TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN SENI DI SD
MODUL
1
1.
Proses Penciptaan
Tari
Pada bab ini akan memperlajari dan sekaligus
mempraktekkan tahap - tahap dalam proses pembuatan sebuah kompetisi tari
bentuk. Pada pokok bahasan kali ini kita akan membicarakan tentang Eksplorasi,
Imporvisasi, Evaluasi dan Forming (pembentukan gerak). Ketiga hal tersebut
merupakan langkah awal seseorang dalam proses penyusunan gerak tari. Seorang
pemula tidak mungkin langsung dapat mencipta dan menyusun suatu karya tari
tanpa melalui tahap - tahap awal dalam penyusunan tari. Anda dapat
mengeksplorasi gerak bebas, juga memilih gerak - gerak apa saja yang akan anda
ekspresikan. Anda bisa memilih jenis gerak apa saja yang akan di pilih. Lebih
penting lagi adalah jika anda terbiasa dengan kelenturan tubuh dan juga mudah
untuk mencari gerak-gerak yang dihendaki dalam menyusun gerak tari, dan juga
memiliki kreativitas dalam menyusun gerak tari.
Katakanlah anda sebagai seorang yang akan menyusun
tari tersebut sebagai penata tari atau koreografer, terlebih dahulu akan
melalui tahapan proses kerja studio atau kerja mandiri dan kerja kelompok
- Kerja studio
atau biasa disebut kerja mandiri adalah tahapan ketika anda sebagai penata tari
melalukan eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan forming sampai pada penyusunan
gerak - gerak yang kemudian menjadi suatu bentuk tari yang utuh.
- Kerja kelompok
merupakan kerja yang sifatnya koordinatif dengan aspek - aspek estetis yang
lain. Aspek estetis tersebut meliputi iringan, tata rias, tata busana dan aspek
lain yang mendukung keutuhan sebuah bentuk karya tari. Mulailah anda melibatkan
penari, penata musik, penata kostum dan para pemusik. Katakanlah anda sebagai
penata tari, maka anda harus melakukan dialog dan komunikasi dengan penata
musik agar diperoleh harmonisasi antara gerak, karakter, tari dengan iringan
tari. Sebelum anda mempraktekkan hal tersebut, maka sangat penting bagi anda
mempelajari dan mempraktekkan tahap - tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi,
dan forming.
1. Eksplorasi
Eksplorasi adalah tahap awal anda sebagai seorang
yang akan menyusun tari dalam proses penyusunan tari. Aktivitas anda dalam
tahap eksplorasi ini meliputi berpikir, berimajinasi, merasakan, dan merespons
alam sekitar, lingkungan fisik, dunia binatang, tumbuhan, kejadian - kejadian
sekarang maupun di masa lalu atau suatu ceritera. Eksplorasi termotivasi dari
luar diri anda sebagai penata tari, sehingga tahap eksplorasi ini sangat
bermanfaat bagi anda
2. Improvisasi
Improvisasi memberi kesempatan lebih luas dalam
melakukan imajinasi, pemilihan, dan penciptaan dibandingkan dengan eksplorasi.
Dalam improvisasi, seseorang lebih memiliki kebebasan dalam mengungkapkan
ekspresi gerak. Ciri dari improvisasi ditandai dengan gerak spontanitas.
Improvisasi memacu kreativitas dan memberi kesadaran bahwa gerak itu bersifat
ekspresif. Improvisasi dapat tumbuh dari gerak - gerak tertentu yang telah anda
pelajari. Anda bisa melakukan pemilihan - pemilihan gerak dengan cara anda
sendiri. Proses improvisasi merangsang imajinasi, sedangkan imajinasi merupakan
elemen yang paling esensial dalam laku kreatif.
3. Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi atau pemilihan gerak -
gerak sesuai dengan garapannya. Maka pemilihan gerak juga didasarkan pada ide
dasar yang meliputi tema, cerita, warak gerak, dan gerak-gerak yang menjadi
ciri dari ide dasarnya. Susunlah gerak - gerak tersebut meliputi gerak kaki,
gerak tangan, gerak kepala dan gerak tubuh atau torso. Kemudia lalukan atau
gerakkan (peragakan) secara berulang - ulang.
4. Forming
(Pembentukan Gerak/Komposisi)
Salah satu hasil dalam pengalaman berkreasi tari
adalah menyusun gerak tari. Proses ini disebut composing atau forming (membuat
komposisi). Kebutuhan membuat komposisi lahir dari hasrat manusia untuk memberi
bentuk pada apa yang ditemukan (dalam eksplorasi). Langkah melakukan
spontanitas gerak juga penting, tetapi spontanitas gerak hendaknya dipadukan
atau ditambah dengan proses pemilihan gerak, pengintegrasian gerak dan
penyatuan gerak.
KEGIATAN
BELAJAR 2
1. Konsep Garapan Tari
Dalam mencipta karya tari, anda harus mempunyai
konsep garapan karya tari yang akan dibuat. Untuk mencipta tari yang akan
diberikan kepada anak setingkat SD, anda perlu menyusun konsep-konsep harapan
dengan mempertimbangkan sebagai unsur konsep garapan.
A. Judul Karya Tari
(Nama Tari)
Garapan karya tari diberi judul yang sesuai dengan
tema atau cerita yang dipilih (bentuk dramatari maupun bentuk tari tunggal,
pasangan atau kelompok). Maka orang lain atau penonton akan dapat memperoleh
gambaran umum tentang gerak-gerak tarinya. Pilihlah judul yang komunikatif dan
mudah dimengerti oleh orang banyak. Apalagi tari yang akan dibuat adalah tari
anak, maka judul tari tersebut harus akrab dan menarik bagi anak, serta mudah
dipahami. Judul akan mencerminkan gerakan - gerakan tarinya, sehingga memilih
juga tari harus yang tepat untuk jiwa perkembangan anak.
B. Sumber Garapan
Ada beberapa sumber
garapan yang dapat dijadikan pijakan dalam menyusun konsep karya tari, yaitu:
1. Auditif adalah
sumber yang diperoleh dari hal-hal yang didengar, misalnya dongeng dari Ibu,
cerita dari radio atau kaset (wayang, legenda, sejarah, kisah hidup seseorang,
kisah kepahlawanan, perjuangan dan lain-lain). Jadi ide anda dapat muncul dari
hal - hal tersebut
2. Kinestetik adalah
sumber garapan yang berasal dari gerak. Gerak tersebut dapat diperoleh dari
melihat pertunjukan tari, gerak sehari-hari, gerak binatang, atau gerak apa
saja yang rangsang awalnya berasal dari gerak yang pernah dilihat, baik melihat
pertunjukan langsung maupun media elektronik (TV,video,VCD). Misalnya setelah
anda melihat anak- anak sedang bermain, muncullah ide anda untuk membuat karya
tari anda
3. Idea adalah
sumber garapan dapat juga bermula dari ide yang berasal dari semua aspek
kehidupan sekitar kita, lingkungan alam, satwa atau fauna. Ide juga dapat
berangkat dari mimpi, angan-angan ataupun gagasan hati dan pikiran. Orang
biasanya mengatakan sebagai ilham
4. Tertulis adalah
sumber garapan ini merupakan dari rangsang awal yang berasal dari sumber
tertulis, misalnya buku cerita, komik, cerita babad, biografi, cerpen, puisi,
manuskrip dan sumber lain dalam bentuk tulisan.
Sumber garapan tidak
bisa ditentukan harus dari auditif, ide, tertulis atau kinestetik. Namun
garapan akan muncul dengan suasana hati atau mood anda, ketika ide tersebut
muncul. Sumber garapan tari dapat lebih dari saru tergantung dari sejauh mana
daya imajinasi anda ketika memperoleh sumber garapan yang untuk menyusun tari.
C. Tipe Tari
Garapan tari
dibedakan menjadi empat tipe. Anda dapat memilih salah satunya, yaitu :
1. Dramatari adalah
suatu karya tari yang mengungkapkan suatu cerita yang didalamnya terdapat
beberapa tokoh yang kehadirannya memiliki arti, punya peranan yang bersifat
kausal atau sebab akibat, seperti dramatari dengan cerita Malin Kundang,
Ramayana, Kartini dll
Dalam cerita
tersebut ada beberapa tokoh yang harus dimunculkan dan masing - masing tokoh
memiliki peranan yang saling berhubungan
2. Dramatik adalah
karya tari yang mengandung unsur cerita meskipun didalamnya tidak menggambarkan
tokoh tertentu. Misalnya tari Tenun atau
tari Batik, menggambarkan gadis yang sedang menenun atau sedang membatik.
Penggambaran gadis dan proses menenun atau membatik tersebut sudah merupakan
suatu peristiwa atau kejadian (bersifat dramatik)
3. Komik adalah
suatu garapan tari yang bersifat komikal, misalnya tari karya Didi Nini Thowok
“Dwi Muka”, tari Golek Kayu, atau bentuk tari jenaka lain yang ada di daerah
asal anda
4. Abstrak adalah
garapan tari yang pengungkapannya diekspresikan secara jelas. Karya - karya
tadi tersebut biasanya karya kontemporer atau karya tari non tradisional
D. Mode Penyajian
Mode penyajian
adalah semacam gaya penyajian dalam sebuah pertunjukan tari. Mode penyajian ini
ada dua yaitu :
1. Simbolik
Simbolik maksudnya
bahwa garapan tersebut pengungkapannya diekspresikan dengan simbol-simbol, baik
dalam gerak, kostum maupun pola lantai. Contohnya adegan perang dalam tari
Bedaya digambarkan denga gerak - gerak yang halus justru tidak menggunakan
gerak-gerak maknawi yang menggambarkan perang
2. Representasional
Karya tari tersebut
diungkapkan dengan jelas, baik cerita atau tokohnya diungkapkan secara jelas,
sehingga penonton mudah memahami. Biasanya tari dengan mode penyajian
representasional akan mudah dipahami oleh penonton yang tingkat apresiasinya
masih awam sekalipun. Contohnya cerita Malin Kundang dari Sumatera bisa
ditampilkan dengan model representasional. Tokoh- tokohnya digambarkan dengan
jelas Malin Kundang, ibunya, istri Malin Kundang yang ditunjukkan dengan ciri
kostum dan gerak tarinya
E. Konsep Gerak
Di dalam penggarapan gerak, pasti akan ada transisi
yaitu perpindahan dari pola lantai (posisi) satu ke pola lantai berikutnya.
Usahakanlah transisi ini dilakukan secara halus, artinya jangan menggunakan
gerak transisi semata-mata untuk bergerak menuju ke posisi berikutnya. Tetapi
gunakan gerak - gerak yang memungkinkan dilakukan sambil berpindah atau
bergeser, sehingga tanpa terasa ketika gerak tersebut selesai dilakukan seolah
tanpa sengaja penari sudah berubah atau berganti posisi
F. Konsep Iringan
Musik
Coba ambilah sebuah piring atau kaleng roti kosong,
pukullah benda tersebut maka akan mengeluarkan suara kemudian pukullah benda
tersebut dengan irama. Artinya sesederhana apapun, musik dapat dibuat sendiri
tidak harus seorang ahli musik. Gerakan memukul dengan menggunakan benda
tersebut yang mengeluarkan irama merupakan salah satu cara untuk membuat
iringan tari. Hal itu dimungkinkan terjadi apabila tidak mempunyai musik
iringan dalam kaset rekaman lagu yang cocok untuk karya tari yang disusun atau
di tempat yang tidak ada instrumen musik yang lengkap.
Untuk membuat musik
iringan tari, ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh penata tari yaitu :
1. Cara pertama,
yaitu hampir sama dengan konsep gerak, maka konsep iringan/musik juga berpijak
dan mengembangkan musik daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya.
Artinya kalau garapan tarinya berpijak pada gerak tari Minang maka musik
iringannya juga dikembangkan dari musik daerah Minang. Namun demikian dapat
pula anda tidak mengembangkan musik dari daerah tertentu tetapi membuat kreasi
musik/iringan baru yang sengaja dibuat untuk tari tersebut
2. Cara kedua, musik
iringan tari dapat juga dibuat dengan cara editing yaitu garapan tari tersebut
tidak menggunakan musik iringan yang sengaja dibuat dengan menggunakan
instrumen musik lengkap untuk kepentingan tersebut, tetapi menggunakan
musik-musik yang sudah ada dalam bentuk rekaman pita kaset
3. Cara ketiga, ada
tari yang tidak menggunakan alat musik maupun editing, tetapi menggunakan musik
internal yaitu musik yang suarany dihasilkan dari anggota badan manusia,
misalnya suara penari, tepukan tangan, tepukan tangan di paha, jentikan ibu
jari dan jari tengah, seruan atau teriakan penari
4. Cara keempat,
dapat juga tari tersebut diiringi dengan syair - syair lagu yang dinyanyikan
oleh penari atau oleh kelompok vokalis. Contohnya tari permainan anak-anak
dapat dilakukan dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh penari dapat juga
dinyanyikan oleh vokalis anggota pemusik
5. Cara kelima,
iringan tari juga dapat dihasilkan dari kreativitas yang memanfaatkan benda -
benda di sekeliling. Contohnya kayu, botol, kertas, ember tongkat dan benda
lainnya
G. Konsep Tata
Teknik Pentas
Tata teknik pentas
menyangkut tempat pertunjukan yang akan digunakan, penataan tata letak
panggung, dekor, properti, tata lampu dan sebagainya yang semunya menyangkut
hal - hal artistik di panggung
1. Tempat
pertunjukan yang akan digunakan jenis proscenium atau arena pentas (lapangan
atau pendopo)
2. Dekor atau
backdrop atau latar belakang panggung dapat berwarna hitam, putih atau abu-abu.
Untuk tata panggungnya apakah panggung menggunakan setting, misalnya trap,
tiruan gapura dan sebagainya. Atau tidak menggunakan sama sekali
3. Properti apa saja
yang digunakan misalnya penggunaan keris, tongkat, kain, busur, saputangan dan
sebagainya
4. Tata lampu
menggunakan penerangan listrik, patromak atau obor. Untuk dramatari, desain lampu disesuaikan
dengan adegan atau ceritanya
KEGIATAN
BELAJAR 3
1.
SUMBER
TEMA
Tema adalah suatu pesan yang ingin disampaikan
kepada penonton, atau siapa saja yang memang tertarik pada seni tari. Untuk
memudahkan tari anak akan lebih baik dibuat tema terlebih dahulu.
a. Tema Ceritera
Langkah
awal dalam menyusun tari yang sederhana, dapat dilakukan dengan melakukan
pemilihan tema ceritera. Sumber-sumber yang dapat dipakai sebagai materi tema
adalah sebagai berikut.
1) Binatang,
Pilihlah tema dari jenis-jenis binatang yang menarik dan sesuai untuk dilakukan anak setingkat SD. Misalnya Kupu-kupu.
Katak, Kucing, Burung, Angsa, Kelinci, Ayam Jantan, atau burung Merak. Hindari
pemilihan tema binatang dengan jenis-jenis yang kurang menarik (liar atau buas)
dan kurang cocok untuk dijadikan tema tari. Hindari pemilihan tema binatang
seperti buaya kerbau, atau kuda nil. Di samping kurang cocok untuk dunia anak,
juga agak susah untuk mengekspresikan ke dalam suatu bentuk kreativitas gerak.
2) Alam.
Alam sekitar dapat menjadi tema dalam menyusun karya tari, misalnya pepohonan,
bunga, matahari, rembulan. Terang bulan di malam hari dapat dijadikan untuk
tema tari, sehingga dapat muncul sebagai bentuk tari bermain di bawah terang
bulan.
3) Kegiatan sehari-hari.
Kehidupan masyarakat dapat diangkat menjadi tema ceritera. Misalnya membatik,
menenun, nelayan, petani, panen padi, memancing. Dari tema-tema kegiatan
sehari-hari, dapat muncul tari Batik, Tari Tani, atau tari Tenun.
4) Suasana Hati.
Emosi atau suasana hati dapat pula menjadi sumber tema. Misalnya suasana
gembira, gembira habis panen, gembira bermain, bermain di bawah sinar bulan
purnama, sepi, kesendirian, sedih, gelisah, dapat diungkapkan dalam karya tari.
Itulah
tema-tema yang dapat dijadikan ceritera dalam suatu bentuk karya tari anak.
Mengapa ceritera? Semua tari berceritera (dramatik). Dalam gerak-gerak tari
yang tersusun secara estetis, dibaliknya mengandung ceritera. Misalnya, Anda
membut tari tani, sudah barang tentu tari yang Anda susun menggambarkan atau
menceriterakan seorang petani yang sedang mencangkul, menanam padi, panen, atau
mengusir burung- burung, dan sebagainya yang semua gerak-gerak tersebut
menggambarkan perlaku atau ceritera petani.
Tema
ceritera hendaknya yang akrab dengan dunia anak. Bukan hanya akrab dengan anak,
tetapi juga mudah ditarikan dan gerak-geraknya mudah dimengerti menggambarkan
atau menceriterakan apa. Untuk contoh tema ceritera yang mengambil ide atau
sumber garapan binatang kijang, maka gerak yang dimunculk adalah cin-ciri gerak
kijang. Gambar terdapat pada Modul halaman 7.27
b. Tema Gerak
Setelah
menentukan tema, maka Anda melakukan eksplorasi gerak dengan mencari
kemungkinan-kemungkinan gerak dari anggota tubuh Anda. Gerak tubuh dapat dibagi
menjadi 4 bagian yaitu gerak kaki, tangan, badan atau torso, dan kepala.
1) Gerak kaki
Membuat gerak kaki dengan segala kemungkinan pengembangannya. Gerak yang Anda
lakukan sebaiknya mengacu pada tema ceritera yang dipilih. Misalnya kalau anda
memilih tema binatang kelinci, maka cari segala kemungkinan gerak yang menjadi
ciri gerak kelinci (meloncat. lari, jongkok, makan rumput, dan sebagainya).
a) Langkah gerak kaki pelan, agak cepat,
cepat.
b) Langkah gerak kaki rendah, sedang,
tinggi.
c) Langkah gerak lurus, silang, melingkar
d) Langkah jalan biasa, lari, meloncat,
merendah.
2) Gerak tangan
Mencari kreasi gerak tangan dengan segala kemungkinan yang tetap mengacu pada
tema ceritera yang dipilih. Misalnya memilih binatang kupu-kupu, maka
lakukanlah observasi pencarian gerak tangan yang dapat menunjukkan identitas
kupu-kupu yang sedang terbang, hinggap di pohon, mengisap madu, dan sebagainya.
3) Gerak badan/torso,
Membuat gerakan-gerakan dapat dilakukan denga menyesuaikan gerak kaki dan
tangan seperti tegak, berputar ke kiri atau ke kanan, membungkuk, merendah, dan
sebagainya. Semua eksplorasi gerak ba diarahkan pada tema yang dipilih.
4) Gerak kepala.
Gerakan kepala biasanya mengikuti gerak anggota badan lainnya dengan
mempertimbangkan segi artistik dan juga maknawi. Misalnya lakukan gerak kepala
dengan mempertimbangkan segi artistik (gerak kaki dan tangan langkah
melenggang, dan gerak kepala akan lebih indah bila gerak kepala/arah pandangan)
mengikuti langkah kaki bukan mengikuti gerak tangan. Gerak kepala juga
dilakukan dengan mempertimbangkan gerak maknawi misalnya gerakan membatik, maka
gerak kepala atau arah pandangan sebaiknya mengikuti gerakan tangan yang sedang
membatik. gerak menunjuk ke suatu arah sebaiknya diikuti dengan gerak kepala
dan pandangan ke arah yang ditunjuk.
Gambar-gambar tema
gerak dapat dilihat pada modul halaman 7.29.
KEGIATAN BELAJAR 4
1. MENYUSUN KARYA TARI
Pada bagian ini hendaknya kita sudah mulai melakukan
kerja studio atau kerja mandiri. Yang mana dapat diawali dengan pemilihan tema
ceritera tadi. Pilihlah sesuai dengan imajinasi baik itu tema binatang,
kehidupan, sehari-hari, flora ataupun suasana bermain. Setelah itu lakukan
gerak-gerak tari sesuai dengan tema yang dipilih. Karena tidak menggunakan alat
peraga atau dilakukan sendiri, tidak juga melakukan kerja kelompok.
Berikut
langkah-langkah yang dapat dilakukan.
1. Langkah 1 : Setelah melalui tahap eksplorasi sampai dengan forming susunan gerak yang dibuat sudah
menjadi satu bentuk tari utuh, maka anda
memperagakan di depan tutor (dilakukan tanpa iringan). Tutor memberikan
pengarahan.
2. Langkah 2 : Setelah dilakukan revisi gerak. Anda memperagakan lagi ha karya
tari tersebut. Menghitung durasi waktu yang dal ditentukan (Durasi waktu ini
tidak mutlak. Anda dap menyusun tari dengan durasi lebih atau kurang dari 5-7
menit Sebaiknya menyusun tari anak durasi waktunya jangan lebih dari 10 menit,
hal ini untuk menghindari kejenuhan penonton.
3. Langkah 3 : Setelah tari tampak bentuknya, mulailah Anda memilih merancang
musik yang akan digunakan.
Kemungkinan yang
dapat dilakukan dalam pemilihan music adalah sebagai berikut .
a) Editing : Gunakan beberapa musik dalam
rekaman yang sudah ada, lalu lakukan pemilihan dan editing Lakukan penggabungan
antara musik satu dengan musik berikutnya dengan sedemikian rupa sehingga
pergantian musiknya tampak runtut/halus (tidak tampak tempelan atau sambungan
musik).
b) Mengisi gerakan : Anda memilih musik
yang sudah ada, lalu mengisinya dengan gerak tari hasil karyanya. (Hindari
memilih musik iringan tari yang sudah ada, pilihlah musik lain yang belum ada
tarinya)
c) Internal : Gunakan teman-teman Anda
untuk menyanyi mengiringi tarinya. Buatlah berbagai macam tepukan-tepukan untuk
mengiringi tari, tepukan tersebut dapat diseling dengan seruan-seruan tertentu.
Di dalam kelas, guru dapat melakukan hal yang demikian dengan melibatkan siswa,
sehingga seluruh kelas berpartisipasi aktif.
d) Music alternatif : Buatlah iringan tari
dengan memanfaatkan beberapa benda yang dapat menghasilkan suara. Apabila music
iringan dibuat dengan suara dan ritme yang sesuai, akan menghasilkan irama musik yang menarik
(botol, tempurung kalapa, tongkat, kaleng, ember, suara gemericik air, piring,
dll). Dapat juga suara-suara dari benda tersebut dipadukan dengan vocal.
Dengan
penjelasan di atas, maka seorang guru seni dapat tetap berkreasi meskipun
dengan fasilitas terbatas. Sekaligus hal tersebut dapat mengajarkan kreativitas
kepada siswa.
4. Langkah 4 : Anda merancang rias dan
busana (kostum) yang akan digunakan dalam karya tari tersebut. Pertimbangkan
rias yang sesuai dengan tema tari. Gerak tari juga menjadi pertimbangan dalam
merancang busana agar tidak mengganggu gerak tari. Buatlah desain yang
menunjukkan identitas dari tema tarinya. (Misalnya tari dengan tema petani,
buatlah desain kostum yang menunjukkan ciri petani, hindari dandanan menyolok
yang tidak sesuai dengan figur petani. Meskipun demikian, tari merupakan karya
yang dipentaskan (performanse), nilai
artistik tetap menjadi pertimbangan agar busana tari tersebut tetap menarik
untuk dilihat).
Gambar
penari tari Bondan Tani, menggambarkan ibu petani selesai panen. Tampak kostum
yang memberi ciri petani tampak pada kain dari bahan lurik hijau dan kebaya
dari bahan lurik cokelat. Ciri petani juga ditunjukkan dengan caping yang bisa
dijadikan sebagai kostum maupun properti tari (menjadi properti tari apabila
caping tersebut digerakkan dalam gerak tarinya). Rias wajahnya adalah rias
cantik yang hanya mempertegas anatomi wajah, tidak menunjukkan karakter
tertentu. Meskipun petani itu tidak berhias, namun sebagai suatu performance,
penari tetap menggunakan rias untuk mendapatkan efek artistik.
Rias
penari Burung Belibis memberi karakter burung yang ditampilkan pada rias mata,
dahi, hiasan di pipi depan telinga, dan hiasan rambut di atas kepala. Adapun
busana warna putih identik dengan burung Belibis yang berbulu putih. Sayap
burung tampak pada kain putih yang disilangkan dari bahu ke belakang. Sayap
tersebut akan mengembang ketika penari menggerakkan tangannya pada saat penari
melakukan gerak terbang. Pertimbangan-pertimbangan tersebut hendaknya menjadi
perhatian guru tari yang mendesain rias dan busana tarinya.
MODUL 2
PENCIPTAAN KARYA SENI
RUPA ANAK SD
KEGIATAN
BELAJAR 1
1.
KEGIATAN
BELAJAR 1 (MODUL 8)
A. MENCIPTA KARYA SENI
RUPA DWIMATRA
Karya
seni rupa Dwimatra atau dua dimensi adalah jenis karya seni rupa yang ganda
dengan ukuran (dimensi) luas, yaitu panjang dan lebar, oleh karenanya bentuk
karya ini berupa bidang datar. Karya seni rupa Dwimatra ini ialah, menggambar,
seni dan mencetak dengan berbagai medium, seni ilustrasi, seni grafis, desain
reklame atau yang lain yang bercirikan ukuran luas. Seperti telah diutarakan di
atas, bahwa modul ini akan memberikan pengertian (deskripsi secara singkat
medium dan teknik) dan mahasiswa mengerjakan sesuai dengan tugas yang diminta.
1.
Menggambar
Pada
Modul 2 telah dijelaskan bahwa prinsip menggambar adalah memindahkan objek
dengan mencoret dalam medium dua dimensi, berupa kertas, kanvas, atau media
yang datar. Media ini hadir sudah sangat tua; menurut catatan sejarah, gambar
merupakan jenis karya rupa yang paling awal diciptakan manusia. Gambar yang
dalam modul ini mempunyai kaitan bentuk dengan kehadirannya, bersifat realis,
dekoratif maupun abstrak. Di bawah ini, terurai karakteristik dan teknik
menggambar.
1) Menggambar Alam Benda
Istilah
Menggambar Alam Benda sama artinya dengan still life drawing, yaitu menggambar
objek yang berupa benda-benda di sekeliling dan digambar secara langsung
berbentuk realis. Bentuk realis tersebut dilihat sesuai dengan arah pandang
penggambar. Keberhasilan menggambar alam benda adalah ketepatan bentuk yang
dilihat dari :
·
Proporsi
atau ketepatan ukuran dan bentuk sesuai dengan benda atau objek sesungguhnya,
sebagai contoh: menggambar kursi, seberapa tinggi keseluruhan kursi, berapa
ukuran sandaran kursi serta papan duduk. Ukuran ini dinyatakan dalam
perbandingan (skala) atau pun panjang.Karya seni rupa Dwimatra atau dua dimensi
adalah jenis karya seni rupa yang ditandai dengan ukuran (dimensi) luas, yaitu
panjang dan lebar, oleh karenanya bentuk karya ini berupa berupa bidang
datar. Cara melihat proporsi benda dapat
dilihat pada modul 8.8.
·
Warna,
yaitu kesesuaian sifat hasil gambar dengan warna benda-benda yang digambar.
·
Komposisi,
adalah susunan benda-benda yang disusun sebagai objek yang dilihat. Namun,
kalau benda yang akan digambar dalam posisi diam, maka perupa harus bergerak
menyesuaikan posisi menggambar untuk Posisi, gambar benda ini dapat diamati
dari berbagai posisi, di atas kenyamanannya.
·
Posisi,
gambar benda ini dapat diamati dari berbagai posisi, di atas cakrawala pandang,
atau di bawah cakrawala pandang. Posisi pandang ini menentukan proporsi bentuk
dan ukuran, misalnya :
Tumpukan
buku 1 berada pada titik pandang mata sebagai batas cakrawala mata memandang,
oleh karenanya bentuk sempurna terlihat dari depan arah pandang mata. Sedangkan
tumpukan buku 2 berada di bawah batas. cakrawala mata memandang, sehingga alas
atas buku tersebut tampak. Gambar dapat dilihat di modul 8.8.
Teknik
menentukan garis dasar cakrawala :
Contoh
Tugas
Amati
posisi kaleng susu dari arah depan atau tepat pada garis atau titik cakrawala,
dan kemudian letakkan kaleng tersebut di atas kepala, bagaimana bentuknya?
Jawab
:
Setelah
mengamati gambar pada modul 8.9, Posisi benda clips atau berbentuk tabung yang
diletakkan tepat berada pada titik cakrawala akan tampak hampir seperti bentuk
dasar yaitu segi empat. Jika benda tersebut diletakkan berada di bawah titik
pandang cakrawala, maka yang akan tampak adalah bagian dasar benda yang
berbentuk clips. Elips akan melebar jika jauh dari garis dasar cakrawala. Maka
terdapat dua gambar, gambar pertama yaitu posisi kaleng susu Posisi tepat pada
garis cakrawala dan Posisi di bawah garis cakrawala.
·
Langkah
menggambar alam benda melihat secara global benda yang akan digambar, apakah
benda objek tersebut menipunyai bentuk dasarnys seperti segi empat, segi tiga,
fundar, atau bulat serta kemcut, sesuai dengan proporsi. Setelah sexual
komposisi objek yang dilihat, dilanjutkan dengan membert detail ganibar Dalam
membuat detail gambat yang barus diperhatikan adalah teknik menggambar, seperti
kering, basah ata minyak. Semuanya akan menentukan keberhasilan gambar..
Contoh Proses
Menggambar Alam benda (Bahan Pelajar Prog. Pendidikan Keterampilan Kerajinan
pada SLTP) dapat dilihat pada modul 8.10.
2) Menggambar Model
Menggambar
Model merupakan istilah untuk menggambar manosis. dalam posisi diam maupun
bergerak, contohnya gambar foto atau lukis potret. Dalam menggambar manusia
yang perlu diperhatikan adalah ukuran tubuh atau postur tubuh. Sebenarnya,
bentuk atau postur tubuh setiap manusia tidak akan sama, namun secara teoritis,
idealaya postur tubuh dapat direkonstruksi berdasarkan kepala sebagai ukuran
dasar Ukuran dasar ini disebut kanon
tubuh manusia.
Menurut
teori ukuran tubuh manusia terdiri 8,5 kali kepala manusia. Selanjutnya untuk
mengembangkan gambar manusia yang bergerak, perupa akan menetapkan lebih dahulu
sendi-sendi tulang sebagai tumpuan gerak. Misalnya lengan, tumit maupun leher.
Cara lain adalah menggambar langsung dengan tanpa melihat proporsi tubuh manusia,
namun hasilnya akan terasa kurang sempurna, Gambar Proporsi Tubuh Manusia dapat
dilihat pada modul 8.11.
Selanjutnya,
setelah mengetahui proporsi tubuh, yang harus diperhatikan adalah proporsi
wajah. Wajah seseorang tidak akan sama satu dengan yang lain, namun untuk
memperjelas proporsi terdapat susunan dengan ukuran ideal. Bentuk wajah
menggunakan ukuran standar adalah mata. Posisi mulut berada di tengah bulatan
wajah, dan mata pada posisi bulatan tersebut. Dalam posisi horizontal, hidung
sebagai pusat mengukur mata dan telinga.
Perhatikan
gambar pada modul 8.12 :
Sebagai
ukuran dasar menggambar wajah adalah mata, sebagai bentuk globalnya 2 titik
luar mata-mulut berbentuk segitiga (A-B-C)
Amatilah
posisi mata dan hidung serta mulut, ketiganya dihitung dengan lebar mata.
Biasanya
proporsi wajah untuk laki-laki dan perempuan dibuat sama. Sedangkan, untuk
membedakan karakter dibedakan dari garisnya. Garis untuk wajah dan bodi
perempuan dibuat dengan garis lengkung: garis lengkung mempunyai kesan luwes
dan kewanita-wanitaan. Kemudian, untuk membuat wajah laki-laki biasa digunakan
garis lurus dan patah lurus. Garis ini mempunyai simbol kuat, tegas dan kaku,
hal ini sesuai dengan seorang laki-laki. Jika nantinya akan memilih arsir untuk
gelap terang, tokoh wanita lebih cocok dengan arsir halus, dan laki laki dengan
garis lurus maupun silang.
Menggambar
model dapat berupa, gambar wajah dan gampar potret, gambar potongan tangan,
kaki serta gambar manusia secara utuh. Perihal gambar potret dibedakan dengan
gambar wajah; gambar potret menampilkan kepala dan separuh badan atau tiga
perempat badan. Sifat gambar potret dapat dilakukan secara langsung maupun
lewat pembesaran dari potret, hal ini sesuai dengan permintaan.
3) Menggambar Binatang
Pada
prinsipnya menggambar binatang sama dengan keterangan sebelumnya. Untuk
menentukan komposisi. Perupa sebaiknya memulai dengan membuat sket global
seperti menggambar alam benda. Selanjutnya satu persatu diamati tumpuan sendi
binatang, mulai bagian kepala, turun menuju kaki, kelengkapan gambar sesuai
dengan teknik.
4) Menggambar Ilustrasi
Istilah
ilustrasi dari kata ilustraie, yang berarti menerangkan atau menjelaskan.
Beberapa pakar seni menggolongkan ilustrasi sebagai gambar tematik. Gambar
tematik adalah gambar yang mempunyai tema dan cerita yang penuh. Kedudukan
perupa dalam menerjemahkan tema atau cerita yang telah ditulis. Sedangkan yang
dimaksudkan ilustrasi sebagai gambar penjelas adalah gambar yang berfungsi
memberi keterangan isi atau tema yang diminta, contoh, gambar denah penjelas
posisi rumah, atau gambar yang menerangkan cerita. Dari uraian tersebut dapat
ditarik makna, bahwa fungsi ilustrasi dalam perkembangannya menjadi
bermacam-macam bentuk serta wujudnya :
a) Ilustrasi Komik (gambar komik), yaitu
menggambar ilustrasi yang berfungsi menjelaskan cerita, baik fiksi maupun
realitas. Karakternya gambar tersebut terdapat cerita tertulis. Sedangkan,
tulisan dapat terpisah dengan gambar, artinya berada pada bidang yang lain,
namun ada juga yang menyatu dengan gambar. Gerakan seseorang dalam ilustrasi
tampak kuat dan jika berkata sekaligus diberi ruang untuk tulisan. Jenis
ilustrasi komik yang lain, ialah gambar dan tulisan berada pada posisi
terpisah.
b) Ilustrasi Vignette, yaitu gambar pengisi
ruang kosong di antara tulisan satu dengan yang lain. Biasanya gambar-gambar
ini hanya berfungsi penghias saja, namun dapat pula berbentuk gambar hias.
c) Ilustrasi Grafis, yaitu gambar yang
dibuat untuk menyertakan maupun menjelaskan ide dan isi karangan, seperti
majalah, kulit buku (book cover) atau gambar ilustrasi penjelas poster.
d) Ilustrasi Karikatur, merupakan gambar
sindiran terhadap peristiwa kini (yang sedang ngetop) saat itu. Biasanya
karikatur berkaitan dengan sindiran politik, sosial atau pun perorangan yang
menjadi wacana publik Biasanya, sindiran karikatur berupa penonjolan salah satu
organ tubuh sekaligus menunjukkan sifat objek yang sedang dibuat sindiran.
Misalnya: Si Mata Keranjang. Pemimpin yang sombong, Mata Duitan. Judul si Mata
Keranjang digambarkan mata kocak dengan melihat beberapa wanita cantik di
sebelahnya; mata kanan melirik ke kiri sedangkan mata kiri melirik ke kanan.
Mungkin di sebelah kanan atau kiri ditambahkan ilustrasi berbagai pose wanita:
mulai wanita jorok sampai dengan wanita cantik yang menarik sekali.
e) Ilustrasi Kartun (Cartoon), merupakan
gambar sindiran yang bernuansa kelucuan.
5) Menggambar Pemandangan
Istilah
menggambar pemandangan digunakan untuk mengidentifikasi gambar yang
mengungkapkan atau berobjek pemandangan; objek pemandangan sendiri dapat berupa
alam bebas (misalnya: gunung, sawah atau pun yang lain), dapat pula berupa
pemandangan di suatu sudut jalan yang berisi pepohonan, rumah kampung atau pun
pemandangan kesibukan di pusat kota, pasar dan stasiun. Gambar pemandangan
sangat kuat mengetengahkan perspektif dan penafsiran gelap terang.
6) Menggambar Teknik
Menggambar
teknik merupakan sebutan menggambar dengan bantuan peralatan mistar. Tujuan
menggambar teknik adalah untuk merekonstruksi objek, oleh karenanya agar lebih
mudah menggunakan peralatan mistar. Semula menggambar teknik diperuntukkan
kebutuhan di bidang jasa konstruksi, seperti menggambar bangunan, namun saat
ini gambar teknik digunakan untuk merekonstruksi apa saja yang mempunyai nilai
proyeksi dan perspektif. Oleh sebagian praktisi bangunan digunakan untuk
menjelaskan bentuk bangunan dilihat dari segi teknik konstruksi. Praktisi
menggambar grafis memanfaatkan untuk menggambar poster, serta praktisi yang
memanfaatkan untuk menggambar alam benda yang bersifat teknik.
Praktisi
lain juga memanfaatkan gambar teknik sebagai dasar menggambar model maupun alam
benda. Namun posisinya untuk merancang komposisi dan membuat proporsi yang
benar. Hal ini sering dilakukan oleh para pemula dalam Menggambar. Menggambar
teknik bertujuan membuat proyeksi maupun perspektif suatu objek/benda.
7) Menggambar Ornamen atau Hias
Menggambar
omamen sering pula disebut menggambar hiasan. Fungsi gambar ornamen untuk
menghias salah satu benda atau objek, maka sebagian orang Barat menggolongkan
ke dalam seni minor. Seni minor merupakan jenis karya seni rupa yang berfungsi
memperindah, mempercantik karya seni rupa yang lain, sebagai contohnya: kursi
ukir, kalung, dekorasi pelaminan pengantin dan masih banyak lagi.
Karya
menggambar ornamen dapat ditampilkan berupa kertas atau karya yang sudah
diukir. Karya pada kertas ditampilkan dalam bentuk hiasan dinding, taplak meja,
sarung bantal maupun sapu tangan. Hiasan yang ada pada benda-benda tersebut
digolongkan ke dalam karya menggambar ornamen. Dilihat dari bentuknya,
menggambar ornamen bisa dikaitkan dengan budaya tradisi, di Indonesia seni
budaya tradisi ini majemuk, hampir setiap suku, daerah mempunyai budaya sendiri
dengan memanfaatkan ornamen dengan penuh makna. Karya-karya seni ornamen dapat
dibagi menjadi tiga kelompok besar :
a) Ornamen primitif, merupakan ornamen
geometris, karena mendapat inspirasi dari bentuk-bentuk bumi. Istilah geometris
berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan metris berarti ukuran atau garis;
jadi geometris merujuk arti garis-garis bumi. Sebenarnya bumi tidak mempunyai
garis, namun kondisi alam seperti sungai jika dilihat dari jauh mirip dengan
garis yang berkelok-kelok. Garis kelok yang berasal dari sungai atau bumi
disebut geometris.
b) Ornamen tradisional, merupakan ornamen
hasil peninggalan dari suku atau bangsa yang telah melembaga membentuk kelompok
masyarakat. Ornamen tradisional hadir diakui oleh kelompok masyarakat tersebut.
Masyarakat bisa berbentuk suku mau pun kerajaan; oleh karenanya sering pula
ornamen tradisional diakui sebagai ornamen klasik, Kata klasik merujuk telah
mencapai kelas tertinggi dan diikuti oleh seluruh warga pada tradisi kelompok
masyarakat tertentu. Ornamen tradisional mempunyai beberapa aliran yang
didukung oleh daerah/ suku, diantaranya ialah: Sriwijaya (Palembang), Sunda (Jawa
Barat Cirebon), Jepara (Jawa Te ngah), Mataram Kuno (jaman Hindu, atau pra
Kesultanan Yogyakarta), Mataram Baru (Zaman Hamengku Buwono-Yogyakarta),
Surakarta (zaman Kesultanan). Majapahit, Bali dan masih banyak lagi.
Masing-masing mempunyai karakter bentuk yang sesuai dengan sifat alam daerah,
adat dan tradisi, kepercayaan, maka ornamen tradisional penuh dengan makna
simbolik. Ornamen tradisional tidak hanya bentuk hiasannya, melainkan juga
warna dan simboliknya.
c) Ornamen modern, yaitu ornamen yang
menggunakan dasar penciptaannya tidak mengikuti pola tradisi (simbolik)
melainkan berdasarkan atas rasional kemanfaatannya. Jika dipandang perlu
kemanfaatan ornamen modern harus menggunakan simbolik tradisi, perupa boleh
mengambilnya, namun tidak bersifat mengikat. Ornamen modern lebih bebas
mengombinasikan bentuk, mulai dari primitif sampai dengan tradisional serta
bersifat kreasi.
Dilihat
dari segi kemanfaatan, ornamen mempunyai fungsi :
1)
Hiasan;
2)
Simbolik; dan
3)
Konstruktif
Fungsi
ornamen sebagai hiasan, maksudnya gambar ornamen tersebut untuk memperindah
benda, objek atau yang lain. Sedangkan, omamen simbolik merujuk makan simbolik
ornamen, biasanya berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Ornamen konstruktif
merujuk kepada fungsi ornamen untuk memperindah konstruksi, bangunan, furnitur
maupun senjata.
Ornamen
sebagai karya seni dapat mengambil ide dasarnya dari beberapa hal, diantaranya
:
a) Tumbuh-tumbuhan (motif vegetal),
ornament jenis ini motif atau bentuk dasarnya mengambil tumbuhan dan pepohonan.
b) Hewani (animal), ornament jenis ini
mengambil bentuk dasar dari gubahan (deformasi) binatang: singa, ular, kaki,
kuda, rusa, kura-kura harimau dan masih banyak lagi.
c) Alam (Natural) mengambil bentuk dasar
alam seperti gunung, batu awan, dst.
d) Buatan (artificial), yang dimaksud
dengan artificial adalah benda-benda buatan manusia, seperti kursi, meja,
rumah, rumbai, tali, dsb.
e) Geometris, motif ini merupakan bentuk
dasar yang diambil dari tiruan alam, seperti gunung berbentuk segitiga, awan
bergerumbul, sungai mirip berbentuk garis-garis berkelok, dan seterusnya. Untuk
menggambar omamen geometris dapat dilakukan dengan prinsip menggambar mistar,
maupun langsung dengan pensil. Teknik menggambar ornamen geometris dengan
mistar dapat dilihat pada modul 8.24
2.
Melukis
Perdebatan
istilah melukis dan menggambar akan mengurang jika Anda telah mencoba berkarya.
Sebab dalam strategi pembelajaran seni terdapat 3 cara belajar seni : 1)
membaca buku tentang pengertian seni sehingga anda mempunyai pengetahuan seni,
2) berpartisipasi langsung berkarya sehingga mampu menguasai teknik dan
memahami makna seni, dan 3) mencari makna dengan melihat pameran seni.
Pada
kesempatan ini Anda dapat belajar seni sendiri dengan berlatih mencipta karya.
Karya yang berupa gagasan dapat dimulai dari melihat objek secara langsung
kemudian membayangkan berdasarkan persepsi yang dipunyai. Misalnya, melihat
kursi yang nyaman kemudian teringat kursi di rumah yang telah rusak; dari
perpaduan bentuk in anda berniat menciptakan dan membayangkan kursi yang masih
baik dirasakan ndak nyaman diduduki. Atau melambangkan kursi yang diduduki
adalah jabatan yang menjanjikan; kursi lambang kedudukan dan seterusnya.
Jika
perupa menggambar alam benda, maka hasil karya harus sama dengan yang digambar
baik sifat maupun bentuknya. Namun di dalam melukis, perupa diperbolehkan
membayangkan dan mengubah warna, bentuk (jika perlu) sehingga yang digambar
adalah bayangan terhadap objek yang dihadapi. Melukis mempunyai sifat lebih
bebas daripada menggambar, keterikatan mencurahkan perasaan diperbolehkan
sehingga objek yang dilihat seolah-olah sebagai dorongan untuk mencipta karya
seni. Namun demikian, dalam konstelasi dunia seni lukis terdapat lukisan
realis, yaitu lukisan yang menggambarkan kondisi nyata, pelukis mengarahkan
objek lukisan kepada hal senyatanya. Di samping itu juga terdapat lukisan
pemandangan, objek lukisan ini adalah pemandangan alam yang ditambahi dan
diubah warnanya untuk dipersangat sehingga tampak lebih jelas dari warna
aslinya.
Melukis
mempunyai berbagai gaya dan aliran; gaya ditunjukkan oleh teknik dalam
penampilannya misalnya, realis, dekoratif, dan naturalis. Aliran ditunjukkan
dengan akhiran isme atau art, misal: realisme, dadaisme, naturalisme,
abstraksionisme, dan pop art, optical art, happening art, dan masih banyak
lagi. Sedangkan jika dilihat dari bentuk yang dijadikan materi (subjek) lukisan
berupa figuratif dan non-figuratif.
Dalam perkembangannya teknik berkarya lukis sangat
variatif, karena sifat melukis sendiri yang bebas menginterpretasikan objek dan
mengungkapkan kembali dalam berbagai medium Dwimatra. Berdasarkan sifat
kebebasan ini, melukis dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak mengungkapkan
kreativitas, misalnya :
a. Finger painting, yaitu teknik melukis
secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat; seseorang mengganti kuas dengan
jari-jari tangan secara langsung Sedangkan teknik ini dimanfaatkan dalam
praktek melukis untuk anak dengan bahan pewarna yang murah dengan campuran lem
cair. Caranya adalah mencampurkan bahan pewarna dengan lem cair ke dalam
mangkuk sejumlah warna yang dibutuhkan. Selanjutnya warna yang sudah bercampur
secara sempurna dapat digunakan untuk melukis secara langsung.
b. Tekorik tutup, merupakan teknik campuran
antara teknik basah dengan teknik kering. Teknik basah karena menggunakan
medium cat air dan dikatakan teknik kering karena menggunakan medium krayon.
Langkah awal berkarya adalah menutup terlebih dahulu dengan krayon sebagai
kondur atau untuk menumbuhkan wama pekat kemudian ditutup dengan cat air Bahan
yang t akan terkena warna cat air dan warna krayon tidak tertutup cat air.
Teknik tutup tislak terkena terkena krayon dan finger painting ini dapat
dimanfaatkan oleh anak tipe ekspresif karena membutuhkan kecepatan berekspresi.
Teknik ini mempunyai kesan setengah bebas dibandingkan dengan teknik finger
painting, karena melalui dua kali proses; pertama proses kontur, kedua proses
menutupi dengan cat air. Sebagai kelebihan dari teknik ini adalah gambar yang
telah ditutup dengan warna krayon kemudian tertutup oleh cat air menjadi efek
tidak merata dan terkesan ekspresif.
c. Teknik gores, teknik melukis ini pada
hakikatnya adalah teknik tumpang. Kinerja teknik ini diawali dengan memberi
warna gambar dengan krayon terlebih dahulu, kemudian ditunggu agak mengeras dan
selanjutnya digores dengan benda runcing Ketika penggoresan akan muncul warna
awal. Kesan yang ditimbulkan dari efek gores adalah runcing bekas benda
tersebut. Namun teknik ini harus lebih cermat kinerjanya dari pada
teknik-teknik sebelumnya, karena warna yang sudah jenuh dan terlalu pekat sulit
ditumpang lagi, bahkan sering terjadi percampuran. Di samping itu, perencanaan
dengan teknik ini harus jeli karena dalam penempatan warna harus memperhatikan
satu persatu warna yang akan ditumpangi.
d. Teknik campur warna kering dan warna
basah, teknik ini melalui dua proses yang bersifat tidak terduga. Langkah
kerjanya adalah.
-
Pertama
sediakan ember berisi air yang sudah berwarna (dicampuri dengan cat air).
-
Kedua,
sediakan cat minyak dalam berbagai warna, misalnya cat kayu yang sudah dicairkan.
3.
Menera (mencetak)
Kegiatan
ini pada hakikatnya adalah membuat gambar dengan secara tidak langsung; yaitu
memindahkan gambar melalui bantuan teknik, atau alat tera atau klise (istilah
percetakan). Klise adalah alat pemindah gambar yang dimaksudnya dengan teknik
reproduksi, yaitu mencetak lebih dari satu. Langkah yang dilakukan adalah
membuat klise. Bentuk klise bermacam macam, di antaranya bentuk relief, bentuk
sablon maupun bentuk cetak hilang. Bentuk klise untuk mencetak gambar ini
mempunyai karakteristik hasil, dan nantinya juga memberikan nama yang
berbeda-beda.
a. Cetak tinggi, yaitu membuat gambar
dengan menggunakan klise berelief, langkah awal didahului dengan membuat klise
dari bahan-bahan yang mudah dicukil, baik dengan pisau maupun dengan alat cukil
khusus yang disebut dengan burin. Bahan-bahan tersebut berasal dari buah ketela
rambat, kentang ataupun bahan buatan seperti sabun, karet sandal serta busa.
Namun, klise yang akan digunakan untuk mencetak lebih banyak dapat digunakan
papan lunak namun bermuka halus, sehingga dapat menyesuaikan ide yang
dimaksudkan.
b. Cetak sablon, teknik ini menggunakan
klise tembus: fungsi klise adalah meneruskan gambar dari bentuk tembus. Teknik
ini juga disebut dengan teknik tembus. Sedangkan untuk mewarnai dapat dilakukan
dengan membuat bantalan warna yang terbuat dari busa yang dibungkus dengan
kain. Bantalan ini dicelupkan terlebih dahulu ke dalam mangkuk warna yang sudah
disediakan, kemudian dilanjutkan dengan menera lubang bergambar.
c. Cetak klise hilang. sebenarnya prinsip
cetak klise hilang adalah memindahkan gambar cetak kertas yang sudah ada dengan
bahan pelarut tinta cetak. Bahan ini dapat dibuat sendiri dengan cara yang
sangat sederhana. Pertama, sediakan sabun cair yang sudah berbusa, diamkan,
sejenak agar bisa menghilang. Kedua, air sabun tersebut dicampur dengan minyak
tanah dan minyak kelapa. Jika telah diaduk bahan ini siap digunakan untuk
melumuri gambar cetak, untuk itu gunakan kuas. Jika sudah merata diamkan
sejenak pula untuk menunggu kondisi kertas setengah kering, Ketiga, langkah
selanjutnya gambar cetak tersebut ditumpangi kertas bersih yang siap untuk
kepindahan gambar cetak dengan menekan, gambar cetak akan berpindah ke kertas
putih yang tersedia. Keempat, tekan kertas putih dengan benda halus dan
digosok-gosok yang tidak merobekkan kertas.
Sebelum
mengakhiri topik ini sebaiknya anda melanjutkan memahami bahan dan sifatnya,
serta teknik dan peralatannya. Sebenarnya berkarya rupa banyak cara dan
macamnya; tidak terbatas oleh kertas dan warna yang telah tersedia, melalui
segala macam apa saja dapat digunakan untuk berkarya seni rupa. Berdasarkan
teknik, berkarya seni rupa dapat dikerjakan dengan cara konvensional dan
inkonvensional. Cara konvensional adalah langkah yang dilakukan dengan jalan menggunakan
peralatan yang standar pabrik serta sesuai dengan teknik yang diminta oleh
pabrik. Misalnya: menggambar dengan pensil, krayon, cat air atau yang lain.
Sedangkan teknik inkonvensional adalah cara yang digunakan seseorang untuk
menciptakan gambar atau pun lukisan dengan bervariasi teknik. Teknik tersebut
dapat percampuran teknik standar dengan yang lain. Sebagai contoh teknik tutup
lilin. Teknik ini mendahulukan menggambar dengan lilin penerang setelah gambar
sketsa sudah dinyatakan siap dikerjakan. Kemudian dengan menggunakan pewarna
cat air, dengan cara menumpang di atas gambar berlilin tersebut. Bagi kertas
yang tidak tergores dengan lilin akan menyerap warna, sedang yang tidak akan
menyesuaikan warna lilin.
Adapun
secara garis besar peralatan dan bahan terdiri dari dua bagian: 1) Medium
berkarya seperti: kertas dengan ukuran A4 (kuarto), A3 2 x ukuran kuarto dan
semakin kecil angka semakin besar ukuran kertas. Penyebutan ini untuk
menyesuaikan dengan istilah percetakan. 2) kanvas, adalah media untuk melukis
cat minyak. Bahan dasar Lanvas adalah kain yang ditutup dengan cat minyak agar
tidak mudah menyerap bahan warna minyak tersebut. Kanvas yang baik adalah
kanvas dari bahan kain yang tidak madah sobek serta tahan lama, di samping itu
kanvas diusahakan lentur sehingga mudah pemasangannya serta nantinya tidak
mudah retak.
Kemudian
perlengkapan lain adalah warna, warna mempunyai banyak jenis, di antaranya
adalah: 1) alami termasuk: pensil, daun, arang (charcoal), 2) artificial
(buatan) dan bahan minyak seperti pastel, cat minyak dan cat ducco: dari bahan
lilin berupa pastel lilin: dari bahan pigmen kapur seperti cat air, cat poster,
akrilik dan sintetik. Bahan lain yang berupa pewarna kimiawi adalah bahan warna
sintetik batik. Warna warna ini merupakan warna campuran dari dua jenis bahan
kimia garam dan naphtol. serta akan muncul ketika dicampur. (lihat materi
Kerajinan Batik).
Pensil
mempunyai peran sebagai bahan warna dan sekaligus sebagai alat Pensil tersebut
mempunyai berbagai ukuran sesuai dengan karakteristik ukuran karakter tertera
pada pangkal seperti H, HB, B dan masing-masing kode menunjukkan sifat keras
lunaknya pensil.
KEGIATAN BELAJAR 2
1. Mencipta Karya Seni
Rupa Trimatra
A.
URAIAN
Pada kegiatan
terdahulu, diuraikan dengan jelas jenis karya trimatra dan langkah langkah
menciptakannya. Untuk bagian ini, kegiatan belajar akan diarahkan kepada
penciptaan karya trimatra, yaitu karya yang mempunyai nilai ruang dan isi;
karya ini ditandai oleh ukuran panjang x tinggi x lebar. Sedangkan bentuknya bervariasi
seperti bentuk teratur maupun bentuk tidak beraturan, sesuai dengan
rancangannya. Kemudian karya trimatra ini lebih banyak menggunakan teknik atau
bantuan peralatan mulai dari teknologi i sederhana sampai digital. Perbincangan
teknologi digital atau jenis teknologi yang lain akan dibicarakan dalam modul
tersendiri.
1. Membentuk
Pada
hakikatnya membentuk adalah membuat bentuk. Membuat bentuk dapat dila kukan
dengan berbagai cara memahat, mengukir maupun merakit dan melipat. Namun pada
kesempatan ini yang dimaksudkan dengan membentuk adalah menyusun benda liat
menjadi karya rupa trimatra. Bahan yang dipergunakan seperti: tanah liat,
plastisin (sejenis lilin dengan campuran lemak daging, malam dan tepung bata),
was (wax) lilin, semen dan masih banyak lagi. Untuk membentuk diperlukan teknik
membutsir yaitu mengurangi sedikit demi sedikit karya yang sudah dibentuk
secara global, kemudian diperhalus. Untuk membentuk karya rupa dengan medium
liat dapat dilakukan dengan tiga cara, di antaranya:
a. membuat lempengan benda liat kemudian
dibentuk menjadi karya
b. membuat bentuk global kemudian di butir
c. membuat pilin atau bentuk uliran tali
kemudian dibentuk menjadi utuh.
a. Membentuk karya dari lempengan benda
liat yang perlu dilakukan pada tahap awal adalah membuat lempengan terlebih
dahulu. Lempengan ini bisa dibentuk langsung dengan menekan menggunakan tangan.
Namun, dapat pula, lempengan dibentuk dengan menggunakan alat yang disebut
dengan roller yang digerakkan menggelinding. Jika tidak ada dapat pula
seseorang membuat lempengan dengan menekan menggunakan papan datar, atau dengan
memukuli agar menjadi lempengan.
b. Membentuk global kemudian dibutsir
(keruk), seperti telah diutarakan di atas, bahwa langkah awal membentuk karya
ini adalah membuat bentuk global terlebih dahulu kemudian dikeruk sedikit demi
sedikit akhirnya seperti yang diharapkan. Alat-alat tersebut berbentuk
lengkung, datar maupun runcing yang terbuat dari kawat maupun ranting.
c. Membentuk pilin, langkah ini didahului
dengan membuat uliran panjang menyerupai benang atau kawat. Dari benang-benang
ini kemudian disusun membentuk karya rupa trimatra seperti yang diinginkan.
2. Memahat Relief dan Ukir
Memahat
Relief dan Ukir Membuat karya rupa trimatra dapat memanfaatkan teknik pahat,
yaitu membentuk dengan memahat. Medium yang dipahat antara lain: kayu, batu,
atau yang lain yang dapat dipahat. Kerja memahat merupakan kerja yang sulit
karena proses membentuk mulai dari global sampai dengan finishing harus
sejalan. Dalam hal ini desain hanya berfungsi sebagai gambaran umum ketika akan
menciptakan atau berproduksi. Selanjutnya, secara otomatis tangan dan pikiran
harus menyatu.
3. erakit dan Membangun
Teknik
lain untuk membentuk karya rupa trimatra adalah merakit, yaitu menyusun
benda-benda yang sudah dibentuk terlebih dahulu maupun benda yang belum
dibentuk menjadi susunan dan arti baru dari benda tersebut. Misalnya susunan
patung dari bahan isi korek dengan menggunakan bahan lem UHU atau Rakol (lem
kayu) menjadi susunan yang artistik. Kinerja ini dapat dicontoh dengan
menggunakan bahan besi, jeruji sepeda, ataupun besi beton dengan teknik las.
Bentuk karya rupa ini seperti sangkar dan sebagainya. Di samping teknik rakit
las juga dikembangkan karya seni rupa trimatra dengan teknik anyam. Karya-karya
ini seperti keranjang sampah, tempat pot ataupun yang lain.
4.
Melipat
dan Menempel
Teknik melipat dan
menempel yang dimaksud dalam penciptaan karya trimatra ini berbeda dengan
teknik menempel pada melukis. Maksud teknik melipat diperlukan untuk membentuk benda
dasar, seperti kotak, kerucut maupun silindris yang akan dikembangkan dengan
teknik tempel bentuk ini hampir sama dengan teknik kolase yang telah diuraikan
di depan
Tempelan kertas yang
dimaksudkan adalah menempel dalam rangka membentuk. Di samping itu melipat juga
diartikan origami.
1. Menyusun Tugas Mencipta Karya Seni Rupa
untuk Anak SD
A. Uraian
Anak berkesenian
merupakan aktivitas naluriah, oleh karenanya, jika anak diminta menggambar
benda-benda yang ada di sekelilingnya oleh ibu guru, yang dia lakukan bukanlah
merefleksi apa yang dia lihat melainkan
apa yang dia ketahui dalam ingatan. Jika pada suatu ketika anak dipaksa
menggambar maka yang terjadi anak
menjadi patah semangatdan tidak mau melanjutkan kegiatannya. Oleh karenanya,
seorang guru tidak dapat memaksa anak untuk melakukannya. Menurut L de C Bucher
(1853), kegiatan anak menggambar di atas kertas merupakan proses pembentukan kematangan
jiwa, di dalamnya terjadi akumulasi peristiwa yang kompleks. Pembelajaran seni
kepada anak disarankan memperhatikan
beberapa aspek yaitu ungkapan jiwa (psychological cathartic), pelatihan
pembentukan karakter anak (practical and character forming), pengembangan
intelektual dan mengandung pendidikan, multifungsi (intellectual and
educative), pendidikan harkat kemanusiaan (humanistic and educative), pembinaan
rasa sosial dan kebersamaan termasuk
rasa sosial dan toleransif (social and idealistic).
Untuk merancang tugas
praktek berseni rupa, kepada anak harus mengembalikan kepada akar
permasalahan.pendidikan anak yang sebenarnya. Anak sekolah di usia sekolah
dasar pada hakikatnya adalah mampu menyiapkan dirinya agar mampu berkomunikasi
dengan orang lain. Komunikasi yang lancar nenbutuhkan dukungan pendidikan yaitu
keberanian mengemukakan pendapat, berpendapat dengan ide yang luas, mampu mendengarkan pendapat orang lain.
No |
Aspek yang dikembangkan |
Materi |
Bentuk pelatihan |
1 |
Ungkapan
jiwa |
Melukis
menggambar objek pilihan sendiri |
Menceritakan
kejadian yang pernah dialami |
Membebaskan
memilih objek dan modelnya |
|||
Melukis
komik |
|||
Menggambar
situasi di kelasku |
|||
Menyusun
potongan gambar dan foto, diselesaikan dengan pemilihan warna anak |
|||
Menggambar
cita-citaku |
|||
Finger
painting |
Memilih
berbagai media yang cocok |
||
Membentuk |
Membuat
patung dari kertas remasan, merakit benda limbah |
||
Membentuk
dengan benda liat |
|||
Menempel
bebas |
|||
Membuat
karya patung kelompok |
|||
2. |
Pembentukan
karakter |
Melukis
dan menggambar |
Keadaan
rumah tematis untuk keluarga |
Menggambar
kelompok |
|||
Menggambar
temanku |
|||
Menggambar
ornamen |
|||
Menggambar
meneruskan gambar temannya |
|||
Menggambar
kehidupan di keluargaku |
|||
Menerjemahkan
ide temannya lewat gambar |
|||
|
|
Membentuk |
Membuat
patung secara kelompok dengan berbagai teknik merakit, memahat, dan menempel
bersama-sama |
3. |
Pengembangan
intelektual |
Menggambar |
Melukis
cita-cita |
Menggambar
dunia yang akan datang |
|||
Menggambar
keramaian di pasar di jalan |
|||
Membuat
karya perspektif kontruksi kecepatan teknik |
|||
Menggambar
potret/wajah |
|||
Menggambar
peta |
|||
Menggambar
bentuk transparan |
|||
Menggambar
ornamen |
|||
Menggambar
komik |
|||
Menera
dengan teknik cukil |
|||
Membentuk
dan merakit |
Menggambar
konstruksi |
||
Menempelkan
benda-benda presisi |
|||
4. |
Pendidikan
harkat kemanusiaan |
Melukis |
Mengambil
tema alam sekitar |
Menggambar |
Menggambar
model diorama |
||
|
Menggambar
kelompok |
||
Menerjemahkan
surat yang dibuat teman |
|||
Menggambar
komik |
|||
Menggambar
meneruskan ide orang lain |
|||
5. |
Pembinaan
rasa sosial dan kebersamaan |
Menggambar
|
Menggambar
meneruskan ide orang lain |
Menggambar
komik |
|||
Menggambar
kelompok |
|||
Menggambar
model diorama |
|||
Menerjemahkan
surat yang dibuat teman |
|||
Menggambar
poster untuk bingkisan teman yang ulang tahun |
|||
Menggambar
wajah keluarga |
|||
Melukis |
Mengungkapkan
keadaan di kampung |
||
Mengungkapkan
peristiwa yang pernah dialami |
|||
Membentuk |
Membuat
kado ulang tahun teman dengan mengisikan wajahnya |
DAFTAR PUSTAKA
Pamadhi, Hadjar dkk. (2021). Pendidikan Seni
di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
0 comments:
Post a Comment