STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 10
KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat Pengelolaan Kelas
A.
Hakikat Pengelolaan Kelas
1.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata pengelolaan dan kata kelas. Pengelolaan dalam bahasa
Inggris diistilahkan sebagai Management,
itu berarti istilah pengelolaan
identik dengan manajement. Pengertian pengelolaan atau manajement pada umumnya
yaitu kegiatan-kegiatan meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
Sedangkan
definisi kelas adalah suatu kelompok orang
yang melakukan kegiatan belajar bersama
yang mendapat pembelajaran dan pembelajar (Hamalik,
2007). Sementara Ahmad (1995) mengatakan kelas ialah ruangan
belajar dan atau rombongan
belajar.
Sedikit
lebih komplek, Namawi (1999) memandang kelas dari dua sudut, yaitu: pertama; Kelas dalam arti sempit yakni,
ruangan yang di batasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah pebelajar berkumpul
untuk mengikuti proses
belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan pebelajar menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kedua; Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat
kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan
diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Berikut
ini penulis sajikan beberapa pengertian tentang pengelolaan kelas, antara lain: Arikunto (2000) mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah pengadministrasian, pengaturan atau
penataan suatu kegiatan (secara umum). Lebih
lanjut ia berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatuusaha yang di lakukan
oleh penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan. Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut pebelajar
dan pengelolaan fisik
(ruangan, perabot, dan alat
Jadi secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan
sebagai upaya merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelompok
belajar yang dilakukan
oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun pengertian pengelolaan kelas secara terminology seperti
yang diungkapkan oleh Wilford (James
M. Cooper, 1995),
yang
mengemukakan bahwa Classroom
management is a complex set of behafiors
the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students
to achieve their
instructional objectives
effeciently- that will enable them to learn maksudnya bahwa pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks
dimana pembelajar menggunakan untuk menata dan memelihara
kondisi kelas yang akan memampukan para pebelajar mencapai tujuan pembelajaran
secara efesien.
Sedangkan
Sudirman (dalam Djamarah 2006) “Pengelolaan Kelas adalah upaya dalam mendayagunakan potensi
kelas.” Kelas mempunyai
peranan dan fungsi
tertentu dalam menunjang
keberhasilan proses interaksi edukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas
harus dikelola sebaik-baiknya oleh pembelajar.
Pengelolaan
kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam
dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian
dari masing-masing pendekatan tersebut Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter
pengelolaan kelas adalah
kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah
laku siswa, guru berperan
menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin
secara ketat ( Weber ) Bagi sekolah
atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah
tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai
aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas.
Walaupun
menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan yang dirumuskan tentu saja tidak hanza didasarkan pada kemauan sepihak
dari pengelola sekolah
/kelas saja, melainkan dengan
memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan zang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, yaitu
untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kedua pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya
yang dilakukan oleh guru untuk memberi
kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Pengertian kedua ini
tentu saja bertolak belakang dengan pendapat
pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana
menciptakan kondisi siswa merasa aman
untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan.
Tindakan
–tindakan yang perlu dilakukan guru/pembelajar dalam menciptakan kondisi
lingkungan pembelajaran adalah dengan melakukan
komunikasi dan hubungan interpersonal antara
pembelajar-pebelajar secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan/persiapan mengajar yang baik.
Berdasarkan
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas (classroom
manajement) adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
pembelajar dalam upaya menciptakan kondisi
lingkungan pembelajaran yang positif
dan produktif
agar proses belajar
mengajar agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Dengan kata lain, pengelolaan
kelas adalah upaya memberdayakan potensi kelas melalui
seperangkat keterampilan pembelajar intuk menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif, positif, dan produktif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan
dalam pembelajaran untuk mengoptimalisasi proses pembelajaran sehingga
dapat diperoleh hasil yang
memuaskan.
Dilihat
dari sudut pandang sarana, penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya pembelajar untuk
mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematif yang mengarah pada
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan
ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi
proses belajar mengajar
berjalan dengan
baik agar tujuan kurikuler dapat tercapai secara
optimal baik secara
individual maupun kelompok.
Bertolak dari definisi tersebut,
pada hakekatnya pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses
pembelajaran yang lebih berkualitas. Berikut ini beberapa hakekat pengelolaan kelas :
A.
Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan
pembelajar yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya
tingkah laku yang diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal
yang baik dan iklm sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang
produktif dan efektif.
2.
Tujuan pengeloalaan kelas adalah menciptakan dan memelihara kondisi
kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif. Tujuan pembelajaran adalah membantu
pebelajar mencapai tujuan
pembelajaran.
3.
Pengelolaan kelas merupakan
aspek penting dalam proses pembelajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat babi terciptanya proses pembelajaran
yang efektif.
B. Latar Belakang Pengelolaan Kelas
Pembelajar
memiliki andil yang sangat besarterhadap keberhasilan pembelajaran di kelas. Pembelajar sangat berperan dalam
membantu perkembangan potensi belajar untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas, pembelajar melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu
kegiatan membelajarkan dan dan kegiatan mengelola kelas.
Kegiatan membelajarkan berarti menemukan preskripsi-preskripsi baru untuk membuat pebelajar dapat belajar atau to make someone learn. Dalam bahasa
Degeng (2000) “ Mengajar bagaikan
tukang bersih sungai”.
Artinya mengajar bukanlah
“memindahkan pengetahuan dari seorang pembelajar kepada orang yang belajar (pebelajar)” melainkan lebih kepada upaya menata lingkungan agar pebelajar termotivasi dalam menggali makna serta
menghargai ketidak-menentuan, atau upaya membuat pebelajar bisa dan mau belajar. Dengan
bantuan guru sebagai
pembelajar,
para pebelajar
akan mengetahui bagaimana
cara belajar, dan memahami apa yang dipelajari untuk selanjutnya mereka
mendapatkan pengetahuan baru, dan pada suatu
waktu mampu mengungkapkan kembali pengetahuannya tersebut.
Mengajar
adalah aktivitas yang mulia karena ia memberikan kemanfaatan kepada orang lain sedang dirinya sendiri
mendapatkan kemanfaatan yaitu bertambah ilmunya sekaligus ia menjadi sosok yang mulia, mengajar tidaklah seperti
lilin yang menerangi orang lain tetapi
dirinya sendiri terbakar habis (Pidarta, 2001), melainkan mengajar ibarat tukang bersih sungai yang mengentas
sampah, mengeruk lumpur dan pasirnya, dan memindahkan batu, kayu, kain yang menghalangi laju air mengalir
(Degeng, 2000).
Mengajar adalah
upaya mencari dan membuat preskripsi-preskripsi baru, sekaligus mengganti preskripsi lama yang sudah tidak baik, agar proses belajar
terus berlangsung menyenangkan dan memberdayakan dalam semua waktu dan tempat,
sehingga pebelajar dengan
sendirinya tergerak untuk meningkatkan belajarnya atau apa yang menurut
Zimmerman (1990), disebut Self Regulated Learning
(SRL).
Dengan munculnya
SRL pada diri pebelajar
(self regulated learner), maka akan terjadi
beberapa upaya, yaitu upaya untuk mengontrol perilaku,
motivasi, dan kognisinya; upaya untuk mencapai
beberapa tujuan; upaya untuk mengontrol aktivitasnya. Untuk itu diperlukan sosok pembelajar yang dalam
praktek mengajarnya selalu
mengupayakan cara-cara alternatif yang menjadikan self regulated learner itu menjadi nyata.
Profesi demikian tidaklah mungkin dijalankan tanpa ada rasa peduli dengan sesama,
tanpa ada kesabaran yang luar biasa, tanpa ada ketulusan hati yang
mendalam serta cinta yang membara
untuk berbagi kepada sesama, sebagaimana yang berlaku pada tukang
bersih sungai yakni melancarkan arus air mengalir.
Dengan ungkapan
lain, aktivitas mengajar
adalah menyiapkan kondisi
pembelajaran, dan memilah
sekaligus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal si
belajar, mencari dan membuat preskripsi- preskripsi
baru yang sesuai dengan diri pebelajar dan materi bahan ajar, (reigeluth, 2009).
Kegiatan
guru yang kedua adalah kegiatan mengelola kelas, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
pebelajar termasuk komponen
pembelajaran yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat, dan sumber, serta evaluasi
diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Jadi pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas,
fasilitas fisik dan rutinitas, melainkan
juga mengelola berbagai
hal yang tercakup
dalam kompnen pembelajaran. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana dan kondisi kelas yang kondusif. Sehingga proses belajar mengajar
dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Efektif
berarti tercapainya tujuan sesuai dengan perencanaan yang dibuat secara tepat. Efesin adalah pencapaian
tujuan pembelajaran sebagaimana yang direncanakan dengan lebih cepat.
Kedua tujuan ini harus dicapai dalam kelas, karena di
kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan
berproses. Pembelajar dengan segala kemampuannya, pebelajar denan seala latar belakang dan sifat-sifat individualnya.
Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi
serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan bepadu serta berinteraksi di kelas. Bahkan hasil
dari pendidikan secara keseluruhan sangat ditentukan oleh apa
yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selakyaknya
kelas dikelola dengan
baik,
profesional, dan
harus
terus-menerus dalam
perbaikan (continoues improvment).
Djamaroh (2006) menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi pembelajar, baik pemula maupun
sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis profesional dan
pembelajar adalah juga pengelolaan kelas”. Oleh
karena itu, setiap pembelajar harus senantiasa mengembangkan potensi diri baik pada aspek substansi
materi yang diajarkan
maupun pada aspek penunjang keberhasilan seperti pengelolaan kelas
ini. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari
waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan pebelajar selalu berubah.
Hari ini pebelajar dapat belajar dengan aik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin
terjadi persaingan yang sehat
dalam kelompok, sebaliknya di masa mendatang boleh terjadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu
dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental,
dan emosional pebelajar.
C. Tujuan Pengelolaan Kelas
Setiap
penyakit ada obatnya seperti halnya setiap masalah pasti ada solusinya. Karenanya
menjadi pembelajar haruslah
kaya konsep, kaya cara, dan utun (ulet) mencari
varian-varian baru mengenaipermasalahan di dalam kelas.
Berbicara mengenai tujuan pengelolaan kelas, Ahmad (1995)
mengatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :
1.
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan
belajar maupun sebagai kelompok
belajar yang memungkinkan pebelajar untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.
Menghilagkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi belajar mengajar.
3.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan pebelajar
belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual pebelajar
dalam kelas.
4.
Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Sedangkan
tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (2000) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan.
Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan
belajar pebelajar dalam lingkungan sosial,
emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu
memungkinkan pebelajar belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana
disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada pebelajar. Sementara Arikunto (2000)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.
Degeng (2000) menyatakan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar para
pebelajar dapat belajar secara optimal dan memberdayakan
dirinya sesuai potensi dan karakteristiknya sendiri.
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, tujuan pengelolaan kelas adalah :
1.
Setiap pebelajar harus belajar, tidak macet artinya tidak ada anak
yang terhenti karena tidak tahu ada
tugas yan harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.
2.
Setiap pebelajar terus melakukan belajar tanpa membuang waktu
artinya setiap pebelajar akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENATAAN LINGKUNGAN KELAS
Keadaan ruang kelas dapat mempengaruhi kegiatan
pembelajaran. Sela9in itu, hubungan
sosio-emosional antara guru-siswa dan siswa-siswa juga dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan pembelajaran.
A. PENATAAN LINGKUNGAN FISIK KELAS
Pengelolaan kelas yang efektif
bermula dari penataan
ruangan kelas dan isinya. Penataan
lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran (Winzer, 1995)
1.
Prinsip-prinsip Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik,
efektif serta mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan
utama penataan lingkungan fisik kelas ialah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah
munculnya tingkah lakusiswa yang
tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan dan barang- barang
lainnya.
Menurut Louisell
(1992), ketika menata lingkungan fisik kelas, guru harus mempertimbangkan 5 hal :
a. Keleluasaan pandangan (visibility)
Artinya penempatan atau penataan barang-barang didalam kelastidak mengganggu pandangan siswa dan gurusehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru atau benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Mudah dicapai (accessibility)
Barang-barang
yang digunakan siswa dalam pembelajaran diletakkan pada tempat yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siswa.
c.
Keuiwesan (flexibility)
Mudah untuk
menata dan memindahkan baran-barang untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
oleh siswa dan guru.
d. Kenyamanan
Prinsip kenyamanan berkenaan dengan temperature ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
e.
Keindahan
Prinsip ini
berkenaan dengan usaha guru menata ruangan kelasyang menyenangkan dan kondusif
bagi kegiatan pembelajaran. Kelas yang indah dan menyenangkan menggambarkan harapan guruterhadap prosesbelajar yang harus
dilakukan dan tingkah laku siswa
selama kegiatan pembelajaran.
2. Penataan Tempat Duduk
Setiap
strategi pembelajaran yang diterapkan guru menuntut tatanan tempat duduk yang berbeda-beda. Dengan kata lain, guru harus menata tempat duduk siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran.
Pengaturan tempat duduk berpengaruh pada waktu
yang digunakan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas (Winzer, 1995). Hasil penelitin
(Louisell, 1992) menunjukkan bahwa tempat duduk yang ditata berjejer
menghadap guru meningkatkan jumlah kerja yang dilakukan siswa.
PENATAAN LINGKUNGAN PSIKO-SOSIAL KELAS
Winzer
(1995) menyatakan bahwa iklim psiko-sosial kelas berpengaruh terhadap hasil belajar, konsep diri, rasa harga diri,
dan sikap siswa terhadap sekolah. Iklim psiko-sosial kelas berkenaan dengan hubungan sosial-pribadi antara guru dan
siswa serta antara siswa. Hubungan
yang harmonis ini akan menciptakan iklim psiko-sosial kelas yang sehat dan efektif
bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
3.
Karakteristik Guru
Keberhasilan guru dalam mengelola
iklim psiko-sosial kelas dipengaruhi oleh karakteristik guru itu sendiri.
Beberapa karakteristik yang harus dimiliki
guru untuk terciptanya iklim psiko-sosial kelas :
a. Disukai oleh siswanya
Sifat guru yang memungkinkan disenangi ialah periang,
ramah, tulus hati, dan mendengarkankeluhan siswa serta
percaya diri.
b.
Memiliki persepsi yang realistic tentang
dirinya dan siswanya
Guru yang memiliki pandangan realistikterhadapkemampuan siswanya dan dirinya
dapat menghambat efektivitas
kegiatan pembelajaran. Guru yang terlalu memandang rendah kemampuan
siswanya akan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang membosankan.
Guru yang memandang rendah kemampuan dirinya akan menunjukkan kurang percaya diri. Guru harus menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswanya. Disisi lain, guru juga berusaha
meningkatkan kelebihan yang dimiliki siswa. Guru
yang penuh perhatian, selalu memuji dan mempercayai siswa dapat menciptakan lingkungan psiko-sosial kelas yang
memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran.
c.
Akrab dengan siswa dalam batas hubungan
guru-siswa
Guru perlu menyediakan waktu untuk mengenal
siswa lebih banyak.
Berbincang-bincang dengan
siswa diluar waktu sekolah tentang keluarga, hobi dan sebagainya akan banyak memberikan informasi kepada guru . namun
perlu diingat bahwa hubungan yang terlalu dekat dengan
siswa perlu dihindari
agar siswa tetap menghormati dan menghargai guru.
d.
Bersikap positif terhadap
pertanyaan / respon siswa
Sikap positif
guru terhadap pertanyaan siswa akan muncul apabila guru memang menguasai
materi yang sedang dibahas
e. Sabar, teguh dan tegas
Sebagai guru kita dituntut
untuk sabr. Bila kita tidak sabar, siswa akan merasa
ketakutan untuk mengajukan
masalh yang dihadapi. Selain itu, guru juga harus teguh dan tegas dalam memegang
aturan.
4.
Hubungan Sosial Antarsiswa
Hubungan
sosial yang kurang baik antarsiswa dapat mengganggu lancarnya kegiatan pembelajaran. Apabila hubungan sosial
antarsiswa terbina dengan baik, maka apabila ada temannya yang mengalami masalah, mereka akan membantunya.
Perasaan ini bisa tumbuh pada diri siswa dengan
cara memberikan kesempatan pada mereka untuk belajar kelompok.
Melalui kegiatan belajar kelompok siswa diharapkan akan dapat saling
menerima serta menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Agar
kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik , perhatikan hal berikut (Weber, 1977)
a.
Perilaku yang diharapkan
Perilaku yang diharapkan harus dinyatakan kepada siswa dengan jelas, pasti dan realistik.
b.
Fungsi kepemimpinan
Mengacu pada upaya untuk
memperlancar tercapainya tujuan
kegiatan kelompok. Guru
menciptakan kegiatan kelompok yang tidak di dominasi oleh seorang atau
beberapa orang siswa tetapi
kepada semua anggota
kelompok untuk bekerja
sama.
c.
Pola persahabatan siswa
Memebentuk
hubungan interpersonal antar siswa, menunjukkan keakraban satu sama lain
d.
Norma / aturan
Sebagai pedoman
bagi anggota kelompok tentang apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana
tindakan mereka terhadap
anggota lain
e.
Kemampuan berkomunikasi
Mengacu pada kemampuan verbal dan nonverbal dalam menyampaikan ide kepada orang
lain dan menangkap
ide orang lain
f.
Kebersamaan
Memiliki rasa kebersamaan sehingga mererka merasa
bahwa tugas kelompok
adalah tanggung jawab
mereka semua.
Begitu pentingnya keenam
aspek tersebut, guru harus menjelaskan pentingnya keenam aspek tersebut kepada siswa sehingga
siswa berusaha menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Azhar, Imam. 2013.
Pengelolaan Kelas Dari Teoritis
Ke Praktis. Yogyakarta. Insyira
·
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Cetakan III, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2006 ).
·
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi,
Pengelolaan Pengajaran, ( Jakarta
: Rineka Cipta,
1991).
· Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Cetakan XIII, ( Bandung : Remaja Rosdakaarya, 2001 ).
0 comments:
Post a Comment