Tuesday 24 May 2022

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

0 comments

 

 

TUGAS MAKALAH

MODUL 3

PENDIDIKAN IPS DI SD



PENDAHULUAN

A.     Latar belakang

Mengenai ruang lingkup esensi materi dari mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Geografi meliputi manusia, tempat dan lingkungan. Sejarah meliputi waktu, keberanjuran dan perubahan. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Memperhatikan pokok-pokok pemahaman dan pengertian kajian diatas, persoalan kota adalah berkenaan dengan pernyataan “kompetensi apa yang harus dimiliki oleh peserta didik kita; “bahan kajian apa yang perlu diberikan kepada anak didik kita?” aspek-aspek apa yang harus dinilai dari peserta didik’?. Bagaimanakah pendekatan, strategi dan cara yang harus dilakukan agar tujuan kegiatan belajar mengajar berhasil mencapai sasaran yang baik?

Secara lebih umum dapat kita katakan bahwa pengajaran IPS itu berkenaan dengan pengenalan dan pemahaman anak terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kini, yaitu yang lebih dikenal dengan Isu Sosial.

 

B.     Rumusan Masalah

1.     Identifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6?

2.     Identifikasi nilai dan sikap serta keterampilan intelektual/kemampuan analisis, personal daan sosial dalam kurikulum IPS SD 2006 Kelas 5 dan 6?

3.     Identifikasi ketrampilan (intelektual/analisis, personal dan sosial) dalam kurikulum IPS SD 2006 di kelas 5 dan 6.

4.     Contoh keterikatan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai sikap dan keterampilan (intelektual, personal, dan social) dalam konteks pendidikan IPS SD 2006 di kelas 5 dan 6.

 

C.     Tujuan Penulisan Makalah

1.     Memahami peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6.

2.     Mengetahui nilai dan sikap serta keterampilan intelektual/kemampuan analisis, personal daan sosial dalam kurikulum IPS SD 2006 Kelas 5 dan 6.

3.     Mampu mengidentifikasi ketrampilan (intelektual/analisis, personal dan sosial) dalam kurikulum IPS SD 2006 di kelas 5 dan 6.

4.     Mampu memberikan contoh keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai sikap dan keterampilan intelektual.

 BAB II

PEMBAHASAN

A.     Peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6

 

1.     Pengertian peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial

Peristiwa atau kejadian adalah hal-hal yang pernah terjadi, peristiwa merupakan suatu kejadian yang benar-benar dan pernah terjadi, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarannya, peristiwa ada yang bersifat alamiah dan insaniah; peristiwa yang bersifat alamiah, seperti banjir, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Peristiwa yang bersifat insaniah, seperti pemilu, pembangunan jembatan, krisis moneter.

 

Peristiwa atau kejadian yang telah diuji dan diketahui kebenarannya disebut fakta, fakta merupakan hasil dari observasi yang bisa dibuktikan secara empiris dan real. Menurut Banks (1985:85) fakta merupakan pernyataan positif dan rumusan sederhana. Fakta juga adalah data aktual, contohnya berikut ini :

a.  Jakarta adalah ibu kota negara republik indonesia

b.  Jarak antara kota a ke kota b adalah 150 km

c.   Bumi berputar mengelilingi matahari.

 

Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab :

a.  Kemampuan kita mengingat sangat terbatas

b.  Fakta bisa berubah setiap waktu

c.   Fakta hanya berkenaan dengan situas khusus

 

Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu (benda), gagasan atau peristiwa.

 

Konsep dapat dipelajari dengan efektif jika disertai dengan mengemukakan sejumlah contoh yang positif. Misalnya, kita mengemukakan konsep kota akan segera dapat dipahami jika pada siswa disebutkan contoh-contohnya seperti : Jakarta, Bandung, Medan, dan  sebagainya. Di samoing itu ada juga yang disebut non contoh, misalnya jika kita ingin mengembangkan pengertian “kebebasan”. Contoh positif dapat kita kemukakan tentang kebebasan manusia untuk menentukan pilihannya (misalnya yang sederhanasaja: memilih sekolah, warna pakaian, makanan dan sebagainya).

 

Menurut Schuneke (1988:16) generalisasi merupakan abstraksi dan sangat terikat konsep. Untuk memahami generalisasi diperlukan paling sedikit 2 konsep; bisa dari satu disiplin ilmu sosial atau dari disiplin ilmu sosial yang berbeda.

 

Hubungan antar peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dapat disimpulkan bahwa konsep menghubungkan fakta-fakta dan generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah pola hubungan yang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang lebih tinggi. Hasil pemikiran tersebut bisa merupakan kemungkinan  yang akan terjadi atau kepastian.

 

2.     Identifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6

Mari kita mencoba untuk mengidentifikasi peristiwa, fakta, konsep, generalisasi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulum SD 2006 Kelas 5 dan 6. Karena peristiwa, fakta, konsep, generalisasi jumlahnya begitu banyak maka kita akan mengambil beberapa contoh saja. Sebab itu merupakan tugas guru di kelas untuk mengembangkannya dalam proses KBM yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta kemampuan guru tersebut. Guru- guru dituntut kreativitasnya dalam mencari dan mengolah sumber belajar agar kegiatan mengajar yang dikelolanya menjadi lancer.

Contoh :

 

IPS kelas 5

Topik     : Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya

 

 Ada dua sub topic dalam topic 1 di atas, yaitu pertama “Keragaman penampakan alam dan buatan” sedangkan kedua “buatan dan pembagian wilayah waktu di Indonesia”

 

Peristiwa : boleh menggunakan peristiwa yang sering dialami siswa, misal musim hujan dan musim kemarau. Peristiwa ini dapat digunakan sebagai apersepsi dalam KBM.

 

Fakta

Fakta-fakta yang digunakan dalam topik ini adalah sebagai berikut :

(1).    Letak Negara Indonesia diantara 2 benua dan diapit oleh 2 Samudra.

(2).    Luas seluruh wilayah Indonesia mencapai 5.180.053 km2,terdiri atas daratan seluas 1.922.570 km2 dan lautan seluas 3.257.483 km2

(3).    Keadaan cuaca, terkait dengan iklim Indonesia yaitu tropis (4).  Jumlah propinsi Indonesia = 34 propinsi

(5).    Hasil SDA : perikanan, perkebunan, peternakan, pertanian, pertambangan, dan sebagainya

(6).    Kehidupan bangsa Indonesia: kondisi agraris- maritime (7).       Peta wilayah pembagian daerah waktu : WIB, WITA, WIT (8).       Perbedaan masing-masing daerah waktu

 

Fakta dapat ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar, peta, atlas, globe. Tampilan fakta kepada siswa dapat memanfaatkan IPTEK yang sedang berkembang saat ini sehingga menarik perhatian siswa dalam belajar IPS

 

Konsep :

Konsep yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

(1).    Musim hujan, musim kemarau, letak geografis (2).         Cuaca, iklim, iklim tropis, sub tropis

(3).    Flora fauna

(4).    dan sebagainya

 

Generalisasi:

Generalisasi yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

(1).    Keadaan iklim suhu dan curah hujan di suatu daerah mempengaruhi perkembangan jenis dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan di daerah tersebut. Kain tinggi letak suatu tempat di atas permukaan laut maka di daerah tersebut semakin banyak mendapat curah hujan.

(2).    Perkembangan teknologi cenderung mengubah pola hubungan antara kota, desa, dan mempengaruhi mobilitas penduduk, perdagangan, dan pelayanan

(3).    Dan seterusnya….

 

B.     Identifikasi nilai dan sikap serta keterampilan intelektual/kemampuan analisis, personal daan sosial dalam kurikulum IPS SD 2006 Kelas 5 dan 6?

Pada modul terdahulu telah dikemukakan betapa erat hubungannya antara nilai dan sikap, bahkan ditegaskan bahwa “nilai itu menyebabkan sikap”.

 

1.     Nilai dan sikap dalam kurikulum IPS SD 2006 kelas 5 dan 6

Gross (1978:25) menjelaskan, bahwa satu hal yang sangat penting yang harus dipertimbangkan dalam pendidikan IPS adalah segala tingkatan dan jenjang pendidikan adalah pendidikan nilai atau pendidikan moral.

 

Pandangan – pandangan tentang nilai dan pendidikan nilai diatas perlu kita pertimbangkan dalam aktivitas belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan IPS. Para siswa diharapkan mampu memilih mana nilai positif mana nilai negatif, bahkan di kemudian hari mereka dapat

 

berkontribusi untuk perbaikan kehidupan masyarakat itu sendiri sesuai dengan tatanan sistem nilai budaya bangsanya.

 

Bagaimanakah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengklasifikasi nilai-nilai itu? Tentu banyak alternatif yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya adalah apa yang dikemukakan oleh Ocha dan Jhonson (dalam gross 1978:215). Menurut pendapatnya, belajar nilai itu dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Cara yang efektif adalah melalui “action learning model”, dengan menekankan pengajaran skill agar dapat berpartisipasi di dalam masyarakat. Yang penting bahwa siswa yang masih sangat remaja didorong untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayatinya. Proses belajar model ini berjalan sirkuler, tidak linear, artinya seseorag dapat saja menempati tahapan tertentu, tetapi di dalam lingkaran penahapan yang berulang.

 

Bagaimana tumbuhnya kesadaran nilai itu?

Untuk menjawab pertanyaan itu marilah kita ikuti penjelasan dari Kohlberg secara singkat sebagai berikut (Joice dan Weil, 1972:125-127):

a.  Tingkat prekonvensional

1).    Tahap 1 : tahap kepatuhan bukan atas dasar hormat kepada peratuarn normal yang mendasarinya melainkan karena takut hukuman

2).    Tahap 2 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang memenuhi kebutuhan sendiri, yaitu “jika anda baik kepadaku, maka aku juga baik kepadamu”.

 

b.  Tingkat konvensional

1).    Tahap 3 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan mendapat persetujuan dari mereka agar menjadi “anak yang manis”

2).    Tahap 4: tahap orientasi hukum dan ketertiban. Bertindak moral berdasarkan rasa hormat kepada pemegang otoritas (pemerintah, atasan, penguasa) serta peraturan- peraturan yang sudah pasti, dan berusaha memelihara ketertiban masyarakat.

 

c.   Tingkat pasca konvensional, otonomi berprinsip.

1).    Tahap 5 : tahap orientasi kontak sosial yang berdasarkan hukum. Telah tumbuh pandangan rasional, legalistik serta menghargai kemaslahatan untuk kepentingan umum.

2).    Tahap 6 : tahap orientasi etika universal. Berbuat baik karena mengikuti suara hati nurani sesuai dengan prinsip – prinsip etika yang dilihatnya. Berdasarkan pertimbangan logis, universaltas dan konsistensi.

 

Guru tentu harus mengambil posisi, tapi bukan posisi dibelakang layar. Guru yang bersikap seperti itu berdiri dibelakang layar adalah tidak “fair”. Tidak terbuka. Ia mengambil strategi menghindar dari persoalan jika masalah nilai muncul ke permukaan, (Banks:409) menyebutkan dengan Evasion Strategy.

 

Disamping sikap menghindar tersebut tadi ada juga sikap guru yang cenderung senang melakukan indotrinasi nilai kepada siswanya. Guru seperti ini, mengajarkan nilai kepada siswanya dengan anggapan bahwa yang dianggap benar adalah apa yang disepakati orang dewasa.

 

Kedua sikap diatas kiranya perlu mendapat perbaikan siswa memiliki kepedulian dengan pengembangan nilai. Untuk itu tidak boleh menghindar atau bertindak otoriter.

 

Menurut Notonagoro (Darmodiharjo, 1979 : 55:56) nilai terbagi atas 3 bagian sebagai berikut:

a.  Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia

b.  Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan

c.   Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam sebagai berikut

1).    Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta)

 

pub-4394891337809022" crossorigin="anonymous">

2).    Nilai keindahan yang bersumber pada unsur-unsur rasa manusia, estetis.

3).    Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (karsa, etik)

4).    Nilai religius, yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak.

Nilai religius ini bersumber pada keyakinan manusia.

 

Ada beberapa teori tentang pembentukan sikap yang perlu diketahui guru.

Pertama, dikenal dengan nama Theoretic of learning, teori ini berkenaan dengan proses conditioning, dimana terdapat pertalian antara Stimulus (S) dengan respon (R). Teori ini dirintis oleh Thorndike, Skinner dan Crowder. Menurut teori ini proses belajar sangat penting artinya dalam pembentukan sikap. Dikatakannya, sikap positif terhadap objek akan tumbuh jika dalam interaksi belajar itu diikuti oleh suatu “event” yang menyenangkan (reward). Sebaliknya jika event itu tidak menyenangkan diperkirakan akan timbul sikap negatif terhadap objek yang dihadapinya. Response yang penting dalam menghadapi objek ialah responses evaluative. Secara sederhana proses terbentuknya sikap adalah sebagai berikut:

a.  Mula-mula diperoleh belief (kepercayaan) tentang objek, artinya diperoleh hubungan antara objek dengan atribut-atributnya lainnya.

b.  Berkenaan dengan atribut tumbuhlah response evaluatif mengenai objek

c.   Melalui conditioning, response evaluative ini dikaitkan dengan objek

d.  Response evaluative ini berakumulasi maka jika kemudian objek itu muncul lagi tumbuhlah sikap terhadap objek secara menyeluruh. Untuk itu memperkokoh sikap yang positif besar sekali peranan reinforcement.

 

Kedua, disebut Modeling Theoretic teori ini dikembangkan oleh Bandura. Sikap tumbuh dengan cara dipelajari langsung dengan mengamati kegiatan perilaku orang yang dijadikan model atau contoh.

 

Ketiga, disebut Balance Of Theoretic (teori keseimbangan), dikembangkan oleh Heider. Menurut teori ini perolehan informasi yang mampu memperluas wawasan dan mendukung persoalan pada proporsi yang tepat sangat penting dalam rangka mencapai keseimbangan.

 

Dari ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dibentuk dengan 2 cara utama sebagai berikut:

a.  Melalui proses belajar (mendapatkan informasi yang benar)

b.  Melalui keteladanan dari orang-orang yang dijadikan contoh

 

Mari kita ungkapkan nilai dan sikap yang terdapat pada metri pelajaran IPS berdasarkan kurikulum 2006. Berikut ini kita ambil beberapa contohnya.

 

Contoh

 

IPS Kelas 6

Topik 1       : Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia/Pemerintahan

 

Nilai yang dapat kita ungkapkan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

 Nilai Material

Siswa merasakan manfaat persatuan dan kesatuan bangsa bagi kehidupan masyarakatnya. Kondisi ini ditunjukkan dengan kondisi yang aman sehingga proses pembangunan dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.

 

 Nilai Vital

(1).    Kedisiplinan, disiplin yang tinggi diperlukan dalam mengelola organisasi, bagaimanapun ukuran organisasi itu baik sekolah, RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, atau negara sekalipun.

 

(2).    Semangat persatuan bangsa

Semangat ini menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, atau lebih dikenal sebagai gotong royong. Dengan adanya gotong royong tersebut dapat membina kerjasama dala kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

(3).    Taat / Patuh

Patuh terhadap peraturan merupakan karakteristik utama manusia sebagai makhluk sosial. Kepatuhan tersebut memerlukan kesadaran kedua belah pihak, yaitu pihak yang membuat peraturan dan pihak yang menaati peraturan.

 

 Nilai Kerohanian

(1).     Nilai keagamaan

(2).     Mengerti dan memahami secara rasional tugas-tugas pemerintahan baik pusat atau daerah

(3).     Mencintai keteraturan, keserasian, keindahan (4).          Dan seterusnya

 

Sikap yang dapat kita kembangkan, misalnya berikut ini:

(1).  Sikap keagamaan sesuai dengan nilai diatas

(2).  Tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi disekitarnya (3). Rasional dalam menerima informasi dari berbagai pihak

(4).  Sikap “ingin mengetahui” persoalan – persoalan yang terjadi disekitarnya, hal ini penting untuk membiasakans emangat belajar mandiri

(5).  Dan seterusnya

 

2.     Ketrampilan intelektual, personal, dan social dalam kurikulm IPS SD 2006 di kelas 5 dan 6

 

Pada modul 2 telah dikemukakan bahwa aspek keterampilan/kemampuan analisis dalam pengajaran IPS itu hanya dicapai jika guru mengintegrasikan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Artinya guru harus memprogram kegiatan belajarnya dengan pendekatan CBSA penuh (menggunakan berbagai metode mengajar).

 

Pengalaman berharga yang diperoleh siswa itu akan memberikan manfaat, misalnya berikut ini.

a.      Siswa dapat memperdalam pemahaman dan pengertian materi pelajaran juga mampu mengembangkan sikap dan keterampilannya.

b.     Mendorong siswa berpikir kritis dan realistis

c.      Pengalaman menghadapkan siswa kepada keadaan yang sebenarnya.

d.      Pengalaman itu akan berakumulasi agar diperoleh pengalaman yang lebih mendalam lagi.

 

Dalam hal ini guru harus mengupayakan agar

a.      Pengalaman itu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa

b.     Pengalaman itu beragam, tidak menjemukan

 

Seperti telah kita bahas dalam modul terdahulu bahwa keterampilan itu terdiri atas 3 bagian berikut ini

a.      Keterampilan intelektual/kemampuan analisis, keterampilan berpikir

1).   Sejumlah      proses      melukiskan,     menyimpulkan      ,     menganalisis      informasi, konseptualisasi, generalisasi, membuat keputusan

2).   Membuat kesimpulan: memahami dan menerangkan berdasarkan pengamatan.

3).   Menganalisis    informasi:    kemampuan    untuk    mengamai     secara     hati-hati    dan merumuskan kesimpulan.

4).   Konseptualisasi: membuat konsep melalui proses pembentukan konsep.

5).   Membuat    generalisasi     :    ketika    membuat    generalisasi,     mereka    merumuskan pernyataan yang menunjukkan bagaimana konsep itu berkaitan.

 

b.     Keterampilan personal

Ketrampilan yang dibutuhkan oleh tiap siswa khususnya dalam mempelajari IPS dalam prosesnya, antara lain membaca peta, membuat denah rumah, peta RT dan RW, mengenal waktu dan kronologi

c.      Keterampilan social

Manusia adalah makhluk sosial yang tinggal dalam kelompok, belajar dengan kelompok (nilai, kepercayaan, perilaku) belajar dari yang lain dalam situasi kelompok, memiliki sifat kemanusiannya di dalam hubungan dengan yang lain di dalam kelompok.

 

Menurut Johnson & Johnson kelompok adalah kumpulan perorangan dalam interaksi tatap muka, menyadari hubunganya sendiri, menyadari sifat keanggotaannya, dan mendapat kepuasan dalam partisipasinya.

 

1).   Kebutuhan akan pengembangan keterampilan berkelompok

Masyarakat manusia pada dasarnya adalah masyarakat demokratis. Mereka harus dapat berperan dengan sebaik-baiknya dalam masyarakat, tahu bagaimana acara menggunakan pengaruhnya dalam masyarakat.

Warga negara yang efektif adalah warga negara yang dapat menggunakan pengaruhnya dalam masalah umum, dengan meyakinkan kelompok tentang pentingnyamencapai tujuan.

 

2).   Peningkatan keterampilan kelompok (sosial)

Siswa memerlukan pengembangan keterampilan kelompokuntuk menjadi warga negara yang efektif di masyarakat, belajar bagaimana menjadi pemimpin yang sukses, pengikut yang efektif, bagaimana melakukan kontribusi secara produktif dalam kelompok, mampu menjadi pendengar yang baik, menyatakan pikirannya sehingga dipahami masyarkat.

Kelompok efektif mampu melihat suatu perkara dari kerangka dan acuan yang berbeda. Mampu berkomunikasi dan berkompromi.ada diantara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, ada yang rendah atau sedang.

 

C.     Contoh keterikatan antara peristiwa, fakta, konsep, generalisasi, nilai sikap dan keterampilan (intelektual, personal, dan social) dalam konteks pendidikan IPS SD 2006 di kelas 5 dan 6.

Fakta, konsep, generalisasi, serta nilai, sikap dan keterampilan itu tidak dapat dipisahkan karena memang semua aspek tersebut terikat dalam struktur pendidikan IPS. Dalam pengembangan kurikulum di kelas, guru harus memperhatikan hal ini jika perlu kaitan tersebut dalam kegiatan belajar mengajar maka proses belajar mengajar yang kita kelola akan menjadi verbalistik, sasaran tujuan pencapaian hasil belajar akan terhenti pada aspek pengetahuan saja. Dan hal itu bukan tujuan Pendidikan IPS.

 

Pengembangan kurikulum yang melaksanakan prinsip tersebut di atas selanjutnya akan terlihat dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Di dalam praktek KBM-lah sesungguhnya kenyataan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan itu akan tampak.

 

Berikut adalah salah satu contoh KBM yang dapat menunjukkan adanya keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, nilai, sikap, dan ketrampilan siswa.

 

Contoh :

 

Topik 1       :    Perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang  (materi pelajaran, yaitu zaman pergerakan Nasional)

 

KD              :    mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

 

Indikator     :    Siswa mengenal arti Pergerakan Nasional dan arti Sumpah Pemuda bagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia

 

A.     Ranah Kognitif, setelah mempelajari topic ini siswa diharapkan dapat : 1). Menceritakan latar belakang timbulnya pergerakan nasional

2).    Menerangkan tokoh-tokoh sumpah pemuda

3).    Menceritakan tokoh-tokoh yang berperan dalam Sumpah Pemuda

 

4).    Menunjukkan arti Pergerakan Nasional dan Sumpah Pemuda bagi persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia

 

B.     Ranah Affektif

1). Menghayati jasa para pelopor Pergerakan Nasional 2). Mengapresiasi jiwa Sumpah Pemuda

 

C.     Ranah Psikomotorik

1).    Mencoba melakukan wawancara untuk memahami makna zaman Pergerakan Nasional dengan tokoh-tokoh tertentu.

2).    Memahami makna Sumpah Pemuda melalui proses diskusi kelas.

 

Peristiwa sebagai bahan kajian :

Peringatan hari kebangkitan nasional atau Sumpah Pemuda

 

Fakta-fakta sebagai bahan kajian :

1). Gambar-gambar dari tokoh-tokoh sejarah 2). Naskah Sumpah Pemuda

3). Gambar gedung-gedung bersejarah bagi pergerakan nasional 4). Gambar suasan kota Jakarta pada zaman penjajahan

 

Konsep :

1).   Nasionalisme, Imperialisme, dan Kolonialisme

2).   Kaum pergerakan, Persatuan bangsa, kemerdekaan, dominasi asing, Patriotisme, organisasi politik, HAM, dan sebagainya

 

Generalisasi :

1). Setiap manusia masyarakat pasti mengalami perubahan 2). Penjajahan pasti menimbulkan konflik dan kesengsaraan

3). Perwujudan nasionalisme disesuaikan dengan tantangan zamanya

 

Nilai :

1).   Nilai Material : siswa merasa telah menikmati hasil kemerdekaan 2). Nilai Vital meliputi

-     Cermat, dalam meneliti ulasan sejarah

-     objektif, dalam menilai informasi

-     kreatif, dalam memprediksi 3). Nilai Kerohanian:

-     Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

-     Rasional dalam berargumentasi

-     Memiliki empati terhadap pengorbanan para pahlawan

-     Rasa tanggung jawab atas nikmat kemerdekaan dan seterusnya.

 

Sikap :

1). Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa disertai tanggung jawab 2). Tanggap terhadap perkembangan zaman

3).   Bersikap ernika dan toleran terhadap pendapat orang lain

4).   Bangga sebagai bangsa Indonesia dan mencintai bangsa dan tanah airnya 5). Dan seterusnya

 

Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis,

1).   melukiskan, menyimpulkan , menganalisis informasi, konseptualisasi, generalisasi, membuat keputusan

2).   menyusun    informasi,   membentuk    konsep,    generalisasi,     mengorganisasikan     informasi, mengkritik informasi, mengambil keputusan, menafsirkan fakta, menyusun laporan

Keterampilan Personal

1).   Membaca peta, membuat denah, membuat peta, mengenal waktu dan kronologisnya, menerjemahkan konsep waktu, bekerja dalam kelompok.

2).   Ketrampilan praktis,(membuat peta, dan lain-lain) belajar mandiri, memimpin dalam diskusi, mengendalikan emosi dan lain-lain

 

Keterampilan Sosial

Berkontribusi memberikan gagasan, menjadi pendengar yang baik, mampu menjelaskan, mampu mengadakan wawancara, mampu berperan dengan baik, mampu bertanya dengan baik dan seterusnya


BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Setelah menelaah esensi kurikulum IPS SD 2006, maka dapat kami simpulkan bahwa:

1.     Hubungan antar peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dapat disimpulkan bahwa konsep menghubungkan fakta-fakta dan generalisasi menghubungkan beberapa konsep. Dengan hubungan itu terbentuklah pola hubungan yang mempunyai makna, yang menggambarkan hasil pemikiran yang lebih tinggi. Hasil pemikiran tersebut bisa merupakan kemungkinan  yang akan terjadi atau kepastian.

2.     Belajar nilai itu dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Cara yang efektif adalah melalui “action learning model”, dengan menekankan pengajaran skill agar dapat berpartisipasi di dalam masyarakat.

3.     Sikap dapat dibentuk dengan 2 cara utama yaitu melalui proses belajar (mendapatkan informasi yang benar) dan melalui keteladanan dari orang-orang yang dijadikan contoh

4.     Di dalam praktek KBM-lah sesungguhnya kenyataan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan itu akan tampak.

 

 

B.     Saran

Fakta, konsep, generalisasi, serta nilai, sikap dan keterampilan itu tidak dapat dipisahkan karena memang semua aspek tersebut terikat dalam struktur pendidikan IPS. Dalam pengembangan kurikulum di kelas, guru harus memperhatikan hal ini jika perlu kaitan tersebut dalam kegiatan belajar mengajar maka proses belajar mengajar yang kita kelola akan menjadi verbalistik, sasaran tujuan pencapaian hasil belajar akan terhenti pada aspek pengetahuan saja. Dan hal itu bukan tujuan Pendidikan IPS.

0 comments:

Post a Comment