Monday 9 May 2022

MENGUKUR KUALITAS INSTRUMEN PADA PEMBELAJARAN

0 comments

 

TUGAS MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD

KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)



BAB I

PENDAHULUAN

 

Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, perlu dilakukan suatu penilaian dengan menggunakan berbagai teknik yang tepat. Penilaian dalam pembelajaran dilakukan tidak hanya untuk menilai hasil belajar siswa melainkan juga menilai proses belajar siswa. Dalam melakukan penilaian pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru, terutama yang berhubungan dengan jenis kompetensi yang akan dinilai, tujuan penilaian yang dilakukan, teknik – teknik penilaian yang digunakan, dan jenis penilaian yang akan digunakan. Dengan demikian kegiatan penilaian yang dilakukan menjadi tepet sasaran, terarah, dan terencana.

Secara teoritis terdapat hubungan timbal balik antara tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Jika tujuan pembembelajaran yang dirumuskan sudah tepat dan proses pembelajaran yang dilakukan sudah maksimal maka salah satu hal yang perlu kita cermati adalah alat penilaian hasil belajar. Penilaian dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud penilaian adalah memberikan nilai tentang kualitas sesuatu. Pengukuran sendiri diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Dari definisi tersebut dapatlah ditarik  kesimpulan  bahwa pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu pertama penggunaan angka atau skala tertentu, dan kedua menurut suatu aturan atau formula tertentu. Contoh kegiatan pengukuran adalah ketika kita mengukur tinggi atau berat badan seseorang. Kita akan mengetahui berapa tingginya atau beratnya. Atribut atau karakteristik yang kita cari dari contoh pengukuran tersebut yaitu tinggi atau berat, kemudian hasil pengukuran tersebut kita akan memperoleh angka, misalkan tinggi 1,75 meter atau beratnya 70 kilogram.

Pengukuran dalam bidang bidang pendidikan bersifat kompleks. Kita hanya mengukur karakteristik atau atribut tertentu, bukan peserta didik sendiri. Sebagai contoh kita mengukur kemampuan siswa dalam bidang IPA. Kemampuan ini belum tentu menggambarkan keseluruhan kepribadian dari siswa sendiri. Kita hanya mengukur aspek tertentu yang dimiliki oleh siswa. Oleh sebab itu, pengukuran seperti ini tidaklah sederhana, membutuhkan kemampuan penggunaan alat ukur yang handal yang benar-benar mampu mengukur kemampuan siswa.

apakah alat ukur yang anda gunakan ( dalam hal ini tes yang anda susun atau instrumen lain yang anda gunakan ) mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran yang telah anda tetapkan ?.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, kita akan diajak untuk mempelajari lebih rinci berbagai cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas alat ukur atau instrumen yang anda gunakan agar benar – benar dapat mengukur apa yang ingin anda ukur. Dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai pengujian kualitas alat ukur atau instrumen yang akan membahas tentang validitas dan reliabilitas hasil pengukuran dan tentang bagaimana cara menganalisis butir soal dan bagaimana cara meningkatkan kualitas butir soal berdasarkan hasil analisis serta bagaimana meningkatkan kualitas alat ukur non-tes.

KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

KB. 1 VALIDITAS DAN RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN

Untuk mengukur sesuatu kita harus dapat memilih alat ukur yang sesuai agar kita dapat memperoleh hasil pengukuran yang tepat. Sebagai contoh, seorang pemanah akan dinyatakan sebagai pemenang jika hasil bidikannya dapat dengan tepat mengenai sasaran yaitu daerah lingkaran yang paling dalam atau yang paling mendekati lingkaran yang paling dalam. Jika hasil bidikan peserta didik dapat mengenai daerah di lingkaran paling dalam maka ia akan memperoleh skor tertinggi dan perolehan skor tersebut semakin berkurang jika hasil bidikannya jauh dari sasaran. Karena anak panah yang harus dilepaskan tidak hanya satu maka pemanah dituntut untuk tetap dapat melepaskan anak panahnya tepat mengenai sasaran.

Hasil bidikan dari peserta bisa tepat mengenai sasaran atau juga melesat dari sasaran. Hasil yang sama dapat terjadi pada saat anda mengukur hasil belajar siswa. Jika alat ukur yang anda gunakan tidak anda persiapkan dengan cermat maka skor yang anda peroleh tidak dapat menggambarkan dengan tepat tingkat kemampuan siswa. Dari penjelasan tersebut terdapat dua masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menyusun alat ukur hasil belajar yang baik yaitu masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran dan ketetapan hasil pengukuran. Masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran inilah yang dikenal dengan istilah validitas sedangkan maslah – masalah yang berhubungan dengan ketetapan hasil pengukuran dikenal dengan istilah reliabilitas.

A.  APAKAH VALIDITAS ITU?

Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin diukur. Jika kita ingin mengukur panjang sebuah meja maka kita harus dapat memilih alat ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut. Untuk menghitung waktu tempuh pelari cepat dalam perlombaan lari cepat 100 meter maka kita juga harus dapat memilih alat ukur yang tepat untuk digunakan. Demikian juga jika kita ingin mengukur hasil belajar siswa maka kita juga dituntut untuk menggunakan alat ukur ( dalam hal ini tes ) yang dapat dengan tepat mengukur hasil belajar yang kita harapkan.

Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi ( Gronlund dan Linn, 1990). Secra umum validitas ada tiga jenis :

1.  Validitas isi ( conten validity)

2.  Validitas konstrak (construct validity)

3.  Validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain ( criteria related,validity).

 Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “ sejauh mana item – item yang ada dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan “. Tinggi rendahnya validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi tes tersebut. Hal ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar. Tinggi rendahnya validitas isi suatu tes dapat dilihat pada perencanaan atau kisi – kisi tes. Semakin representatif materi yang dapat ditanyakan dalam tes tersebut menunjukkan semakin tinggi validitas isinya.

Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut. Yang dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotesis (hipotetical concept) yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur. Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama dalam pengukuran – pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap, minat, tingkah laku dan sebagainya. Campbell dan Fiske (Demari Mardapi, 2004) mengembangkan satu pendekatan untuk menentukan validitas konstrak dengan menggunakan teknik multi trait-multi method. Validasi dengan multi trait – multi method dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu metode untuk mengukur lebih dari satu acam trait ( sifat ). Dengan menggunakan matrik korelasi sehingga interkorelasi antara trait dan metode dapat dilihat dengan jelas.

Jika suatu tes dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang di masa yang akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian anatar pengetahuan dengan keterampilan yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion related validity yang tinggi.

B.  APAKAH RELIABILITAS ITU ?

Hasil – hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek – aspek fisik seperti mengukur panjang meja, tinggi almari, berat badan dan tinggi badan biasanya menghasilkan reliabilitas yang sangat tinggi. Artinya walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali tetapi tetap memberikan hasil yang ridak jauh berbeda. Hasil pengukuran yenag berbeda akan sering kita temukan jika kita melakukan pengukuran terhadap hal – hal yang berhubungan dengan aspek – aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili intelegensi, sikap, dan konsep diri. Aspek – aspek sosial-psikologi seperti itu tidak dapat diukur dengan ketepatan dan konsistensi yang tinggi. Hal ini disebabkan karena hasil pengukuran yang diperoleh tidak dapat lepas dari pengaruh hal - hal diluar maksud pengukuran tersebut misalnya alat ukur itu sendiri bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur aspek yang diinginkan. Disamping itu karena subjek pengukurannya adalah manusia maka cara – cara penyajian tes, emosi, motivasi. Kondisi fisik dan keadaan ruangan tes akan mempengaruhi hasil pengukuran walaupun sebenarnya aspek – aspek yang ingin kita ukur tersebut tidak berubah. Dengan demikian hasil pengukuran yang diperoleh menjadi kurang reliabel.

Pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari suatu Pengukuran ( Grondlund dan Linn, 1990 ). Salah satu cara untuk mengetahui ketetapan atau reliabilitas suatu pengukuran, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dua kali. Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda dengan hasil pengukuran kedua. Hubungan antar skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dengan kedua akan menghasilkan angka korelasi bergerak antara -1 sampai dengan +1. Semakin tinggi angka koefisien reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilitas tersebut. Suatu perangkat tes dinyatakan cukup reliabel jika mempunyai reliabilitas lebih besar 0,5 (Fernandes, 1984).

Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua set tes yang digunakan paralel atau tidak. Keparalelan dua set tes ini diperoleh dengan cara mengembangkan dua set tes yang paralel dari kisi - kisi tes yang sama kemudian masing - masing tes tersebut diujikan pada dua kelas yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama. Hasil kedua tes tersebut dikorelasikan, jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan kedua tes paralel. koefisien korelasinya dapat dihitung dengan menggunakan formula product-moment.

konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur dimensi hasil belajar yang sama atau tidak. Konsep reliabilitas dalam asrti konsistensi dapat dihitung menggunakan formula Kuder-Richardson (KR-20 atau KR-21). Jika hasil korelasinya tinggi, hal ni menunjukan bahwa antara butir soal dalam satu set tes tersebut adalah konsisten dengan yang lain.

C. BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA VALIDASI DAN RELIABILITASI ?

              Ketetapan hasil pengukuran sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (validasi). Walaupun demikian alat ukur yang memiliki reliabilitasi yang tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai validasi yang tinggi. Karena tingginya reliabilitasi yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak di barengi demgan tingginya validasi dapat memberikan informasi yang salah tentang apa yang ingin anda ukur.

D. BAGAIMANA MENINGKATKAN RELIABILITASI TES ?

Reliabilitasi suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir kedalam tes tersebut. Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitasi jika butir soal yang ditambahkan adalah butir-butir soal yang homogen dengan butir soal yang ada. Butir soal homogen adalah butir soal-soal yang mengukur hal yang sama dengan butir soal yang ada. Penambahan butir soal tidak akan menaikan reliabilitasi tes jika butir-butir soal yang ditambahkan tidak homogen dengan butir soal yang sudah ada.

 

 

 

KB. 2 ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN

A.      MENGAPA ANALISIS BUTIR SOAL PENTING?

Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama tentang respon siswa terhadap setiap butir soal. Lebih lanjut dikatakan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut:

1.       Untuk mengetahui apakah butir soal-butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Dalam hal ini perlu anda sadari bahwa bagaimanapun berpengalamannya seseorang dalam menulis butir soal yang bersangkutan tidak selalu dapat menulis butir soal yang sempurna. Artinya masih terbuka peluang bahwa butir soal yang anda susun belum berfungsi sebagaimana yang anda kehendaki. Untuk menentukan apakah soal-saol yang anda susun telah berfungsi sebagaimana seharusnya maka anda harus memperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:

a.    apakah soal-soal yang anda susun sudah sesuai untuk mengukur perubahan tingkah laku seperti telah dirumuskan dalam tujuan intruksional khusus?

b.   apakah tingkat kesukaran sudah anda perhitungkan?

c.    apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai?

d.   apakah kunci soal yang anda buat sudah benar sesuai dengan maksud soal?

e.   jika anda menggunakan tes pilihan berganda, apakah pengecoh yang anda pilih sudah berfungsi dengan baik?

f.     apakah soal tersebut masih dapat ditafsirkan ganda atau tidak?

2.       Sebagai umpan balik siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai materi.

3.       Sebagai umpan balik bagi anda sendiri sebagai guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.

4.       Sebagai acuan untuk merevisi soal. Dari jawaban yang diberikan siswa terhadap setiap butir soal anda akan dapat mengetahui kelemahan setiap butir soal sehingga perlu direvisi. Kegiatan ini sangat penting anda lakukan untuk memperoleh butir soal yang lebih baik. Karena hanya dengan butir soal yang baiklah anda dapat mengukur siswa dengan tepat.

5.       Untuk memperbaiki kemampuan anda dalam menulis soal. Dengan melakukan analisis butir soal dan melakukan revisi makan kemampuan anda dalam menulis butir soal akan meningkat.

B.      KAPAN ANALISIS BUTIR SOAL DILAKUKAN?

Dalam menganilis butir soal paling tidak ada dua karakteristik butir soal yang perlu anda perhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir-butir soal.

1.       Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar. Suatu butir soal dikatakan mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan dikatakan sukar jika sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar. Besarnya tingkat kesukaran butir soal, dapat dihitung dengan memperhatikan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal. Secara matematis tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus:

P=B

    N

keterangan:

p : adalah indeks tingkat kesukaran siswa

b : adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar n : adalah jumlah seluruh peserta tes.

Contoh:

jika butir soal nomer 1 yang anda ujikan dapat dijawab dengan benar oleh 10 dari 40 siswa maka indeks tingkat kebutiran soal nomor 1 tersebut adalah:

p= 10=0,25

                      40

Indeks tingkat kesukaran butir soal bergerak antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks tingkat kesukaran butir soal (p) = 0,00 apabila seluruh peserta tes tidak ada yang dapat menjawab dengan benar dan indeks tingkat kesukaran butir soal (p) = 1,00 akan tercapai apabila semua peserta tes menjawab dengan benar. Jadi butir soal yang mudah akan mempunyai (p) mendekati 1,00 dan butir soal yang sukar mempunyai (p) mendekati 0,00.

            Menurut Fernandes (1984) kategori tingkat kesukaran butir soal adalah sebagai beikut:

p ˃ 0,75                : mudah 0,25 ≤ p ≤ 0,75 : sedang p ˂ 0,24               : sukar

            Butir soal yang dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran dalam kategori sedang.

2.       Daya Beda (D)

 Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Butir soal didukung potensi daya beda yang baik, akan mampu membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah (kurang pandai).

Daya butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

D= Pᴀ – Pᴃ

di mana:

D = indek daya beda butir soal

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

misalnya: Dalam menjawab butir soal nomor 2, enam dari 10 siswa yang termasuk dalam kelompok atas dapat menjawab benar dan dua dari 10 siswa yang termasuk kelompok bawah dapat menjawab benar makan indeks daya beda butir soal nomor 2 tersebut adalah:

D= 6 – 2 = 4    = 0,4

                     10  10  10

yang dimaksud dengan siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang memperoleh skor tinggi sedangkan yang dimaksudkan dengan siswa kelompok bawah adalah kelompok siswa yang memperoleh skor rendah setelah mengerjakan satu set tes suatu mata pelajaran.

Nilai indeks daya beda soal bergerak dari -1 sampai +1. Semakin tinggi indeks daya beda menunjukkan bahwa butir soal tersebut semakin dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

 Secara teoritis indek daya beda soal (D) = 1 akan tercapai apabila semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa dalam kelompok bawah menjawab salah. Indeks daya beda soal (D) = -1 akan tercapai jika semua siswa dalam kelompok atas menjawab salah dan semua siswa kelompok bawah justru dapat menjawab benar. Sedangkan indeks daya beda soal (D) = 0

apabila proporsi siswa yang menjawab benar dalam kelompok atas dan kelompok bawah adalah sama.

          Butir-butir soal yang kunci jawabannya mempunyai indeks daya beda negatif adalah butir soal yang kurang baik karena butir soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, dimana siswa yang kurang pandai justru lebih banyak menjawab benar daripada siswa yang pandai.

                Butir soal mempunyai daya beda yang baik jika dianalisis kuncinya mempunyai daya beda positif dan pengecohnya mempunyai daya beda negatif. Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda butir soal adalah sebagai berikut:

D ≥ 0,40                = sangat baik 0,30 ≤ D ˂ 0,40        = baik

0,20 ≤ D ˂ 0,30   = sedang

D ˂ 0,20                = tidak baik.

 

C. BAGAIMANA CARA MELAKUKAN ANALISIS SECARA SEDERHANA?

     Setelah Anda memahami butir soal maka anda sedah mulai dapat berlatih menganalisis butir soal yang telah anda miliki. Untuk melakukan analisis butir soal secara sederhana, berikut ini disajikan langkah-langkah dalam menganalisis butir soal:

1.         Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa

2.         Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut susunlah skor siswa mulai dari skor  terendah

3.         Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk dalam kelompok atas dan siswa yang  termasuk dalam kelompok bawah. Untuk menentukan berapa persen siswa yang termasuk kelompok atas dan berapa persen yang masuk kelompok bawah gunakan rambu-rambu sebagai  berikut ( Nitko, 1983 dan Hanna 1993):

a.       Jika jumlah siswa ≤ 20 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 50%

b.      Jika jumlah siswa 21 – 40 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 33,3%

c.       Jika jumlah siswa ≥ 41 maka jumlah kelompok atas dan kelompok bawah masing-masing 27%

4.         Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.

5.         Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.

6.         Hitung jumlah seluruh peserta tes (kelompok atas, tengah, dan bawah) yang menjawab benar.

7.         Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.

 

Contoh :

Perhatikan jawaban 100 siswa terhadap butir soal nomor 1 berikut:

 

Kelompok

Alternatif Jawaban

Jumlah

a

b*

c

d

e

Atas

5

15

0

0

7

27

Tengah

 

25

 

 

 

 

Bawah

3

7

12

0

5

27

            Catatan: *Kunci jawaban

Berdasarkan hasil analisis secara sederhana tersebut nampak bahwa butir soal nomor 1 tersebut mempunyai tingkat kesukaran 0,47 dan daya beda 0,30. Ini menunjukkan bahwa berdasarkan dua karakteristik tersebut butir soal nomor 1 cukup baik tetapi apabila anda perhatikan lebih teliti terhadap pengecoh yang disediakan ternyata alternative jawaban a, d, dan e perlu diperbaiki. Alternative jawaban a dan e mempunyai daya beda positif. Hal ini menunjukkan bahwa pengecoh a dan kurang berfungsi sebagai pengecoh yang baik karena jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih kedua pengecoh tersebut lebih besar dari jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih pengecoh yang sama. Alternatif jawaban d juga perlu diperbaiki karena alternatif jawaban tersebut tidak ada yang memilih.

D. BAGAIMANA MENGANALISIS TES URAIAN?

   Contoh analisis butir soal yang di bahas di depan adalah contoh analisis butir soal untuk tes pilihan ganda. Bagaimana dengan analisis tes uraian?

Cara menganalisis tes uraian diberikan oleh Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann, 1984) sebagai berikut:

1.         Tentukan jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas (25%)

2.         Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah

3.         Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus berikut :

           

Dimana:

ƩA  : jumlah skor kelompok atas

ƩB   : jumlah skor kelompok bawah

N     : 25% peserta didik

Skor mik : Skor maksimal setiap butir tes

Skor min : skor minimal setiap butir tes

 

Contoh :

Perhatikan tabulasi data hasil tes sumatif IPA untuk butir soal nomor 1 yang diikuti oleh 100 siswa berikut:

Skor Soal

Kelompok atas

Kelompok bawah

f

fs

f

fs

7

0

0

0

0

6

0

0

0

0

5

4

20

0

0

4

10

40

4

16

3

6

18

12

36

2

5

10

8

16

1

0

0

0

0

0

0

0

1

0

 

25

88

25

68

 

E. BAGAIMANA MEMPERBAIKI BUTIR SOAL ?

1. Perhatikan tingkat kesukaran butir soal ,soal dianggap baik jika mempunyai tingkat Kesukaran antara 0,25 sampai 0,75 atau mendekati angka tersebut.

2. Perhatikan daya beda butir soal.butir soal dianggap baik jika kunci atau jawaban yang Dianggap benar mempunyai daya beda positif tinggi dan pengecohnya mempunyai  DAya beda negative

    Contoh soal :

 Jika kita masukan beberapa  potong  es  kedealam  gelas ,beberapa saat kemudian es akan mencair mengapa es tersebut dapat mencair?

a. Sebab es terbuat dari air

b. Sebab es mengalami proses penguapan

c. Sebab es terkena udara luar yang lebih panas

d. Sebab es lebih tinggi bdari suhu lingkungan

 Sebaran 100 siswa terhadap butir soal tersebut adalah sebagai berikut :

Kelompok

 

Alternatif Jawaban

Jumlah

      a

b

           c

           d

    atas

       7

         3

           17

            0

    27

   Tengah

 

 

           25

          

 

   Bawah

       7

         12

            8

            0

    27

  F. BAGAIMANA MEMPERBAIKI NON TES

* Perbaikan pertama dapat dilakukan setelah menulis Instrument.

* Uji coba ke lapangan.

* Analisis hasil uji coba menggunakan program analisis Instrument

     Penyebab butir soal kurang baik anatara lain

·         Penggunaan bahasa kurang komunikatif

·         Kalimat bersifat ambiguous ( dapat ditafsirkan ganda)

·         Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat menyimpang dari Indicator

·         Pertanyaan atau pernyataan tidak mengukur trait (Sifat ) yang akan diukur.

 

BAB III

PENUTUP

Program pengajaran adalah suatu rencana pelaksanaan proses belajar mengajar yang didasarkan atas pertimbangan tujuan yang ingin dicapai, bahan, metode, alat, alokasi waktu dan evaluasi agar siswa menguasai proses belajar dan hasil belajar yang optimal. Kegiatan belajar mengajar adalah interaksi timbal balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan bahan belajarnya. Dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas interaksi yang terjadi pada kegiatan tersebut.

Analisi item merupakan suatu proses pengambilan dan penggunaan informasi tentang tiap – tiap butir terutama informasi tentang respons siswa terhadap setiap butir soal. Informasi dari hasil analisis item sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil analisis item dapat memeberi informasi kepada guru tentang kualitas butir soal itu sendiri dan untuk mengetahui materi yang sudah atau belum dikuasai oleh siswa. Bagi siswa sendiri hasil analisis item dapat menunjukan sampai sejauh mana tingkat penguasaan materi yang telah dicapai. Analisis item dilakukan pada tes pilihan berganda dan dapat pula dilakukan pada tes uraian khususnya uraian terbatas. Dua karakteristik butir soal yang perlu diketahui dalam analisis butir soal adalah tingkat kesukaran (P) dan daya beda (D). Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang dengan daya beda positif. Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya beda positif atau kuncinya mempunyai daya beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal atau pada alternatif jawaban.

 

 

0 comments:

Post a Comment