Thursday 16 June 2022

PENCIPTAAN TARI ANAK SD

0 comments

 

TUGAS MAKALAH  PENDIDIKAN SENI DI SD



MODUL 1

PENCIPTAAN TARI ANAK SD

 

KEGIATAN BELAJAR  1

1. Proses Penciptaan Tari

Pada bab ini akan memperlajari dan sekaligus mempraktekkan tahap - tahap dalam proses pembuatan sebuah kompetisi tari bentuk. Pada pokok bahasan kali ini kita akan membicarakan tentang Eksplorasi, Imporvisasi, Evaluasi dan Forming (pembentukan gerak). Ketiga hal tersebut merupakan langkah awal seseorang dalam proses penyusunan gerak tari. Seorang pemula tidak mungkin langsung dapat mencipta dan menyusun suatu karya tari tanpa melalui tahap - tahap awal dalam penyusunan tari. Anda dapat mengeksplorasi gerak bebas, juga memilih gerak - gerak apa saja yang akan anda ekspresikan. Anda bisa memilih jenis gerak apa saja yang akan di pilih. Lebih penting lagi adalah jika anda terbiasa dengan kelenturan tubuh dan juga mudah untuk mencari gerak-gerak yang dihendaki dalam menyusun gerak tari, dan juga memiliki kreativitas dalam menyusun gerak tari.

Katakanlah anda sebagai seorang yang akan menyusun tari tersebut sebagai penata tari atau koreografer, terlebih dahulu akan melalui tahapan proses kerja studio atau kerja mandiri dan kerja kelompok

 

- Kerja studio atau biasa disebut kerja mandiri adalah tahapan ketika anda sebagai penata tari melalukan eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan forming sampai pada penyusunan gerak - gerak yang kemudian menjadi suatu bentuk tari yang utuh.

- Kerja kelompok merupakan kerja yang sifatnya koordinatif dengan aspek - aspek estetis yang lain. Aspek estetis tersebut meliputi iringan, tata rias, tata busana dan aspek lain yang mendukung keutuhan sebuah bentuk karya tari. Mulailah anda melibatkan penari, penata musik, penata kostum dan para pemusik. Katakanlah anda sebagai penata tari, maka anda harus melakukan dialog dan komunikasi dengan penata musik agar diperoleh harmonisasi antara gerak, karakter, tari dengan iringan tari. Sebelum anda mempraktekkan hal tersebut, maka sangat penting bagi anda mempelajari dan mempraktekkan tahap - tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi, dan forming.

 

1. Eksplorasi

Eksplorasi adalah tahap awal anda sebagai seorang yang akan menyusun tari dalam proses penyusunan tari. Aktivitas anda dalam tahap eksplorasi ini meliputi berpikir, berimajinasi, merasakan, dan merespons alam sekitar, lingkungan fisik, dunia binatang, tumbuhan, kejadian - kejadian sekarang maupun di masa lalu atau suatu ceritera. Eksplorasi termotivasi dari luar diri anda sebagai penata tari, sehingga tahap eksplorasi ini sangat bermanfaat bagi anda

2. Improvisasi

Improvisasi memberi kesempatan lebih luas dalam melakukan imajinasi, pemilihan, dan penciptaan dibandingkan dengan eksplorasi. Dalam improvisasi, seseorang lebih memiliki kebebasan dalam mengungkapkan ekspresi gerak. Ciri dari improvisasi ditandai dengan gerak spontanitas. Improvisasi memacu kreativitas dan memberi kesadaran bahwa gerak itu bersifat ekspresif. Improvisasi dapat tumbuh dari gerak - gerak tertentu yang telah anda pelajari. Anda bisa melakukan pemilihan - pemilihan gerak dengan cara anda sendiri. Proses improvisasi merangsang imajinasi, sedangkan imajinasi merupakan elemen yang paling esensial dalam laku kreatif.

3. Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi atau pemilihan gerak - gerak sesuai dengan garapannya. Maka pemilihan gerak juga didasarkan pada ide dasar yang meliputi tema, cerita, warak gerak, dan gerak-gerak yang menjadi ciri dari ide dasarnya. Susunlah gerak - gerak tersebut meliputi gerak kaki, gerak tangan, gerak kepala dan gerak tubuh atau torso. Kemudia lalukan atau gerakkan (peragakan) secara berulang - ulang.

4. Forming (Pembentukan Gerak/Komposisi)

Salah satu hasil dalam pengalaman berkreasi tari adalah menyusun gerak tari. Proses ini disebut composing atau forming (membuat komposisi). Kebutuhan membuat komposisi lahir dari hasrat manusia untuk memberi bentuk pada apa yang ditemukan (dalam eksplorasi). Langkah melakukan spontanitas gerak juga penting, tetapi spontanitas gerak hendaknya dipadukan atau ditambah dengan proses pemilihan gerak, pengintegrasian gerak dan penyatuan gerak.

 

KEGIATAN BELAJAR  2

1. Konsep Garapan Tari

Dalam mencipta karya tari, anda harus mempunyai konsep garapan karya tari yang akan dibuat. Untuk mencipta tari yang akan diberikan kepada anak setingkat SD, anda perlu menyusun konsep-konsep harapan dengan mempertimbangkan sebagai unsur konsep garapan.

A. Judul Karya Tari (Nama Tari)

Garapan karya tari diberi judul yang sesuai dengan tema atau cerita yang dipilih (bentuk dramatari maupun bentuk tari tunggal, pasangan atau kelompok). Maka orang lain atau penonton akan dapat memperoleh gambaran umum tentang gerak-gerak tarinya. Pilihlah judul yang komunikatif dan mudah dimengerti oleh orang banyak. Apalagi tari yang akan dibuat adalah tari anak, maka judul tari tersebut harus akrab dan menarik bagi anak, serta mudah dipahami. Judul akan mencerminkan gerakan - gerakan tarinya, sehingga memilih juga tari harus yang tepat untuk jiwa perkembangan anak.

B. Sumber Garapan

Ada beberapa sumber garapan yang dapat dijadikan pijakan dalam menyusun konsep karya tari, yaitu:

1. Auditif adalah sumber yang diperoleh dari hal-hal yang didengar, misalnya dongeng dari Ibu, cerita dari radio atau kaset (wayang, legenda, sejarah, kisah hidup seseorang, kisah kepahlawanan, perjuangan dan lain-lain). Jadi ide anda dapat muncul dari hal - hal tersebut

2. Kinestetik adalah sumber garapan yang berasal dari gerak. Gerak tersebut dapat diperoleh dari melihat pertunjukan tari, gerak sehari-hari, gerak binatang, atau gerak apa saja yang rangsang awalnya berasal dari gerak yang pernah dilihat, baik melihat pertunjukan langsung maupun media elektronik (TV,video,VCD). Misalnya setelah anda melihat anak- anak sedang bermain, muncullah ide anda untuk membuat karya tari anda

3. Idea adalah sumber garapan dapat juga bermula dari ide yang berasal dari semua aspek kehidupan sekitar kita, lingkungan alam, satwa atau fauna. Ide juga dapat berangkat dari mimpi, angan-angan ataupun gagasan hati dan pikiran. Orang biasanya mengatakan sebagai ilham

4. Tertulis adalah sumber garapan ini merupakan dari rangsang awal yang berasal dari sumber tertulis, misalnya buku cerita, komik, cerita babad, biografi, cerpen, puisi, manuskrip dan sumber lain dalam bentuk tulisan.

Sumber garapan tidak bisa ditentukan harus dari auditif, ide, tertulis atau kinestetik. Namun garapan akan muncul dengan suasana hati atau mood anda, ketika ide tersebut muncul. Sumber garapan tari dapat lebih dari saru tergantung dari sejauh mana daya imajinasi anda ketika memperoleh sumber garapan yang untuk menyusun tari.

C. Tipe Tari

Garapan tari dibedakan menjadi empat tipe. Anda dapat memilih salah satunya, yaitu :

1. Dramatari adalah suatu karya tari yang mengungkapkan suatu cerita yang didalamnya terdapat beberapa tokoh yang kehadirannya memiliki arti, punya peranan yang bersifat kausal atau sebab akibat, seperti dramatari dengan cerita Malin Kundang, Ramayana, Kartini dll

Dalam cerita tersebut ada beberapa tokoh yang harus dimunculkan dan masing - masing tokoh memiliki peranan yang saling berhubungan

2. Dramatik adalah karya tari yang mengandung unsur cerita meskipun didalamnya tidak menggambarkan tokoh tertentu. Misalnya tari Tenun  atau tari Batik, menggambarkan gadis yang sedang menenun atau sedang membatik. Penggambaran gadis dan proses menenun atau membatik tersebut sudah merupakan suatu peristiwa atau kejadian (bersifat dramatik)

3. Komik adalah suatu garapan tari yang bersifat komikal, misalnya tari karya Didi Nini Thowok “Dwi Muka”, tari Golek Kayu, atau bentuk tari jenaka lain yang ada di daerah asal anda

4. Abstrak adalah garapan tari yang pengungkapannya diekspresikan secara jelas. Karya - karya tadi tersebut biasanya karya kontemporer atau karya tari non tradisional

D. Mode Penyajian

Mode penyajian adalah semacam gaya penyajian dalam sebuah pertunjukan tari. Mode penyajian ini ada dua yaitu :

1. Simbolik

Simbolik maksudnya bahwa garapan tersebut pengungkapannya diekspresikan dengan simbol-simbol, baik dalam gerak, kostum maupun pola lantai. Contohnya adegan perang dalam tari Bedaya digambarkan denga gerak - gerak yang halus justru tidak menggunakan gerak-gerak maknawi yang menggambarkan perang

2. Representasional

Karya tari tersebut diungkapkan dengan jelas, baik cerita atau tokohnya diungkapkan secara jelas, sehingga penonton mudah memahami. Biasanya tari dengan mode penyajian representasional akan mudah dipahami oleh penonton yang tingkat apresiasinya masih awam sekalipun. Contohnya cerita Malin Kundang dari Sumatera bisa ditampilkan dengan model representasional. Tokoh- tokohnya digambarkan dengan jelas Malin Kundang, ibunya, istri Malin Kundang yang ditunjukkan dengan ciri kostum dan gerak tarinya

E. Konsep Gerak

Di dalam penggarapan gerak, pasti akan ada transisi yaitu perpindahan dari pola lantai (posisi) satu ke pola lantai berikutnya. Usahakanlah transisi ini dilakukan secara halus, artinya jangan menggunakan gerak transisi semata-mata untuk bergerak menuju ke posisi berikutnya. Tetapi gunakan gerak - gerak yang memungkinkan dilakukan sambil berpindah atau bergeser, sehingga tanpa terasa ketika gerak tersebut selesai dilakukan seolah tanpa sengaja penari sudah berubah atau berganti posisi

F. Konsep Iringan Musik

Coba ambilah sebuah piring atau kaleng roti kosong, pukullah benda tersebut maka akan mengeluarkan suara kemudian pukullah benda tersebut dengan irama. Artinya sesederhana apapun, musik dapat dibuat sendiri tidak harus seorang ahli musik. Gerakan memukul dengan menggunakan benda tersebut yang mengeluarkan irama merupakan salah satu cara untuk membuat iringan tari. Hal itu dimungkinkan terjadi apabila tidak mempunyai musik iringan dalam kaset rekaman lagu yang cocok untuk karya tari yang disusun atau di tempat yang tidak ada instrumen musik yang lengkap.

Untuk membuat musik iringan tari, ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh penata tari yaitu :

1. Cara pertama, yaitu hampir sama dengan konsep gerak, maka konsep iringan/musik juga berpijak dan mengembangkan musik daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya. Artinya kalau garapan tarinya berpijak pada gerak tari Minang maka musik iringannya juga dikembangkan dari musik daerah Minang. Namun demikian dapat pula anda tidak mengembangkan musik dari daerah tertentu tetapi membuat kreasi musik/iringan baru yang sengaja dibuat untuk tari tersebut

2. Cara kedua, musik iringan tari dapat juga dibuat dengan cara editing yaitu garapan tari tersebut tidak menggunakan musik iringan yang sengaja dibuat dengan menggunakan instrumen musik lengkap untuk kepentingan tersebut, tetapi menggunakan musik-musik yang sudah ada dalam bentuk rekaman pita kaset

3. Cara ketiga, ada tari yang tidak menggunakan alat musik maupun editing, tetapi menggunakan musik internal yaitu musik yang suarany dihasilkan dari anggota badan manusia, misalnya suara penari, tepukan tangan, tepukan tangan di paha, jentikan ibu jari dan jari tengah, seruan atau teriakan penari

4. Cara keempat, dapat juga tari tersebut diiringi dengan syair - syair lagu yang dinyanyikan oleh penari atau oleh kelompok vokalis. Contohnya tari permainan anak-anak dapat dilakukan dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh penari dapat juga dinyanyikan oleh vokalis anggota pemusik

5. Cara kelima, iringan tari juga dapat dihasilkan dari kreativitas yang memanfaatkan benda - benda di sekeliling. Contohnya kayu, botol, kertas, ember tongkat dan benda lainnya

 

G. Konsep Tata Teknik Pentas

Tata teknik pentas menyangkut tempat pertunjukan yang akan digunakan, penataan tata letak panggung, dekor, properti, tata lampu dan sebagainya yang semunya menyangkut hal - hal artistik di panggung

1. Tempat pertunjukan yang akan digunakan jenis proscenium atau arena pentas (lapangan atau pendopo)

2. Dekor atau backdrop atau latar belakang panggung dapat berwarna hitam, putih atau abu-abu. Untuk tata panggungnya apakah panggung menggunakan setting, misalnya trap, tiruan gapura dan sebagainya. Atau tidak menggunakan sama sekali

3. Properti apa saja yang digunakan misalnya penggunaan keris, tongkat, kain, busur, saputangan dan sebagainya

4. Tata lampu menggunakan penerangan listrik, patromak atau obor.  Untuk dramatari, desain lampu disesuaikan dengan adegan atau ceritanya

KEGIATAN BELAJAR 3

1. SUMBER TEMA

Tema adalah suatu pesan yang ingin disampaikan kepada penonton, atau siapa saja yang memang tertarik pada seni tari. Untuk memudahkan tari anak akan lebih baik dibuat tema terlebih dahulu.

a.       Tema Ceritera

Langkah awal dalam menyusun tari yang sederhana, dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan tema ceritera. Sumber-sumber yang dapat dipakai sebagai materi tema adalah sebagai berikut.

 

1)      Binatang, Pilihlah tema dari jenis-jenis binatang yang menarik dan sesuai untuk  dilakukan anak setingkat SD. Misalnya Kupu-kupu. Katak, Kucing, Burung, Angsa, Kelinci, Ayam Jantan, atau burung Merak. Hindari pemilihan tema binatang dengan jenis-jenis yang kurang menarik (liar atau buas) dan kurang cocok untuk dijadikan tema tari. Hindari pemilihan tema binatang seperti buaya kerbau, atau kuda nil. Di samping kurang cocok untuk dunia anak, juga agak susah untuk mengekspresikan ke dalam suatu bentuk kreativitas gerak.

 

2)      Alam. Alam sekitar dapat menjadi tema dalam menyusun karya tari, misalnya pepohonan, bunga, matahari, rembulan. Terang bulan di malam hari dapat dijadikan untuk tema tari, sehingga dapat muncul sebagai bentuk tari bermain di bawah terang bulan.

 

3)      Kegiatan sehari-hari. Kehidupan masyarakat dapat diangkat menjadi tema ceritera. Misalnya membatik, menenun, nelayan, petani, panen padi, memancing. Dari tema-tema kegiatan sehari-hari, dapat muncul tari Batik, Tari Tani, atau tari Tenun.

 

4)      Suasana Hati. Emosi atau suasana hati dapat pula menjadi sumber tema. Misalnya suasana gembira, gembira habis panen, gembira bermain, bermain di bawah sinar bulan purnama, sepi, kesendirian, sedih, gelisah, dapat diungkapkan dalam karya tari.

 

Itulah tema-tema yang dapat dijadikan ceritera dalam suatu bentuk karya tari anak. Mengapa ceritera? Semua tari berceritera (dramatik). Dalam gerak-gerak tari yang tersusun secara estetis, dibaliknya mengandung ceritera. Misalnya, Anda membut tari tani, sudah barang tentu tari yang Anda susun menggambarkan atau menceriterakan seorang petani yang sedang mencangkul, menanam padi, panen, atau mengusir burung- burung, dan sebagainya yang semua gerak-gerak tersebut menggambarkan perlaku atau ceritera petani.

 

Tema ceritera hendaknya yang akrab dengan dunia anak. Bukan hanya akrab dengan anak, tetapi juga mudah ditarikan dan gerak-geraknya mudah dimengerti menggambarkan atau menceriterakan apa. Untuk contoh tema ceritera yang mengambil ide atau sumber garapan binatang kijang, maka gerak yang dimunculk adalah cin-ciri gerak kijang. Gambar terdapat pada Modul halaman 7.27

 

 

 

b.      Tema Gerak

Setelah menentukan tema, maka Anda melakukan eksplorasi gerak dengan mencari kemungkinan-kemungkinan gerak dari anggota tubuh Anda. Gerak tubuh dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu gerak kaki, tangan, badan atau torso, dan kepala.

 

1)      Gerak kaki Membuat gerak kaki dengan segala kemungkinan pengembangannya. Gerak yang Anda lakukan sebaiknya mengacu pada tema ceritera yang dipilih. Misalnya kalau anda memilih tema binatang kelinci, maka cari segala kemungkinan gerak yang menjadi ciri gerak kelinci (meloncat. lari, jongkok, makan rumput, dan sebagainya).

a)      Langkah gerak kaki pelan, agak cepat, cepat.

b)      Langkah gerak kaki rendah, sedang, tinggi.

c)      Langkah gerak lurus, silang, melingkar

d)     Langkah jalan biasa, lari, meloncat, merendah.

 

2)      Gerak tangan Mencari kreasi gerak tangan dengan segala kemungkinan yang tetap mengacu pada tema ceritera yang dipilih. Misalnya memilih binatang kupu-kupu, maka lakukanlah observasi pencarian gerak tangan yang dapat menunjukkan identitas kupu-kupu yang sedang terbang, hinggap di pohon, mengisap madu, dan sebagainya.

 

3)      Gerak badan/torso, Membuat gerakan-gerakan dapat dilakukan denga menyesuaikan gerak kaki dan tangan seperti tegak, berputar ke kiri atau ke kanan, membungkuk, merendah, dan sebagainya. Semua eksplorasi gerak ba diarahkan pada tema yang dipilih.

 

4)      Gerak kepala. Gerakan kepala biasanya mengikuti gerak anggota badan lainnya dengan mempertimbangkan segi artistik dan juga maknawi. Misalnya lakukan gerak kepala dengan mempertimbangkan segi artistik (gerak kaki dan tangan langkah melenggang, dan gerak kepala akan lebih indah bila gerak kepala/arah pandangan) mengikuti langkah kaki bukan mengikuti gerak tangan. Gerak kepala juga dilakukan dengan mempertimbangkan gerak maknawi misalnya gerakan membatik, maka gerak kepala atau arah pandangan sebaiknya mengikuti gerakan tangan yang sedang membatik. gerak menunjuk ke suatu arah sebaiknya diikuti dengan gerak kepala dan pandangan ke arah yang ditunjuk.

 

Gambar-gambar tema gerak dapat dilihat pada modul halaman 7.29.

 

KEGIATAN BELAJAR 4

1. MENYUSUN KARYA TARI

Pada bagian ini hendaknya kita sudah mulai melakukan kerja studio atau kerja mandiri. Yang mana dapat diawali dengan pemilihan tema ceritera tadi. Pilihlah sesuai dengan imajinasi baik itu tema binatang, kehidupan, sehari-hari, flora ataupun suasana bermain. Setelah itu lakukan gerak-gerak tari sesuai dengan tema yang dipilih. Karena tidak menggunakan alat peraga atau dilakukan sendiri, tidak juga melakukan kerja kelompok.

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan.

1.      Langkah 1 : Setelah melalui tahap eksplorasi sampai dengan forming susunan gerak yang dibuat sudah menjadi satu bentuk tari utuh,  maka anda memperagakan di depan tutor (dilakukan tanpa iringan). Tutor memberikan pengarahan.

 

2.      Langkah 2 : Setelah dilakukan revisi gerak. Anda memperagakan lagi ha karya tari tersebut. Menghitung durasi waktu yang dal ditentukan (Durasi waktu ini tidak mutlak. Anda dap menyusun tari dengan durasi lebih atau kurang dari 5-7 menit Sebaiknya menyusun tari anak durasi waktunya jangan lebih dari 10 menit, hal ini untuk menghindari kejenuhan penonton.

 

3.      Langkah 3 : Setelah tari tampak bentuknya, mulailah Anda memilih merancang musik yang akan digunakan.

Kemungkinan yang dapat dilakukan dalam pemilihan music adalah sebagai berikut .

a)      Editing : Gunakan beberapa musik dalam rekaman yang sudah ada, lalu lakukan pemilihan dan editing Lakukan penggabungan antara musik satu dengan musik berikutnya dengan sedemikian rupa sehingga pergantian musiknya tampak runtut/halus (tidak tampak tempelan atau sambungan musik).

 

b)      Mengisi gerakan : Anda memilih musik yang sudah ada, lalu mengisinya dengan gerak tari hasil karyanya. (Hindari memilih musik iringan tari yang sudah ada, pilihlah musik lain yang belum ada tarinya)

c)      Internal : Gunakan teman-teman Anda untuk menyanyi mengiringi tarinya. Buatlah berbagai macam tepukan-tepukan untuk mengiringi tari, tepukan tersebut dapat diseling dengan seruan-seruan tertentu. Di dalam kelas, guru dapat melakukan hal yang demikian dengan melibatkan siswa, sehingga seluruh kelas berpartisipasi aktif.

 

d)     Music alternatif : Buatlah iringan tari dengan memanfaatkan beberapa benda yang dapat menghasilkan suara. Apabila music iringan dibuat dengan suara dan ritme yang sesuai,  akan menghasilkan irama musik yang menarik (botol, tempurung kalapa, tongkat, kaleng, ember, suara gemericik air, piring, dll). Dapat juga suara-suara dari benda tersebut dipadukan dengan vocal.

 

Dengan penjelasan di atas, maka seorang guru seni dapat tetap berkreasi meskipun dengan fasilitas terbatas. Sekaligus hal tersebut dapat mengajarkan kreativitas kepada siswa.

 

4.      Langkah 4 : Anda merancang rias dan busana (kostum) yang akan digunakan dalam karya tari tersebut. Pertimbangkan rias yang sesuai dengan tema tari. Gerak tari juga menjadi pertimbangan dalam merancang busana agar tidak mengganggu gerak tari. Buatlah desain yang menunjukkan identitas dari tema tarinya. (Misalnya tari dengan tema petani, buatlah desain kostum yang menunjukkan ciri petani, hindari dandanan menyolok yang tidak sesuai dengan figur petani. Meskipun demikian, tari merupakan karya yang dipentaskan (performanse), nilai artistik tetap menjadi pertimbangan agar busana tari tersebut tetap menarik untuk dilihat).

 

Gambar penari tari Bondan Tani, menggambarkan ibu petani selesai panen. Tampak kostum yang memberi ciri petani tampak pada kain dari bahan lurik hijau dan kebaya dari bahan lurik cokelat. Ciri petani juga ditunjukkan dengan caping yang bisa dijadikan sebagai kostum maupun properti tari (menjadi properti tari apabila caping tersebut digerakkan dalam gerak tarinya). Rias wajahnya adalah rias cantik yang hanya mempertegas anatomi wajah, tidak menunjukkan karakter tertentu. Meskipun petani itu tidak berhias, namun sebagai suatu performance, penari tetap menggunakan rias untuk mendapatkan efek artistik.

 

Rias penari Burung Belibis memberi karakter burung yang ditampilkan pada rias mata, dahi, hiasan di pipi depan telinga, dan hiasan rambut di atas kepala. Adapun busana warna putih identik dengan burung Belibis yang berbulu putih. Sayap burung tampak pada kain putih yang disilangkan dari bahu ke belakang. Sayap tersebut akan mengembang ketika penari menggerakkan tangannya pada saat penari melakukan gerak terbang. Pertimbangan-pertimbangan tersebut hendaknya menjadi perhatian guru tari yang mendesain rias dan busana tarinya.

 

 

MODUL 2

PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA  ANAK SD

 

KEGIATAN BELAJAR 1

1. KEGIATAN BELAJAR  1 (MODUL 8)

A. MENCIPTA KARYA SENI RUPA DWIMATRA

Karya seni rupa Dwimatra atau dua dimensi adalah jenis karya seni rupa yang ganda dengan ukuran (dimensi) luas, yaitu panjang dan lebar, oleh karenanya bentuk karya ini berupa bidang datar. Karya seni rupa Dwimatra ini ialah, menggambar, seni dan mencetak dengan berbagai medium, seni ilustrasi, seni grafis, desain reklame atau yang lain yang bercirikan ukuran luas. Seperti telah diutarakan di atas, bahwa modul ini akan memberikan pengertian (deskripsi secara singkat medium dan teknik) dan mahasiswa mengerjakan sesuai dengan tugas yang diminta.

1.      Menggambar

Pada Modul 2 telah dijelaskan bahwa prinsip menggambar adalah memindahkan objek dengan mencoret dalam medium dua dimensi, berupa kertas, kanvas, atau media yang datar. Media ini hadir sudah sangat tua; menurut catatan sejarah, gambar merupakan jenis karya rupa yang paling awal diciptakan manusia. Gambar yang dalam modul ini mempunyai kaitan bentuk dengan kehadirannya, bersifat realis, dekoratif maupun abstrak. Di bawah ini, terurai karakteristik dan teknik menggambar.

1)      Menggambar Alam Benda

Istilah Menggambar Alam Benda sama artinya dengan still life drawing, yaitu menggambar objek yang berupa benda-benda di sekeliling dan digambar secara langsung berbentuk realis. Bentuk realis tersebut dilihat sesuai dengan arah pandang penggambar. Keberhasilan menggambar alam benda adalah ketepatan bentuk yang dilihat dari :

·      Proporsi atau ketepatan ukuran dan bentuk sesuai dengan benda atau objek sesungguhnya, sebagai contoh: menggambar kursi, seberapa tinggi keseluruhan kursi, berapa ukuran sandaran kursi serta papan duduk. Ukuran ini dinyatakan dalam perbandingan (skala) atau pun panjang.Karya seni rupa Dwimatra atau dua dimensi adalah jenis karya seni rupa yang ditandai dengan ukuran (dimensi) luas, yaitu panjang dan lebar, oleh karenanya bentuk karya ini berupa berupa bidang datar.  Cara melihat proporsi benda dapat dilihat pada modul 8.8.

·      Warna, yaitu kesesuaian sifat hasil gambar dengan warna benda-benda yang digambar.

·      Komposisi, adalah susunan benda-benda yang disusun sebagai objek yang dilihat. Namun, kalau benda yang akan digambar dalam posisi diam, maka perupa harus bergerak menyesuaikan posisi menggambar untuk Posisi, gambar benda ini dapat diamati dari berbagai posisi, di atas kenyamanannya.

·      Posisi, gambar benda ini dapat diamati dari berbagai posisi, di atas cakrawala pandang, atau di bawah cakrawala pandang. Posisi pandang ini menentukan proporsi bentuk dan ukuran, misalnya :

 

Tumpukan buku 1 berada pada titik pandang mata sebagai batas cakrawala mata memandang, oleh karenanya bentuk sempurna terlihat dari depan arah pandang mata. Sedangkan tumpukan buku 2 berada di bawah batas. cakrawala mata memandang, sehingga alas atas buku tersebut tampak. Gambar dapat dilihat di modul 8.8.

Teknik menentukan garis dasar cakrawala :

Contoh Tugas

Amati posisi kaleng susu dari arah depan atau tepat pada garis atau titik cakrawala, dan kemudian letakkan kaleng tersebut di atas kepala, bagaimana bentuknya?

Jawab :

Setelah mengamati gambar pada modul 8.9, Posisi benda clips atau berbentuk tabung yang diletakkan tepat berada pada titik cakrawala akan tampak hampir seperti bentuk dasar yaitu segi empat. Jika benda tersebut diletakkan berada di bawah titik pandang cakrawala, maka yang akan tampak adalah bagian dasar benda yang berbentuk clips. Elips akan melebar jika jauh dari garis dasar cakrawala. Maka terdapat dua gambar, gambar pertama yaitu posisi kaleng susu Posisi tepat pada garis cakrawala dan Posisi di bawah garis cakrawala.

·      Langkah menggambar alam benda melihat secara global benda yang akan digambar, apakah benda objek tersebut menipunyai bentuk dasarnys seperti segi empat, segi tiga, fundar, atau bulat serta kemcut, sesuai dengan proporsi. Setelah sexual komposisi objek yang dilihat, dilanjutkan dengan membert detail ganibar Dalam membuat detail gambat yang barus diperhatikan adalah teknik menggambar, seperti kering, basah ata minyak. Semuanya akan menentukan keberhasilan gambar..

Contoh Proses Menggambar Alam benda (Bahan Pelajar Prog. Pendidikan Keterampilan Kerajinan pada SLTP) dapat dilihat pada modul 8.10.

 

2)      Menggambar Model

Menggambar Model merupakan istilah untuk menggambar manosis. dalam posisi diam maupun bergerak, contohnya gambar foto atau lukis potret. Dalam menggambar manusia yang perlu diperhatikan adalah ukuran tubuh atau postur tubuh. Sebenarnya, bentuk atau postur tubuh setiap manusia tidak akan sama, namun secara teoritis, idealaya postur tubuh dapat direkonstruksi berdasarkan kepala sebagai ukuran dasar Ukuran dasar ini disebut kanon tubuh manusia.

Menurut teori ukuran tubuh manusia terdiri 8,5 kali kepala manusia. Selanjutnya untuk mengembangkan gambar manusia yang bergerak, perupa akan menetapkan lebih dahulu sendi-sendi tulang sebagai tumpuan gerak. Misalnya lengan, tumit maupun leher. Cara lain adalah menggambar langsung dengan tanpa melihat proporsi tubuh manusia, namun hasilnya akan terasa kurang sempurna, Gambar Proporsi Tubuh Manusia dapat dilihat pada modul 8.11.

Selanjutnya, setelah mengetahui proporsi tubuh, yang harus diperhatikan adalah proporsi wajah. Wajah seseorang tidak akan sama satu dengan yang lain, namun untuk memperjelas proporsi terdapat susunan dengan ukuran ideal. Bentuk wajah menggunakan ukuran standar adalah mata. Posisi mulut berada di tengah bulatan wajah, dan mata pada posisi bulatan tersebut. Dalam posisi horizontal, hidung sebagai pusat mengukur mata dan telinga.

Perhatikan gambar pada modul 8.12 :

Sebagai ukuran dasar menggambar wajah adalah mata, sebagai bentuk globalnya 2 titik luar mata-mulut berbentuk segitiga (A-B-C)

Amatilah posisi mata dan hidung serta mulut, ketiganya dihitung dengan lebar mata.

Biasanya proporsi wajah untuk laki-laki dan perempuan dibuat sama. Sedangkan, untuk membedakan karakter dibedakan dari garisnya. Garis untuk wajah dan bodi perempuan dibuat dengan garis lengkung: garis lengkung mempunyai kesan luwes dan kewanita-wanitaan. Kemudian, untuk membuat wajah laki-laki biasa digunakan garis lurus dan patah lurus. Garis ini mempunyai simbol kuat, tegas dan kaku, hal ini sesuai dengan seorang laki-laki. Jika nantinya akan memilih arsir untuk gelap terang, tokoh wanita lebih cocok dengan arsir halus, dan laki laki dengan garis lurus maupun silang.

Menggambar model dapat berupa, gambar wajah dan gampar potret, gambar potongan tangan, kaki serta gambar manusia secara utuh. Perihal gambar potret dibedakan dengan gambar wajah; gambar potret menampilkan kepala dan separuh badan atau tiga perempat badan. Sifat gambar potret dapat dilakukan secara langsung maupun lewat pembesaran dari potret, hal ini sesuai dengan permintaan.

3)      Menggambar Binatang

Pada prinsipnya menggambar binatang sama dengan keterangan sebelumnya. Untuk menentukan komposisi. Perupa sebaiknya memulai dengan membuat sket global seperti menggambar alam benda. Selanjutnya satu persatu diamati tumpuan sendi binatang, mulai bagian kepala, turun menuju kaki, kelengkapan gambar sesuai dengan teknik.

4)      Menggambar Ilustrasi

Istilah ilustrasi dari kata ilustraie, yang berarti menerangkan atau menjelaskan. Beberapa pakar seni menggolongkan ilustrasi sebagai gambar tematik. Gambar tematik adalah gambar yang mempunyai tema dan cerita yang penuh. Kedudukan perupa dalam menerjemahkan tema atau cerita yang telah ditulis. Sedangkan yang dimaksudkan ilustrasi sebagai gambar penjelas adalah gambar yang berfungsi memberi keterangan isi atau tema yang diminta, contoh, gambar denah penjelas posisi rumah, atau gambar yang menerangkan cerita. Dari uraian tersebut dapat ditarik makna, bahwa fungsi ilustrasi dalam perkembangannya menjadi bermacam-macam bentuk serta wujudnya :

a)   Ilustrasi Komik (gambar komik), yaitu menggambar ilustrasi yang berfungsi menjelaskan cerita, baik fiksi maupun realitas. Karakternya gambar tersebut terdapat cerita tertulis. Sedangkan, tulisan dapat terpisah dengan gambar, artinya berada pada bidang yang lain, namun ada juga yang menyatu dengan gambar. Gerakan seseorang dalam ilustrasi tampak kuat dan jika berkata sekaligus diberi ruang untuk tulisan. Jenis ilustrasi komik yang lain, ialah gambar dan tulisan berada pada posisi terpisah.

b)   Ilustrasi Vignette, yaitu gambar pengisi ruang kosong di antara tulisan satu dengan yang lain. Biasanya gambar-gambar ini hanya berfungsi penghias saja, namun dapat pula berbentuk gambar hias.

c)   Ilustrasi Grafis, yaitu gambar yang dibuat untuk menyertakan maupun menjelaskan ide dan isi karangan, seperti majalah, kulit buku (book cover) atau gambar ilustrasi penjelas poster.

d)  Ilustrasi Karikatur, merupakan gambar sindiran terhadap peristiwa kini (yang sedang ngetop) saat itu. Biasanya karikatur berkaitan dengan sindiran politik, sosial atau pun perorangan yang menjadi wacana publik Biasanya, sindiran karikatur berupa penonjolan salah satu organ tubuh sekaligus menunjukkan sifat objek yang sedang dibuat sindiran. Misalnya: Si Mata Keranjang. Pemimpin yang sombong, Mata Duitan. Judul si Mata Keranjang digambarkan mata kocak dengan melihat beberapa wanita cantik di sebelahnya; mata kanan melirik ke kiri sedangkan mata kiri melirik ke kanan. Mungkin di sebelah kanan atau kiri ditambahkan ilustrasi berbagai pose wanita: mulai wanita jorok sampai dengan wanita cantik yang menarik sekali.

e)   Ilustrasi Kartun (Cartoon), merupakan gambar sindiran yang bernuansa kelucuan.

 

5)      Menggambar Pemandangan

Istilah menggambar pemandangan digunakan untuk mengidentifikasi gambar yang mengungkapkan atau berobjek pemandangan; objek pemandangan sendiri dapat berupa alam bebas (misalnya: gunung, sawah atau pun yang lain), dapat pula berupa pemandangan di suatu sudut jalan yang berisi pepohonan, rumah kampung atau pun pemandangan kesibukan di pusat kota, pasar dan stasiun. Gambar pemandangan sangat kuat mengetengahkan perspektif dan penafsiran gelap terang.

6)      Menggambar Teknik

Menggambar teknik merupakan sebutan menggambar dengan bantuan peralatan mistar. Tujuan menggambar teknik adalah untuk merekonstruksi objek, oleh karenanya agar lebih mudah menggunakan peralatan mistar. Semula menggambar teknik diperuntukkan kebutuhan di bidang jasa konstruksi, seperti menggambar bangunan, namun saat ini gambar teknik digunakan untuk merekonstruksi apa saja yang mempunyai nilai proyeksi dan perspektif. Oleh sebagian praktisi bangunan digunakan untuk menjelaskan bentuk bangunan dilihat dari segi teknik konstruksi. Praktisi menggambar grafis memanfaatkan untuk menggambar poster, serta praktisi yang memanfaatkan untuk menggambar alam benda yang bersifat teknik.

Praktisi lain juga memanfaatkan gambar teknik sebagai dasar menggambar model maupun alam benda. Namun posisinya untuk merancang komposisi dan membuat proporsi yang benar. Hal ini sering dilakukan oleh para pemula dalam Menggambar. Menggambar teknik bertujuan membuat proyeksi maupun perspektif suatu objek/benda.

7)      Menggambar Ornamen atau Hias

Menggambar omamen sering pula disebut menggambar hiasan. Fungsi gambar ornamen untuk menghias salah satu benda atau objek, maka sebagian orang Barat menggolongkan ke dalam seni minor. Seni minor merupakan jenis karya seni rupa yang berfungsi memperindah, mempercantik karya seni rupa yang lain, sebagai contohnya: kursi ukir, kalung, dekorasi pelaminan pengantin dan masih banyak lagi.

Karya menggambar ornamen dapat ditampilkan berupa kertas atau karya yang sudah diukir. Karya pada kertas ditampilkan dalam bentuk hiasan dinding, taplak meja, sarung bantal maupun sapu tangan. Hiasan yang ada pada benda-benda tersebut digolongkan ke dalam karya menggambar ornamen. Dilihat dari bentuknya, menggambar ornamen bisa dikaitkan dengan budaya tradisi, di Indonesia seni budaya tradisi ini majemuk, hampir setiap suku, daerah mempunyai budaya sendiri dengan memanfaatkan ornamen dengan penuh makna. Karya-karya seni ornamen dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar :

a)   Ornamen primitif, merupakan ornamen geometris, karena mendapat inspirasi dari bentuk-bentuk bumi. Istilah geometris berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan metris berarti ukuran atau garis; jadi geometris merujuk arti garis-garis bumi. Sebenarnya bumi tidak mempunyai garis, namun kondisi alam seperti sungai jika dilihat dari jauh mirip dengan garis yang berkelok-kelok. Garis kelok yang berasal dari sungai atau bumi disebut geometris.

b)   Ornamen tradisional, merupakan ornamen hasil peninggalan dari suku atau bangsa yang telah melembaga membentuk kelompok masyarakat. Ornamen tradisional hadir diakui oleh kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat bisa berbentuk suku mau pun kerajaan; oleh karenanya sering pula ornamen tradisional diakui sebagai ornamen klasik, Kata klasik merujuk telah mencapai kelas tertinggi dan diikuti oleh seluruh warga pada tradisi kelompok masyarakat tertentu. Ornamen tradisional mempunyai beberapa aliran yang didukung oleh daerah/ suku, diantaranya ialah: Sriwijaya (Palembang), Sunda (Jawa Barat Cirebon), Jepara (Jawa Te ngah), Mataram Kuno (jaman Hindu, atau pra Kesultanan Yogyakarta), Mataram Baru (Zaman Hamengku Buwono-Yogyakarta), Surakarta (zaman Kesultanan). Majapahit, Bali dan masih banyak lagi. Masing-masing mempunyai karakter bentuk yang sesuai dengan sifat alam daerah, adat dan tradisi, kepercayaan, maka ornamen tradisional penuh dengan makna simbolik. Ornamen tradisional tidak hanya bentuk hiasannya, melainkan juga warna dan simboliknya.

c)   Ornamen modern, yaitu ornamen yang menggunakan dasar penciptaannya tidak mengikuti pola tradisi (simbolik) melainkan berdasarkan atas rasional kemanfaatannya. Jika dipandang perlu kemanfaatan ornamen modern harus menggunakan simbolik tradisi, perupa boleh mengambilnya, namun tidak bersifat mengikat. Ornamen modern lebih bebas mengombinasikan bentuk, mulai dari primitif sampai dengan tradisional serta bersifat kreasi.

Dilihat dari segi kemanfaatan, ornamen mempunyai fungsi :

1) Hiasan;

2) Simbolik; dan

3) Konstruktif

Fungsi ornamen sebagai hiasan, maksudnya gambar ornamen tersebut untuk memperindah benda, objek atau yang lain. Sedangkan, omamen simbolik merujuk makan simbolik ornamen, biasanya berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Ornamen konstruktif merujuk kepada fungsi ornamen untuk memperindah konstruksi, bangunan, furnitur maupun senjata.

Ornamen sebagai karya seni dapat mengambil ide dasarnya dari beberapa hal, diantaranya :

a)   Tumbuh-tumbuhan (motif vegetal), ornament jenis ini motif atau bentuk dasarnya mengambil tumbuhan dan pepohonan.

b)   Hewani (animal), ornament jenis ini mengambil bentuk dasar dari gubahan (deformasi) binatang: singa, ular, kaki, kuda, rusa, kura-kura harimau dan masih banyak lagi.

c)   Alam (Natural) mengambil bentuk dasar alam seperti gunung, batu awan, dst.

d)  Buatan (artificial), yang dimaksud dengan artificial adalah benda-benda buatan manusia, seperti kursi, meja, rumah, rumbai, tali, dsb.

e)   Geometris, motif ini merupakan bentuk dasar yang diambil dari tiruan alam, seperti gunung berbentuk segitiga, awan bergerumbul, sungai mirip berbentuk garis-garis berkelok, dan seterusnya. Untuk menggambar omamen geometris dapat dilakukan dengan prinsip menggambar mistar, maupun langsung dengan pensil. Teknik menggambar ornamen geometris dengan mistar dapat dilihat pada modul 8.24

 

2.      Melukis

Perdebatan istilah melukis dan menggambar akan mengurang jika Anda telah mencoba berkarya. Sebab dalam strategi pembelajaran seni terdapat 3 cara belajar seni : 1) membaca buku tentang pengertian seni sehingga anda mempunyai pengetahuan seni, 2) berpartisipasi langsung berkarya sehingga mampu menguasai teknik dan memahami makna seni, dan 3) mencari makna dengan melihat pameran seni.

Pada kesempatan ini Anda dapat belajar seni sendiri dengan berlatih mencipta karya. Karya yang berupa gagasan dapat dimulai dari melihat objek secara langsung kemudian membayangkan berdasarkan persepsi yang dipunyai. Misalnya, melihat kursi yang nyaman kemudian teringat kursi di rumah yang telah rusak; dari perpaduan bentuk in anda berniat menciptakan dan membayangkan kursi yang masih baik dirasakan ndak nyaman diduduki. Atau melambangkan kursi yang diduduki adalah jabatan yang menjanjikan; kursi lambang kedudukan dan seterusnya.

Jika perupa menggambar alam benda, maka hasil karya harus sama dengan yang digambar baik sifat maupun bentuknya. Namun di dalam melukis, perupa diperbolehkan membayangkan dan mengubah warna, bentuk (jika perlu) sehingga yang digambar adalah bayangan terhadap objek yang dihadapi. Melukis mempunyai sifat lebih bebas daripada menggambar, keterikatan mencurahkan perasaan diperbolehkan sehingga objek yang dilihat seolah-olah sebagai dorongan untuk mencipta karya seni. Namun demikian, dalam konstelasi dunia seni lukis terdapat lukisan realis, yaitu lukisan yang menggambarkan kondisi nyata, pelukis mengarahkan objek lukisan kepada hal senyatanya. Di samping itu juga terdapat lukisan pemandangan, objek lukisan ini adalah pemandangan alam yang ditambahi dan diubah warnanya untuk dipersangat sehingga tampak lebih jelas dari warna aslinya.

Melukis mempunyai berbagai gaya dan aliran; gaya ditunjukkan oleh teknik dalam penampilannya misalnya, realis, dekoratif, dan naturalis. Aliran ditunjukkan dengan akhiran isme atau art, misal: realisme, dadaisme, naturalisme, abstraksionisme, dan pop art, optical art, happening art, dan masih banyak lagi. Sedangkan jika dilihat dari bentuk yang dijadikan materi (subjek) lukisan berupa figuratif dan non-figuratif.

Dalam perkembangannya teknik berkarya lukis sangat variatif, karena sifat melukis sendiri yang bebas menginterpretasikan objek dan mengungkapkan kembali dalam berbagai medium Dwimatra. Berdasarkan sifat kebebasan ini, melukis dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak mengungkapkan kreativitas, misalnya :

a.    Finger painting, yaitu teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat; seseorang mengganti kuas dengan jari-jari tangan secara langsung Sedangkan teknik ini dimanfaatkan dalam praktek melukis untuk anak dengan bahan pewarna yang murah dengan campuran lem cair. Caranya adalah mencampurkan bahan pewarna dengan lem cair ke dalam mangkuk sejumlah warna yang dibutuhkan. Selanjutnya warna yang sudah bercampur secara sempurna dapat digunakan untuk melukis secara langsung.

b.   Tekorik tutup, merupakan teknik campuran antara teknik basah dengan teknik kering. Teknik basah karena menggunakan medium cat air dan dikatakan teknik kering karena menggunakan medium krayon. Langkah awal berkarya adalah menutup terlebih dahulu dengan krayon sebagai kondur atau untuk menumbuhkan wama pekat kemudian ditutup dengan cat air Bahan yang t akan terkena warna cat air dan warna krayon tidak tertutup cat air. Teknik tutup tislak terkena terkena krayon dan finger painting ini dapat dimanfaatkan oleh anak tipe ekspresif karena membutuhkan kecepatan berekspresi. Teknik ini mempunyai kesan setengah bebas dibandingkan dengan teknik finger painting, karena melalui dua kali proses; pertama proses kontur, kedua proses menutupi dengan cat air. Sebagai kelebihan dari teknik ini adalah gambar yang telah ditutup dengan warna krayon kemudian tertutup oleh cat air menjadi efek tidak merata dan terkesan ekspresif.

c.    Teknik gores, teknik melukis ini pada hakikatnya adalah teknik tumpang. Kinerja teknik ini diawali dengan memberi warna gambar dengan krayon terlebih dahulu, kemudian ditunggu agak mengeras dan selanjutnya digores dengan benda runcing Ketika penggoresan akan muncul warna awal. Kesan yang ditimbulkan dari efek gores adalah runcing bekas benda tersebut. Namun teknik ini harus lebih cermat kinerjanya dari pada teknik-teknik sebelumnya, karena warna yang sudah jenuh dan terlalu pekat sulit ditumpang lagi, bahkan sering terjadi percampuran. Di samping itu, perencanaan dengan teknik ini harus jeli karena dalam penempatan warna harus memperhatikan satu persatu warna yang akan ditumpangi.

d.   Teknik campur warna kering dan warna basah, teknik ini melalui dua proses yang bersifat tidak terduga. Langkah kerjanya adalah.

-          Pertama sediakan ember berisi air yang sudah berwarna (dicampuri dengan cat air).

-          Kedua, sediakan cat minyak dalam berbagai warna, misalnya cat kayu yang sudah dicairkan.

 

3.      Menera (mencetak)

Kegiatan ini pada hakikatnya adalah membuat gambar dengan secara tidak langsung; yaitu memindahkan gambar melalui bantuan teknik, atau alat tera atau klise (istilah percetakan). Klise adalah alat pemindah gambar yang dimaksudnya dengan teknik reproduksi, yaitu mencetak lebih dari satu. Langkah yang dilakukan adalah membuat klise. Bentuk klise bermacam macam, di antaranya bentuk relief, bentuk sablon maupun bentuk cetak hilang. Bentuk klise untuk mencetak gambar ini mempunyai karakteristik hasil, dan nantinya juga memberikan nama yang berbeda-beda.

a.    Cetak tinggi, yaitu membuat gambar dengan menggunakan klise berelief, langkah awal didahului dengan membuat klise dari bahan-bahan yang mudah dicukil, baik dengan pisau maupun dengan alat cukil khusus yang disebut dengan burin. Bahan-bahan tersebut berasal dari buah ketela rambat, kentang ataupun bahan buatan seperti sabun, karet sandal serta busa. Namun, klise yang akan digunakan untuk mencetak lebih banyak dapat digunakan papan lunak namun bermuka halus, sehingga dapat menyesuaikan ide yang dimaksudkan.

b.   Cetak sablon, teknik ini menggunakan klise tembus: fungsi klise adalah meneruskan gambar dari bentuk tembus. Teknik ini juga disebut dengan teknik tembus. Sedangkan untuk mewarnai dapat dilakukan dengan membuat bantalan warna yang terbuat dari busa yang dibungkus dengan kain. Bantalan ini dicelupkan terlebih dahulu ke dalam mangkuk warna yang sudah disediakan, kemudian dilanjutkan dengan menera lubang bergambar.

c.    Cetak klise hilang. sebenarnya prinsip cetak klise hilang adalah memindahkan gambar cetak kertas yang sudah ada dengan bahan pelarut tinta cetak. Bahan ini dapat dibuat sendiri dengan cara yang sangat sederhana. Pertama, sediakan sabun cair yang sudah berbusa, diamkan, sejenak agar bisa menghilang. Kedua, air sabun tersebut dicampur dengan minyak tanah dan minyak kelapa. Jika telah diaduk bahan ini siap digunakan untuk melumuri gambar cetak, untuk itu gunakan kuas. Jika sudah merata diamkan sejenak pula untuk menunggu kondisi kertas setengah kering, Ketiga, langkah selanjutnya gambar cetak tersebut ditumpangi kertas bersih yang siap untuk kepindahan gambar cetak dengan menekan, gambar cetak akan berpindah ke kertas putih yang tersedia. Keempat, tekan kertas putih dengan benda halus dan digosok-gosok yang tidak merobekkan kertas.

Sebelum mengakhiri topik ini sebaiknya anda melanjutkan memahami bahan dan sifatnya, serta teknik dan peralatannya. Sebenarnya berkarya rupa banyak cara dan macamnya; tidak terbatas oleh kertas dan warna yang telah tersedia, melalui segala macam apa saja dapat digunakan untuk berkarya seni rupa. Berdasarkan teknik, berkarya seni rupa dapat dikerjakan dengan cara konvensional dan inkonvensional. Cara konvensional adalah langkah yang dilakukan dengan jalan menggunakan peralatan yang standar pabrik serta sesuai dengan teknik yang diminta oleh pabrik. Misalnya: menggambar dengan pensil, krayon, cat air atau yang lain. Sedangkan teknik inkonvensional adalah cara yang digunakan seseorang untuk menciptakan gambar atau pun lukisan dengan bervariasi teknik. Teknik tersebut dapat percampuran teknik standar dengan yang lain. Sebagai contoh teknik tutup lilin. Teknik ini mendahulukan menggambar dengan lilin penerang setelah gambar sketsa sudah dinyatakan siap dikerjakan. Kemudian dengan menggunakan pewarna cat air, dengan cara menumpang di atas gambar berlilin tersebut. Bagi kertas yang tidak tergores dengan lilin akan menyerap warna, sedang yang tidak akan menyesuaikan warna lilin.

Adapun secara garis besar peralatan dan bahan terdiri dari dua bagian: 1) Medium berkarya seperti: kertas dengan ukuran A4 (kuarto), A3 2 x ukuran kuarto dan semakin kecil angka semakin besar ukuran kertas. Penyebutan ini untuk menyesuaikan dengan istilah percetakan. 2) kanvas, adalah media untuk melukis cat minyak. Bahan dasar Lanvas adalah kain yang ditutup dengan cat minyak agar tidak mudah menyerap bahan warna minyak tersebut. Kanvas yang baik adalah kanvas dari bahan kain yang tidak madah sobek serta tahan lama, di samping itu kanvas diusahakan lentur sehingga mudah pemasangannya serta nantinya tidak mudah retak.

Kemudian perlengkapan lain adalah warna, warna mempunyai banyak jenis, di antaranya adalah: 1) alami termasuk: pensil, daun, arang (charcoal), 2) artificial (buatan) dan bahan minyak seperti pastel, cat minyak dan cat ducco: dari bahan lilin berupa pastel lilin: dari bahan pigmen kapur seperti cat air, cat poster, akrilik dan sintetik. Bahan lain yang berupa pewarna kimiawi adalah bahan warna sintetik batik. Warna warna ini merupakan warna campuran dari dua jenis bahan kimia garam dan naphtol. serta akan muncul ketika dicampur. (lihat materi Kerajinan Batik).

Pensil mempunyai peran sebagai bahan warna dan sekaligus sebagai alat Pensil tersebut mempunyai berbagai ukuran sesuai dengan karakteristik ukuran karakter tertera pada pangkal seperti H, HB, B dan masing-masing kode menunjukkan sifat keras lunaknya pensil.

 

 

 

 

KEGIATAN BELAJAR 2

1. Mencipta Karya Seni Rupa Trimatra

A.  URAIAN

Pada kegiatan terdahulu, diuraikan dengan jelas jenis karya trimatra dan langkah langkah menciptakannya. Untuk bagian ini, kegiatan belajar akan diarahkan kepada penciptaan karya trimatra, yaitu karya yang mempunyai nilai ruang dan isi; karya ini ditandai oleh ukuran panjang x tinggi x lebar. Sedangkan bentuknya bervariasi seperti bentuk teratur maupun bentuk tidak beraturan, sesuai dengan rancangannya. Kemudian karya trimatra ini lebih banyak menggunakan teknik atau bantuan peralatan mulai dari teknologi i sederhana sampai digital. Perbincangan teknologi digital atau jenis teknologi yang lain akan dibicarakan dalam modul tersendiri.

 

1.    Membentuk

Pada hakikatnya membentuk adalah membuat bentuk. Membuat bentuk dapat dila kukan dengan berbagai cara memahat, mengukir maupun merakit dan melipat. Namun pada kesempatan ini yang dimaksudkan dengan membentuk adalah menyusun benda liat menjadi karya rupa trimatra. Bahan yang dipergunakan seperti: tanah liat, plastisin (sejenis lilin dengan campuran lemak daging, malam dan tepung bata), was (wax) lilin, semen dan masih banyak lagi. Untuk membentuk diperlukan teknik membutsir yaitu mengurangi sedikit demi sedikit karya yang sudah dibentuk secara global, kemudian diperhalus. Untuk membentuk karya rupa dengan medium liat dapat dilakukan dengan tiga cara, di antaranya:

a.       membuat lempengan benda liat kemudian dibentuk menjadi karya

b.      membuat bentuk global kemudian di butir

c.       membuat pilin atau bentuk uliran tali kemudian dibentuk menjadi utuh.

 

a.       Membentuk karya dari lempengan benda liat yang perlu dilakukan pada tahap awal adalah membuat lempengan terlebih dahulu. Lempengan ini bisa dibentuk langsung dengan menekan menggunakan tangan. Namun, dapat pula, lempengan dibentuk dengan menggunakan alat yang disebut dengan roller yang digerakkan menggelinding. Jika tidak ada dapat pula seseorang membuat lempengan dengan menekan menggunakan papan datar, atau dengan memukuli agar menjadi lempengan.

b.      Membentuk global kemudian dibutsir (keruk), seperti telah diutarakan di atas, bahwa langkah awal membentuk karya ini adalah membuat bentuk global terlebih dahulu kemudian dikeruk sedikit demi sedikit akhirnya seperti yang diharapkan. Alat-alat tersebut berbentuk lengkung, datar maupun runcing yang terbuat dari kawat maupun ranting.

c.       Membentuk pilin, langkah ini didahului dengan membuat uliran panjang menyerupai benang atau kawat. Dari benang-benang ini kemudian disusun membentuk karya rupa trimatra seperti yang diinginkan.

 

2.    Memahat Relief dan Ukir

Memahat Relief dan Ukir Membuat karya rupa trimatra dapat memanfaatkan teknik pahat, yaitu membentuk dengan memahat. Medium yang dipahat antara lain: kayu, batu, atau yang lain yang dapat dipahat. Kerja memahat merupakan kerja yang sulit karena proses membentuk mulai dari global sampai dengan finishing harus sejalan. Dalam hal ini desain hanya berfungsi sebagai gambaran umum ketika akan menciptakan atau berproduksi. Selanjutnya, secara otomatis tangan dan pikiran harus menyatu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


3.   erakit dan Membangun

Teknik lain untuk membentuk karya rupa trimatra adalah merakit, yaitu menyusun benda-benda yang sudah dibentuk terlebih dahulu maupun benda yang belum dibentuk menjadi susunan dan arti baru dari benda tersebut. Misalnya susunan patung dari bahan isi korek dengan menggunakan bahan lem UHU atau Rakol (lem kayu) menjadi susunan yang artistik. Kinerja ini dapat dicontoh dengan menggunakan bahan besi, jeruji sepeda, ataupun besi beton dengan teknik las. Bentuk karya rupa ini seperti sangkar dan sebagainya. Di samping teknik rakit las juga dikembangkan karya seni rupa trimatra dengan teknik anyam. Karya-karya ini seperti keranjang sampah, tempat pot ataupun yang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


4.        Melipat dan Menempel

Teknik melipat dan menempel yang dimaksud dalam penciptaan karya trimatra ini berbeda dengan teknik menempel pada melukis. Maksud teknik melipat diperlukan untuk membentuk benda dasar, seperti kotak, kerucut maupun silindris yang akan dikembangkan dengan teknik tempel bentuk ini hampir sama dengan teknik kolase yang telah diuraikan di depan

Tempelan kertas yang dimaksudkan adalah menempel dalam rangka membentuk. Di samping itu melipat juga diartikan origami.

 

 

 

KEGIATAN BELAJAR 3

1.    Menyusun Tugas Mencipta Karya Seni Rupa untuk  Anak SD

A.  Uraian

Anak berkesenian merupakan aktivitas naluriah, oleh karenanya, jika anak diminta menggambar benda-benda yang ada di sekelilingnya oleh ibu guru, yang dia lakukan bukanlah merefleksi apa yang dia lihat melainkan  apa yang dia ketahui dalam ingatan. Jika pada suatu ketika anak dipaksa menggambar maka yang terjadi  anak menjadi patah semangatdan tidak mau melanjutkan kegiatannya. Oleh karenanya, seorang guru tidak dapat memaksa anak untuk melakukannya. Menurut L de C Bucher (1853), kegiatan anak menggambar di atas kertas merupakan proses pembentukan kematangan jiwa, di dalamnya terjadi akumulasi peristiwa yang kompleks. Pembelajaran seni kepada anak disarankan  memperhatikan beberapa aspek yaitu ungkapan jiwa (psychological cathartic), pelatihan pembentukan karakter anak (practical and character forming), pengembangan intelektual dan mengandung pendidikan, multifungsi (intellectual and educative), pendidikan harkat kemanusiaan (humanistic and educative), pembinaan rasa sosial dan kebersamaan  termasuk rasa sosial dan toleransif (social and idealistic).

Untuk merancang tugas praktek berseni rupa, kepada anak harus mengembalikan kepada akar permasalahan.pendidikan anak yang sebenarnya. Anak sekolah di usia sekolah dasar pada hakikatnya adalah mampu menyiapkan dirinya agar mampu berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang lancar nenbutuhkan dukungan pendidikan yaitu keberanian mengemukakan pendapat, berpendapat dengan ide yang luas, mampu  mendengarkan pendapat orang lain.

        

 

No

Aspek yang dikembangkan

Materi

Bentuk pelatihan

1

Ungkapan jiwa

Melukis menggambar objek pilihan sendiri

Menceritakan kejadian yang pernah dialami

Membebaskan memilih objek dan modelnya

Melukis komik

Menggambar situasi di kelasku

Menyusun potongan gambar dan foto, diselesaikan dengan pemilihan warna anak

Menggambar cita-citaku

Finger painting

Memilih berbagai media yang cocok

Membentuk

Membuat patung dari kertas remasan, merakit benda limbah

Membentuk dengan benda liat

Menempel bebas

Membuat karya patung kelompok

2.

Pembentukan karakter

Melukis dan menggambar

Keadaan rumah tematis untuk keluarga

Menggambar kelompok

Menggambar temanku

Menggambar ornamen

Menggambar meneruskan gambar temannya

Menggambar kehidupan di keluargaku

Menerjemahkan ide temannya lewat gambar

 

 

Membentuk

Membuat patung secara kelompok dengan berbagai teknik merakit, memahat, dan menempel bersama-sama

3.

Pengembangan intelektual

Menggambar

Melukis cita-cita

Menggambar dunia yang akan datang

Menggambar keramaian di pasar di jalan

Membuat karya perspektif kontruksi kecepatan teknik

Menggambar potret/wajah

Menggambar peta

Menggambar bentuk transparan

Menggambar ornamen

Menggambar komik

Menera dengan teknik cukil

Membentuk dan merakit

Menggambar konstruksi

Menempelkan benda-benda presisi

4.

Pendidikan harkat kemanusiaan

Melukis

Mengambil tema alam sekitar

Menggambar

Menggambar model diorama

 

Menggambar kelompok

Menerjemahkan surat yang dibuat teman

Menggambar komik

Menggambar meneruskan ide orang lain

5.

Pembinaan rasa sosial dan kebersamaan

Menggambar

Menggambar meneruskan ide orang lain

Menggambar komik

Menggambar kelompok

Menggambar model diorama

Menerjemahkan surat yang dibuat teman

Menggambar poster untuk bingkisan teman yang ulang tahun

Menggambar wajah keluarga

Melukis

Mengungkapkan keadaan di kampung

Mengungkapkan peristiwa yang pernah dialami

Membentuk

Membuat kado ulang tahun teman dengan mengisikan wajahnya

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Pamadhi, Hadjar dkk. (2021). Pendidikan Seni di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

 

0 comments:

Post a Comment