Friday 3 June 2022

HAKIKAT PENGELOLAAN KELAS

0 comments

 

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD

MODUL 10

PENGELOLAAN KELAS



KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat Pengelolaan Kelas

A.        Hakikat Pengelolaan Kelas

1.      Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata pengelolaan dan kata kelas. Pengelolaan dalam bahasa Inggris diistilahkan sebagai Management, itu berarti istilah pengelolaan identik dengan manajement. Pengertian pengelolaan atau manajement pada umumnya yaitu kegiatan-kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.

Sedangkan definisi kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pembelajaran dan pembelajar (Hamalik, 2007). Sementara Ahmad (1995) mengatakan kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar.

Sedikit lebih komplek, Namawi (1999) memandang kelas dari dua sudut, yaitu: pertama; Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang di batasi oleh empat dinding, tempat sejumlah pebelajar berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan pebelajar menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kedua; Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Berikut ini penulis sajikan beberapa pengertian tentang pengelolaan kelas, antara lain: Arikunto (2000) mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan (secara umum). Lebih lanjut ia berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatuusaha yang di lakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut pebelajar dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, dan alat

 

 

Jadi secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai upaya merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelompok belajar yang dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun pengertian pengelolaan kelas secara terminology seperti yang diungkapkan oleh Wilford (James M.   Cooper,   1995),   yang   mengemukakan bahwa Classroom management is a complex set of behafiors the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to achieve their instructional objectives effeciently- that will enable them to learn maksudnya bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana pembelajar menggunakan untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan memampukan para pebelajar mencapai tujuan pembelajaran secara efesien.

Sedangkan Sudirman (dalam Djamarah 2006) “Pengelolaan Kelas adalah upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.” Kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh pembelajar.

Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat ( Weber ) Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas.

Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanza didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan zang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Kedua pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan.

Tindakan –tindakan yang perlu dilakukan guru/pembelajar dalam menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran adalah dengan melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara pembelajar-pebelajar secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar yang baik.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas (classroom manajement) adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pembelajar dalam upaya menciptakan kondisi lingkungan pembelajaran yang positif


dan produktif agar proses belajar mengajar agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Dengan kata lain, pengelolaan kelas adalah upaya memberdayakan potensi kelas melalui seperangkat keterampilan pembelajar intuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, positif, dan produktif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran untuk mengoptimalisasi proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan.

Dilihat dari sudut pandang sarana, penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya pembelajar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik agar tujuan kurikuler dapat tercapai secara optimal baik secara individual maupun kelompok.

Bertolak dari definisi tersebut, pada hakekatnya pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Berikut ini beberapa hakekat pengelolaan kelas :

A.      Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan pembelajar yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku yang diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklm sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif.

2.       Tujuan pengeloalaan kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Tujuan pembelajaran adalah membantu pebelajar mencapai tujuan pembelajaran.

3.       Pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat babi terciptanya proses pembelajaran yang efektif.

 

 

B.      Latar Belakang Pengelolaan Kelas

Pembelajar memiliki andil yang sangat besarterhadap keberhasilan pembelajaran di kelas. Pembelajar sangat berperan dalam membantu perkembangan potensi belajar untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas, pembelajar melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan membelajarkan dan dan kegiatan mengelola kelas.

Kegiatan membelajarkan berarti menemukan preskripsi-preskripsi baru untuk membuat pebelajar dapat belajar atau to make someone learn. Dalam bahasa Degeng (2000) Mengajar bagaikan tukang bersih sungai”. Artinya mengajar bukanlah “memindahkan pengetahuan dari seorang pembelajar kepada orang yang belajar (pebelajar)” melainkan lebih kepada upaya menata lingkungan agar pebelajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidak-menentuan, atau upaya membuat pebelajar bisa dan mau belajar. Dengan bantuan guru sebagai pembelajar,


para pebelajar akan mengetahui bagaimana cara belajar, dan memahami apa yang dipelajari untuk selanjutnya mereka mendapatkan pengetahuan baru, dan pada suatu waktu mampu mengungkapkan kembali pengetahuannya tersebut.

Mengajar adalah aktivitas yang mulia karena ia memberikan kemanfaatan kepada orang lain sedang dirinya sendiri mendapatkan kemanfaatan yaitu bertambah ilmunya sekaligus ia menjadi sosok yang mulia, mengajar tidaklah seperti lilin yang menerangi orang lain tetapi dirinya sendiri terbakar habis (Pidarta, 2001), melainkan mengajar ibarat tukang bersih sungai yang mengentas sampah, mengeruk lumpur dan pasirnya, dan memindahkan batu, kayu, kain yang menghalangi laju air mengalir (Degeng, 2000).

Mengajar adalah upaya mencari dan membuat preskripsi-preskripsi baru, sekaligus mengganti preskripsi lama yang sudah tidak baik, agar proses belajar terus berlangsung menyenangkan dan memberdayakan dalam semua waktu dan tempat, sehingga pebelajar dengan sendirinya tergerak untuk meningkatkan belajarnya atau apa yang menurut Zimmerman (1990), disebut Self Regulated Learning (SRL).

Dengan munculnya SRL pada diri pebelajar (self regulated learner), maka akan terjadi beberapa upaya, yaitu upaya untuk mengontrol perilaku, motivasi, dan kognisinya; upaya untuk mencapai beberapa tujuan; upaya untuk mengontrol aktivitasnya. Untuk itu diperlukan sosok pembelajar yang dalam praktek mengajarnya selalu mengupayakan cara-cara alternatif yang menjadikan self regulated learner itu menjadi nyata.

Profesi demikian tidaklah mungkin dijalankan tanpa ada rasa peduli dengan sesama, tanpa ada kesabaran yang luar biasa, tanpa ada ketulusan hati yang mendalam serta cinta yang membara untuk berbagi kepada sesama, sebagaimana yang berlaku pada tukang bersih sungai yakni melancarkan arus air mengalir.

Dengan ungkapan lain, aktivitas mengajar adalah menyiapkan kondisi pembelajaran, dan memilah sekaligus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal si belajar, mencari dan membuat preskripsi- preskripsi baru yang sesuai dengan diri pebelajar dan materi bahan ajar, (reigeluth, 2009).

Kegiatan guru yang kedua adalah kegiatan mengelola kelas, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar pebelajar termasuk komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat, dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Jadi pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas, melainkan juga mengelola berbagai hal yang tercakup dalam kompnen pembelajaran. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas yang kondusif. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Efektif berarti tercapainya tujuan sesuai dengan perencanaan yang dibuat secara tepat. Efesin adalah pencapaian


tujuan pembelajaran sebagaimana yang direncanakan dengan lebih cepat. Kedua tujuan ini harus dicapai dalam kelas, karena di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Pembelajar dengan segala kemampuannya, pebelajar denan seala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan bepadu serta berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan secara keseluruhan sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selakyaknya kelas dikelola    dengan    baik,    profesional,    dan    harus    terus-menerus     dalam perbaikan (continoues improvment).

Djamaroh (2006) menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi pembelajar, baik pemula maupun sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis profesional dan pembelajar adalah juga pengelolaan kelas”. Oleh karena itu, setiap pembelajar harus senantiasa mengembangkan potensi diri baik pada aspek substansi materi yang diajarkan maupun pada aspek penunjang keberhasilan seperti pengelolaan kelas ini. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan pebelajar selalu berubah. Hari ini pebelajar dapat belajar dengan aik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh terjadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional pebelajar.

C.       Tujuan Pengelolaan Kelas

Setiap penyakit ada obatnya seperti halnya setiap masalah pasti ada solusinya. Karenanya menjadi pembelajar haruslah kaya konsep, kaya cara, dan utun (ulet) mencari varian-varian baru mengenaipermasalahan di dalam kelas. Berbicara mengenai tujuan pengelolaan kelas, Ahmad (1995) mengatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :

1.        Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan pebelajar untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2.        Menghilagkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.

3.        Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan pebelajar belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual pebelajar dalam kelas.

4.        Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

Sedangkan tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (2000) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar pebelajar dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan pebelajar belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,


suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada pebelajar. Sementara Arikunto (2000) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Degeng (2000) menyatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar para pebelajar dapat belajar secara optimal dan memberdayakan dirinya sesuai potensi dan karakteristiknya sendiri.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, tujuan pengelolaan kelas adalah :

1.            Setiap pebelajar harus belajar, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yan harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.

2.            Setiap pebelajar terus melakukan belajar tanpa membuang waktu artinya setiap pebelajar akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

 

KEGIATAN BELAJAR 2

PENATAAN LINGKUNGAN KELAS

 

Keadaan ruang kelas dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Sela9in itu, hubungan sosio-emosional antara guru-siswa dan siswa-siswa juga dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.

 

A.    PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS

Pengelolaan kelas yang efektif bermula dari penataan ruangan kelas dan isinya. Penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995)

 

1.      Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas

Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah lakusiswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan dan barang- barang lainnya.


Menurut Louisell (1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal :

a.      Keleluasaan pandangan (visibility)

Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak mengganggu pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru atau benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.

b.      Mudah dicapai (accessibility)

Barang-barang yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada tempat yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa.

c.       Keuiwesan (flexibility)

Mudah untuk menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa dan guru.

d.      Kenyamanan

Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.

e.      Keindahan

Prinsip ini berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Kelas yang indah dan menyenangkan menggambarkan harapan guruterhadap prosesbelajar yang harus dilakukan dan tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran.

 

2.     Penataan Tempat Duduk

Setiap strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Pengaturan tempat duduk berpengaruh pada waktu yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995). Hasil penelitin (Louisell, 1992) menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer menghadap guru meningkatkan jumlah kerja yang dilakukan siswa.

 PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS

 

Winzer (1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri, dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan siswa serta antara siswa. Hubungan yang harmonis ini akan menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat dan efektif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.

 

3.      Karakteristik Guru

Keberhasilan guru dalam mengelola iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri. Beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru untuk terciptanya iklim psiko-sosial kelas :

a.      Disukai oleh siswanya

Sifat guru yang memungkinkan disenangi ialah periang, ramah, tulus hati, dan mendengarkankeluhan siswa serta percaya diri.

b.      Memiliki persepsi yang realistic tentang dirinya dan siswanya

Guru yang memiliki pandangan realistikterhadapkemampuan siswanya dan dirinya dapat menghambat efektivitas kegiatan pembelajaran. Guru yang terlalu memandang rendah kemampuan siswanya akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang membosankan. Guru yang memandang rendah kemampuan dirinya akan menunjukkan kurang percaya diri. Guru harus menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya. Disisi lain, guru juga berusaha meningkatkan kelebihan yang dimiliki siswa. Guru yang penuh perhatian, selalu memuji dan mempercayai siswa dapat menciptakan lingkungan psiko-sosial kelas yang memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.

c.       Akrab dengan siswa dalam batas hubungan guru-siswa

Guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal siswa lebih banyak. Berbincang-bincang dengan siswa diluar waktu sekolah tentang keluarga, hobi dan sebagainya akan banyak memberikan informasi kepada guru . namun perlu diingat bahwa hubungan yang terlalu dekat dengan siswa perlu dihindari agar siswa tetap menghormati dan menghargai guru.

 

d.      Bersikap positif terhadap pertanyaan / respon siswa

Sikap positif guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang menguasai materi yang sedang dibahas

e.      Sabar, teguh dan tegas

Sebagai guru kita dituntut untuk sabr. Bila kita tidak sabar, siswa akan merasa ketakutan untuk mengajukan masalh yang dihadapi. Selain itu, guru juga harus teguh dan tegas dalam memegang aturan.

 

4.      Hubungan Sosial Antarsiswa

Hubungan sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran. Apabila hubungan sosial antarsiswa terbina dengan baik, maka apabila ada temannya yang mengalami masalah, mereka akan membantunya. Perasaan ini bisa tumbuh pada diri siswa dengan cara memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar kelompok. Melalui kegiatan belajar kelompok siswa diharapkan akan dapat saling menerima serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Agar kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik , perhatikan hal berikut (Weber, 1977)

a.           Perilaku yang diharapkan

Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti dan realistik.

b.           Fungsi kepemimpinan

Mengacu pada upaya untuk memperlancar tercapainya tujuan kegiatan kelompok. Guru menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh seorang atau beberapa orang siswa tetapi kepada semua anggota kelompok untuk bekerja sama.

c.            Pola persahabatan siswa

Memebentuk hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban satu sama lain

d.           Norma / aturan

Sebagai pedoman bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana tindakan mereka terhadap anggota lain

 

e.           Kemampuan berkomunikasi

Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide kepada orang lain dan menangkap ide orang lain

f.             Kebersamaan

Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa bahwa tugas kelompok adalah tanggung jawab mereka semua.

 

Begitu pentingnya keenam aspek tersebut, guru harus menjelaskan pentingnya keenam aspek tersebut kepada siswa sehingga siswa berusaha menerapkannya.


DAFTAR PUSTAKA

·          Azhar, Imam. 2013. Pengelolaan Kelas Dari Teoritis Ke Praktis. Yogyakarta. Insyira

·          Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Cetakan III, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ).

·          Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1991).

·          Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ). 

0 comments:

Post a Comment