Tuesday 7 June 2022

PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS

0 comments

 

 

MAKALAH 

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS 

MODUL 7

PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS



Kegiatan Belajar 1

Definisi, Penyebab, Klasifikasi, Dan Dampak Tunadaksa

 

A.    Pengertian dan Definisi Anak Tunadaksa

Tunadaksa (cacat tubuh) yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Anak tunadaksa juga dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian, dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan. Gangguan itu menyebabkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan pribadi. Cacat tubuh merupakan bagian dari tuna daksa.

B.     Penyebab ketunadaksaan

Penyebab ketunadaksaan dapat dikelompokkan menurut saat terjadinya :

a.       Sebab-sebab sebelum kelahiran (fase prenatal)

b.      Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal)

c.       Sebab-sebab setealah proses kelahiran (fase postnatal)

C.    Klasifikasi Anak Tunadaksa

Penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam. Salah satu diantaranya dilihat dari system kelainannya yang terdiri dari : (1) Kelainan pada system cerebral (cerebral system), dan (2) kelainan pada system otot dan rangka (musculus skeletal system). Golongan anak tunadaksa berikut ini tidak mustahil akan belajar Bersama dengan anak normal dan banyak ditemukan pada kelas-kelas biasa. Penggolongan anak tunadaksa dalam kelompok kelainan system otot dan rangka tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Poliomyelitis

Merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap. Dilihat dari sel motorik yang rusak, kelumpuhan anak polio dapat dibedakan menjadi :

a.         Tipe spinal, yaitu kelumpuhan atau kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki;

b.        Tipe bulbaris, yaitu kelumpuhan fungsi motoric pada satu atau lebih saraf tepi dengan ditandai adanya gangguan pernapasan, dan

c.         Tipe bulbospinalis, yaitu gabungan antara tipe spinal dan bulbaris;

d.        Enchepalitis yang biasanya disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.

Akibat penyakit poliomyelitis adalah otot menjadi kecil (atropi) karena kerusakan sel saraf, adanya kekakuan sendi (kontraktur), pemendekan anggota gerak, tulang belakang melengkung ke salah satu sisi, seperti huruf S (Scoliosis), kelainan telapak kaki yang membengkok ke luar atau ke dalam, dislokasi (sendi yang keluar dari dudukannya), lutut melenting ke belakang (genu recorvatum)

2.     Muscle Dystrophy

Jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris. Penyakit ini ada hubungannya dengan keturunan.

3.      Spina Bifida

Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali sela proses perkembangan. Akibatnya fungsi jaringan saraf terganggu dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, hydrocephalus, yaitu pembesaran pada kepala karena produksi cairan yang berlebihan. Biasanya kasus ini disertai dengan ketunagrahitaan (Black, 1975)

 

D.    Dampak Tunadaksa

1.      Dampak Aspek Akademik

Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan otot dan rangka adalah normal.

Tingkat kecerdasan pada anak tunadaksa dengan kelainan pada sistem celebral, tingkat kecerdasannya berentang dari sangat rendah sampai sangat tinggi.

Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak Celebral Palsy mengalami kelainan persepsi, kognisi, dan simbolisasi.

2.      Dampak Sosial/Emosional

Konsep diri anak tunadaksa yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain menjadikan mereka malas belajar, bemain, dan berperilaku salah.

3.      Dampak Fisik/Kesehatan

Selain mengalami cacat tubuh anak tunadaksa juga mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara.

 

Kegiatan Belajar 2

Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunadaksa

A.               Kebutuhan Khusus Anak Tunadaksa

Kelainan fisik dan gangguan kesehatan begitu luas, sehingga mereka membutuhkan hal-hal sebagai berikut.

1.    Kebutuhan akan keleluasaan gerak dan memosisikan diri

2.    Kebutuhan komunikasi

3.    Kebutuhan ketrampilan memelihara diri

4.    Kebutuhan Psikososial

B.                Profil Pendidikan Anak Tunadaksa

1.        Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan anak tunadaksa mengacu Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 agar peserta didik mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai     pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengemabngkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.. Connor (1975) dalam Musyafak Asyari (1995) mengemukakan bahwa dalam pendidikan anak tunadaksa perlu dikembangkan tujuh aspek yang diadaptasikan sebagai berikut.

a.   Pengembangan intelektual dan akademik

b.   Membantu perkembangan fisik

c.   Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak

d.   Mematangkan aspek sosial

e.   Meningkatkan ekspresi diri

f.   Mempersiapkan masa depan anak

 

2.        Sistem Pendidikan

Sesuai dengan pengorganisasian tempat pendidikan maka sistem pendidikan anak tunadaksa dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.   Pendidikan Integrasi (terpadu)

b.   Pendidikan segregasi (terpisah)

c.   Sistem Inklusif

3.        Pelaksanaan pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaannya, seperti berikut.

a.  Perencanaan kegiatan belajar-mengajar

b.   Prinsip pembelajaran

 

4.        Penataan Lingkungan belajar dan Sarana khusus

Beberapa kondisi khusus mengenai gedung sekolah adalah sebagai berikut.

a.  Macam-macam ruangan khusus

b.  Jalan masuk menuju sekolah sebaiknya dibaut keras dan rata yang memungkinkan anak tunadaksa yang memakai alat bantu dapat bergerak dengan aman.

c.  Tangga sebaiknya disediakan jalur lantai yang dibuat miring dan landau

d.  Lantai bangunan baik didalam dan diluar gedung sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak licin

e.  Pintu-pintu ruangan sebaiknya lebih lebar dari pintu biasa

f.  Untuk menghubungkan kelas sebaiknya disediakan lorong yang lebar dan ada pegangan ditembok

g.  Pada beberapa dinding lorong dapat dipasang cermin besar

h.  Kamar mandi sebaiknya dekat dengan kelas

i.  Dipasang WC duduk agar anak tidal perlu berongkok

j.  Kelas sebaiknya dilengkapi dengan meja dan kursi yang konstruksinya disesuaikan dengan kondisi kecacatan anak.

5.        Personel

Personel yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Pendidikan anak tunadaksa adalah sebagai berikut :

a.    Guru yang berlatar belakang Pendidikan luar biasa, khusunya pendidikan anak tunadaksa

b.     Guru yang memiliki keahlian khusus

c.      Guru sekolah biasa

d.     Dokter umum

e.      Dokter ahli ortopedi

f.      Neurolog

g.     Ahli terapi lainnya

6.        Evaluasi

Evaluasi belajar dilakukan sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.

Kegiatan Belajar 3

Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan Dampak Ketunalarasan

A.  Pengertian dan Definisi Anak Tunalaras

Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan. perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada. Berbagai definisi yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah sebagai berikut,

1.              Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat) mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi yaitu kondisi yang menunjukkan salah satu atau lebih gejala- gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat yang mempengaruhi prestasi belajar :

a.               Ketidakmampuan           belajar       dan     tidak     dapat      dikaitkan       dengan faktor kecerdasan, pengindraan atau kesehatan

b.              Ketidakmampuan            menjalin        hubungan         yang       menyenangkan teman dan guru

c.               Bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal

d.             Perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus

e.               Cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-masalah sekolah

2.              Kauffman (1977) mengemukakan tunalaras adalah anak yang secara kronis mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.

3.              Schmid dan Mercer (1981) mengemukakan tunalaras adalah anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan tingkah laku tinhkat berat yang mempengaruhi proses belajar, tetapi tidak disebabkan oleh kelainan fisik, saraf, atau intelegensia.

4.              Nelson (1981) mengemukakan, murid dikatakan menyimpang jika :

a.               Menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak normal menurut usia dan jenis kelaminnya

b.              Penyimpanan terjadi dengan frekuensi dan  intensitas tinggi

c.               Penyimpanan berlangsung dalam waktu yang relative lama

 

B.  Klasifikasi Anak Tunalaras

Pengklasifikasian anak tunalaras diantaranya sebagai berikut :

1.              Rosembera dkk. (19292)

Anak tunalaras dikelompokkan atas tingkah laku yang berisiko tinggi dan rendah. Yang berisiko tinggi yaitu hiperaktif, agresif, pembangkang, delinkuensi dan anak yang menarik diri dari pergaulan sosial. Sedangkan yang berisiko rendah yaitu autisme dan skizofrenia. Secara umum anak tunalaras menunjukkan ciri-ciri yaitu kekacauan tingkah laku, kecemasan dan menarik diri dari, kurang dewasa, dan agresif.

2.              Quay (1979) dalam Samuel A. Kirk and James J. Gallagher (1986)

a.               Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau (conduct disorder) mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan

b.              Anak yang cemas-menarik diri (anxious-whitedraw) adalah anak yang pemalu, takut-takut, suka menyendiri, peka, dan penurut.

c.               Dimensi ketidakmatangan (immaturity) mengacu kepada anak yang tidak dapat perhatian, lambat, tak berminat sekolah, pemalas, suka melamun, dan pendiam

d.             Anak agresi sosialisasi (socialized-aggressive) mempunyai ciri atau masalah perilaku bersosialisai dengan “geng” tertentu.

C.  Penyebab Ketunalarasan

Faktor penyebab ketunalarasan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.              Faktor Keturunan

Yaitu adanya garis keturunan yang menderita depresi dapat menambah kemungkinan bagi seseorang mempunyai depresi. Tetapi dapat saja tidak terjadi jika individu tersebut tidak menghadapi peristiwa hidup yang dapat menimbulkan depresi.

2.              Faktor Kerusakan Fisik

Faktor sebagai pencetus yang menyebabkan gangguan emosional dalam hal ini adalah : kelainan saraf, cidera, problem kimiawi tubuh dan metabolisme, genetika.

3.              Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan antara lain : hubungan keluarga yang tidak harmonis, tekanan-tekanan masyarakat, pengaruh sekolah seperti interaksi guru dan murid atau antara murid itu sendiri yang tidak baik, pengaruh komunitas anak remaja, dll

4.                   Faktor laon yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh alcohol dan penyalah gunaan obat-obatan.

 Dampak Anak Tunalaras

5.              Dampak Akademik

Akibat penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk, maka dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :

a.               Pencapaian hasil belajar di bawah rata-rata

b.              Sering mendapatkan tindakan discipliner

c.               Sering tidak naik kelas bahkan keluar sekolah

d.             Sering membolos sekolah

e.               Sering dikirim ke lembaga kesehatan dengan alasan sakit, perlu istirahat

f.                Anggota keluarga sering mendapat panggilan dari petugas kesehatan atau bagian absensi

g.              Orang yang bersangkutan lebih sering berurusan dengan polisi

h.              Sering menjalani masa percobaan dari yang berwewenang

i.                  Lebih sering melakukan pelanggaran hukum dan pelanggaran tanda-tanda lalu lintas

j.                  Lebih sering dikirim ke klinik bimbingan

6.              Dampak Sosial/Emosional

a.              Aspek sosial

1)  Perilaku tidak diterima oleh masyarakat dan biasanya melanggar norma budaya, dan perilaku melanggar aturan keluarga, sekolah, dan rumah tangga

2)  Ditandai dengan tindakan agresif yaitu tidak mengikuti aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang, tidak dapat bekerja sama

3)  Melakukan kejahatan remaja seperti telah melanggar hukum

b.              Aspek emosional

1)  Menimbulkan tekanan batin dan rasa cemas

2)  Adanya rasa gelisah, malu, rendah diri, ketakutan, dan sangat sensitif atau perasa

7.              Dampak Fisik/Kesehatan

Ditandai dengan adanya gangguan makan, gangguan tidur, dan gangguan gerakan. Sering merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada jasmaninya, mudah mendapat kecelakaan, merasa cemas terhadap kesehatannya, merasa seolah-olah sakit. Kelainan fisik lain seperti gagap, buang air tidak terkendali, sering mengompol, dan jorok. Kelas sebaiknya dilengkapi dengan meja dan kursi yang konstruksinya disesuaikan dengan kondisi anak.

Kegiatan Belajar 4

Kebutuhan Khusus Dan Profil Pendidikan Anak Tunalaras

 

 

A.    Kebutuhan Khusus Anak Tuna Laras

1.      Kebutuhan penyesuaian lingkungan belajar

2.      Kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan fisik, bakat, dan intelektualnya

3.      Kebutuhan penguasaan keterampilan khusus

4.      Kebutuhan akan adanya kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat menyesuaikan diri

5.      Kebutuhan rasa aman

6.      Kebutuhan suasana yang tidak menambah rasa rendah diri dan rasa bersalah.

 

 

B.     Profil Pendidikan Anak Tunalaras

1.      Tujuan layanan

Mengurangi atau menghilangkan kondisi yang tidak menguntungkan, yang menimbulkan atau menambah adanya gangguan perilaku.

Kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak tuna laras

1)      Lingkungan fisik kurang memenuhi persyaratan

2)      Disiplin sekolah yang kaku dan tidak konsisten

3)      Guru yang tidak simpatik sehingga situasi belajar tidak menarik

4)      Kurikulum tidak sesuai kebutuhan anak

5)      Metode dan Teknik belajar yang tidak mengaktifkan anak

 

Kondisi yang tifak menguntungkan tersebut harus dihindari  agar tidak terjadi perkembangan kearah  penyimpangan perilaku dan kegagalan akademiknya

2.      Model / Strategi Pembelajaran

a.       Model layanan

Kauffman (1985) mengemukakan jenis-jenis model pendekatan:

1)             Model biogenetic

Dengan asumsi bahwa gangguan disebabkan oleh kecacatan genetic atau biokimiawi, sehingga untuk penyembuhan dengan pengobatan, diet, olahraga, operasi

 

2)             Model behavioural (tingkah laku)

Dengan asumsi bahwa gangguan emosi merupakan indikasi ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga penanganannya pada lingkungan tempat anak belajar dan tinggal.

3)             Model psikodinamika

Dengan asumsi perilaku yang menyimpang karena hambatan yang terjadi dalam proses perkembangan kepribadian. Penanganannya dengan pengajaran psikoedukasional, yaitu menggabungkan usaha membantu anak dalam mengekspresikan dan mengendalikan perasaannya.

4)             Model ekologis

Menganggap kehidupan ini terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Gangguan terjadi karena disfungsi antara anak dan perilakunya sehingga perlu diupayakan interaksi yang baik antara anak dan lingkunganya.

 

b.      Teknik Pendekatan

Beberapa teknik pendekatan dalam mengatasi masalah perilaku:

1.      Perawatan dengan obat

2.      Modifikasi perilaku

·         Melalui operant conditioning (mengendalikan stimulus yang mengikuti respon). Langkah dalam memodifikasi perilaku :

a)      Menjelaskan perilaku yang akan diubah

b)      Menyediakan bahan yang menuntut anak harus diam

c)      Mengatakan perilaku yang diterima

·         Melalui Task Analysis, dilaksanakan dengan cara menata tujuan dan tugas dengan lengkapdan terperinci sehingga anak dapat melakukannya dalam jangka waktu tertentu dan memberikan pujian jika berhasil.

3.      Strategi Psikodinamika

Tujuan untuk membantu anak menjadi sadar akan kebutuhannya, keinginan, dan

kekuatannya sendiri.

4.      Strategi Ekologi

Pendukung teknik, mengasumsikan bahwa dengan diciptakannya lingkungan yang baik, maka perilaku anak akan baik pula.

3.      Tempat Layanan

a.       Tempat khusus (SLB-E)

Di sekolah ini kurikulumnya disesuaikan dengan keadaan anak tunalaras. Anak yang diterima biasanya yang mengalami gangguan sedang dan berat.

b.      Di Sekolah Inklusi

Jenis anak tunalaras yang bisa kita jumpai di sekolah umum yaitu hiperaktif, distrakbilitas, dan impulsitas.

1)             Hiperaktif (dimensi anak yang bertingkah laku kacau/ conduct disorder)

Ciri-ciri anak hiperaktif

a)      Gerakannya terlalu aktif, tidak bertujuan, tidak mau diam sepanjang hari,

b)      Suka mengacau teman-teman sebayanya

c)      Sulit memperhatikan dengan baik

Penyebab hiperaktif : disfungsi otak, kekurangan oksigen, kecelakaan fisik, keracunan serbuk timah, minuman keras dan obat terlarang ketika hamil, dll.

Teknik penanganan hiperaktif dengan medikasi (obat-obat perangsang saraf), diet (berpantang makanan tertentu), modifikasi tingkah laku, lingkungan yang terstrukur, modelling, biofeedback (memberi informasi kepada anak mengenai kondisi perilaku dan tubunya).

2)             Distrakbilitas

Merupakan gangguan dalam perhatian pada stimulus yang relevan secara efisien. Distrakbilitas dibagi 3 yaitu :

a)      Short    attention    span    dan    frequent    attention    shifts   (ketidakmampuan memusatkan perhatian dalam waktu lama )

b)      Underselection attention, tidak mampu membedakan stimulus yang relevan dengan yang tidak relevan

c)      Overselective attention, terlalu selektif dalam memberi perhatian sehingga hal-hal yang relevan mejadi tertinggal.

Cara memberikan layanan kepada anak distrakbilitas :

1)             Lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali

2)             Modifikasi tingkah laku

3)             Impulsivitas

Seseorang dikatakan impulsive jika cenderung mengikuti kemauan hatinya dan terbiasa bereaksi cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi social maupun tugas- tugas akademik. Impulsive dapat disebabkan oleh faktor keturunan, cemas, faktor budaya, disfungsi saraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan.

Metode mengendalikan impulsive:

a)      Melatih verbalisasi

b)      Modifikasi tingkah laku

c)      Mengajarkan seperangkat keterampilan kepada anak

d)     Berdiskusi antara guru dan anak

e)      Wawancara dengan anak

4.      Sarana

Sarana pendidikan pada dasarnya tidak berbeda dengan sarana pendidikan biasa (sekolah regular). Ditambah ruangan khusus konsultasi pskikologi, ruang BK, ruang pemeriksaan kesehatan, ruangan terapi fisik.

5.      Personil

Dibutuhkan beberapa tenaga professional : guru yang berpengalaman dan matang kepribadiannya, psikolog, konselor, psikiater, neurologi, dan pekerja social.

6.      Evaluasi

Evaluasi yang berkaitan dengan prestasi belajar dan evaluasi kesehatan mentalnya (diobservsi secara terus menerus).

 

0 comments:

Post a Comment