Friday 17 June 2022

APRESIASI MUSIK DAN TARI

0 comments

 

MAKALAH

PENDIDIKAN SENI DI SD


 

MODUL 9

APRESIASIMUSIK DAN TARI

MODUL 10

APRESIASI SENI RUPA ANAK

KEGIATAN BELAJAR 1

Apresiasi Musik Anak

Arti kata apresiasi (appreciation) adalah penghargaan. Apresiasi seseorang muncul karena adanya pemahaman yang dihasilkan dari pengetahuan dan/atau penilaian atas sebuah karya musik. Karya musik untuk anak-anak SD di semua daerah dan negara memiliki bentuk yang mirip. Ciri-ciri lagu anak pada umumnya sederhana, dan riang. Sederhana dalam hal nada dan ritme dibandingkan dengan lagu orang dewasa. Lagu-lagu anak SD lebih banyak berbentuk musik vocal yang mengutamakan syair bila dibandingkan dengan music instrumentalnyya. Strukturnya pun pada umumnya terdiri dari satu hingga tiga bagian. Syair lagu-lagu anak SD biasanya berisi tentang kehidupan anak itu sendiri maupun lingkungannya, seperti lagu :

-          Lihat kebunku

-          Balonku

Selain hal diatas, lagu anak ada juga yang berupa kekaguman akan ciptaan Tuhan, seperti lagu:

-          Pelangi

-          Twinkle-twinkle Little Star

Syair yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah juga digunakan untuk menjelaskan suatu konsep atau menghafalkan sesuatu hal. Contoh :

-          Satu ditambah satu (pelajaran berhitung)

-          ABC (pelajaran mengenal huruf/abjad)

-          DOREMI dari ‘’The Sound of Music’’ (pelajaran solmisasi music)

Bentuk Musik : Motif dan Prasa

Suatu motif adalah unsur-unsur melodi pendek, ritme atau harmoni yang digunakan secara berulang-ulang sampai membentuk suatu bagian. Pemahaman dalam motif, dapat dilihat pada lagu ‘’Bagimu Negeri’’ karya Kusbini.

Dalam sebuah music, biasanya terdiri dari beberasa frasa, yang akan membentuk sebuah kalimat lagu. Sebuah kalimat dalam lagu sederhana, biasanya terdiri dari beberapa frasa, yaitu frasa pertanyaan/pernyataan dan frasa jawab. Lagu yang hanya terdiri dari satu kalimat pertanyaan dan satu kalimat jawaban, bentuknya disebut lagu satu bagian. Lagu jenis ini tidak terlalu banyak jumlahnya. Bentuk lagu yang banyak ditemukan adalah lagu dua bagian. Bentuk lagu dua bagian ini sangat banyak dijumpai pada lagu-lagu sederhana, seperti pada lagu anak-anak, pop, lagu wajib, dan lagu dolanan. Berikut dua conton lagu dengan dua bagian: ‘’Satu Nusa Satu Bangsa’’ dan ‘’O Ina Ni Keke’’.

A.  Karya Musik Indonesia

1.      Musik Tradisional

Lagu tradisional di Indonesia umumnya tidak menggunakan tangganada diatonic tetapi tangganada pentatonic. Di daerah Jawa lagu jenis ini banyak ditemukan. Berikut contohnya:

a.       ‘’Gundul Pacul’’ ciptaan RC. Hardjosuro (satu bagian)

b.      ‘’Gambang Suling’’ ciptaan Ki Nartosabdo (satu bagian)

c.       ‘’Manuk Dadali’’ lagu daerah Jawa Barat

2.      Musik Mancanegara

Beberapa lagu mancanegara yang telah dikenal di Indonesia dapat dianalisis bentuknya. Contoh karya musik mancanegara diantaranya :

a.       ‘’Happy Birthday’’ (satu bagian)

b.      ‘’Twinkle-twinkle Little Star’’ (satu bagian)

c.       ‘’Dohremi’’ (dua bagian)

B.  Komponis Lagu Anak

1.      Komponis Lagu Indonesia

a.       Ibu Sud

Komponik lagu anak Indonesia ini lahir dengan nama Sarijah di Sukabumi, tanggal 26 Maret 1908. Nama Ibu Sud disandangnya setelah bersuamikan pak Bintang Sudibyo. Lagu ciptaannya lebih dari 100 buah lagu. Buku ‘’Ketilabg’’, merupakan buku kumpulan lagu-lagu ciptaannya.

Adapun lagu ciptaan beliau yang terkenal diantaranya :

o   ‘’Burung Kutilang’’

o   ‘’Kereta Apimu’’

o   ‘’Kampung Halamanku’’

o   ‘’Menanam Jagung’’

o   ‘’Berkibarlah Benderaku’’

b.      A.T Mahmud

Beliau lahir di Palembang, dan kini menetap di Jakarta. Lagu-lagu anak ciptaan beliau, diantaranya :

o   ‘’Pelangi’’

o   ‘’Ombak’’

o   ‘’Kupu-kupu’’

o   ‘’Larilah Kudaku’’

o   ‘’Awan Putih’’

c.       Pak Dal

Lagu-lagu ciptaan Pak Dal diantaranya :

o   ‘’Tahun Baru’’

o   ‘’Berlabuh’’

o   ‘’Teka-teki’’

o   ‘’Burungku’’

d.      WR Supratman

W.R Supratman kita kenal lewat lagu kebangsaan ‘’Indonesia Raya’’. Beliau lahir di Purwerojo, Jawa Tengah, pada tanggal 9 Maret 1903. Pada Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, lagu ciptaannya ‘’Indonesia Raya’’ diperdengarkan untuk pertama kalinya kepada peserta kongres.

Berikut adalah lagu-lagu ciptaannya :

o   ‘’Ibu Kita Kartini’’ (1929)

o   ‘’Mars Kepanduan Bangsa Indonesia’’ (1930)

o   ‘’Di Timur Matahari’’ (1930)

o   ‘’Parindra’’ (1938)

Pada tanggal 17 Agustus 1938, beliau meninggal dan menerima penghargaan Bintang Mahaputera Anumerta, selain sebagai Pahlawan Nasional.

e.       C. Simanjuntak

Cornel Simanjuntak lahir di Tapanuli tahun 1920. Tanggal 11 September 1961, pada usia 41 tahun, beliau meninggal dunia. Lagu-lagu ciptannya antara lain :

o   ‘’Tanah Tumpah Darahku’’

o   ‘’Indonesia Merdeka’’

o   ‘’Maju Tak Gentar’’

o   ‘’ O, Angin’’

f.       Ismail Marzuki

Komponis ini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Mei 1914. Dari beliau lahir beberapa lagu yang berkisah tentang perjuangan dan keindahan alam Indonesia, diantaranya :

o   ‘’Rayuan Pulau Kelapa’’

o   ‘’Selendang Sutera’’

o   ‘’Sepadang Mta Bola

2.      Komponis Lagu Tradisional

Komponis-komponis lagu tradisional Indonesia jarang dikenal karena lagu-lagu tradisional pada umumnya berkembang dengan sendirinya secara lisan dan turun temurun di lingkungan daerah tertentu.

3.      Komponis Lagu Asing

a.       Zoltan Kodaly (1882-1967)

b.      John Spencer (1816-1880)

KEGIATAN BELAJAR 2

Apresiasi Tari Anak

A.  Tari Tradisional Indonesia

Tari tradisional ada karena lahirnya peradaban manusia yang secara turun-temurun mewariskan karya tari pada keturunannya. Tari tradisional secara jelas dapat dibedakan menjadi dua, yakni tari tradisional kerakyatan dan tari tradisional yang disebut klasik.

Tari tradisional kerakyatan adalah tari tradisional yang hidup berkembang dilingkungan pedesaan atau di luar tembok istana. Tari tradisional klasik adalah tari tradisional yang hidup dan berkembang di lingkungan istana dan kraton. Dengan demikian, jenis tari tradisional klasik hanya dikenal di lingkungan kraton, sedangkan seni kerakyatan lebih dikenal masyarakat di daerah pedesaan.

B.  Apresiasi Kreasi Baru Anak

Tari modern disebut juga dengan tari kreasi baru. Tari jenis ini dapat bersumber dari dua jenis tarian terdahulu yaitu kerakyatan dan klasik. Tari kreasi baru merupakan hasil dari sebuah proses kreasi dari bentuk aslinya. Tampilan tari kreasi baru mencerminkan sikap dinamis yang menjadi tuntutan masyarakat.

Tari kreasi baru secra prinsip mampu memberi nuansa baru meskipun materinya lama. Baru dalam pemahaman ini adalah format yang dikemas sedemikian rupa sehingga aspek yang membentuk kebaruan itu tidak lagi nampak.

1.      Materi Apresiasi Tari Anak

Untuk memperkenalkan tari sejak usia dini anak perlu diperkenalkan dulu denga nasal mula gerak yang kemudian menjadi tari. Gerak dalam tari kita kenal ada dua jenis. Pertama, gerak murni dan kedua, gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak yang masih wantah apa adanya, sedangkan gerak maknawi adalah gerak yang sudah memiliki makna atau tujuan tertentu.

Berawal dari gerak wantah (murni) kemudian menjadi gerak maknawi itu adalah proses terbentuknya sebuah karya tari yang lebih dikenal dengan proses stilasi. Sebagai contoh atau gambaran dari proses itu misalnya orang berjalan, jika mengalami distrorsi kemudian stilasi akan terwujud sebuh gerak dalam tari Jawa yang disebut Tayungan. Tayungan merupakan rsuatu ragam berjalan untuk tari.

2.      Materi Apresiasi Tari Modern/Aplikasi Baru Untuk Anak

Untuk mengapresiasi jenis tari modern ini dapat ditempuh dengan du acara, yakni secara pasif dan secara aktif. Pasif dalam pemahaman ini hanya sebatas melihat atau mnegamati suatu karya tari. Kedua secara aktif, karena melibatkan langsung anak untuk berlatih membawakan tarian.

C.  Manfaat Kegiatan Mengapresiasi Tari Bagi Anak

1.      Apresiasi Sebagai Media Komunikasi

Apresiasi secara umum dapat diambil manfaatnya untuk memberikan sentuhan estetis bagi anak.dengan mengenal dan memahami berbagai cabang seni yang ada, anak dapat melatih dirinya untuk peka terhadap lingkungan serta tanggap terhadap rangsangan sensoris.

2.      Apresiasi Sebagai Media Pendidikan

Secara edukatif, apresiasi dapat menumbuhkan pengalaman berfikir kreatif bagi anak. Kegiatan berkesenian bagi anak merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan bakat yang ada pada anak.

3.      Apresiasi Sebagai Media Bermain

Banyak contoh yang bisa disampaikan misalnya tradisi anak-anak di Jawa pada saat terang bulan. Anak-anak bermain di halaman rumah sambil bernyanyi Jamuran dan berlenggak-lenggok sesuai irama. Mereka bermain bertemu dengan sesama teman.

4.      Mengapresiasi Karya dan Koreografi Tari

Mengapresiasi karya seni tari dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Secara aktif siswa dapat dilibatkan langsung dalam sebuah pementasan. Untuk apresiasi yang pasif, siswa cukup menyaksikan pertunjukan-pertunjukan yang disajikan tanpa harus ikut bergabung menjadi bagian dari pertunjukan itu. Mengenal koreografer tari anak di Indonesia tidak banyak dikenal. Ada beberapa koreografer yang dikenal karena aktivitasnya menari.

5.      Mengenal Tari dari Sumber Tema

Tari tema adalah belajar tari dengan ide-ide Gerakan tari yang bersumber dari tema cerita tertentu. Tema tari dapat dieksplorasi melalui gerak-gerak tari yang dipasdukan dengan iringan sederhana. Dengan demikian anak akan mampu memadukan untur tari, tari, tema cerita anak, dan pemeranan.

MODUL 10

APRESIASI SENI RUPA ANAK

KEGIATAN BELAJAR 1

Manfaat Belajar Seni Bagi Anak Usia SD

Secara garis besar manfaat belajar seni rupa dapat diuraikan sebagai berikut.

1.    Seni Rupa Sebagai Bahasa Visual

Dalam proses berkarya seni, pikiran dan prasaan anak aktif bahkan pikiran anak bercampur dengan perasaannya. Anak pada usia dini belum dapat membedakan makna berpikir dengan merasakan; semuanya masih menyatu dalam kegiatan yang bersifat refleksi. Alam pikiran dan perasaan anak ini terungkap dalam karya rupa anak.

2.    Seni Membantu Pertumbuhan Mental

Dalam pandangan psikologi humanistic, perkembangan anak dipengaruhi oleh factor lingkungan (teori behavioural), seperti teman-teman di sekelilingnya, guru kelas, ataupun orangtua saja dan factor internal (internal factor).

3.    Seni Rupa Membantu Belajar Bidang yang Lain

Secara konseptual pembelajaran seni rupa kepada anak adalah suatu proses berlatih mempelajari ide, gagasan, memahami sesuatu yang diwujudkan dalam gambar. Kegiatan seni rupa sebenarnya merupakan pelatihan, pembimbingan, pemahaman serta pembinaan semangat mencipta, berproduksi karya akan menghasilkan sosok pribadi yang utuh, seperti berkembangnya cipta, rasa dan karsanya.

Secara garis besar peranan pelajaran seni rupa adalah membantu mengembangkan daya nalar siswa.

 

KEGIATAN BELAJAR 2

Karakteristik Seni Rupa Anak

1.    Istilah Menggambar dan Melukis

Istilah menggambar diangkat dari Bahasa Inggris to draw, sedangkan melukis dari kata to paint. To draw berarti menggores atau membuat garis, atau berupa garis; berkait dengan karya seni rupa istilah menggambar ialah kegiatan menggores sehingga membentuk bidang gambar. To paint berarti mengecat atau membuat blok dengan warna; istilah melukis untuk menunjukkan karya gambar yang dihasilkan dari kegiatan memblok warna (lihat kegiatan orang mengecat dinding).

2.    Tema Karya Seni Rupa Anak

Tema berasal dari Bahasa Inggris theme (Bahasa Yunani) dalam kesusasteraan artinya suatu soal atau buah pikiran yang diuraikan dalam suatu karangan, dalam seni rupa suatu hal yang dijadikan isi dari suatu ciptaan, hal ini biasanya dikutip dari dunia kenyataan, tetapi dilukiskan dengan memakai alat-alat kesenian semata-mata (Shadily, 1975:7).

Jika dikaitkan dengan lukisan maka yang dimaksudkan tema adalah pokok dalam sebuah cerita yang dikemukakan senimannya, tentu saja lewat medium karya lukis. Tema lukisan akan akan hadir sebelum seorang seniman memulai berkarya seni; di dalamnya terjadi proses persiapan berkarya, seperti persepsi, motivasi, atau dorongan yang berupa keinginan yang kuat untuk mencipta karya seni.

3.    Ciri Umum Lukisan Anak

a.       Gaya lukisan anak bermacam-macam, sesuai dengan motivasi (minat) atau dorongan berkarya. Berikut beberapa gaya lukisan anak yang dapat kita jumpai.

(1)   Gaya wiracarita (heroism), yaitu lukisan yang menggambarkan cerita kepahlawanan, kepatriotan.

(2)   Gaya dekoratif, ditandai dengan munculnya bentuk-bentuk konturistik (berupa garis) dan jika warna yang dipilih berupa blok warna dengan sedikit nuansa.

(3)   Gaya komik, merupakan gaya lukisan anak dengan memanfaatkan cerita lebih dahulu, oleh karenanya gaya ini mirip dengan cerita bergambar (cergam).

(4)   Gaya potret, merupakan gambar wajah seseorang, baik tokoh idola maupun tokoh yang sering bergaul dalam kehidupan sehari-hari, seperti potret ibuku, kakakku atau yang lain yang dibuat oleh anak.

b.      Komposisi karya seni rupa anak-anak dapat berupa :

(1)   Posisi tumpeng-tindih (juxta position)

Dalam menggambar anak meletakkan posisi objek yang jatuh berada di atas. Persepsi ini, seperti dalam prespektif lukisan kuno (tradisi) di mana objek yang berada di posisi jauh terlihat di atas.

(2)   Bertumpu pada garis besar (folding over)

Karakteristik lukisan berkomposisi berdiri di atas garis dasar ini merupakan kebiasaan anak. Jika dilihat dari sudut perkembangan kejiwaannya, anak masih mengalami kebingungan menentukan bentuk prespektif.

(3)   Rebahan (rabatement)

Komposisi rebahan dimaksudkan adalah penggambaran objek secara rebahan atau tidur. Komposisi ini tidak jauh dari sifat gambar berdiri di atas garis dasar.

(4)   Stereo type

Komposisi stereo type adalam susunan elemen bentuk yang diulang-ulang. Contohnya ialah padi yang mengisi kotak sawah.

(5)   X-Ray atau transparent

Sifat X-Ray atau transparan atau tembus pandang. Bentuk tembus pandang memperlihatkan figure yang seharusnya tidak tampak.

c.       Type gambar anak diantaranya adalah :

(1)   Haptic

Jika dikaitkan dengan gambar anak maka haptic adalah jenis karya gambar anak yang lebih cenderung mengungkapkan rasa daripada pikiran. Sehingga model/bentuk/tampilannya kelihatan ekspresif dan menghasilkan bentuk-bentuk perasaan.

(2)   Non-Haptic

Tipe non-haptic cenderung mendapat pengaruh dari intellectual motivation. Oleh karenanya, figur-figur dan bahkan alur ceritanya tampak jelas. Pikiran anak dapat dibaca dalam gambar karena bentuknya yang mudah dikenali maksudnya.

(3)   Willing type

Istilah willing type merujuk makna tipe seseorang yang mengharapkan akan sesuatu. Tipe harapan (willing type) dalam gambar anak ditunjukkan oleh tema yang diangkat dalam materi pokok gambar (subject matter) berupa ungkapan harapan anak terhadap keinginan, cita-cita atau pun yang lain, seperto ramalan kejadian yang akan dating. Sebagai contoh: rumahku di dasar laut, roket anti peluru kendali, dan masih banyak lagi.

KEGIATAN BELAJAR 3

Periodisasi Gambar Anak

1.    Masa Coreng Moreng : Usia 1-4 tahun

a)      Judul Gambar yang berubah-ubah

Usia perkembangan garis; pada usia ini (sekitar 1 sampai dengan 2 tahun) anak masih melatih diri mengkoordinasikan bentuk garis yang sempurna maupun yang kurang tepat.

b)      Mulai mengidentifikasi objek dengan judul yang mantap

Ketika anak sudah mulai menyadari bahwa gambarnya sudah dapat dibaca orang lain, dan seiring dengan perkembangan usia biologis di mana mata mampu melihat objek dengan detail, maka gambarpun mulai berubah

2.    Masa Prabagan (Preschematic) : Usia 4-7 tahun

Pada masa prabagan ini anak sudah mulai mengenal dirinya, baik jenis kelamin maupun eksistensi dirinya dalam hubungan keluarga maupun masyarakat sosialnya.

3.    Masa Bagan (Schematic) : Usia 7-9 tahun

Masa bagan juga ditandai dengan kematangan berpikir general, oleh sebagian anak laki-laki menggambar dijadikan sarana bermain dan bercerita tentang kepahlawanan. Pada masa bagan anak sudah mulai mengenal perspektif sederhana. Pengenalan perspektof semakin tampak, barangkali anak sudah belajar matematika, dimana bentuk tiga dimensi sudah menjadi dasar pandangannya.

4.    Masa Realisme Awal (Dwaning Realism) : Usia 9-11 tahun

Pada umumnya, anak pada periode ini cenderung menggambar cerita secara lengkap, misalnya; ‘belajar naik sepeda’, ‘temanku yang mempunyai badan kekar’, atau cerita yang diambil dari hasil pengematannya melihat film seri di televisi.

5.    Masa Realisme Semu (Pseudo Realism) : Usia 11-14 tahun

Gambar anak usia ini sudah detail, namun mengalami kesulitan mengungkapkan bentuk-bentuk visual. Pikiran anak telah detail, rasional dan realistis, pengalaman melihat dan mengamati bentuk sudah cukup detail akan tetapi koordinasi tangan belum sesuai sehingga karya-karya rupa dikatakan setengah jadi. Bagi anak pada masa ini sudah menyadari akan makna keindahan dan estetika berani mempertahankan gambarnya.

0 comments:

Post a Comment