PEMBELAJARAN
IPA DI SD
MODUL 4
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Oleh karena itu
peserta didik perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses itu meliputi keterampilan mengamati
dengan seluruh alat indera, keterampilan menggunakan alat dan bahan secara
benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan, menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuannya, menggali
dan memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau
memecahkan masalah sehari-hari.
Idealnya,
dalam kegiatan pembelajaran IPA lebih diarahkan pada learning (belajar)
daripada teaching (mengajar). Kondisi ini menempatkan guru sebagai fasilitator
maupun pembimbing sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
mengutamakan peserta didik yang lebih aktif. Semua peserta didik diajak
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktif dalam arti tidak hanya
sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan guru atau buku, tetapi lebih dari itu
misalnya melakukan pengamatan terhadap objek, melakukan percobaan, maupun
eksplorasi.
Dengan
memahami materi dalam modul ini, kita akan mendapat bekal untuk mengembangkan
pembelajaran IPA SD dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses yang
selanjutnya dapat di adaptasi dan di modifikasi sesuai dengan situasi dan
kondisi, siswa, dan lingkungan. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi
mencakup keterampilan memformulasikan hipotesis, menamai variabel, membuat
definisi operasional, melakukan eksperimen; menginterpretasikan data, dan
melakukan penyelidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan proses?
2. Apa saja jenis-jenis dari keterampilan proses
IPA di SD?
3. Bagaimana penjabaran keterampilan proses IPA di
SD?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memahami
pengertian dari keterampilan proses.
2.
Untuk
mengetahui jenis-jenis keterampilan proses.
3.
Untuk
mengetahui penjabaran keterampilan proses IPA di SD.
PEMBAHASAN
KB. 1
Pengertian Keterampilan Proses IPA Serta Keterampilan Mengobservasi,
Mengklasifikasi, dan Mengukur
A.
PENGERTIAN
Funk (1979) menyampaikan bahwa ada beberapa
macam pendekatan yang biasa digunakan dalam pembelajaran IPA, yaitu pendekatan
yang menekankan pada fakta, menekankan pada konsep dan menekankan pada proses.
Pendekatan-pendekatan ini dalam praktiknya tidaklah berdiri sendiri tetapi sering
kali merupakan suatu kombinasi, tinggal lebih cenderung ke mana
pengembangannya. Pendekatan proses didasarkan atas kegiatan yang bisa dilakukan
oleh para ilmuwan dalam mengembangkan dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses ini dianggap sangat penting
untuk pembelajaran IPA. Wynnie Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan untuk
itu, yaitu:
1. Pengubahan ide-ide ke arah yang lebih ilmiah
(dengan fenomena yang lebih cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang
digunakan. Pengujian yang digunakan ini berhubungan erat dengan penggunaan
keterampilan-keterampilan proses.
2. Pengembangan pemahaman dalam IPA tergantung
kepada kemampuan melakukan keterampilan proses dalam perilaku ilmiah. Itulah
sebabnya mengapa pengembangan keterampilan proses mendapat perhatian.
3. Peranan keterampilan proses sangat besar
dalam pengembangan konsep konsep ilmiah.
Carin (1992) menyampaikan pula beberapa alasan
tentang pentingnya keterampilan proses, yaitu:
1. Dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari metode penyelidikan. Mengetahui IPA
tidak hanya sekadar mengetahui materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait pula
dengan mengetahui bagaimana cara mengumpulkan fakta dan menghubungkan fakta
untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.
2. Keterampilan proses IPA merupakan keterampilan
belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan bukan saja untuk belajar berbagai
macam ilmu tetapi juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Semiawan dkk. (1992) mengemukakan
pula beberapa alasan yang melandasi perlunya penerapan pendekatan ini dalam
pembelajaran, yaitu:
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dewasa
ini maka tidaklah mungkin lagi seorang guru mengajarkan semua fakta dan konsep
kepada para siswanya. (Jika pun dipaksakan untuk dapat terlaksananya maka guru
akan mengambil jalan pintas yaitu mengajarkan secara terburu-buru dengan metode
ceramah. Akibatnya, siswa mungkin akan memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak
dilatih untuk menemukan pengetahuan, meliputi keterampilan memformulasikan
hipotesis, menamakan variabel, mengontrol variabel, membuat definisi yang
operasional, melakukan eksperimen, menginterpretasi data, dan melakukan
penyelidikan. Selain Esler dan Esler (1984), dalam modul ini dikutip pula
penjelasan tentang keterampilan proses dasar menurut Abruscato (1988) sebagai
penambah wawasan dan pembanding bagi Anda. Kita semua tentunya telah mengetahui
bahwa pada praktiknya apabila seseorang melakukan penyelidikan atau penelitian
atau percobaan, umumnya ia menggunakan beberapa macam keterampilan proses
secara bersamaan. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi
memformulasi hipotesis menamai variabel, membuat definisi operasional,
melakukan eksperimen mengintepretasikan data dan melakukan penyelidikan.
Keterampilan proses IPA terintegrasi merupakan kombinasi dan keterampilan
penyelidikan yang merupakan kombinasi dari keterampilan IPA dasar seperti
mengobservasi, melakukan pengukuran, keterampilan proses IPA yang terintegrasi
biasanya diperkenalkan kepada siswa yang telah memiliki keterampilan dasar IPA
yang mendasar. Keterampilan proses IPA ini bisa juga Anda kembangkan dari
kegiatan belajar IPA yang terdapat dalam buku paket SD atau yang untuk mata
pelajaran anak Sekolah Dasar.
Sebagai contoh pada saat seseorang melakukan
suatu penyelidikan, melakukan observasi, mengukur, menggunakan hubungan ruang
dan waktu serta menggunakan hubungan-hubungan angka secara bersamaan dalam
suatu kegiatan yang hampir tidak dapat terpisahkan satu dengan lainnya. Tetapi
untuk tujuan pembelajaran dirasa perlu untuk guru agar menekankan dan melatih
keterampilan proses satu-satu secara terpisah dan secara terintegrasi juga.
B.
KETERAMPILAN MENGOBSERVASI
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan
Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua
indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat
dari objek-objek atau kejadian-kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh
Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya menggunakan
segenap pancaindera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau
kejadian. Sejalan dengan Esler dan Esler serta Abruscato, Carin (1992)
mengemukakan bahwa mengobservasi adalah menjadi dasar akan suatu objek atau
kejadian dengan menggunakan segenap pancaindera (atau alat bantu dari
pancaindera) untuk mengidentifikasi sifat dan karakteristik.
Mengobservasi merupakan keterampilan proses IPA
yang paling dasar. Observasi-observasi sederhana dapat mencetuskan hampir
setiap inkuiri yang kita buat tentang lingkungan kita. Observasi yang
terorganisasi merupakan dasar bagi penyelidikan yang lebih terarah. Memperoleh
kemampuan untuk membuat observasi yang teliti akan tidak dilatih untuk
menentukan konsep, tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
Menurut Semiawan dkk. (1992), keterampilan
proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan
yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan
ilmiah sehingga para ilmuwan berhasil menemukan sesuatu yang ban Keterampilan
fisik dan mental yang mendasar ini ada beberapa macam seperti yang diungkapkan
oleh beberapa ahli berikut. Esler dan Esler (1984) mengutip definisi dari The
Commission on Scince Educasion of The American Association for The Advancement
of Science bahwa keterampilan keterampilan untuk melakukan kegiatan IPA
dikategorikan menjadi 8 keterampilan proses dasar dan 5 keterampilan proses
terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi keterampilan mengobservasi,
mengklasifikasikan. mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi,
mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-hubungan angka.
Keterampilan proses terpadu menjadi dasar yang benar dalam membuat inferensi
(kesimpulan berdasarkan hasil observasi) atau membuat hipotesis yang akan diuji
dengan observasi yang lebih lanjut.
C.
KETERAMPILAN
MENGKLASIFIKASI
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan
Esler (1984) merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui latihan-latihan
mengkategorikan benda-benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya
dari) sifat-sifat benda-benda tersebut. Menurut Abruscato (1988)
mengklasifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuwan untuk menentukan
golongan benda-benda atau kegiatan-kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan
bahwa mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek, kejadian, atau
informasi tentang objek ke dalam kelas menurut metode atau sistem tertentu.
Skema klasifikasi digunakan dalam IPA (juga pada ilmu-ilmu lainnya) untuk
mengidentifikasi benda atau kejadian dan untuk memperlihatkan persamaan,
perbedaan, dan hubungan- hubungannya.
Bentuk-bentuk yang dapat dilakukan untuk
melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk-bentuk kertas, yang berbentuk
kubus, gambar gambar hewan, daun-daun, atau kancing-kancing berdasarkan sifat
umumnya. Contoh konkretnya, guru dapat memberikan benda-benda untuk
dikelompokkan berdasarkan sifat-sifat benda tersebut. Sistem-sistem klasifikasi
berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar-gambar hewan dan tumbuhan (yang
digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau
papan pajangan di kelas. Sebagai contoh sistem klasifikasi yang terdiri atas
anjing, tikus, beruang, kuda, ayam, manusia, dan kera dapat dilihat pada Bagan
1.
Bagan 1
D.
KETERAMPILAN
MENGUKUR
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler
(1984) dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan satuan-satuan yang cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu,
berat, dan sebagainya. Abruscato (1988) menyatakan bahwa mengukur adalah suatu
cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin (1992)
mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap
standar yang konvensional atau standar nonkonvensional.
Keterampilan dalam mengukur memerlukan
kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk
menerapkan cara penghitungan dengan menggunakan alat-alat ukur. Pada langkah
pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan
instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan suatu
ukuran objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk
mendapatkan ukuran yang tepat. Misalkan, siswa diajarkan untuk mengetahui bahwa
mengukur berat menggunakan timbangan dan mengukur panjang menggunakan mistar
atau pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk memperkirakan ukuran suatu objek
sebelum melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu.
KB. 2
Keterampilan Mengkomunikasikan, Menginferensi, Memprediksi, Mengenal Hubungan
Ruang dan Waktu, dan Mengenal Hubungan-hubungan Angka
A. KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN
Menurut Abruscato (1988) mengkomunikasikan
adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau
menyampaikan hasil penyelidikan. Keterampilan mengkomunikasikan, menurut Esler
dan Esler (1984), dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik
atau gambar yang menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci.
Telah kita ketahui bersama bahwa komunikasi
merupakan hal yang penting untuk semua usaha manusia. Komunikasi yang jelas dan
tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan ilmiah. Ilmuwan mengkomunikasikan
sesuatu secara lisan ataupun secara tertulis, dapat dengan menggunakan diagram,
peta, grafik, persamaan matematika, dan berbagai peragaan visual. Kemampuan
untuk memilih penjelasan yang tepat tentang benda, organisme, dan kejadian
merupakan dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara efektif.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa
kegiatan membuat dan menginterpretasikan informasi dari grafik, charta, peta,
gambar, dan lain-lain. Misalkan, para siswa dilatih untuk mengembangkan
keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda-benda dan kejadian-kejadian
tertentu secara rinci. Penjelasan yang disampaikan oleh siswa haruslah cukup
jelas dan dapat memungkinkan siswa lain mengidentifikasi benda-benda dan
kejadian-kejadian yang sedang dijelaskan. (yang mendengar) dapat Kemampuan mengkomunikasikan
juga dapat dilatih dengan memberi tugas terhadap kelompok siswa untuk menyusun
data dari suatu dalam tabel atau grafik dan menyampaikan penemuannya kepada
siswa lainnya. Alternatif kegiatan yang lain adalah siswa memperhatikan dan
eksperimen ke menuliskan fenomena alam seperti perubahan-perubahan cuaca dalam
beberapa hari yang terjadi di lingkungannya. Atau siswa diminta untuk mengamati
dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan-hewan kecil (seperti ukuran, bentuk,
warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan
deskripsi tentang objek yang diamatinya di depan kelas. Atau siswa dapat pula
diminta mengamati pertumbuhan sejenis tumbuhan tertentu dari batang yang
dipotong selama beberapa waktu, kemudian siswa ditugaskan untuk menyiapkan
carta/diagram yang dilengkapi keterangan yang memperlihatkan bagaimana tumbuhan
baru tumbuh dari batang yang tanpa melalui biji terlebih dahulu (untuk
menjelaskan perkembangbiakan secara vegetatif).
B. KETERAMPILAN MENGINFERENSI
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan
Esler (1984) dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan
sementara. Menurut Abruscato (1988) menginferensi/menduga/menyimpulkan secara
sementara adalah menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari apa yang kita
observasi. Carin (1992) mengemukakan bahwa menginferensi adalah membuat
kesimpulan didasarkan pada alasan yang dijelaskan oleh observasi.
Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara
yang terkait dengan adanya dugaan-dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid
berdasarkan observasi yang didapat merupakan keterampilan penting untuk belajar
secara inkuiri. Latihan inkuiri memerlukan siswa untuk memperhatikan sesuatu di
balik informasi yang tampak untuk menginferensi hubungan-hubungan baru.
Para ahli menekankan bahwa perlu pula
memperhatikan kemampuan untuk membedakan antara observasi dan inferensi. Perlu
diperhatikan bahwa observasi merupakan suatu pengalaman yang didapatkan melalui
panca indera, sedangkan inferensi merupakan penjelasan dari suatu hasil
observasi. Hendaknya kita yakin bahwa dapat membedakan antara mengobservasi dan
menginferensi.
Contoh kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan
keterampilan ini adalah menginferensi bahwa embun yang terjadi pada sebuah
gelas yang dingin berasal dari udara, menginferensi sifat-sifat seekor hewan,
menginferensi melalui observasi bahwa suatu cairan jernih yang tidak berwarna
adalah air, menginferensi penyebab habisnya sebatang lilin yang dinyalakan.
Contoh kegiatan lain adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus
sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian
menguncang-guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan
menginferensi apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa
akan belajar bahwa akan muncul lebih dari hanya satu jenis inferensi yang
dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Di samping itu siswa juga
belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi baru dibuat.
C. KETERAMPILAN MEMPREDIKSI
Memprediksi adalah meramal secara khusus
tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan datang (Abruscato, 1988)
atau membuat prakirakan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan
akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler
(1984) adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan
dari kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan menggunakan grafik
untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan-terkaan atau dugaan-dugaan.
Jadi dapatlah dikatakan bahwa memprediksi
sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian
yang telah diketahui. Perlu diperhatikan bahwa prediksi didasarkan pada
observasi, pengukuran, dan informasi tentang hubungan-hubungan antara variabel
yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan pada observasi hanya merupakan
suatu terkaan, dan ini bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan memprediksi pada
keterampilan proses.
Pembelajaran-pembelajaran dengan metode inkuiri
yang meminta siswa membuat dugaan-dugaan dan menguji dugaan-dugaan dengan
eksperimen akan membantu mengembangkan keterampilan proses untuk memprediksi.
Siswa dapat memprediksi kejadian yang akan datang secara dini data dan grafik
yang sangat sederhana. Kemudian siswa dapat membuat prediksi yang lebih matang
berdasarkan survei opini dan sumber data lainnya. Sebagai contoh, sesudah
membuat grafik data eksperimen dan menemukan bahwa diperlukan 1 uang logam
seratus rupiah dan 5 klip kertas yang besar sebagai anak timbangan dalam rangka
menyeimbangkan neraca dalam menimbang sebuah pulpen maka seseorang dapat
memprediksi bahwa 2 uang logam seratus rupiah dan 10 klip kertas yang besar
dapat untuk menyeimbangkan neraca dalam menimbang dua buah pulpen dan 4 uang
logam seratus rupiah dan 20 klip kertas yang besar dapat menyeimbangkan neraca
dalam menimbang empat buah pulpen, dan seterusnya. Kegiatan lain untuk melatih
kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit atau detik) lilin yang
menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan stoples (dalam berbagai
ukuran) ditelungkupkan (lihat Gambar 4.2), memprediksi seberapa jauh (dalam
meter, dm, dan cm) sebuah benda akan berhenti jika benda tersebut
digelindingkan atau digerakkan menurun dari berbagai ketinggian.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal
a.
Basahi
spons busa dengan air lalu usapkan ke atas permukaan papan tulis seluas kurang
lebih 30 cm persegi. Ukur waktunya sampai permukaan papan tulis yang basah
menjadi kering kembali. Sambil menunggu keringnya permukaan papan tulis tersebut,
mintalah beberapa siswa untuk menerka waktu yang diperlukan (dengan menggunakan
jam tangan atau stopwatch) sampai permukaan papan tulis menjadi kering kembali.
Tanyakan pula kepada beberapa siswa, ke mana perginya air dari permukaan papan
tulis tersebut (jawabnya: menguap ke udara).
b.
Usapkan
kembali spons basah ke atas permukaan papan tulis seluas 60 cm persegi. Tinggi
kebasahannya usahakan sama dengan yang terjadi pada kegiatan a) Ukur waktunya
sampai permukaan papan tulis yang basah menjadi kering kembali dengan
menggunakan jam tangan atau stopwatch. Mintalah beberapa siswa untuk menerka
waktu yang diperlukan (dengan menggunakan jam tangan atau stopwatch) sampai
permukaan papan tulis menjadi kering kembali.
c.
Usapkan
kembali spons basah ke seluruh permukaan papan tulis. Tingkat kebasahannya
usahakan sama dengan yang terjadi pada kegiatan (a) dan (b). Ukur waktunya
sampai permukaan papan tulis yang basah menjadi kering kembali dengan
menggunakan jam tangan atau stopwatch. Mintalah beberapa siswa untuk menerka
waktu yang diperlukan (dengan menggunakan jam tangan atau stopwatch) sampai
permukaan papan tulis menjadi kering kembali.
2.
Kegiatan Eksplorasi
a.
Bentuklah
kelompok-kelompok kecil seperti kegiatan yang sudah-sudah. Ajaklah siswa
melakukan kegiatan di luar kelas.
b. Mintalah
kelompok siswa untuk membasahi tembok halaman sekolah di dua tempat yaitu
tempat yang terkena sinar matahari dan tempat yang teduh. Membasahi tembok
halaman dilakukan dengan menggunakan kuas untuk mengecat yang telah dibasahi
dengan air. Ukur waktu yang diperlukan agar permukaan tembok halaman yang basah
menjadi kering kembali dengan menggunakan jam tangan atau stopwatch. Bersamaan
dengan itu mintalah siswa untuk mengira-ngira waktu yang diperlukan sampai
tembok halaman itu menjadi kering kembali.
c. Tugaskan
setiap kelompok siswa untuk membasahi 3 kain sejenis (misalnya menggunakan 3
helai saputangan) yang telah disediakan kemudian digantungkan keduanya pada
gantungan baju, jemurlah yang satu di tempat yang terkena sinar matahari, satu
di tempat yang teduh. satu di dalam kelas. Ukur waktu yang diperlukan agar
saputangan yang basah menjadi kering kembali dengan menggunakan jam tangan atau
stopwatch. Bersamaan dengan itu mintalah siswa untuk mengira-ngira waktu yang
diperlukan sampai setiap saputangan itu menjadi kering kembali dan
mengira-ngira mana yang akan lebih dahulu kering dari ketiga saputangan
tersebut.
d. Bagikan
tiap kelompok sebuah spons kering. Mintalah untuk menimbang dengan menggunakan
klip kertas sebagai anak timbangan. Mintalah tiap kelompok untuk mencatat berat
spons kering (berapa buah klip)? Suruhlah setiap kelompok untuk membasahi spons
tersebut (setelah basah peraslah spons agar waktu yang diperlukan tidak terlalu
lama) lalu timbanglah dan catat berapa beratnya (berapa buah klip setelah
basah). Tunggu spons sampai kering, timbang dan catat beratnya setiap lima
menit.
E. KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN RUANG DAN
WAKTU
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu
menurut Esler dan Esler (1984) meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu
benda terhadap benda lainnya atau terhadap waktu atau keterampilan mengubah
bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut
Abruscato (1988) menggunakan hubungan ruang-waktu merupakan keterampilan proses
yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan hubungan-hubungan tentang ruang dan
waktu beserta perubahan waktu. Keterampilan ini penting karena semua benda
menempati tempat dalam suatu ruang pada waktu tertentu.
Proses ini dapat dipecah ke dalam
bermacam-macam kategori termasuk bentuk, arah, dan susunan yang berkaitan
dengan ruang-waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan kecepatan perubahan.
Kegiatan untuk melatih keterampilan ini termasuk kegiatan menamakan dan
mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua dan tiga dimensi, mengenal
bentuk-bentuk benda tiga dimensi dan bayangannya, membuat pernyataan tentang
simetri dari benda-benda. Selanjutnya untuk membantu mengembangkan pengertian
siswa terhadap hubungan waktu-ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang
pengenalan dan persamaan bentuk-bentuk dua dimensi (seperti segi empat,
segitiga, lingkaran) dan bentuk-bentuk tiga dimensi (seperti kubus, prisma,
elips). Seorang guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya terhadap
sesuatu atau posisi orang lain atau posisi suatu benda. Seperti misalnya
seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia ada dalam baris ketiga bangku kedua
dari kiri gurunya atau seorang siswa menyatakan bahwa sebuah lemari buku di
dalam kelasnya terletak di bawah dan sekitar empat langkah ke kanan dari papan
tulis. Seorang guru dapat menunjukkan kesimetrisan dengan memperlihatkan
bagaimana sebuah sumbu membagi gambar-gambar tertentu menjadi dua bagian di
mana bagian yang satu merupakan cerminan dari bagian yang lain. Perlu
dijelaskan bahwa kesimetrisan dari ruang (berdimensi tiga) dibagi oleh bidang
datar. Untuk kategori yang berkaitan dengan waktu, siswa dapat diajarkan untuk
menyebutkan waktu yang ditunjukkan oleh sebuah jam dan menjelaskan
urutan-urutan waktu seperti siang atau malam. Contoh kegiatan lain dapat dengan
meminta siswa untuk mencoba menggambar garis atau bidang melalui benda tertentu
(yang sebelum diperagakan seperti benda-benda berbentuk lingkaran, segi empat,
segitiga atau berbentuk bola) untuk memperlihatkan apakah bagian-bagian yang
berlawanan identik. Haruslah diperhatikan bahwa salah satu aspek sifat simetris
adalah pengulangan ukuran dan bentuk dari satu bagian benda pada arah yang
berlawanan.
F. KETERAMPILAN MENGENAL HUBUNGAN BILANGAN
BILANGAN
Keterampilan mengenal hubungan
bilangan-bilangan menurut Esler dan Esler (1984) meliputi kegiatan menemukan
hubungan kuantitatif di antara data dan menggunakan garis bilangan untuk
membuat operasi aritmatika (matematika). Carin (1992) mengemukakan bahwa
menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan-aturan atau rumus-rumus
matematik untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran
dasar. Menurut Abruscato (1988) menggunakan bilangan merupakan salah satu
kemampuan dasar pada keterampilan proses. Kita memerlukan bilangan untuk
menyatakan suatu ukuran, mengurutkan, dan mengklasifikasi benda benda. Lamanya
waktu pada kegiatan untuk menggunakan bilangan tergantung pada program
matematika di sekolah. Perkembangan keterampilan siswa bertambah jika mereka
bekerja pada proses ini yang mencakup pengidentifikasian pasangan (set) dan
bilangannya, pengurutan, penghitungan, penambahan, perkalian, pembagian,
penghitungan rata-rata, penggunaan desimal, dan penggunaan puluhan. Garis
bilangan dapat digunakan sebagai suatu cara grafik untuk mengajarkan bilangan
positif dan negatif. Menentukan nilai pi dengan mengukur suatu rangkaian
silinder, Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah
menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan-latihan
membandingkan benda-benda atau yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan
membantu untuk mengembangkan keterampilan ini. Beberapa contoh data berdasarkan
faktor numerik pertanyaan yang membantu siswa agar mengerti tentang hubungan
bilangan antara lain adalah: "Berapa lebih jauhnya benda A dibandingkan
dengan benda B?" "Berapa derajat suhu tersebut turun dari -10°C ke
-20ºC?"
KB. 3
Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel, Membuat
Definisi Operasional, Menginterpretasi Data.
A.
MEMFORMULASI HIPOTESIS
Dalam memprediksi yang berkenaan dengan proses
menggunakan observasi dan keterampilan proses IPA lainnya untuk meramal
kejadian yang akan datang dan hubungan antara kejadian-kejadian tersebut.
Hipotesis adalah prediksi yang sangat khusus. Hipotesis meramalkan bagaimana
suatu variabel akan mempengaruhi variabel lainnya. Hipotesis sangat berguna
bagi orang yang melakukan penyelidikan karena hanya memuaskan perhatian pada
penyelidikan yang akan kita lakukan. Kebanyakan berkenaan dengan inferensi yang
dapat diuji atau percobaan yang mungkin dapat dilaksanakan.
Pada umumnya hipotesis terdiri dari 2 variabel.
Salah satu variabel dapat diubah oleh peneliti. Variabel yang dapat diubah-ubah
disebut variabel manipulasi (manipulated variable), variabel lainnya
diobservasi atau diukur untuk mengetahui sejauh mana variabel tersebut dapat
dipengaruhi. Coba lihat contoh berikut ini. "Jika suhu air meningkat, maka
jumlah oksigen yang terlarut di dalamnya akan menurun". Suhu air dan
jumlah oksigen yang larut di dalam air adalah variabel. Peneliti memperkirakan
bahwa suhu air yang lebih panas menyebabkan gas oksigen yang terlarut di
dalamnya menjadi berkurang. Peneliti boleh saja merancang percobaan dengan cara
memanipulasi suhu air yang berasal dari sumber yang sama. Gas oksigen yang
terlarut kemudian diukur pada masing masing temperatur. Analisis dan data
percobaan menunjukkan banyaknya gas oksigen yang terlarut dalam air berhubungan
dengan perubahan suhu air. Bila kita lihat kembali bahwa contoh hipotesis di
atas diformulasikan dalam bentuk. "Jika.........., maka.........."
Sebenarnya hal ini bukanlah satu satunya metode yang digunakan untuk penulisan
hipotesis, tetapi model ini sangat berguna untuk mengajar siswa tentang cara
membuat hipotesis.
B.
VARIABEL
IPA adalah pendekatan untuk mengerti
kejadian-kejadian yang berlangsung di alam semesta. Mengubah kejadian yang
sangat kompleks menjadi lebih sederhana, contohnya mengetahui keseluruhan
dengan jalan mempelajari sebagian kecil dari keseluruhan tersebut kemudian
bagian bagian tersebut dipelajari biasanya dalam bentuk percobaan dengan tujuan
untuk mengetahui keseluruhan. Sebagai contoh seorang ilmuwan ingin mempelajari
hujan hutan tropis. Sangatlah tidak mungkin untuk mempelajari keseluruhan hujan
tropis. Untuk mengatasi hal ini, ilmuwan tersebut mempelajari bagian-bagian
kecil dari daerah tersebut. Misalnya memusatkan perhatian pada jumlah hujan
yang turun, suhu atau faktor abiotik yang lainnya. Mereka mungkin saja
memfokuskan perhatian pada spesies tumbuhan, hewan atau pada tumbuhan jamur.
Mereka mungkin saja mempelajari hubungan di
antara beberapa faktor seperti hubungan antara perkembangan kijang dengan
tumbuhan yang tersedia, hubungan antara habitat dengan spesies hewan atau
tumbuhan. Jadi yang perlu diperhatikan di sini adalah IPA cenderung untuk
menyederhanakan kejadian-kejadian yang kompleks di alam semesta ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil dan sederhana sehingga lebih mudah untuk mempelajarinya dan
lebih mudah dimengerti. Bagian-bagian dari suatu kejadian atau sistem biasanya
disebut variabel.
1.
Jenis-jenis
Variabel
Dalam pelajaran IPA dapat Anda jumpai beberapa
jenis variabel, yaitu variabel yang selalu berubah-ubah atau variabel bebas
(Manipulated Variable, MV). Variabel yang merupakan hasil dari variabel yang
diubah-ubah atau variabel terikat (Responding Variabel, RV) dan variabel yang
dikontrol supaya tetap sama selama proses percobaan (Control Variable, CV).
Untuk memudahkan pemahaman Anda tentang variabel yang dimanipulasi dan
responding variabel, Anda akan dilibatkan untuk melakukan percobaan berikut
langkah yang harus bersama-sama di kelas. Adapun langkah Anda tempuh adalah
dengan jalan menfotokopi/menjiplak gambar berikut dengan menggunakan kertas
yang agak keras, (bisa digunakan kertas HVS yang agak tebal).
Kemudian ikuti petunjuk yang terdapat pada
gambar, yaitu:
a.
Guntinglah
kertas mulai A-B-C-D
b.
Guntinglah
garis putus-putus. Hati-hatilah jangan sampai putus.
c.
Lipat
kertas pada daerah e ke kiri, f ke kanan atau sebaliknya.
d.
Lipat g
dan h ke salah satu sisi saja.
4.
Cara membuat
Paper Kopter
Buatlah fotokopi dari lembaran ini, kemudian
guntinglah sesuai dengan petunjuk yang ada.
Gambar 4.4.
Setelah paper kopter Anda siap maka lakukanlah
kegiatan berikutnya dalam kelompok kecil (3 orang dalam 1 kelompok). Selanjutnya
lakukan kegiatan berikut!
a.
Salah
satu dari anggota kelompok berdiri di atas kursi sambil memegang paper kopter
yang telah dibuat.
b.
Jatuhkan
paper kopter dan cacatlah waktu untuk sampai di lantai dengan menggunakan jam
tangan atau stopwatch.
c.
Lakukan
kegiatan tadi dengan ketinggian yang sama, dengan paper kopter yang sama.
Tetapi sekarang jepit bagian bawah paper kopter dengan satu buah penjepit
kertas, jatuhkan dan catat waktu yang diperlukan sampai jatuh ke lantai.
d.
Lakukan
kegiatan yang sama, tetapi jumlah penjepit kertas yang digunakan ditambah satu
per satu kemudian catat waktunya.
5.
Pertanyaan
dan Diskusi
Diskusikan dengan teman Anda atau dengan
kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan berikut ini!
a.
Dari
percobaan yang Anda lakukan, berilah penjelasan tentang hubungan antara jumlah
penjepit kertas yang dipasang pada paper kopter dengan waktu yang diperlukan
untuk sampai di tanah!
b.
Tentukanlah
faktor manakah yang bertindak sebagai "variabel bebas, variabel terikat,
dan variabel kontrol."
c.
Dalam percobaan
tersebut paper kopter yang digunakan, alat pengukur waktu dan jarak antara
paper kopter dengan lantai harus dibuat sama. Jelaskanlah kenapa hal tersebut
perlu dilakukan!
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi yang telah Anda pelajari cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci
jawaban latihan dan diskusi berikut ini!
a.
Hubungannya
yaitu makin banyak penjepit kertas yang digunakan maka waktu yang diperlukan
oleh paper kopter untuk sampai di lantai adalah semakin singkat atau sebaliknya
semakin sedikit penjepit kertas yang digunakan maka waktu yang digunakan oleh
paper kopter untuk sampai di lantai adalah semakin singkat.
b.
Sebagai
variabel bebas dalam percobaan di atas adalah jumlah penjepit kertas yang
digunakan dan sebagai variabel terikat adalah waktu yang diperlukan oleh paper
kopter untuk sampai di lantai.
c.
Tujuan
variabel kontrol dibuat tetap adalah agar hasil yang diperoleh sebagai variabel
terikat hanya dipengaruhi oleh variabel yang dimanipulasi.
6.
Latihan
mengontrol variabel
Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah
melakukan kegiatan berikut adalah Anda dapat:
a.
mendefinisikan
variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
b.
membedakan
antara variabel bebas dengan variabel terikat dan variabel kontrol.
Dalam IPA kita sering dihadapkan pada pembuatan
jawaban secara kuantitatif dari suatu pertanyaan. Tugas kita sekarang adalah
mencari metode yang terbaik untuk mengukur variabel dalam suatu pertanyaan yang
diajukan. Sebagai contoh, jarak, mungkin saja diukur dengan skala milimeter,
sentimeter, mil, tahun cahaya, atau menggunakan panjang dari tubuh kita, dan sebagainya.
Metode yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut disebut definisi
operasional.
Definisi operasional adalah metode untuk
memberi definisi, mengukur, atau mendeteksi adanya suatu variabel. Contoh: Jika
Anda ingin menanyakan kepada siswa Anda, apakah mereka mengetahui cara untuk
mengukur daya serap kertas tisu terhadap air. Daya serap (absorbency) adalah
variabel. Sekar Anda diminta untuk membagi 3 definisi operasional untuk mengukur
daya serap dari kertas tisu, yaitu: Mencelupkan", Mengangkat/menyerap, dan
Menuang".
Lihat Gambar 4.7 di bawah ini
Gambar
4.7
7.
Interpretasi
Data
Interpretasi data biasanya melibatkan
organisasi data ke dalam tabel atau gambar/bagan. Interpretasi data juga dapat
dilakukan dengan jalan membuat gambar atau grafik dari hasil pengamatan,
biasanya melibatkan usaha-usaha penulisan hasil observasi, membuat kesimpulan,
inferensi/penafsiran dan merekomendasi. Kesimpulan biasanya berkenaan dengan
ringkasan dari hasil pengamatan. Sedangkan inferensi adalah pernyataan umum
yang berfungsi untuk menjelaskan atau membuat kesimpulan menjadi bermakna.
Rekomendasi adalah saran untuk tindakan di masa yang akan datang berdasarkan
kesimpulan dan inferensi yang telah dibuat.
Data interpretasi lebih mudah kita pahami
setelah melalui beberapa percobaan. Kegiatan berikut ini akan mendukung
pernyataan tersebut di atas. Dari aktivitas ini akan dicoba untuk menyajikan
data ke dalam dua format yang berbeda. Tugas Anda adalah membandingkan kedua
format penyajian data dengan jalan mencari perbedaan dan persamaannya.
Format
1. Penyajian data dalam bentuk deskripsi
Matahari kita memiliki temperatur permukaan
sekitar 10.000 F Merkurius adalah termasuk planet dalam dengan jarak yang
paling dekat dengan matahari, memiliki temperatur permukaan sekitar 620"
F; Planet berikutnya adalah Venus, memiliki temperatur permukaan sekitar 90° F.
Planet tempat kita tinggal memiliki temperatur permukaan sekitar 72° F Mars
adalah planet yang ke-4 memiliki temperatur permukaan sekitar -10° F. Jupiter
adalah planet berikutnya dan merupakan planet terbesar dalam tatasurya,
memiliki temperatur permukaan sekitar -240° F. Saturnus dengan cincinnya adalah
planet berikutnya, memiliki temperatur permukaan sebesar - 300⁰ F: Uranus
adalah planet berikutnya, memiliki temperatur permukaan sebesar 340° F.
Neptunus adalah planet berikutnya, memiliki temperatur permukaan sekitar -370°
F. Pluto adalah planet yang terjauh dari matahari dan temperatur permukaannya
tidak dapat diukur. Tetapi banyak yang percaya bahwa temperatur permukaannya
sangat dingin.
Format
2. Penyajian data dalam bentuk tabel
Planet
dalam tata surya |
Temperatur
permukaan |
2. Merkurius |
620 F |
3. Venus |
900 F |
4. Bumi |
72 F |
5. Mars |
-10 F |
6. Jupiter |
-240 F |
7. Saturnus |
-300 F |
8. Uranus |
-340 F |
9. Neptunus |
-370 F |
10. Pluto |
Tidak
diketahui |
0 comments:
Post a Comment