kompetensi
yang sudah ditetapkann oleh negara dapat dipenuhi secara optimal.
B. Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kerja guru adalah kepemimpinan
kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mambawa lembaganya ke arah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan mampu melihat adanya perubahan
serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan globalisasi yang lebih baik.
Menurut
pendapat K. H. Timotius dalam bukunya, Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan atau kekuasaan yang digunakan oleh
pemimpin untuk menggerakkan para pengikutnya untuk mencapai visi atau tujuan
organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk menggerakkan pengikut, antara lain
memotivasi atau membujuk pengikut, menjadi teladan, menerapkan reward, memaksa dengan hukuman, dan Public speaking. Semua pendekatan
tersebut bisa diterapkan tergantung pada situasi dan kondisinya.[26]
Pada uraian tersebut dapat dipahami bahwa seorang pemimpin yang memiliki kuasa
kepada para anggotanya dalam menggerkan visi serta misi yang ingin dicapai,
pemimpin harus paham pendekatan serta memahami emosional para bawahan untuk
mencapai tujuan organisasi yang diharapkan.
Menurut
Wahjosumidjo, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga
fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.[27]
Sedangkan menurut Nanang Fattah bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan.[28]
Berdasarkan
pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah adalah seorang pemimpin yang dimana sebagai penggerak dalam suatu
sekolah yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, menyelenggarakan
proses belajar mengajar dan menentukan kebijakan bagi seluruh warga sekolah.
Kepemimpinan
kepala sekolah pada hakikatnya adalah kepala sekolah yang memahami dan
menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang efektif. Dengan
kepemimpinan kepala sekolah diharapkan mampu untuk menggerakan, memotivasi,
mempengaruhi, mengarahakan serta membimbing seluruh elemen yang berada di dalam
sekolah agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik.
Menjadi
seorang kepala sekolah merupakan sebuah pengabdian yang sangat besar terhadap
suatu sekolah. Karena kepala sekolah memiliki peranan dan fungsi yang sangat
penting dalam sebuah sekolah. Adapun peranan atau fungsi kepala sekolah menurut
Mulyasa adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator, dan motivator atau disingkat EMASLIM.[29]
Kepala
sekolah sebagai motivator harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada tenaga pendidik dan kependidikan dalam melakukan tugas dan
fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar.
Fungsi
kepemimpinan kepala sekolah sebagai motivator diharapkan mampu untuk
menggerakkan tenaga pendidik maupun kependidikan untuk terus memotivasi dirinya
agar meningkatkan kemampuan dan juga kinerjanya dalam melakukan tugasnya sebagai
seorang guru demi mewujudkan cita-cita sekolah yang diharapkan dan juga
meningkatkan mutu pembelajaran.
3. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Kepala
sekolah sebagai pemimpin memiliki beberapa gaya kepemimpinan yang diterapkan,
salah satunya yaitu kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan
transformasional mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisasi visinya. Menurut Munandar,
menyebutkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang
berusaha untuk mengubah perilaku bawahan agar memiliki kemampuan dan motivasi
tinggi, serta berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu untuk
mencapai tujuan bersama.[30]
Sedangkan
Wibowo mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah
gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian kesempatan, dan mendorong semua
unsur yang berada di dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang
luhur.[31]
Semua unsur dalam sekolah (guru, siswa, pegawai, orang tua, masyarakat, dan
sebagainya) bersedia tanpa paksaan, perpartisipasi secara optimal dalam
mencapai tujuan sekolah.
Kepemimpinan
Transformaional merupakan salah satu model kepemimpinan dari sekian banyak
model, melalui model kepemimpinan transformasional segala potensi organisasi
pembelajaran dapat ditransformasikan menjadi aktual dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi. kepemimpinan transformasional kepala sekolah cenderung
memanusiakan manusia melalui berbagai macam cara memotivasi dan memperdayakan
fungsi dan peran guru untuk mengembangkan dan pengembangan diri bagi guru itu
sendiri menuju aktualisasi kinerja yang lebih baik.
Kepemimpinan
transformasional merupakan kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan
organisasi sekolah yang menginspirasi pengikutnya untuk mengutamakan
kepentingan sekolah, mengarah pada kinerja superior dalam organisasi yang
sedang menghadapi tuntutan pembaharuan. Seorang kepala sekolah dapat
mentransformasikan bawahannya melalui empat cara berikut:
a) Idealized Influence
Merupakan perilaku pemimpin yang
dianggap sebagai panutan oleh pengikutnya. Kepala sekolah transformasional
memberikan contoh dan bertindak sebagai role model positif dalam berperilaku,
sikap, prestasi, maupun komitmen bagi guru. Kepemimpinan transformasional
kepala sekolah memberi kepercayaan penuh serta menanamkan rasa bangga terhadap
guru di sekolah.
b) Inspiration Motivation
Pemimpin transformasional
memotivasi dan menginspirasi karyawannya dengan jalan mengkomunikasikan harapan
tinggi dan tantangan kerja secara jelas.
c) Intellectual Stimulation
Pemimpin mendorong pengikutnya
untuk mengeksplorasi cara-cara baru untuk melakukan sesuatu dan kesempatan baru
untuk belajar. Pemimpin mendorong pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan
kreatif.
d) Individualized Consideration
Pemimpin transformasional menjaga
alur komunikasi tetap terbuka sehingga pengikutnya merasa bebas untuk berbagi
ide dan agar pemimpin dapat secara langsung untuk mengetahui kontribusi
pengikutnya.[32]
Berdasarkan
uraian tersebut, kepemimpinan transformasional kepala sekolah mampu membawa
pengikutnya (guru) ke arah positif untuk dapat mengembangkan sekolah dan juga
mengembangkan potensi guru itu sendiri melalui sikap, prestasi, dan juga
komitmen yang diperlihatkan oleh kepala sekolah sebagai motivator. Kepemimpinan
transformasional kepala sekolah mampu memberikan motivasi,arahan serta
pengawasan kepada bawahan dalam melakukan pekerjaan untuk tercapainnya mutu
serta kualitas sekolah tersebut.
4. Ciri-Ciri dan Sifat Kepemimpinan Transformasional
Menurut
Bass dan Avolio ciri-ciri Kepemimpinan Transformasional adalah:[33]
a. Senantiasa
merangkul hambatan atau halangan yang terdapat dalam organisasi
b. Suka
berbagi kekuasaan kepada pengikut-pengikut
c. Melatih,
menasihati, dan memberi jawaban untuk kemajuan organisasi dan berkembangnya karir
pengikut-pengikutnya
d. Berusaha
memperhitungkan tahap keperluan dan kemauan pengikut-pengikut supaya lebih
bertanggung jawab
Sedangkan kepemimpinan trasnformasional dikaitkan
dengan beberapa dimensi, seperti:[34]
a. Sifat-sifat
karismatik, yaitu: gabungan ciri-ciri dan tingkah laku unggul pemimpin. Sifat
karismatik, merupakan salah satu sifat terpenting dalam transformasi diartikan
sebagai, ciri pribadi luar biasa yang di anugerahkan kepada seseorang individu
yang menyebabkan beliau berbeda daripada orang biasa.
b. Sifat-sifat
kekuatan membangkitkan inspirasi, yaitu: dimana pemimpin mencetuskan ilham para
bawahan dengan memberi peramgsang dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai
secara menarik dan meyakinkan.
c. Kemahiran
merangsang intelektual bawahan secara aktif dengan memberi dorongan kepada para
bawahan supaya mengkaji dan menilai keadaan lama, mengikut perspektif yang
baru.
d. Bersifat
tenggang rasa secara individu, yaitu: member perhatian secara individu dengan
memberi penekanan kepada puncak-puncak keperluan yang dapat menimbulkan
kepuasan kepada pengikut-pengikut.
5. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah
Menurut
Isnawati, paradigma kepemimpinan transformasional meliputi tujuh prinsip untuk
menciptakan kepemimpinan yang sinergis yang terdiri dari simplifkasi, motivasi,
fasilitasi, inovasi, mobilitas, siap siaga, dan tekad.[35]
a. Simplifikasi,
hal pertama yang penting untuk diimplementasikan yaitusebuah visi yang akan
menjadi cermin dan tujuan bersama, serta kemampuan dan keterampilan dalam
mengungkapkan visi secara jelas, praktis, dan tentu saja transformasional.
b. Motivasi,
kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap
visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Ketika
pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di d alam sekolah,
berarti pemimpin tersebut dapat mengoptimalkan motivasi dan memberi energi
kepada bawahannya.
c. Fasilitasi,
kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam
sekolah, hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual
dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.
d. Ivonasi,
kemampuan secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan apabila
diperlukan dan menjadi tuntutan dengan perubahan yang terjadi.
e. Mobilitas,
kemampuan pengarahan semua sumber dayayag berada di dalam sekolah untuk
melengkapi serta memperkuat setiap orang yang terlibat dalam mencapai visi dan
tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh
dengan tanggungjawab.
f. Siap
siaga, kemampuan untuk selalu siap belajar tetang diri mereka sendiri dan
menyambut perubahan dengan paradigma yang positif.
g. Tekad,
tekad yang bulat untuk selalu sampai akhir, tekad untuk menyelesaikan sesuatu
dengan baik dan tuntas. Untuk itu perlu didukung oleh pengembangan disiplin
spiritualitas, emosi dan fisik serta komitmen.
Prinsip-prinsip
yang sudah diuraikan di atas merupakan dasar untuk kepala sekolah dengan model
kepemimpinan transformasional, dengan menjalankan prinsip tersebut kepala
sekolah memiliki keyakinan yang mendalam tentang apa yang ingin dicapai oleh
sekolah.
6. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah
Seorang
pemimpin berkewajiban untuk melakukan kegiatan pengendalian agar dalam usahanya
memengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organissinya selalu
terarah pada tujuan organisasi. Adapun karakteristik kepemimpinan
transformasional menurut Leitwood sebagai berikut:[36]
a. Mengembangkan
visi bersama bagi sekolah
Perilaku pimimpin yang dimaksud
adalah sikap untuk mengembangkan, mengartikulasikan dan menyalurkan visi serta
membuat para bawahannya memahami dan melakukan visi tersebut.
b. Membangun
konsensus tentang tujuan prioritas sekolah
Perilaku yang mampu mendorong
terjadinya kerjasama diantara para guru dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama.
c. Menciptakan
ekspektasi kinerja yang tinggi
Perilaku kapala sekolah yang
menunjukan ekspektasi yang tinggi terhadap guru supaya mampu bekerja secara
inovatif serta profesional demi menghasilkan hasil yag maksimal.
d. Menjadi
panutan tau model
Perilaku dan tindakan kepala
sekolah bisa menjadi teladan dan contoh yang baik bagi seluruh elemen sekolah
terutama bagi para guru.
e. Memberikan
dukugan
Perilaku keala sekolah dalam
memahami kemampuan dan ketertarikan para staf serta mencari tahu pemahaman para
guru terhadap suatu masalah serta memberi penghargaan atas kerja keras mereka.
f. Menyediakan
stimulus intelektual
Perilaku yang mengajak ara staf
untuk mencoba sesuatu yang baru serta mengkaji kembali asumsi-asumsi tentang
pekerjaan mereka dan memikirkan kembali bagaimana cara mewujudkan asumsi
tersebut.
g. Membangun
kultur sekolah
Perilaku kepemimpinan kepala
sekolah dengan yang mampu membangun norma sekolah, nilai, keyakinan, dan sikap
mendorong terciptanya sikap saling percaya dan perhatian antar para guru.
h. Membangun
struktur kolaboratif
Perilaku dengan memberikan
kesempatan kepada para guru dalam pengambilan keputusan terkait tugas-tugas
guru dan memberitahukan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut.
Penelitian
tentang kepemimpinan transformasional telah terdapat penelitian sebelumnya,
diantara penelitian yang membahas tentang hal tersebut ialah:
1.
Beta Kumalasari,
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru, (Skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2009). Hasil penelitian tersebut ialah
kepemimpinan transformasional kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif
signifikan dan kuat terhadap motivasi kerja guru dengan kontribusi sebesar 41,8%,
sedangkan sisanya 58,23% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam
penelitian ini. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang kepemimpinan transformasional,
menggunakan metode kuantitatif dengan tekhnik pengumpulan data yaitu
berasal dari 2 sumber yaitu dari data primer dan skunder. Pengumpulan data
primer yaitu dilakukan dengan tekhnik angket ( kuesioner). Perbedaan yang
berbeda dengan penelitian saya adalah terletak pada fokus penelitian, pada
penelitian ini tertuju untuk guru di SDIT Bina Amal Semarang, sedangkan pada
penelitian saya tertuju kepada Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.
2.
Roy Johan Agung
Tucunan, Wayan Gede Supartha, I Gede Riyana, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi dan Kinerja
Karyawan, (Ejurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Vol. 3 No. 9,
2014). Hasil penelitian tersebut ialah Kepemimpinan Transformasional (X1)
sebesar 0,588 dengan taras signifikan 0,000, hal tersebut berarti Kepemimpinan
Transformasional (X1)berpengaruh langsung positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan ( Y2). Demikian juga standardizet coefficients beta Variabel Motivasi Karyawan (Y1)
sebesar 0,363 dengan signifian 0,000, Hal tersebut berarti motivasi
karyawan-karyawan (Y1) berpengaruh langsung positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan (Y2). Persamaan dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi
Kinerja, sama-sama menggunakan metode kuantitatif. Perbedaan yang ada
diantaranya yaitu pada penelitian ini membahas tiga variabel, yaitu satu
Varaibel bebas (X) yaitu indikator Kepemimpinan transformasional , dan terdapat
dua Variabel Terikat (Y) yaitu indikator Motivasi Karyawan (Y1) dan
Kinerja Karyawan (Y2) sedangkan pada penelitian saya hanya terdapat
dua variabel yaitu variabel Bebas (X) Kepemimpinan Transformasional dan
Variabel Terikat (Y) Motivasi Kinerja guru. Fokus pada penelitian ini ditujukan
untuk Karyawan pada PT. Pandawa sedangkan pada penelitian saya tertuju pada
Guru di SMK AL-IKHWANIYAH.
3.
Ani Endarti
Diana Fatmala Sari, Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional Terhadap Motivasi Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Simo
Kabupaten Boyolali, (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Hasil
penelitian tersebut ialah uji koefisien determinasi diperoleh angka koefisien R
Square sebesar 0,929 atau 92,9%, artinya variabel kepemimpinan tranformasional
mampu menerangkan variasi variabel motivasi kerja pegawai di kantor Kecamatan
Simo Kabupaten Boyolali sebesar 92,9% dan sisanya 7,1% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang Pengaruh kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi
Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian
ini yaitu terletak pada fokus penelitian, pada penelitian ini ditujukkan kepada
pegawai di Kantor Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sedangkan pada penelitian
ditujukkan pada guru di SMK AL-IKHWANIYAH.
4.
Ratna Endah
Pamuji, Lantip Diat Prasojo, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah, Motivasi Kerja Guru dan Budaya Sekolah Terhadap Kedisiplinan Siswa di
Kabupaten Bantul, (E-journal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan Vol. 1, No.
1, 2013). Hasil penelitian tersebut ialahmenunjukkan tingkat hubungan antara
variabel X1 terhadap Y pada pearson
Correlation sebesar 0,398 atau (rx1y = 0,398). Variabel
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam fungsi regresi memiliki
koefisien sebesar 0,631, menjelaskan kedisiplinan siswa akan berubah sebesar
0,631 untuk setiap perubahan satu satuan kepemimpinan transformasional secara cateris paribus (variabel lain dianggap
tetap). Nilai positif menunjukkan peningkatan intensi penerapan kepemimpinan
transformasional dapat meningkatkan kedisiplinan siswa, demikian juga dengan
penurunannya dapat menurunkan kedisiplinan siswa selanjutnya dari persamaan
regresi dilakukan uji signifikansi pengaruh X1 terhadap Y dengan
cara membandingkan nilai probabilitas (p),
nilainya sebesar 0,000 kurang dari 0,05menandakan signifikan. Persamaan dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh kepemimpinan
Transformasional Terhadap Motivasi Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan
metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian ini yaitu terletak pada fokus
penelitian yaitu budaya sekolah terhadap kedisiplinan siswa, pada penelitian
ini ditujukkan kepada siswa se-Kabupaten Bantul sedangkan pada penelitian
ditujukkan pada guru di SMK AL-IKHWANIYAH.
5.
Siti
Inayatillah, Omon Abdurakhman, Rusi Rusmiati Aliyyah, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru di MA Miftahul Huda dan MA Fathan Mubina, (E-journal Ta’dibi Vol. 5
No.1, 2016) Hasil penelitian ini kepemimpinan transformasional kepala sekolah
di MAMiftahul Huda lebih besar yaitu 29,21 dibandingkan dengan kepemimpinan
visioner MA Fathan Mubina yaitu 15,48. Hal ini menunjukkan kepemimpinan
transformasional lebih baik jika dibandingkan dengan kepemimpinan visioner dari
segi kinerja guru. Hasil kepemimpinan transformasional selanjutnya dibuktikan
dengan hasil perhitungan Uji-T yangditunjukkan dari pertnyataan bahwa
meningkatnya kinerja guru karena kepemimpinan transformasional dengan nilai t
hitung sebesar 3,259 dan t tabel 2,048 dengan ketentuan taraf signifikan
5%. Maka hasil akhir perhitungan
menyatakan signifikasihipotesis yangdiajukan diterima. Dengan demikian terdapat
pengaruh antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja
Guru di Sekolah MA Miftahul Huda dan MA Fathan Mubina. Persamaan dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang Pengaruh kepemimpinan
Transformasional Terhadap Motivasi Kinerja Pegawai, Sama-sama menggunakan
metode Kuantitatif. Perbedaan Penelitian ini
terletak pada tempat penelitian, pada penelitian ini dilakukan pada dua
sekolah yaitu MA Miftahul Huda dan MA Fatan Mubina sedangkan pada penelitian
saya dilaksanakan pada satu sekolah yaitu di SMK AL-IKHWANIYAH.
Kepala
sekolah selaku pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Berkembangnya semangat kerja,
kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana
kerjasama yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesionalisasi diantara
banyak guru ditentukan pila oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah.
Untuk
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar, seorang Kepala Sekolah perlu
diterima dengan tulus dan ikhlas oleh guru-guru yang dipimpinnya. Sebagai
pemimpin dan kordinator sekolah kepala sekolah harus dan mampu mendengarkan saran dan gagasan dari para guru. Dengan demikian para guru
akan lebih merasa diakui keberadaannya dan secara tidak langsung menimbulkan
motivasi kerja yang baik pula. Dalam hal ini pemimpin berfungsi sebagai
motivator bagi pegawainya, agar mereka mau mengembangkan dirinya secara
optimal.
Kepala
sekolah yang berpikiran maju, akan menggunakan berbagai strategi yang juga
merupakan sutau inovasi untuk mendorong para guru berinovasi dan menularkan inovasi mereka
kepada guru lain disekolah tersebut. Pemimpin adalah seorang yang sadar akan
prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga ia berupaya
mengembanggkan jiwa kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap
guru dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi serta nilai-nilai moral seperti
kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti
keserakahan, kecemburuan dan dan kebencian.
Setiap
guru memiliki karakteristik khusus, khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal
tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari kepala sekolah selaku
pimpinannya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan
kinerjanya. Perbedaan antara satu guru dengan guru lain tidak hanya dalam
bentuk fisik tetapi juga dalam psikisnya, salah satunya adalah motivasi kerja
mereka. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk membangkitkan motivasi kerja
para guru dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Pemimpin
transformasional bertindak sebagai katalisator yang berperan meningkatkan
segala sumber daya manusia yang ada. Ia berusaha memberikan reaksi yang
menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin. Dengan
kepemimpinan transformasional yang dilakukan dengan baik oleh kepala sekolah,
maka akan meningkatkan motivasi kerja dari para guru untuk menyelesaikan
tugas-tugas mereka menjadi lebih optimal.
Berdasarkan
kerangka berfikir di atas, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
Ho :
Tidak terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
motivasi kinerja guru di SMK AL-IKHWANIYAH
H1 : Terdapat
pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kinerja
guru di SMK AL-IKHWANIYAH
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil uraian keseluruhan dalam penulisan ini maka
didaparkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kepepmimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dengan variabel Motivasi
Kerja Guru. Hal ini terbukti dapat dijelaskan beberapa temuan hasil penelitian
sebagai berikut:
1.
Motivasi
kerja guru di SMK AL IKHWANIYAH berada dalam kategori sedang, hal ini
membutikan bahwa masih ada aspek kinerja guru yang belum bagus seperti halnya
penguasaan metode pembelajaran. Masih ada guru yang belum menguasai metode
pembelajaran yang mengakibatkan penggunaan metode yang monoton.
2.
Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah berada pada kategori sedang, hail ini
menunjukkan bahwa kepala sekolah masih belum optimal dalam mempertimbangkan
pendapat guru dalam membuat keputusan sehingga mengakibatkan kurang
demokratisnya pengambilan keputusan.
3.
Hasil
pengajuan hipotesis penelitian memnunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru.
Pengaruh tersebutsebesar 59,5%, dan sisanya 40,5% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan
temuan-temuan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru
dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan transformasional kepala sekolah Semakin baik kepemimpinan transformasional
yang dilakukan oleh kepala sekolah, maka akan semakin meningkatkan motivasi
kerja guru.
Dalam
penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, untuk itu penulis memberikan saran
dan masukan untuk menjadi pertimbangan pengambilan keputusan atau penelitian
selanjutnya. Meskipun demikian, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusuan penelitian ini. Peneliti memberikan beberapa saran
kepada pihak terkait seagai berikut:
1.
Bagi
Kepala Sekolah
Kepala
sekolah diharapkan mampu mengoptimalkan kepemimpinan transformasional untuk
meningkatkan motivasi kerja guru dengan cara menyadari kebutuhan dan juga
kemampuan guru. Selain itu, kepala sekolah hendaknya dapat melibatkan pendapat
guru dalam pertimbangan pengambilan keputusan.
2.
Bagi
Guru
Guru diharapkan mengembangkan
profesinya untuk tujuan individual menjadi guru professional. Selain itu, guru
harus mampu menguasai metode pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran
yang diampu sehingga pelaksanaan pembalajaran menjadi lebih hidup.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain
diharapkan menggunakan metode lain dalam meneliti komunikasi interpersonal,
misalnya melalui wawancara secara mendalam atau dengan observasi, sehingga
informasi yang diperoleh dapat lebih bervariasi dari pada kuesioner yang
jawabannya sudah tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun,
Wilson, Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Erlangga,2012.
BKD Wonosobo: kepala sekolah sebagai penentu keberhasilan sekolah, diakses dari https://bkd.wonosobokap.go.id/index.php/berita/item/237-penitikan-kepala-sekolah,
Sabtu,14 Desember 2019, Pukul 15:06 WIB
Cindy: kualitas pendidikan bergantung pada guru dan kepsek, diakses dari https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ok8YBLK-kualitas-bergantung-pada-guru-dan-kepsek, Jumat, 13 Desember 2019, Pukul 17:47 WIB
Departemen Agama
Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan
Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Kelembagaan Islam, 2005.
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Eko Subagia, Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Tranformasional, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, dan Motivasi
Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan, Vol. 17, No.1, 2021.
Fathurrohman, Pupuh dan AA Suryana,
Guru Profesional, Bandung: PT Refika
Aditama, 2012.
Hamalik,
Oemar Proses Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2013.
Imam Suraji, Dinamika Profesi Guru:
Citra, Harapan, dan Tantangan,Jurnal
Cakrawala Pendidikan, Vol.1, 2008.
Isnawati, Pengaruh Kepimimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap
Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru, Yogyakarta: 2016.
J. Supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah untuk
Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012,
2013.
K. H. Timotius, Kepemimpinan dan kepengikutan Teori dan
Perkembangannya,.Yogyakarta:CV Andi Offset,2016.
Kuswaeri Iwa, “Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02, 2016.
Mitha Arvira Oktaviani
dan Hari Basuki
Notobroto,”Perrbandingan
TingkatKonsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, Shapiro-Wilk, DanSkewness-Kurtosis”
Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol.3, No.2 Desember 2014.
Musfah, Jejen Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.
Nanang, Fatah Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Ningsih, Zenita Ika Ratna
“Meningkatkan Work Angagement Melalui Gaya Kepemimpinan Transformasional Dan
Budaya Organisasi.
Permendikbud
Nomor 6 tahun 2018 pasal 18 Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah
Ratnasari, Alfina Dewi Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan
Riduwan M.B.A, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti pemula,
Bandung: Alfabeta,2012.
Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, Bandung: PT Refika Aditama, 2011.
Siregar,
Syofian Statistika Deskriptif untuk
Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2006.
Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing
Berbasis Kompetensi SDM, Yogyakarta: Andi, 2015.
Suprihatiningrum, Jamil. Guru Profesional: Pedoman Kinerja,
Kualifikasi, & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016.
Susetyo, Budi Statistika untuk Analisis Data Penelitian, Bandung: Relika Aditama,
Suwatno dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan
Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2013.
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif di Lengkapi dengan Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS, Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2013
[1]UUD 1945 pasal
31 ayat 1 tentang warga negara berhak mendapatkan pendidikan
[2]UUD 1945 pasal
3 tentang pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional
[3]Cindy: kualitas pendidikan bergantung pada guru dan kepsek, diakses dari
https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/ok8YBLK-kualitas-bergantung-pada-guru-dan-kepsek,
Jumat, 13 Desember 2019, Pukul 17:47 WIB
[4]BKD Wonosobo: kepala sekolah sebagai penentu keberhasilan
sekolah, diakses dari https://bkd.wonosobokap.go.id/index.php/berita/item/237-penitikan-kepala-sekolah, Sabtu,14 Desember 2019, Pukul
15:06 WIB
[5]Permendikbud Nomor 6 tahun 2018 pasal 18
Penilaian Prestasi Kerja Kepala Sekolah
[6]Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia
(Erlangga,2012) h.316 – 317.
[7]Hamzah b
uno
[8]Wibowo,.
Perilaku Dalam Organisasi (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada),h 109 - 110
[9]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010), h.161
[10]Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), cet.10, h.322
[11]Suparyadi, Manajemen Sumber Daya Manusia – Menciptakan Keunggulan Bersaing
Berbasis Kompetensi SDM, (Yogyakarta: Andi, 2015), h.417
[12]Wilson Bangun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h.313
[13]Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT Refika Aditama,
2011), h.233
[14]Suwatno
dan Donni Juni Priansa, Manajemen SDM
dalam Organisasi Publik dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.171
[15]Pupuh Fathurrohman dan AA
Suryana, Guru Profesional, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2012), h.64
[16]Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya,
(Jakarta: 2013), h.72PT Bumi Aksara, 2013), h.72
[17]Ibid,
h.72-73
[18]Imam Suraji, Dinamika Profesi
Guru: Citra, Harapan, dan Tantangan,Jurnal
Cakrawala Pendidikan, Vol.1, 2008, h.33
[19]Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja,
Kualifikasi, & Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2016), h.24
[20]Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), h.13
[21]Jamil Suprihatiningrum, op. Cit., h.28
[22]Rusman,
Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.62-65
[23]Departemen Agama Direktorat
Jenderal Kelembagaan Islam, Wawasan Tugas
Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Kelembagaan Islam, 2005), h. 72-76
[24]Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui
Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011),
h. 30
[25]Ibid.,
30-54
[26]K. H. Timotius, Kepemimpinan dan kepengikutan Teori dan
Perkembangannya, (Yogyakarta:CV Andi Offset,2016), h. 15.
[27]Wahsumidjo,
Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2007), h.83
[28]Fatah
Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h.88
[29]E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.98
[30]Zenita
Ika Ratna Ningsih, “Meningkatkan Work Angagement Melalui Gaya Kepemimpinan
Transformasional Dan Budaya Organisasi”, h. 9
[31]
Wibowo, A, Manager & Leader Sekolah Masa Depan Profil Kepala Sekolah
Profesional dan Berkarakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h.64
[32]Eko Subagia, Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Tranformasional, Kecerdasan Emosional Kepala Sekolah, dan Motivasi Kerja
Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan, Vol. 17, No.1, 2021, h. 54-56
[33]Kuswaeri
Iwa, “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02, 2016, h. 6
[34]
Kuswaeri Iwa, “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah”, Vol. 2, No. 02,
2016, h. 6
[35]Isnawati, Pengaruh Kepimimpinan Transformasional Kepala
Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Profesionalisme Guru dan Kinerja Guru,
(Yogyakarta: 2016)
[36]Leithwood,
K (Deria), Leadership ForSchool Restructing, Educational Administration.
2018
0 comments:
Post a Comment