MAKALAH
PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD
MODUL 9
MODUL 10
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A.
BENTUK BAHAN AJAR
Bahan ajar berisi konten tertulis,
melalui media atau difasilitasi guru, yang digunakan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
diharapkan. Berbagai contoh bahan ajar adalah:
1.
Buku teks, biasanya
merupakan buku pegangan
bagi guru dan siswa.
2. Media taktil (manupulatives), adalah bahan yang digunakan dalam mempelajari suatu konsep, seperti
pasir yang digunakan
untuk membuktikan rumus volume tabung.
3. Progam
audio, adalah bahan ajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan mendengar para siswa.
4. Program video,
adalah bahan ajar yang menyajikan demonstrasi atau stimulasi dari suatu konsep.
5. Lembar kerja siswa, merupakan
lembaran panduan yang digunakan oleh siswa baik secara individual atau kelompok untuk mengerjakan suatu tugas
dari guru.
6. Handout, adalah
lembaran lepas yang berisi
materi pelajaran yang dibagikan kepada
siswa. Contohnya bahan seminar yang berisi materi yang ditayangkan kepada peserta seminar.
7.
Surat kabar, majalah,
internet, yaitu bahan
ajar yang berupa artikel-artikel
B.
BAHAN AJAR YANG DIGUNAKAN DI SEKOLAH
Bahan ajar yang sering digunakan guru
adalah buku teks dan LKS atau buku kerja siswa. Secara umum, buku teks sebagai
bahan ajar hendaknya
mengandung komponen- komponen tujuan pembelajaran, uraian
materi dan evaluasi. Sedangkan komponen yang ada dalam LKS, hendaknya berisi komponen tujuan, materi/sumber,
waktu, cara kerja, hasil yang diharapkan dan tindak lanjut.
Sementara itu, ada kelemahan bahan ajar
yang digunakan di SD, diantaranya adalah salah
konsep, tidak memadainya cakupan materi yang disajikan, penggunaan ilustrasi
yang kurang tepat, penyajian evaluasi
yang tidak sesuai dengan aturan pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
KEGIATAN BELAJAR 2 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DI SEKOLAH DASAR
Pengembangan bahan
ajar dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1.
Penulisan sendiri.
Dengan
menulis sendiri, guru dapat menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapainya serta kondisi lingkungan.
Tetapi guru dituntut untuk memiliki keterampilan dan pengalaman
dalalm menulis bahan ajar serta waktu dan sumber belajar yang tersedia.
2.
Penggunaan bahan ajar yang sudah tersedia.
Dalam hal ini, guru tinggal menggunakan
bahan ajar yang ada. Tetapi tidak semua bahan ajar yang ada sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapi
guru serta kondisi
lingkungan.
A.
PENULISAN BAHAN AJAR
Langkah yang dapat dilakukan guru dalam menulis
bahan ajar adalah:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Menyajikan
materi pelajaran, Materinya berdasarkan tujuan pembelajaran dan hendaknya sesuai dengan karakteristik dan
pengetahuan awal siswa, serta sarana dan prasarana yang ada. Disamping itu, uraian materi juga mencakup
ilustrasi (gambar, table, grafik atau contoh) dan tugas atau kegiatan yang harus
dilakukan siswa.
3. Mengembangkan
evaluasi. Komponen evaluasi
dikembangkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disajikan.
B.
PENGGUNAAN BAHAN AJAR YANG SUDAH TERSEDIA
Ada beberapa kriteria
yang dijadikan pedoman
dalam memilih bahan ajar, antara lain:
1.
Menurut Depdiknas (2004)
a. Kriteria filosofi,
berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan
b.
Kriteria psikopedagogis, berkenaan dengan
teori dan asumsi tentang proses terjadinya belajar
pada seseorang.
2.
Dick, Carey (2001)
a. Kriteria
yang berpusat pada tujuan,
memusatkan perhatian pada isi pembelajaran.
b.
Kriteria yang berkenan dengan siswa, kesesuaian bahan ajar dengan
kelompok target pengguna bahan ajar tersebut.
c.
Kriteria yang berpusat pada konteks, berkenaan
dengan kesesuaian bahan ajar yang
dipilih dengan konteks pembelajaran.
d.
Kriteria yang berpusat pada proses belajar,
berkenaan dengan ketepatan penyajian isi bahan
ajar.
3.
Menurut Onrnstein (1990)
dalam penggunaan bahan
ajar sebagai berikut :
1. Tujuan (objective)
2. Keterbacaan (readability)
3. Kegunaan (utility)
4. Kognisi (cognition)
5. Cakupan materi
(content coverage)
6. Audiovisual
7. Teori belajar ( learning theory)
8. Karakteristik fisik (physical characteristics)
MODUL 10
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
KEGIATAN BELAJAR 1
POTRET PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
A.
SARANA PRASARANA DAN KETERJANGKAUAN WILAYAH
Kendala
proses belajar mengajar
yang selama ini ditemukan adalah kurang memadainya sarana dan prasarana penunjang
yang ada. Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu komponen yang menunjang keberhasilan atau
ketercapaian tujuan pendidikan. Bagi yang
mengajar di daerah geografis terpencil sarana prasarana kurang mendukung
sehingga yang materi yang disampaikan
adalah kenyataan yang ditemukan setiap hari. Bagi yang mengajar di daerah yang telah dilengkapi dengan sarana
prasarana maka akan lebih mudah dan maju.
Yang menjadi sumber terbatasnya sarana dan prasarana
bagi suatu sekolah,
yaitu:
1. Letak geografis
yang jauh sehingga
untuk menjangkaunya diperlukan waktu dan alat transportasi yang memadai,
2. Kurangnya sinkron
informasi antar instansi
yang terkait,
3. Sarana yang ada tidak mampu menampung banyaknya jumlah siswa,
4. Kurangnya motivasi usia produktif untuk bersekolah karena kombinasi
keterbatasan sarana, dukungan keluarga dan keramahan alam.
B.
METODE PEMBELAJARAN
Ada beberapa
alasan banyak guru belum kompeten
yaitu
1. Guru
belum menguasai bahan ketika belajar atau kuliah dan guru mengajarkan yang
bukan bidangnya,
2. Banyak
guru yang dalam mengajar hanya menggunakan model yang sama, mereka kurang menguasai berbagai model pembelajaran yang sesuai perkembangan anak didik dan sesuai teori pendidikan yang baru.
C.
KETIDAKMERATAAN JUMLAH
GURU
Perbandingan antara guru yang mengajar di daerah terpencil dengan guru
yang mengajar di kota sangat jauh. Dari segi kuantitas, jumlah guru sebetulnya telah memadai, tetapi sisi pemerataan dan kualitasnya belum sesuai.
KEGIATAN BELAJAR
2
PEMBAHARUAN PEMBELAJARAN YANG DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR
A.
PEBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran Konstekstual adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan anatara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan anatar
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Konstektual adalah salah satu strategi pembelajaran yang berhubungan
dengan :
1. Fenomena kehidupan
sosial masyarakat, bahasa,
lingkungan hidup, harapan
dan cita tumbuh.
2. Fenomena dunia
pengalaman dan pengetahuan murid.
3. Kelas sebagai
fenomena sosial.
Pembelajaran Konstekstual melibatkan 7 komponen
utama pembelajaran efektif
yaitu :
1. Konstruktivisme( constructivism)
2. Bertanya (questioning)
3. Menemukan (inquiry)
4. Masyarakat belajar
(learning community)
5. Pemodelan (modeling)
6. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Pembelajaran ini menekankan pada daya
pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,
mengumpulkandan menganalisis data, memecahkan masalah tertentu dengan
baik secara individu maupun kelompok.
B.
PEMBELAJARAN PAKEM
PAKEM
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang didefinisikan sebagai
pembelajaran yang partisipatif, aktif,kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM berusaha memfasilitasi siswa agar lebih banyak
mengalami belajarb bersama dengan berbagai karakter manusia sehingga siswa lebih siap terjun ke masyarakat.
PAKEM
dalam perspektif guru adalah, guru aktif
memantau kegiatan belajar siswa, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan mempertanyakan gagasan siswa. Kreatif mengembangkan kegiatan
yang beragam, dan membuat alat bantu belajar
sederhana. Efektif, sehingga pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran,
dan menyenangkan ,yaitu anak tidak takut salah, tidak takut ditertawakan, dan tidak dianggap
sepele.
PAKEM
dalam perspektif siswa
adalah siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan,
kreatif, merancang / membuat
sesuatu, dan menulis / mengarang, efektif,
menguasai ketrampilan yang
diperlukan, dan menyenangkan sehingga
siswa berani mencoba / berbuat , berani bertanya,
berani mengemukakan pendapat.
Dalam menata ruangan kelas, hendaknya
dibuat menarik. Misalnya dengan memajang berbagai hasil karya siswa, berbagai sumber belajar yang dapat membuat
suasana kelas menyenangkan, Aktivitas mental siswa
merupakan hal yang lebih penting untuk dilatih dari pada aktivitas fisik, Aktivitas
semacam ini muncul jika suasana belajar berlangsung dengan nyaman, sehingga
siswa bebas dari rasa
takut ditertawakan, diabaikan, atau dimarahi oleh guru.
C.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KOLABORATIF
Model pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok yang bersifat heterogen
(kemampuan, suku dan budaya, serta
jenis kelamin). Model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif mengutamakan kerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diajak untuk mencoba
menyelami karakteristik kehidupan yang heterogen
dengan berbagai macam perbedaan
karakter yang ada.
Menurut
Nur (http://www.duniaguru.com) semua model pembelajaran, termasuk kooperatif
dan kolaboratif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan
struktur penghargaan yang berbeda
antara model pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat, dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Model
pembelajaran ini didasarkan pada teori konstruktivisme yang dikembangkan Vygotsky (sosial dan emosional) yang
menyimpulkan bahwa siswa mengonstruksi pengetahuan atau menciptakan makna atas dasar pemikiran dan hasil interaksi
dalam sustu konteks sosial. Pembelajaran yang dilaksanakan pada dasarnya merupakan
aktivitas mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan, menumbuhkan,
mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan
jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang
berlangsung secara dinamis, atas
dasar keberagaman pemikiran sebagai wujud nyata perbedaan yang ada di antara para siswa.
Perhatikan
ilustrasi berikut!
Ilustrasi:
Pak Gun adalah guru kelas 6 di sebuah SD di daerah yang mata
pencaharian penduduknya adalah
menyadap nira kelapa kemudian diproses menjadi gula jawa. Jumlah siswa kelas 6
yang diajar pak Gun berjumlah
25 siswa. Suatu ketika, dalam mata pelajaran
IPS, Pak Gun mengajarkan materi sumber daya alam dan rangkaian kegiatan
ekonomi. Aktivitas pembelajaran yang dipilih adalah dengan
menugaskan secara kelompok, yang masing-masing
terdiri atas 5 siswa, untuk mengidentifikasi siklus perekonomian yang
menjadi mata rantai di desa mereka
selama satu minggu. Dari 5 kelompok yang terbentuk, Pak Gun memberikan tugas yang berbeda. Kelompok 1-2 diberi tugas
mendeskripsikan manfaat industri pengolahan gula jawa dalam menciptakan lapangan pekerjaan masyarakat. Kelompok
3-4 diberi tugas untuk mengevaluasi
harga gula jawa di tingkat perorangan, tengkulak, dan harga pasaran. Sementara kelompok 5 diberi tugas untuk melihat
risiko yang dihadapi
penyadap ketika melakukan
aktivitas keseharian di musim hujan. Dalam paparan tiap kelompok, masing-masing
kelompok mengajukan argumen
masing-masing ada yang pro dan ada yang kontra. Kelompok
3 menganggap bahwa tengkulak
menjadi sumber malapetaka yang memainkan harga hula jawa, sedangkan
kelompok 4 berpendapat bahwa tengkulak justru membantu memudahkan para warga menjual
gula jawa hasil olahannya. Pak Gun memberikan ulasan yang sangat positif bahwa semua
hasil pendeskripsian yang mereka sampaikan benar. Pak Gun justru senang dengan adanya perbedaan pendapat antara
siswa. Pak Gun kemudian menyimpulkan bahwa terdapat
sisi positif dan negatif adanya tengkulak bagi penyadap nira. Selain
mendapatkan keuntungan yang
kecilkarena sudah dililit sistem ijon, mereka tidak ada piliha lain karena memang itulah mata pencaharian yang layak
untuk mereka dengan kondisi desa yang berbukit- bukit, tanah pertanian memang tidak bersahabat.
Terdapat lima langkah yang telah dilakukan
Pak Gun dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dan kolaboratif:
1. Pembelajaran
berbasis masalah, karena di awal pembelajaran siswa diminta mengobservasi suatu fenomena terlebih
dahulu dam siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, yaitu
mata rantai kehidupan para penyadap nira kelapa. Dalam hal ini Pak Gun merangsang siswa untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2. Pemanfaatan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, karena Pak Gun memberikan
penugasan yang dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang dalam konteks kehidupan
para penyadap nira kelapa di lingkungan tempat
tinggal, yaitu bagaimana para
masyarakat dihadapkan
pada pilihan pekerjaan menjadi penyadap nira
dan permasalahan yang menyertainya.
3. Pemberian
aktivitas kelompok, karena aktivitas belajar
yang dilakukan oleh anak secara berkelompok
selama satu minggu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Pak Gun dapat memperluas perspektif serta membangun
interpersonal untuk berhubungan
dengan orang lain. Pak Gun membagi
siswa menjadi 5 kelompok merupakan strategi yang tepat untuk mengefektifkan hasil yang diharapkan.
4. Pembuatan aktivitas
belajar mandiri, karena Pak Gun secara tidak langsung telah mengarahkan
para siswa untuk mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
Hal ini sesuai dengan pembelajaran kontekstual yaitu siswa harus mengidentifikasi masalah yang menjadi penugasan,
menyediakan waktu yang cukup, menyusun
refleksi, serta berusaha
tanpa meminta bantuan
guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara manduru bersama
kelompoknya (independent
learning).
5. Penerapan
penilaian autentik, karena yang dilakukan Pak Gun di akhir pembelajaran sudah membantu siswa untuk menerapkan informasi
akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada
situasi nyata untuk tujuan tertentu sehingga dapat membantu siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka
pelajari.
Hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran yang efektif, yaitu mempersiapkan
dalam bentuk analisis masalah di lingkungan sekitar yang disesuaikan dengan silabus,
kemudian mengidentifikasi kompetensi yang akan dicapai
untuk memilih model pembelajaran
yang tepat. Selain itu, guru harus
memberikan penghargaan kepada
siswa
0 comments:
Post a Comment