Thursday 26 May 2022

PENDEKATAN SOSIAL, PERSONAL, DAN PERILAKU DALAM PEMBELAJARAN IPS

0 comments

 

MODUL 5

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

KEGIATAN BELAJAR 1

PENDEKATAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

KEGIATAN BELAJAR 2

PENDEKATAN SOSIAL, PERSONAL, DAN PERILAKU DALAM  PEMBELAJARAN IPS SD

 

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.1

Latar Belakang

 

Pendekatan dalam pembelajaran IPS dalam modul ini dimaksudkan sebagai cara pandang kita terhadap proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS, dan upaya penciptaan kondisi dan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

 

Pendekatan sangat penting bagi guru karena guru dalam mata pelajran IPS selain berfungsi sebagai manajer kelas dan fasilitator belajar, menjadi teladan aktor sosial.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1

2.1

Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD

 

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar tahun 2006, telah merumuskan bahwa mata pelajaran IPS berfungsi sebagai ilmu pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang gejala-gejala sosial serta kemampuan  tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini.

 

IPS mempelajari berbagai kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber dari ilmu geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi (Depdiknas: 2007).

 

Banks (1977) menyatakan bahwa pengembangan kemampuan mengambil keputusan yang rasional sebagai bekal untuk dapat melibatkan diri dalam masyarakat secara intelligent atau secara cerdas/nalar.

 

Dengan demikian, dapat digambarkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial. Artinya perhatian utama pembelajaran IPS SD adalah pengembangan diri peserta didik sebagai aktor sosial yang cerdas.

 

Untuk mengkaji berbagai pendekatan pembelajaran IPS di SD, namun perlu kita ulas kembali apa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

 

1.

Pendekatan Pembelajaran

 

 

Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadhi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

 

 

Bank (1977) menyebutkan pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu :

 

 

a.

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)

 

 

b.

Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)

 

2.

Strategi Pembelajaran

 

 

Seperangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau strategi tersebut.

 

 

a.

Pemilihan materi pelajaran (guru atau peserta didik).

 

 

b.

Penyaji materi pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri).

 

 

c.

Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal)

 

 

d.

Sasaran penerima materi pelajaran (kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen. (Kosasih Djahiri, 1985 : 132).

 

 

Sementara menurut Soedjadi (1999 : 101) strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan.

 

 

Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.

 

3.

Metode Pembelajaran

 

 

Menurut Ruseffendi (1980), Metode Pembelajaran adalah cara mengajar guru secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya.

 

4.

Teknik Pembelajaran

 

 

Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan peserta didik. (Ruseffendi, 1980).

 

5.

Model Pembelajaran

 

 

Model pembelajaran adalah suatu disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta didik (Didang : 2005).

 

 

Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan.

 

 

Lebih lanjut Ismail (2003) menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu :

 

 

a.

rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,

 

 

b.

tujuan pembelajran yang akan dicapai,

 

 

c.

tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan

 

 

d.

lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

 

 

Menurut Banks (1977) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat mengembangkan kecerdasan rasional adalah Social Science Inquiry atau Penelitian Ilmu Sosial.

 

 

Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Banks, 1977 : 41-70)

A.

Tujuan

 

Tujuan pendekat penelitian sosial di SD adalah memperkenalkan dan melatih anak cara berpikir ilmu sosial yang dapat dibangun tentu saja belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi berupa pengetahuan sosial dengan kerangka keilmuan sederhana.

 

 

B.

Proses Penelitian

 

Bagi murid SD proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala-gejala sosial dan perkembangan masyarakat dengan menggunakan kaca mata atau cara kerja ilmu sosial, Baar, Barth, dan Shermis (1978) memberi label proses ini sebagai pengajaran sosial sebagai ilmu sosial (social studies thought as social science).

 

 

C.

Model-Model Penelitian Sosial

 

Berikut model sederhana dari  Model pembelajaran :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Masalah

-

Hipotesis

-

Data

 

Kesimpulan

 

 

 

 

 

 

 

1.

Maslah

 

 

Masalah ada dalam pikiran berkaitan dengan gejala yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindra. Namun demikian, tidak semua hal yang kita amati akan dirasakan sebagai masalah, tergantung pada apakah ada pertentangan antara apa yang kita amati dengan konsep-konsep yang ada dalam pikiran.

 

 

Oleh karena itu, sesuatu yang menjadi masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain.

 

2.

Hipotesis

 

 

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu kesimpulan yang masih sementara atau setengah benar dan masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Suatu hipotesis seyogianya dirumuskan berdasarkan asumsi (assumption), sedangkan yang dimaksud dengan asumsi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur yang dipermasalahkan yang diterima sebagai kebenaran tanpa bukti-bukti.

 

 

Apabila asumsinya berubah hipotesis pun akan berubah. Hipotesis merupakan dasar metodologis pengumpulan data.

 

3.

Pengumpulan dan Analisis Data

 

 

Data adalah informasi yang lebih dari satu. Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh pancaindra (dilihat, didengar, dirasa, dicium, diraba). Data diperlukan untuk menguji hipotesis.

 

4.

Kesimpulan

 

 

Kesimpulan adalah hipotesis yang telah diuji dan dibuktikan kebenarannya. Apabila kesimpulan-kesimpulan tersebut terus diuji dan dibangun secara kait-mengait dalam suatu bidang akan lahir dari kesimpulan tersebut suatu teori.

 

Model penelitian sosial sebagaimana telah dibahas merupakan salah satu kecenderungan dalam pendekatan kognitif yang berorientasi pada proses inkuiri (Inquiry orientation). Orientasi ini sering diberi label bermacam-macam, seperti inquiry, discovery, problem solving, critical thinking, reflective thinking, induction, dan investigation (Jarolimek, 1971 : 11).

 

Walaupun semua istilah tersebut tidak mengandung arti yang sama persis, namun pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama yakni :

 

a.

menitikberatkan pad proses berpikir yang berkaitan dengan pemecahan masalah;

 

b.

melibatkan murid dalam proses belajar;

 

c.

merupakan alternatif lain yang bersifat inovatif yang lebih maju dari pada penyampaian informasi secara ekspositori.

 

Kecenderungan lain dalam pendekatan kognitif adalah pendekatan konseptual (Conceptual Approach). Jarolimek (1971) menyebutnya sebagai idea cantered program atau program pembelajaran yang berorientasi pada ide atau gagasan. Gagasan yang dimaksud adalah konsep, generalisasi, konstruk, ide dasar, ide pokok, atau pengertian umum.

 

 

D.

Konsep

 

Konsep merupakan suatu kata atau pernyataan yang berguna untuk mengelompokkan benda, ide, atau peristiwa. (Banks, 1977 : 85)

 

Jenis konsep berdasarkan sifatnya menurut (Fenton:1966, Jarolimek:1971, Banks:1977) :

 

a.

Konsep teramati adalah konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindra, seperti manusia, rumah, jalan raya, bising, manis, merdu.

 

b.

Konsep tersimpul adalah konsep yang contohnya harus disimpulkan dari beberapa hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator. Misalnya sopan, tertib, pahlawan, makmur, dan adat.

 

c.

Konsep relasional adalah konsep yang melibatkan jarak dan atau waktu. Misalnya adab, dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isotherm, kawasan, dan landasan.

 

d.

Konsep ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep yang memerlukan pengumpulan indikator yang lebih luas. Misalnya keadilan, Pancasila, takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuranm dan kesejahteraan.

 

 

E.

Generalisasi

 

Menurut Banks (1977) generalisasi adalah pernyataan mengenai keterkaitan dua konsep atau lebih. Secara umum generalisasi dapat digolongkan menjadi tiga aras :

 

1.

Generalisasi aras tinggi

 

 

Generalisasi aras tinggi, berlaku secara universal, artinya pernyataan itu berlaku, di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. Contohnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya mempengaruhi cara pemenuhan kebutuhan. (Banks , 1977 :99)

 

2.

Generalisasi aras sedang

 

 

Generalisasi aras sedang berlku terbatas pada suatu wilayah budaya atau kurun waktu tertentu. Contohnya pada masa penjajahan Belanda kesempatan pendidikan bagi rakyat Indonesia sangatlah terbatas.

 

3.

Generalisasi aras rendah.

 

 

Generalsisasi aras rendah berlaku lebih terbatas lagi pada lingkup yang lebih sempit. Contohnya. Pada musim angin barat penghasilan nelayan tradisional di Pelabuhan Ratu menurun karena terbatasnya frekuensi dan jarak tangkap ikan.

 

 

F.

Teori/Konstruk

 

Teori atau konstruk merupakan bentuk pengetahuan tertinggi yang dapat digunakan untuk menerangkan dan memperkirakan perilaku manusia (Banks, 1977:103).

 

Teori dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 

1.

Melukiskan hubungan antarkonsep atau variabel yang didefinisikan secara jernih.

 

2.

Mengandung sistem deduksi yang secara logis ajeg atau tetap.

 

3.

Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya.

 

 

KEGIATAN BELAJAR 2

2.2

Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD

 

Pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya merupakan bentuk sentuhan pedagogisnya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi inteligensia emosional atau emotional intelligence menurut Goleman (1996).

A.

Emosi

 

Emosi (emotion) sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (1996) mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

 

Tercakup dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. (Goleman, 1996: 411-412). Pikiran emosional cenderung bersifat cepat namun ceroboh atau tidak teliti.

 

Menurut W.T. Grand Consortiums, dalam Goleman (1966: 426-427) keterampilan emosional mencakup hal-hal berikut :

 

1.

Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan.

 

2.

Mengungkapkan perasaan.

 

3.

Menilai intensitas perasaan.

 

4.

Mengelola perasaan.

 

5.

Menunda pemuasan.

 

6.

Mengendalikan dorongan hati.

 

7.

Mengurangi stres.

 

8.

Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

 

 

B.

Nilai dan Sikap

 

1.

Nilai

 

 

Menurut Doley dan Copaldi (1965:32) kata value yang diterjemahkan menjadi nilai memiliki dua sisi, yakni :

 

 

a.

Sebagai kata benda nilai mempunyai dua pengertian :

 

 

 

1)

Sebagai objek sesuatu dianggap suatu nilai, apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga (goodness atau worth).

 

 

 

2)

Sebagai pengamat suatu hal dianggap bernilai atau memiliki nilai apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai memiliki, kualitas atau harga.

 

 

 

Dengan kata lain, sesuatu dapat dinilai memiliki value atau harga apabila memang hal itu memiliki kualitas kebaikan dan dilihat oleh pengamat sebagai hal yang baik.

 

 

b.

Sebagai kata kerja menilai diartikan sebagai perilaku mental untuk memberi atau mengatakan sesuatu sebagai memiliki kualitas kebaikan.

 

2.

Sikap

 

 

Menurut Alports (1935) dalam Winataputra (1989: 148) sikap adalah suatu kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengalaman yang memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya.

 

 

Sikap dapat dipahami sebagai kecenderungan seseorang untuk berbuat berkenaan dengan objek atau situasi.

 

 

Dilihat dari kadarnya sikap juga dapat bersifat simpleks atau sederhana atau dapat pula bersifat multipleks atau rumit. Sikap yang simpleks lebih mudah berubah dari pada sikap yang multipleks.

 

 

C.

Perilaku Sosial

 

Perilaku sosial juga sering disebut keterampilan sosial (social skills) atau keterampilan studi sosial (social studies skills) menurut (Marsh dan Print, 1975, Jarolimeh, 1971).

 

Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan operasional yang memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara tertib dan teratur dengan orang lain. Dengan demikian, dapat memerankan dirinya sebagai aktor sosial yang cerdas secara rasional, emosional, dan sosial. Semua itu mencerminkan pola perilaku sosial seseorang.

 

Berdasarkan bentuk pembelajar dapat dibuat dalam 2 kelompok sebagai berikut :

 

1.

Pembelajaran formal yang menitikberatkan pada pemahaman dan analisis di dalam atau di luar kelas.

 

2.

Pembelajaran informal yang menitikberatkan pada penghayatan, pelibata, dan penciptaan suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama di luar kelas.

 

Khusus dalam pembelajaran formal (Simon, Howe, dan Kirshenbaum (1972)) menawarkan 4 pendekatan yang berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut :

 

1.

Transmisi nilai secara bebas

 

 

Anak disajikan pilihan nilai secara bebas atas alternatif nilai yang secara sosial dapat diterima dalam masyarakat Indonesia.

 

2.

Penanaman Nilai atau Value Inculcation

 

 

Proses pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap baik.

 

3.

Suri Teladan atau Modeling Model

 

 

Menitikberatkan pada penampilan teladan atau keteladanan dalam berbagibidang dan berbagai lingkungan kehidupan.

 

4.

Klarifikasi Nilai atau Value Clarification

 

 

Menitikberatkan pada langkah sistematis dalam menghayati, memahami, dan melaksanakan nilai.

 

 

Langkah-langkahnya adalah :

 

 

I.

Bangga atas nilai dan perilaku

 

 

 

1.

Menunjukkan rasa senang dan bangga

 

 

 

2.

Mengatakan nilai pada orang lain.

 

 

II.

Memilih nilai dan perilaku

 

 

 

3.

Memilih dari berbagai kemungkinan.

 

 

 

4.

Memilih setelah mengujinya.

 

 

 

5.

Memilih dengan bebas.

 

 

III.

Bertindak atas dasar pilihan itu

 

 

 

6.

Bertindak atau berperilaku.

 

 

 

7.

Bertindak sesuai pola secara tetap/konsisten.

 

 

Pada dasarnya model klarifikasi nilai ini merupakan bentuk komunikasi dialogis guru dengan peserta didik dalam memantapkan nilai yang dihayati peserta didik atas pengarahan guru.

 

5.

Klarifikasi nilai terintegrasi struktur

 

 

Menitikberatkan pada pembelajaran nilai melalui proses analisis konsepbidang studi.

 

 

 

 

Beberapa model terpilih yang dapat diterapkan di SD, model tersebut akan berbentuk model perpaduan atau model eklektik yang akan dikemukakan sebagai berikut :

 

1.

Pendekatan Ekspositori Berorientasi Nilai dan Sikap

 

 

a.

Tujuannya adalh menyampaikan nilai/sikap secara dialogis melalui ceramah, peragaan dan tanya jawab.

 

 

b.

Langkah-langkahnya

 

 

 

1)

Guru memilih semua nilai yang seharusnya di terima oleh semua murid karena memang telah diterima kebenarannya.

 

 

 

2)

Guru menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, gambar , rekaman, clipping dan lain-lain.

 

 

 

3)

Guru menyajikan konsep nilai dengan memanfaatkan peragaan yang telah disiapkan diselingi dengan dialog yang hangat mengenai pentingnya nilai.

 

 

 

4)

Menguasai peserta didik untuk menerapkan nilai-nilai yang telah dikaji dalam kehidupannya sehari-hari.

 

 

 

5)

Pada kesempatan selanjutnya guru meminta laporan penerapan nilai itu dan membicarakannya kembali di kelas.

 

2.

Pendekatan Analitik Keteladanan

 

 

a.

Tujuannya adalah menangkap nilai/sikap melalui analisis sampel keteladanan dalam masyarakat dalam berbagai bidang, di berbagai tempat, dan dalam berbagai era/kurun waktu, dan memotivasi peserta didik untuk mengadaptasi keteladanan itu.

 

 

b.

Langkah-langkahnya :

 

 

 

1)

Guru mengambil sampel keteladanan dalam berbagai bidang/tempat/era. contohnya: Nabi dan Rosul , pahlawan dll.

 

 

 

2)

Guru membaca dan menyediakan sumber informasi berupa buku, majalah, clipping, koran dan lain lain mengenai teladan yang dipilih sebagai teladan.

 

 

 

3)

Guru memberikan pertanyaan mengapa.

 

 

 

4)

Secara berkelompok peserta didik mencari jawaban dengan memanfaatkan sumber yang ada.

 

 

 

5)

Guru memimpin diskusi kelas setelah masing-masing kelompok selesai mendapatkan jawaban dari sumber informasi yang tersedia.

 

 

 

6)

Bersama peserta didik guru mengidentifikasi ciri-ciri keteladanan.

 

 

 

7)

Bersama peserta didik guru memilih ciri mana yang dapat diterapkan oleh murid-murid sesuai dengan tingkat usia dan lingkungannya.

 

 

 

8)

Guru menugaskan peserta didik untuk mencoba menerapkan ciri keteladanan yang dipilihnya.

 

 

 

9)

Pada kesempatan berikutnya guru meminta kesan-kesan penerapan ciri keteladanan itu dari setiap peserta didik.

 

 

 

Sebagai catatan perlu ditambahkan hal-hal sebagai berikut.

 

 

 

1)

Sumber informasi keteladanan dapat dikumpulkan bersama peserta didik.

 

 

 

2)

Teladan ang dipilih dapat berasal dari pertimbangan guru atau peserta didik atau pilihan bersama.

 

 

 

3)

Janganlahmemilih sampel teladan yang kontroversial (menimbulkan pertentangan pendapat).

 

 

 

4)

Dapat pula memilih teladan yang masih hidup.

 

3.

Pendekatan Kajian Nilai

 

 

a.

Tujuannya adalah menangkap nilai melalui kajian nilai secara sistematis dan mendasar.

 

 

b.

Langkah-langkahnya

 

 

 

Langkah-langkah ini diadaptasi dari model Hunt and Metcalf’s Decision Making.

 

 

 

1)

Membahas apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijaksanaan yang akan dinilai.

 

 

 

2)

Membahas konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk menilai masalah pemerataan.

 

 

 

3)

Menguji keberlakuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari kriteria itu.

 

 

 

4)

Memberikan justifikasi kriteria dengan cara melihat apakah kritera itu dapat diterapkan secara ajek/konsisten.

 

4.

Pendekatan Integratif Konsep dan Nilai

 

 

a.

Tujuannya adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi dan suatu konsep melalui kajian akademis.

 

 

b.

Langkah-langkah

 

 

 

1)

Guru menetapkan suatu konsep yang akan dibahas yang memiliki implikasi nilai atau mengandung nilai.

 

 

 

2)

Furu bersama peserta didik membahas sebab dan akibat secara akademis melalui analisis pemecahan masalah dengan menggunakan matriks.

 

 

 

3)

Memusatkan perhatian pada sebab dan akibat dari sudut manusia.

 

 

 

4)

Mengangkat isu nilai/sikap/moril dari masalah melalui dialog guru dan peserta didik atau diskusi kelompok.

 

 

 

5)

Membahas secara analitis cara-cara dari sudut manusia dan mengankat isue nilai/sikap/moral yang terkait pada cara-cara itu.

 

 

 

6)

Memusatkan perhatian pada faktor. Manusia termasuk pengetahuan nilai/sikap/moral dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.

 

 

 

7)

Memberi penguasaan pentingnya unsur manusia khusus nilai, sikap, moral dalam memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik dan lebih menenangkan.

 

Keempat contoh pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada dasarnya merupakan sarana pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru dalam upaya mengembangkan dimensi sosial, personal, dan perilaku dalam pembelajaran IPS di SD. Pendekatan ini secara utuh saling melengkapi dengan pendekatan kognitif.

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUPAN

3.1

Kesimpulan

 

a.

Pendekatan mengandung arti cara pandang atau cara menyikapi sesuatu dengan bertolak belakang dari asumsi tertentu. Pendekatan dalam pembelajaran IPS di maksudkan sebagai cara pandang kita terhadap proses belajar murid dalam mata pelajaran IPS, dan upaya menciptakan kondisi dan iklim kelas yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Pendekatan sangat penting bagi guru karena guru menjadi teladan actor sosial.

 

b.

Untuk SD sejarah dapat dibicarakan secara estetis diberikan untuk manamkan rasa cinta kepada perjuangan,pahlawan, tanah air dan bangsa. Tujuan pengajaran IPS adalah terbentuknya peserta didik sebagai aktor sosial yang cerdas.

 

c.

Terdapat beberapa pendekatan pembelajaran diantaranya, ekspositeri/tradisional inquiry/discopery pendekatan interaksi sosial dan pendekatan tingkah laku dalam strategi mengajar secara umum, terdapat tiga tahapan pokok dalam strategi mengajar, yakni tahapan pemula, tahapan mengajar, tahapan penilaian tindak lanjut. Tiga tahapan ini harus di tempuh.

 

 

 

3.2

Saran

 

Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mempelajari serta memahami mareti yang disampaikan serta dapat mengambil manfaat nya. Mengingat makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan penyususnan makalah ini sangat kami harapkan sehingga materi yang disampaikan lebih mendalam dan mudah dipahami.

 

 

Daftar Pustaka

Sadirjijo, Ischak. 2019. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: PT Gramedia.

 

0 comments:

Post a Comment