Saturday 4 June 2022

HAKIKAT DISIPLIN KELAS

0 comments

 

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD (PDGK4105)



MODUL 11

DISIPLIN KELAS

KEGIATAN BELAJAR 1

HAKIKAT DISIPLIN KELAS


KEGIATAN BELAJAR 2

STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.1

Latar Belakang

 

Dalam modul-modul sebelumnya, kita telah mempelajari tentang keterampilan mengelola kelas, yang secara khusus membahas tentang hakikat pengelolaan kelas serta keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam menciptakan, memlihara, serta mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

 

Dalam modul 11 ini, kita secara khusus akan mengkaji salah satu komponen pengelolaan kelas, yaitu disiplin kelas. Materi ini secara terperinci akan mencakup hakikat disiplin kelas yang meliputi apa, mengapa, dan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas, serta strategi penanaman/penanganan disiplin kelas.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1

2.1

Hakikat Disiplin Kelas

 

Kata disiplin pasti sangat akrab dengan kita karena mungkin sering kita terapkan dalam menjalankan tugas. Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mengkaji pengeritan disiplin dan disiplin kelas, mengapa disiplin kelas itu penting, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi disiplin kelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

A.

Displin dan Displin Kelas

 

1.

Disiplin

 

 

Apakah pada setiap peristiwa kita menemukanadany aturan dan ketaatan pada aturan tersebut? Ya.

 

 

Pada setiap peristiwa terdapat aturan dan ketatan pada aturan tersebut. Kebiasaan bangun pukul 6 pagi, keharusan berbaris ketika akan masuk kelas, membuang sampah pada tempat yang disediakan, serta belajar pada waktu tertentu, adalah aturan yang terdapat pada contoh tersebut, dan aturan tersebut ditaati oleh peserta didik.

 

 

Maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap aturan.

 

 

 

 

2.

Disiplin Kelas

 

 

Kita sudah sepakat bahwa secara umu disiplin berarti ketaan terhadap aturan, baik aturan untuk umum maupun kelompok tertentu, dan bahkan aturan yang kita buat untuk diri sendiri.

 

 

Pengertian disiplin kelas telah banyak diungkap oleh para pakar. Menurut Turney & Cairns (1980) yang telah mengkaji ulang definisi displin kelas yang berasal dari para pakar, diungkapkan definisi disiplin yang bervariasi sebagai berikut :

 

 

1)

Disiplin diartikan tingkat keteratuna yang terdapat pada satu kelompok.

 

 

2)

Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas.

 

 

3)

Ada pakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman. Dengan makna ini, kita dapat menggunakan kata disiplin dalam kalimat. “Disiplinkan anak itu”!

 

 

Dari ketiga pengertian di atas, bahwa disiplin kelas dilandasi oleh adanya hubungan guru-siswa dalam kelas.

 

 

Kohn (1996) mendefinisikan disiplin sebagai bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan penanganan perilaku yang menyimpang.

 

 

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin dapat mempunyai arti yang beragam.

 

 

·          

Sebagai kata benda, disiplin dapat berarti tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok, yaitu dalam kelas atau teknik yang digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas.

 

 

·          

Sebagai kata sifat, disiplin berarti ketaaran pada aturan.

 

 

·          

Sebagai kata kerja, disiplin dapat berarti hukuman sehingga mendisiplinkan berarti menghukum.

 

 

Maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kelas kita artkan sebagai tingkat keteraturan, yang terjadi di dalam kelas atau tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas.

 

 

 

B.

Disiplin Kelas

 

Disiplin kelas perlu diajarkan atau ditanamkan pada siswa karena alasan berikut.

 

1.

Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh peserta didik, agar mereka mampu mendisiplinkan dirinya sendiri. Inilah yang menjadi tujuan utama penanaman disiplin.

 

 

Peserta didik mampu mengendalikan diri sendiri, tanpa perlu dikontrol oleh guru (Winzer, 1992).

 

2.

Disiplin, sebagaimana diakui oleh para pakar sejak dahulu, merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah (Turney & Cairns, 1980).

 

 

Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung tingkat ketercapaian dalam menerapkan disiplin yang sempurna.

 

3.

Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas, lebih-lebih jika ketaatan tersebut tumbuh dari diri sendiri, bukan dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa terpacu untuk belajar.

 

4.

Sebaliknya, tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan membuat iklim belajar yang tidak kondusif, tidak menyenangkan. Guru akan lebih banyak berurusan dengan perilaku peserta didik yang menyimpang sehingga pelajaran terbengkalai.

 

 

Sebagaimana diterangkan oleh Danielson (1996), belajar tidak mungkin terjadi jika perilaku peserta didik tidak terkendali atau di luar kontrol.

 

5.

Jumlah peserta didik dalam satu kelas, lebih-lebih di negeri kita, cukup banyak. Di kota-kota besar, satu kelas bisa terdiri dari 40-50 orang peserta didik.

 

 

Kelas yang besar ini, jika tidak diikat oleh aturan yang ditaati bersama akan dapat menimbulkan kekacauan. Oleh karena itu, agar kelas yang penuh sesak ini dapat menjadi tempat belajar yang menyenangkan disiplin kelas sangat diperlukan.

 

6.

Kebiasaan untuk menaati atran dalam kelas akan memberi dampak yang lebih luas bagi kehidupan peserta didik di dalam masyarakat. Peserta didik yang terbiasa menaati aturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati aturan yang ada dalam masyarakat.

 

 

Dengan demikian, kita membiasakan peserta didik kita untuk mengikuti aturan kelas, ketika berada di luar kelas pun dia akan terbiasa bertindak sesuai dengan aturan yang diketahuinya.

 

 

 

C.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kelas

 

Untuk meningkatkan ketaatan peserta didik terhadap aturan kelas menjadi lebih tinggi, terlebih dahuli kita harus paham benar, faktor apa yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan peserta didik.

 

Faktor yang mempengaruhi disiplin kelas sebenarnya sangat kompleks, dan sering sukar untuk diidnetifikasi. Untuk memudahkan mempelajarinya, faktor-faktor tersebut kita kelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :

 

1.

Faktor Fisik

 

 

Disiplin kelas dilandasi oleh adanya interaksi guru-siswa dalam konteks (hubungan) kelas maka faktor fisik yang memmepngaruhi disiplin kelas juga mencakup guru, peserta didik, dan ruang kelas.

 

 

Kondisi fisik guru antara lain tampak dalam penampilannya, akan mempengaruhi ketaatan peserta didik pada aturan. Guru yang penampilannya rapi, sehat, dan tampak bersemangat akan lebih mudah mengatur peserta didiknya daripada guru yang tampak lusuh dan lesu.

 

 

Kondisi fisik peserta didik yang prima, seperti tampak pada penampilannya serta panca indra yang sehat akan mempengaruhi ketaatan peserta didik pada aturan.

 

 

Kondisi fisik ruang kelas, yang mencakup keamanan dan susunan peralatan, serta cara penggunaan alat-alat pelajaran juga mempengaruhi tingkat kedisiplina peserta didik.

 

2.

Faktor Sosial

 

 

Kelas merupakan masyarakat kecil tempat para peserta didik dan guru bergaul atau bersosialisasi. Hubungan antara guru-siswa dan tentunya peserta didik dengan peserta didik terjadi di dalam kelas. Hubungan yang akrab dan sehat, saling mempercayai akan mampu meningkatkan disiplin kelas.

 

 

Hal ini tersirat dalam tulisan ballard yang diterbitkan pada tahun 1925, dan dikutip oleh Turney & Cairns (1980) “hanya dalam iklim yang saling mempercayai, saling mengerti, dan saling menghormati, peserta didik dapat tumbuh dan berkembang”.

 

 

Di samping interaksi guru-peserta didik-peserta didik, latar belakang sosial peserta didik, yaitu lingkungan dan orang-orang yang berada di sekitar peserta didik juga mempengaruhi tingkat kedisiplinan peserta didik.

 

3.

Faktor Psikologi

 

 

Faktor psikologis atau kejiwaan juga dianggap sangat berpengaruh pada tingkat kedisiplinan peserta didik. Faktor psikologis mencakup, antara lain perasaan (seperti sedih, sengan, marah, bosan, benci, dan sebagainya), dan kebutuhan (seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan disayangi).

 

 

KEGIATAN BELAJAR 2

2.2

Strategi Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas

A.

Pandangan Terhadap Penanaman dan Penanganan Disiplin Kelas

 

Sebagaimana halnya dengan berbagai aspek pendidikan, penanaman, dan penanganan disiplin kelas juga disikapi secara bervariasi oleh para pakar.

 

Sikap atau pandangan terhadap disiplin kelas akan menentukan cara guru dalam menanamkan dan menangani disiplin kelas. Pandangan tersebut, antara lain sebagai berikut.

 

1.

Pandangan yang menyatakan bahwa guru harus berusaha agar peserta didik mengerjakan apa yang diinginkan oleh guru.

 

 

Peserta didik tidak perlu tahu mengapa dia harus mengerjakan hal tersebut atau peserta didik juga tidak perlu tahu apakah yang dikerjakannya tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

 

 

Pandangan ini secara keras dikritik oleh Kohn (1996), yang menginginkan adanya perubahan dalam cara memandang disiplin kelas.

 

 

Pandangan ini berfokus kepada kepentingan guru (teacher centered).

 

2.

Kohn (1996) menegaskan bahwa guru seharusnya mulai dengan pertanyaan : “Apa yang diperlukan oleh peserta didik, dan bagaimana cara saya untuk memenuhi kebutuhan tersebut”?

 

 

Pandangan ini berfokus kepada kepentingan peserta didik, bukan kepentingan guru. Penganut pandangan ini berpendapat bahwa peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk ikut bertanggung jawab atas disiplin kelas.

 

 

Untuk itu guru jangan hanya mendiktekan apa yang harus dikerjakan peserta didik, tetapi juga memberi kesempatan kepada peserta didik memilih dan mengambil keputusan.

 

3.

Pandangan yang berfokus pada kebutuhan peserta didik ini tampaknya senanda dengan pandangan yang diulas oleh Winzer (1995), yang mengatakan bahwa pendekatan yang berhasil dalam membanganun disiplin adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep diri peserta didik, serta memupuk kerja sama.

 

4.

Pandangan humanistik, yaitu pandangna yang menenkankan kemanusiaan. Pandangan ini mengemukakan perlunya komunikasi yang terbuka dan jujur antara orang tua dan peserta didik atau antara guru dan peserta didik.

 

 

Komunikasi yang jujur dan terbuka sangat perlu sehingga guru tahu apa yang tidak disukai dan yang disukai peserta didik.

 

5.

Pandangan kaum behaviorism, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan dikontrol. Hukuman dan penguatan merupakan dua hal yang dianjurkan untuk digunakan dalam menegakkan disiplin.

 

 

Dengan memberi penguatan, perilaku yang diharapkan dapat ditingkatkan, sedangkan dengan memberi hukuman, perlikau yang kurang baik dapat dihilangkan.

 

 

B.

Strategi Penanaman Disiplin Kelas

 

Yang umum terjadi di sekolah-sekolah adalah guru membuat aturan/tata tertib kelas dan mendiktekannya kepada peserta didik, kemudian menempelkannya di dinding kelas.

 

Beberapa cara yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu dalam memilih cara yang tepat /sesuai dengan kondisi kelas.

 

1.

Modelkan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah

 

 

Contoh nyata merupakan alat mengajar/mendidik yang terbaik, terutama bagi anak-anak di SD. Sebagaimana dinyatakan oleh Elias, et al. (1997), melalui model atau contoh yang diperlihatkan oleh guru, anak-anak akan dapat melihat langsung perilaku keterampilan, dan sikap yang dianjutkan

 

 

Oleh karena itu, guru perlu memodelkan disiplin itu, berikut beberpa contohnya :

 

 

a.

Jika ingin anak-anak tidak terlambat, kita harus mencontohkannya, dengan cara datang sebelum waktunya atau tepat waktu.

 

 

b.

Jika kita ingin agar anak-anak berpakaian rapi, kita pun harus mencontohkan dengan cara berpakaian rapi.

 

 

Cara terbaik untuk menanamkan disiplin adalah dengan terlebih dahulu mendisiplinkan diri sendiri.

 

2.

Adakan pertemuan kelas secara berkala, terutama jika ada atruan yang perlu ditinjau kembali.

 

 

Pertemuan kelas dianggap oleh beberapa pakar (diantaranya Glasser) sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk menanamkan dan menangani disiplin kelas.

 

 

Sedang Kohn (1996) mengungkapkan bahwa pertemuan kelas dapat berfungsi sebagai berikut :

 

 

a.

Tempat berbagi pengalaman antar peserta didik dan antara peserta didik-guru.

 

 

b.

Tempat untuk mengambil keputusan.

 

 

c.

Tempat untuk membuat rencana

 

 

d.

Tempat untuk melakukan refleksi, yaitu merenungkan dan mengungkapkan perasaan tentang disiplin kelas yang sudah berlangsung.

 

3.

Terapkan aturan secara fleksibel (luwes) sehingga peserta didik tidak merasa tertekan.

 

4.

Sesuaikan penerapan aturan dengan tingkat perkembangan anak.

 

5.

Libatkan siswa dalam membuat aturan kelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.

Strategi Penanganan Disiplin Kelas

 

Pada kenyataannya, kehidupan kelas tidak selalu mulus. Ada saja gangguna yang muncul sehingga sebagai guru, kita harus mampu menangani masalah disiplin kelas yang muncul tersebut.

 

Strategi ini akan kita kelompokkan menjadi 3 bagian, sesuai dengan berat ringannya gangguan yang terjadil.

 

1.

Menangani Gangguan Ringan

 

 

Gangguan-gangguan ringan yang tidak sampai mengganggu kelas secara keseluruhan tentu sering terjadi. Gangguan ringan ini jika dibiarkan mungkin akan berkembang menjadi gangguan berat.

 

 

Winzer (1995) menuraikan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk mengatasi gangguan ringan. Strategi tersebut antara lain sebagai berikut :

 

 

a.

Mengabaikan

 

 

 

Gangguan kecil dan ringan yang kita anggap tidak akan mempengaruhi yang lain dapat diabaikan saja.

 

 

b.

Menatap agak lama

 

 

 

Menatap peserta didik yang membuat gangguan.

 

 

c.

Menggunakan tanda nonverbal

 

 

 

Tanda nonverbal adalah tanda-tanda berupa gerakan tubuh, seperti mengangkat tangan, menggeleng atau menaruh tangan (telunjuk) di atas bibir.

 

 

d.

Mendekati

 

 

 

Gerakan mendekati yang dilakukan guru akan menyebabkan peserta didik yang melakukan pelanggaran sadar bahwa perbuatannya sudah diketahui guru.

 

 

e.

Memanggil nama

 

 

 

Memanggil nama peserta didik yang sedang melakukan pelanggaran kecil akan dapat membantu memulihkan disiplin kelas asal dilakukan secara bijaksana.

 

 

f.

Mengabaikan secara sengaja

 

 

 

Tindakan ini didasarkan pada asumsi bahwa tingkah anak yang suka menarik perhatian akan menjadi-jadi jika ia mendapan perhatian.

 

 

Tentu masih banyak lagi strategi/teknik yang dapat kita terapkan untuk mengatasi gangguan ringan. Pengalaman kita sebagai guru akan memberi bekal yang mantab bagi kita dalam menerapkan strategi yang diuraikan tersebut sehingga kita dapat memilih strategi yang paling tepat untuk mengatasi gangguan ringan.

 

 

Yang perlu kita ingat bahwa peserta didik bukanlah objekyang dapat kita buat semau kita, tetapi mereka adalah subjek yang bekerja sama dengan kita dan menentukan keberhasilan pekerjaan kita.

 

 

Dengan pandangan seperti ini, kita tidak akan pernah memaksakan kehendak kita kepada peserta didik. Sebaliknya, kita akan selalu berusaha untuk melihat apa kebutuhan mereka, dan mengupayakan agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.

 

 

 

 

2.

Menangani Gangguan Berat

 

 

Gangguan berat atau besar adalah pelanggaran yang dilakukan siswa yang dapat mempengaruhi peserta didik lain atau mengganggu jalannya pelajaran.

 

 

Berikut adalah strategi yang dikemukakan oleh Winzer (1995) :

 

 

a.

Memberi hukuman

 

 

 

Hukuman merupakan alat pendidikan yang masih sering diperdebatkan. Terlepas dari berbagai pendapat yang tidak setuju akan penggunaan hukuman, ternyata hukuman masih diperlukan.

 

 

 

Oleh karena itulah para ahli pendidikan, di antaranya Winzer (1995) mengingatkan agar dalam menggunakan hukuman, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

 

 

 

1)

Gunakan hukuman, hanya jika kita menganggap itu sangat perlu.

 

 

 

2)

Mulailah dengan hukuman yang ringan. Misalnya teguran yang halus.

 

 

 

3)

Hukuman harus diberkan secara adil dan sesuai dengan tingkat pelanggaran.

 

 

 

4)

Ketika memberikan hukuman, ajarkan juga atau contohkan apa yang semestinya dilakukan oleh peserta didik.

 

 

 

5)

Berhati-hatilah dalam memberikan hukuman, pertimbangkan dampaknya bagi peserta didik, dan mungkin bagi orang tua dan administrator (kepala sekolah dan pengawas).

 

 

 

Jika terpaksa menghukum, pilihlah hukuman yang mendidik, yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan serta kemampuan peserta didik untuk menjalani hukuman tersebut.

 

 

b.

Melibatkan orang tua

 

 

 

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan sekolah. Oleh karena itu, wajar jika guru melibatkan orang tua dalam menangani masalah pelanggaran disiplin.

 

 

 

Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secara teratur kepada orang tua tentang kemajuan anaknya. Laporan ini dapat berupa buku penghubung antara orang tua dan guru.

 

 

 

Jenis pelanggaran yang layak disampaikan kepada orang tua tentu saja pelanggaran yang tak mungkin ditangani sendiri oleh guru.

 

 

 

 

 

3.

Menangani perilaku agresif

 

 

Perilaku agresif adalah perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh peserta didik di dalam kelas.

 

 

Berikut beberapa cara untuk menangani perilaku yang demikian, yang dikemukakan oleh Winzer (1995) :

 

 

a.

Mengubah/menukar teman duduk

 

 

 

Jika ada peserta didik yang tampak selalu “berkelahi” atau ribut dengan teman duduknya, kita dapat mencoba memindahkan tempat duduk anak tersebut. Namun, kita perlu berhati-hari dalam memindahka tempat duduk, dan sesudah pemindahan kita wajib memantau perubahan yang terjadi.

 

 

b.

Jangan terjebak dalam konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu

 

 

 

Kita harus menyadari, terutama jika kita mengajar di kelas tinggi karena perkembangannya/pertumbuhannya, anak-anak ingin bebas dari kekuasaan melalui tindakan agresif atau konfrontasi verbal yang kasar.

 

 

c.

Jangan melayani peserta didik yang agresif ketika hati sedang panas

 

 

 

Jika terjadi konfrontasi, usahakan mendinginkan suasana/menenangkan hati, sebelum secara langsung berhadapan dengan anak-anak.

 

 

d.

Hindarkan diri dari mengucapakan kata-kata yang kasar atau yang bersifat menghina

 

 

 

Penggunaan kata-kata kasar atau menghina, lebih-lebih yang diucapkan dengan nada marah tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan memperburuk hubungan guru-peserta didik

 

 

 

Oleh karena itu, guru sebaiknya mendengarkan apa yang disampaikan peserta didik, berusaha menahan diri sehinga terhindar dari pengucapan kata-kata yang tidak senonoh.

 

 

e.

Konsultasi dengan pihak lain

 

 

 

Jika guru dihadapkan pada perilaku agresif yang membahayakan peserta didik lain atau guru sendiri, sebaiknya guru segera berkonsultasi dengan pihak lain, seperti dengan teman sejawat, kepala sekolah, orang tua peserta didik atau orang lain yang dianggap tepat.

 

 

BAB III

PENUTUPAN

3.1

Kesimpulan

 

a.

Disiplin kelas merupakan salah satu komponen dari pengelolaan kelas yang diartikan sebagai tingkat keteraturan, yang terjadi di dalam kelas atau tingkat ketaatan peserta didik terhadap aturan kelas.

 

b.

Sikap dan pandangan akan berpengaruh terhadap cara-cara guru menangani disiplin kelas.

 

c.

Dengan menggunakan rambu-rambu dalam memilih cara yang tepat/sesuai untuk dapat dipilih/dipertimbangkan dalm menanmkan disiplin kelas. Kita juga dapat mencobanya atau memperkaya dengan cara-cara yang diperoleh dari pengalaman.

 

d.

Pada kenyataanya, kehidupan kelas tidak selalu mulus. Ada saja gangguan yang muncul sehingga sebagai guru, kita harus mampu menangani masalah disiplin kelas yang munucul tersebut.

 

e.

Cara terbaik untuk menanamkan disiplin adalah dengan terlebih dahulu mendisiplinkan diri sendiri.

3.2

Saran

 

Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mempelajari serta memahami mareti yang disampaikan serta dapat mengambil manfaat nya. Mengingat makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan penyususnan makalah ini sangat kami harapkan sehingga materi yang disampaikan lebih mendalam dan mudah dipahami.

 

 

Daftar Pustaka

W., Sri Anitah. dkk. 2020. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: CV. Dharmaputra

 

0 comments:

Post a Comment