|
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan asesmen alternatif dalam penilaian hasil belajar
siswa muncul pada tahun 1980-an, sebagi akibat banyaknya kritik terhadap
asesmen tradisional yang hanya menggunakan tes tertulis. Hal ini hanya dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif dan keterampilan
sederhana. Tes tertulis
hanya dapat mengukur Sebagian kecil dari hasil belajar siswa dan tidak dapat
mengukur hasil belajar yang komplek
Kelemahan yang timbul dalam proses tes
ini dalam pembelajaran yang dikenal dengan asesmen alternatif. Dengan
menggunakan asesmen alternatif maka guru akan mampu mengukur keseluruhan hasil
belajar siswa, dalam ranah afektif dan psikomotor. Asesmen alternatif mampu
mengukur proses belajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan:
1.
Menjelaskan konsep dan
pentingnya asesmen alternatif
2.
Menjelaskan keunggulan
dan kelemahan asesmen alternatif
3.
Mengembangkan alat
ukur afektif
C. Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini
adalah:
1.
Mengetahui konsep dan
pentingnya asesmen alternatif
2.
Mengetahui keunggulan
dan kelemahan asesmen alternatif
3.
Mengetahui alat ukur
afektif
BAB II
PEMBAHASAN
Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Asesmen
Alternatif
A. Konsep Dasar Asesmen Alternatif
Asesmen merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari
berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi untuk menilai hasil belajar dan
perkembangan belajar.
Ada beberapa istilah dalam asasmen yaitu traditional assesment, performance
assesment, authentic assesment, potofolio assesment, achievement assesment dan
alternative assesment .
Ø
Traditional
assesment mengacu pada tes tulis
Ø
Performance
assesment yaitu siswa diminta untuk kinerja
nyata dalam dalam penyelesaian tugas. Authentic Assesment yaitu penerapan siswa di luar sekolah berdasarkan kemampuannya.
Ø
Portofolio
assesment yaitu kumpulan hasil karya siswa.
Ø Achivement assesment tes yaitu tulis untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.
Ø
Alternative
assesment tes yang tidak hanya dengan tes tulis
namun merupakan
alternatif dari asesmen traditional.
B. Landasan Psikologis
Asesmen alternatif
dilaksanakan berdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologi
kognitif, antara lain
1.
Teori fleksibilitas
kognitif dari R. Spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar
adalah kompleks dan tidak terstruktur.
2.
Teori belajar Bruner
(1966)
Menurut bruner, pembelajaran harus diarahkan pada
belajar penemuan(discovery learning). Setelah guru mengajarkan konsep,
informasi, dan keterampilan diharapkan anak dapat menerapkannya.
3.
Generative learning
model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Inti dari generative learning ini adalah otak
tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
menginterpretasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi tersebut.
Jadi siswa harus aktif memaknai apa yang sedang dipelajariny
4.
Experiential learning
theory dari C. Rogers (1969)
Teori ini sangat menarik karena melibatkan
pribadi siswa, inisiatif siswa, penilaian diri siswa, dan dampak langsung yang
terjadi pada diri siswa yang belajar dalam proses belajar
5.
Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner
(1983)
Suatu
kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan
untuk menunjukkan suatu produk yang dihargai oleh satu atau lebih
budaya.
C. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif
1)
Keunggulan asesmen alternatif :
Ø Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
Ø Menyajikan hasil penilaian yang lebih
kongkrit,langsung dan lengkap.
Ø Meningkatkan motivasi siswa
Ø Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
Ø Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap
hasil karyanya sendiri.
Ø Membantu guru untuk menilai efektifitas
pembelajaran yang dilakukan.
Ø Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di
kehidupan sehari hari
2)
Kelemahan asesmen alternatif :
Ø
Membutuhkan
banyak waktu
Ø
Adanya
unsur subyektif dalam penilaian
Ø
Ketetapan
penskoran rendah
Ø
Tidak
tepat untuk kelas besar
Kegiatan Belajar 2: Bentuk Asesmen Kinerja
Struktuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari
dua poin, yaitu tugas (task) dan penilaian (rublic)
A. Tugas
Di bawah ini beberapa contoh tugas siswa.
1)
Computer adaptive
casting
2)
Tes pilihan ganda yang
diperluas
3)
Tes uraian Terbuka
4)
Tugas individu
5)
Tugas kelompok
6)
Proyek
7)
Interview
8)
Pengamatan
Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah :
1.
Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang akan dimiliki siswa
setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2.
Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuan siswa
dalam berpikir dan ketrampilan. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan
keluasaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
3.
Menetapkan kriteria keberhasilan.
Setelah tugas disusun dengan
baik maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan yang
akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja siswa. Kriteria
keberhasilan yang dibuat sebaiknya secara rinci sehingga dapat menilai setiap
kinerja yang diharapkan. Kriteria tersebut diperlukan agar guru dapat
memberikan penilaian yang obyektif.Sebelum tugas dan rubrik digunakan , kita
perlu menilai kualitas rubrik dan tugas yang telah kita buat.
B. Kriteria Penilaian (Rubrik)
Berdasarkan jenisnya rubrik dibedakan menjadi dua yaitu, holistic
rubric dan analytic rubric.
1.
Hoslistic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek yang akan dinilai serta
deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya seperti itu, holistic
rubric dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja.
Secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam menilai kinerja siswa antara lain:
·
Kualitas pengerjaan
siswa
·
Kreatifitas dalam
mengerjakan tugas
·
Produk tugas
Contoh:
Dimensi Kinerja |
Skor |
Deskripsi |
1.
Kualitas pengerjaan
tugas |
4 3 2 1 |
Tugas dikerjakan dengan sangat baik dan akurat Tugas dikerjakan dengan baik tetapi kurang
akurat Kualitas pengerjaan tugas kurang baik dan
kurang akurat Kualitas pengerjaan tugas tidak baik dan tidak
akurat |
2.
Kreatifitas dalam
pengerjaan tugas |
4 3 2 1 |
Mampu memodifikasi prosedur dalam kondisi yang
menantang Mampu memodifikasi prosedur tetapi atas bantuan
instruktur Mampu memodifikasi prosedur setelah diberi
contoh instruktur Tugas hanya dikerjakan dengan prosedur baku |
3.
Produk tugas |
4 3 2 1 |
Secara keseluruhan produk tugas sangat baik Secara keseluruhan produk tugas baik Secara keseluruhan produk tugas sedang Secara keseluruhan produk tugas tidak bagus |
2.
Analitic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi
setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang seperti itu, analythic
rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja tertentu.
Kegiatan Belajar 3: Asesmen
Portofolio
A.
Pengertian dan tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara
sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang
dilakukan siswa dari waktu ke waktu. Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan
pottofolio adalah sebagai berikut:
1.
Menunjukkan
perkembangan hasil belajar siswa
2.
Menunjukkan
kemampuan siswa
3.
Menilai
keseluruhan hasil belajar siswa
Sedangkan asesmen
portofolio adalah asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya
kerjasama antara guru dan murid. Asesmen fortofolio tidak hanya sekedar
kumpulan hasil karya siswa yang terpenting adalah proses seleksi yang dilakukan
berdasarkan kriteria tertentu untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya.
Kumpulan hasil karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi
sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan.
B.
Perencanaan Portofolio
Menurut Shaklee ( 1997 ) delapan pedoman yang harus diperhatikan
saat merencanakan portofolio adalah:
1.
Menentukan
kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen portofolio
2.
Menerjemahkan
kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar yang dapat
diamati.
3.
Menggunakan
kriteria , memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikukum.
4.
Menentukan
orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa.
5.
Menentukan
jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6.
Menentukan
cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang
dikumpulkan
7.
Menentukan
sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan informasi
dan asesmen portofolio
8.
Mengatur
bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas, atau isi agar kita dapat
membandingkan.
Pelaksaan portofolio
Berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru
kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Dalam pelaksanaannya tugas guru adalah :
Ø Mendorong dan memotivasi siswa
Ø Memonitor pelaksanaan tugas
Ø Memberikan umpan balik
Ø Memamerkan hasil portofolio siswa
Pengumpulan bukti portofolio
Beberapa guru
memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap siswa. Satu fortofolio
disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu lagi
digunakan sebagai portofolio yang terus dikembangkan oleh siswa. Setipa satu
minggu sekali atau dua minggu sekali, guru dan siswa mereview karya siswa
kemudian memperbaikinya. Setelah itu guru dan siswa menyeleksi hasil perbaikan
untuk dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti perkembangan
siswa.
Tahap penilaian
Ø Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang
disepakati bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran.
Ø Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten
Ø Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan
pembelajaran berikutnya.
Ø Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan
Kegiatan Belajar
4 : Penilaian Ranah
Kognitif
A.
Konsep Dasar
Kemampuan afektif
merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan
pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi
afektif siswa. Menurut Krathwohl ( dalam Groundlund and Linn, 1990) ranah
afektif terdiri dari 5 level yaitu;
1) Receiving
2) Responding
3) Valuing
4) Organization
5) Characterization
Karakteristik yang
penting dalam ranah afektif adalah :
1) Sikap
2) Minat
3) Konsep diri
4) Nilai
B. Cara Penilaian Afektif
Menurut Ericson,
penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengamatan langsung
Yaitu dengan
memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu,
benda, orang, gambar, atau kejadian.
2) Wawancara
Dilakukan dengan
memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup
3) Angket / kuisioner
Merupakan suatu
perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik
berupa pilihan pertanyaan atau pilihan dalam bentuk angka.
4) Teknik Proyektil
Merupakan tugas atau
pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta untuk mendiskusikan
hal tersebut menurut penafsirannya.
5) Pengukuran Terselubung
Merupakan pengamatan
tentang sikap dan tingkah laku seseorang dimana yang diamati tidak tahu bahwa
ia sedang diamati.
C.
Langkah-langkah Pengembangan Instrumen
Afektif
Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya,
pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan :
1.
Merumuskan
tujuan pengukuran afektif
Pengembangan
alat ukur afektif bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan siswa. Hasil
pengukuran nilai berupa nilai dan keyakinan siswa yang positif dan negatif.
Sekolah berkewajiban mengembangkan nilai dan keyakinan positif dan
menghilangkan nilai dan keyakinan negatif.
2.
Mencari
definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
Pencarian
definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari buku teks yang relevan.
3.
Menentukan
definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur
4.
Menjabarkan
definisi operasional variabel sesuai dengan jumlah indikator
5.
Menggunakan
indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam instrumen.
6.
Mengukir
kembali setiap butir pertanyaan.
7.
Melakukan
uji coba
8.
Menyempurnakan
instrumen
9.
Mengadministrasikan
instrumen
Artinya adalah pengambilan
data di lapangan. Untuk mengambil data di lapangan perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu:
a.
Kesiapan
perangkat instrumen
b.
Tenaga
lapangan
c.
Kesiapan
responden
BAB III
KESIMPULAN
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan
psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki
minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil
pembelajaran yang optimal. Fakta yang ada hingga saat ini adalah pembelajaran
masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
DAFTAR PUSTAKA
Suryanto, Adi dkk. (2008). Evaluasi Pembelajaran
di Sd. Jakarta: Universitas Terbuka
0 comments:
Post a Comment