Friday 6 May 2022

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

0 comments


PENGEMBANGANTES HASIL BELAJAR



PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang Masalah

Menilai pencapaian hasil belajar siswa merupakan tugas pokok seorang guru sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah disusun tiap awal semester. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah di tetapkan.

Untuk mengukur ketercapaian suatu kompetensi diperlukan lebih dari satu alat ukur. Jika kompetensi yang akan dicapai lebih dominan dalam ranah kognitif maka tes merupakan alat ukur yang tepat. Tetapi jika kompetensi yang akan dicapai berada dalam ranah afektif dan psikomotor maka tes bukan alat ukur yang valid. Alat ukur yang valid untuk mencapai kompetensi tersebut adalah non-tes, misalnya skala sikap, asesmen kinerja dan portofolio.

Untuk dapat mengembangkan tes yang baik ada beberapa langkah yang harus diikuti yaitu harus memahami bagaimana cara menulis tes baik sesuai dengan tata cara atau kaidah yang telah ditentukan, membuat perencanaan tes dan menulis butir soal berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1.Apa keunggulan dan kelemahan tes?

2.Bagaimana mengembangkan tes?

3.Bagaimana perencanaan tes?

C.Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari tes.

2.Untuk mengetahui cara mengembangkan tes.

3.Untuk mengetahui merencanakan tes.

PEMBAHASAN

A.    Keungggulan dan Kelemahan Tes

Tes merupakan alat ukur yang tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif. Untuk menentukan salah satu jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur  hasil belajar siswa, harus berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Untuk dapat memilih jenis tes yang tepat, kita harus memahami keunggulan dan kelemahan dari tiap jenis tes, sehingga kita bisa memaksimalkan keunggulan tes yang kita gunakan dan menekan kelemahannya seminimal mungkin.

Tabel Perbandingan antara Tes Objektif dan Tes Uraian

No

Unsur

Tes Objektif

Tes Uraian

1

Proses berpikir yang ingin diukur

Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir ingatan, pemahaman, dan penerapan.

Dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang proses berpikir tetapi lebih tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.

2

Cakupan materi yang ditanyakan

Dapat menanyakan banyak materi dalam satu waktu ujian (sampel materi lebih banyak).

Hanya dapat menanyakan sedikit materi (sampel materi lebih sedikit).

3

Waktu penyusunan tes

Untuk menyusun satu set tes memerlukan waktu cukup lama.

Waktu yang diperlukan untuk menyusun satu set tes singkat.

4

Penyusunan pertanyaan

Untuk membuat butir soal yang baik relatif sukar.

Untuk membuat butir soal yang baik lebih mudah jika dibandingkan dengan tes objektif.

5

Pengolahan hasil tes

Hasil tes dapat diolah dengan cepat dan objektif.

Ketetapan hasil pemeriksaan tinggi.

Adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan.

Ketetapan hasil pemeriksaan rendah.

6

Jawaban siswa

Siswa hanya memilih jawaban yang telah disediakan oleh penulis soal.

Dalam menjawab, siswa hanya mengingat, menginterpretasi, dan menganalisis ide orang lain.

Dalam menjawab, siswa dapat mengemukakan, mengorganisasikan, menghubungkan, dan menganalisis idenya sendiri.

7

Pengganggu hasil tes

Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan siswa dalam membaca dan bias dapat menerka.

Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan siswa dalam menulis atau bercerita.

 

1.      Tes Objektif

a)      Keunggulan:

·         Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, penerapan).

·         Semua/sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian sehingga semua/sebagian besar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam RPP dapat diukur ketercapaiannya.

·         Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti.

·         Memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal.

·         Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.

·         Informasi yang diperoleh lebih kaya.

b)      Kelemahan:

·         Butir soal yang ditulis cenderung mengukur proses berpikir rendah.

·         Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga membutuhkan waktu lebih lama.

·         Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka.

·         Anak tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal.

Upaya untuk meminimalkan kelemahan:

·         Agar soal yang ditulis dapat mengukur tujuan pembelajaran yang ditetapkan  penulis harus berorientasi pada kisi-kisi soal.

·         Menguasai  materi dengan baik dan latihan terus menerus hingga betul-betul mahir.

·         Menuliskan butir soal dengan baik sesuai kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan dan memperbanyak jumlah alternatif jawaban menjadi empat atau lima.

·         Dengan tes objektif anak tidak dapat mengemukakan idenya sendiri dapat diatasi dengan menggunakan tes uraian.

2.      Tes Uraian

a)      Keunggulan:

·         Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi.

·         Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat diukur dengan tes objektif.

·         Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat daripada waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif.

·         Menulis tes uraian yang baik relatif lebih mudah dari pada menulis tes objektif.

b)      Kelemahan:

·         Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan.

·         Sukar memeriksa jawaban siswa.

Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal, di antaranya:

·         Adanya hallo effect.

·         Adanya efek bawaan (carry over effect).

·         Efek urutan pemeriksaan ( order effect).

·         Pengaruh penggunaan bahasa.

·         Pengaruh tulisan tangan.

Upaya untuk meminimalkan kelemahan :

1)      Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian adalah membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa (tes uraian terbatas)

2)      Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa adalah dengan memeriksa hasil ujian tanpa nama.

3)      Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah:

-        Gunakan tes uraian terbatas.

-        Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa.

-        Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua.

-        Lakukan uji coba pemeriksaan.

4)      Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan/menutup nama peserta tes.

5)      Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara memeriksa jawaban soal nomor 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa soal nomor 2 jugauntuk keseluruh siswa begitu seterusnya sampai butir soal terakhir.

6)      Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika sudah merasa lelah dalam memeriksa.

 

B.     Mengembangkan Tes

Ada dua jenis tes yang paling sering digunakan di sekolah yaitu tes objektif dan tes uraian. Jika akan menulis tes objektif maka anda tidak cukup hanya menulis pertanyaan saja tetapi juga dituntut untuk menyediakan alternatif jawaban yang harus dipilih siswa. Peserta tes hanya tinggal memilih jawaban mana yang dianggap paling benar. Tetapi jika akan menulis tes uraian, anda tidak perlu menyediakan alternatif jawabannya. Untuk mengerjakan tes uraian, siswa diminta menjawab pertanyaan dengan menggunakkan kata-kata sendiri.

1.    Tes Objektif

a)      Tes Benar-Salah

Butir soal benar-salah merupakan butir soal yang terdiri dari suatu pernyataan dimana siswa diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah, tepat atau tidak tepat, ya atau tidak. Karena pada umumnya siswa hanya diminta untuk menentukan benar atau salah tentang suatu pernyataan maka butir soal ini lebih dikenal dengan butir soal benar-salah.

Pada umumnya tes benar-salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebearannya suatu pernyataan mengenai: fakta, definisi, prinsip, teori, hukum dan sebagainya.

Butir soal benar-salah mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan, keunggulan butir soal benar-salah antara lain mudah dikonstruksi, dapat menanyakan banyak sampel mater, mudah penskorannya, dan tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir yang sederhana.

Kelemahan yang paling menonjol pada butir soal benar-salah adalah probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50 %. Jadi kemungkinan untuk menjawab benar dan salah adalah sama. Di samping itu sebagian besar butir soal benar-salah hanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.

b)      Tes Menjodohkan

Tes menjodohkan merupakan tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama merupakan pokok soal atau disebut juga dengan premis sedangkan kolom kedua adalah kolom jawaban atau disebut juga dengan respon.

Sebagai alat ukur hasil belajar tes menjodohkan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Tes menjodohkan mudah dibuat, mudah penskoran, dan dapat menguji banyak materi yang telah diajarkan kepada siswa. Mengukur kemapuan siswa dalam menghubungkan dua hal baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Kelemahan utama dari tes menjodohkan sama dengan tes benar-salah yaitu butir soal yang dibuat cendrung mengukur hasil belajar yang sederhana.

c)      Tes Pilihan Ganda

Tes objektif  jenis pilihan ganda ini merupakan jenis objektif yang paling banyak digunakan di sekolah. Konstruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal (stem) dan alternatif jawaban (option). Satu diantara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh (distraktor).

Tetapi berdasarkan pengalaman, penulis soal banyak yang menemui kesulitan untuk membuat alternatif jawaban yang baik apabila mereka diminta untuk menulis tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban.

Ada lima ragam pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:

1.      Melengkapi pilihan

2.      Hubungan antarhal

3.      Analisis kasus

4.      Ganda kompleks

5.      Membaca diagram, tabel atau grafik.

 

2.    Tes Uraian

Gronlund &Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu tes uraian terbuka (Extended Response Question) dan tes uraian terbatas ( Restricted Response Question).

Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide, mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang, membuat rencana suatu eksperiman mengevaluasi manfaat suatu ide dan sebagainya.

Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemapuan siswa dalam menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memformulasikan hipotesis merumuskan kesimpulan.       

Beberapa hal yang perlu anda perhatikan pada saat mengkonstruksi tes uraian antara lain :

a)    Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah anda buat.

b)   Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar atau tidak tepat jika diukur dengan tes objektif.

c)    Untuk membantu mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat mengukur jenjang berfikir tinggi, kembangkanlah butir soal tersebut dari suatu kasus.

d)   Gunakan tes uraian terbatas. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan tes uraian terbatas.

e)    Usahakan agar pertanyaan yang anda berikan mengungkap pendapat siswa bukan hanya sekedar menyebutkan fakta.

f)    Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi siswa.

g)   Rancanglah sejumlah pertanyaan yang memang dapat dikerjakan oleh siswa dalam suatu waktu ujian yang telah anda tentukan.

h)   Hindari penggunaan pertanyaan pilihan.

i)     Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan baik.

Setelah menulis butir soal uraian maka anda harus segera membuat garis besar tentang jawaban yang tepat untuk setiap butir soal. Garis besar jawaban inilah yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk memeriksa hasil jawaban siswa.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memeriksa hasil tes uraian siswa yaitu metode analitik atau metode holistik tergantung jenis uraian yang digunakan. Jika anda menggunakan tes uraian terbuka maka cara pemeriksa hasil tes yang tepat adalah dengan menggunakan metode holistik.

Pemeriksaan jawaban siswa dengan menggunakan metode holistik dilakuakan dalam dua tahap, Pertama, pemeriksa memeriksa secara keseluruhan jawaban siswa. Dengan berdasar pada garis besar jawaban yang telah dibuat, pemeriksa memeriksa kualitas jawaban tersebut. Kemudian membuat pertimbangan untuk mengelompokkan jawaban tersebut ke dalam kelompok jawaban dengan kualitas A,B,C,D atau E. Kedua pemeriksa mengulang kembali pemeriksaan tersebut untuk lebih meyakinkan bahwa jawaban tersebut memang tepat masuk dalam kategori A,B,C.D atau E atau tidak.

 

C.     Perencanaan Tes

Tes hasil belajar dikatakan baik jika tes tersebut dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Idealnya semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran harus diukur ketercapaiannya. Tetapi mengingat keterbatasan waktu pelaksanaan ujian maka keadaan ini memaksa kita untuk memilih tujuan-tujuan penting mana yang harus diukur ketercapaiannya. Keadaan seperti itu dapat dicapai jika dalam menyusun tes tersebut dilakukan perencanaan yang baik.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara lain:

1.      Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi yang akan ditulis butir soalnya hendaknya dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2.      Jenis tes yang akan digunakan. Berhubungan erat dengan jumlah sampel materi yang dapat diukur, tingkat kognitif yang akan diukur, jumlah peserta tes, serta jumlah butir soal yang akan dibuat.

3.      Jenjang kemampuan berpikir yang ingin diuji. Setiap mata pelajaran mempunyai peekanan kemampuan yang berbeda dalam mengembangkan proses berpikir siswa.

4.      Ragam tes yang digunakan. Pemilihan ragam soal ini erat kaitannya dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5.      Sebaran tingkat kesukaran butir soal

6.      Waktu yang disediakan untuk pelaksanaan ujian. Lamanya waktu ujian merupakan faktor pembatas yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes.

7.      Jumlah butir soal. Penentuan jumlah butir soal yang tepat dalam satu kali ujian tergantung pada beberap hal antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ragam soal yang akan digunakan, proses berpikir yang ingin diukur, dan sebaran tingkat kesukaran dalam tes tersebut.

Untuk membantu mempermudah pengisian format kisi-kisi, lakukan langkah-langkah berikut:

1.      Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan anda gunakan.

2.      Tentukan pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang akan dipilih sebagai sampel materi yang akan diujikan.

3.      Tentukan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satu waktu ujian tersebut.

4.      Sebarkan jumlah butir soal tersebut per pokok bahasan.

5.      Distribusikan jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut ke dalam sub-pokok bahasan.

6.      Distribusikan jumlah butir soal per sub-pokok bahasan tersebut ke dalam kolom kolom.

KESIMPULAN

 

Tes merupakan alat ukur yang tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif. Untuk menentukan salah satu jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, harus berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Untuk dapat memilih jenis tes yang tepat, kita harus memahami keunggulan dan kelemahan dari tiap jenis tes, sehingga kita bisa memaksimalkan keunggulan tes yang kita gunakan dan menekan kelemahannya seminimal mungkin.

Keterampilan menulis tes yang baik (baik pada tes uraian maupun tes objektif) sangat diperlukan agar dapat menghasilkan tes yang baik.

Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi yang berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman dalam menulis setiap butir soal.

 

0 comments:

Post a Comment