Sunday 12 June 2022

IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

0 comments

 

 

MODUL 6

IMPLIKASIKARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN



KEGIATAN BELAJAR I

Kriteria Perencanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Karakteristik Peserta Didik

A.  Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Usia SD  

Karakteristik yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin melaksanakan dan/atau merasakan sendiri. Selain itu, menurut Piaget mereka dapat menggunakan berbagai symbol, melakukan berbagai operasional, yaitu kemampuan beraktivitas mental dan mulai berfikir dalam aktivitasnya. Pada tahap konkret ini mereka lebih bersifat kritis, dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya memfokuskan pada suatu aspek, seperti yang dilakukan pada masa praoperasional

Karakteristik yang kedua dari anak usia SD adalah senang bergerak. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang belajar dalam kelompok. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas dalam kelompok.

Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/meragakan suatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Disamping memperhatikan karakteristik anak usia SD, implikasi Pendidikan dapat pula bertolak dari kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa Bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan yang bersumber dari kematanagan fisik diantaranya adalah adalah belajar berjalan, belajar melempar-menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya.

Perincian tugas-tugas perkembangan anak usia SD menurut Havighurst dan implikasinya terhadap penyelenggaraan Pendidikan adalah sebagai berikut:

1.      Pembelajaran Keterampilan Fisik yang Diperlukan untuk Permainan Sehari-hari

Pada usia SD, anak dituntut untuk menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik. Keterampilan-keterampilan itu antara lain keterampilan dalam menangkap, melempar dan menendang, bergulaing, berenang, serta mempergunakan alat-alat permainan yang sederhana. Dengan demikian, sukses tidaknya anak laki-laki dan perempuan disekolah dapat diuji dengan mencoba membantu seseorang yang mengalami hambatan dalam tugas-tugas perkembangan ini.

2.      Membangun Keutuhan Sikap terhadap Diri Sendiri sebagai Organisme yang Sedang Tumbuh

Dengan mencapai tugas perkembangan ini, anak usia SD dituntut untuk memiliki kebiasaan dalam memelihara badan, kebersihan dan keamanan, ajeg terhadap keutuhan, sikap realistis terhadap keadaan fisiknya, memiliki kemampuan untuk menyenangi badannya, dan memiliki keutuhan sikap terhadap jenis kelamin. Berkaitan dengan percapaian tugas perkembangan ini, kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin. Apabila dipandang perlu, Pendidikan seks hendaknya dilaksanakan atas persetujuan orangtua, sehingga terjadi saling isi mengisi antara sekolah dan orangtua.

3.      Belajar Bergaul dan Bekerja dalam Kelompok Sebaya

Tugas perkembangan ini menuntuk anak usia SD untuk belajar memberi dan menerima dalam kehidupan social diantara teman sebaya, belajar berteman dan bekerja dalam kelompok, dalam rangka mengembangkan kepribadian sosial. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran ‘’kepribadian sosisal’’ yang sesungguhnya. Anak-anak belajar cara-cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani, menjauhkan diri atau bersahabat. Anak-anak belajar bagaimana memperlakukan teman-temannya.

4.      Mempelajari Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita

Tugas perkembangan ini menuntut anak untuk belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis kelaminnya sebagaimana yang diharapkan.dalam mencapai tugas perkembangan ini, perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan peran jenis kelamin selama anak sekolah dasar. Tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Baru pada usia 9 atau 10 tahun, terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan anak wanita.

Agar dapat mencapai tugas perkembangan ini dengan baik, peranan jenis kelamin hendaknya diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh banyak Lembaga. Sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan ini.

5.      Pengembangan Keterampilan Dasar dalam Membaca, Menulis dan Berhitung

Tugas perkambang ini menuntut anak untuk belajar membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu beradaptasi dengan masyarakat. Terdapat beberapa bukti menunjukkan bahwa anak yang belum genap usia enam tahun secara biologis belum matang untuk belajar menulis. Pada anak usia sebelum 6 tahun otot-otot dan system syaraf pada jari, lengan dan tangan belum memadai untuk mulai menulis, mata belum siap untuk membaca. Kebanyakan anak mampu beradaptasi dengan baik untuk belajar membaca, menulis dan berhitung pada usia 7 tahun.

6.      Pengembangan Konsep-konsep yang Perlu dalam Kehidupan sehari-hari

Tugas perkembangan ini menuntuk anak usia SD untuk memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa social. Dalam upaya mencapai tugas perkembangan ini, sekolah merupakan tempat yang kondusif untuk mempelajari sejumlah konsep. Kurikulum sekolah hendaknya memberikan pengalaman yang sekonkret mungkin, terutama pada awal-awal tahun. Hal ini akan membantu anak dalam membangun konsep dengan dasar yang realitas. Baru pada tahun-tahun selanjutnya pengembangan konsep dapat dilakukan melalui bacaan. Pemberian bahan pelajaran tertentu seperti dalam pelajaran sejarah, geografi dan matematikan akan lebih dipahami anak jika guru memahami tingkat konsep yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan konsep waktu, ruang dan angka.

 

7.      Pengembangan Kata Hati, Moral dan Nilai-nilai

Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD untuk mengembangkan control moral dari dalam, menghargai aturan moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Moralitas atau penghargaan terhadap aturan perilaku, pada mulanya dipaksakan oleh orangtua terhadap anak-anaknya. Baru pada tahap selanjutnya (menurut Piaget) anak-anak mempelajari aturan-aturan yang penting dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Dari aturan-aturan anak-anak belajar tentang moralitas bekerjasama atau persetujuan yang merupakan otonomi moral yang benar dan sanagt penting dalam kehidupan masyarakat demokrasi.

8.      Mencapai Kemandirian Pribadi

Tugas perkembangan ini menuntut anak usia SD untuk menjadi pribadi yang mandiri, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan pada saat ini dan dimasa mendatang secara mandiri tidak tergantung pada orangtua atau orang yang lebih tua. Secara psikologis anak usia SD telah mandiri dari orangtua, namun secara emosional masih bergantung pada mereka.

B.  Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Implikasi karakteristik anak usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan Pendidikan adalah pada perkembangan fisik dan prilaku psikomotorik, perkembangan Bahasa dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku social-moralitas dan religius, serta perkembangan perilaku afektif-konatif dan kepribadian.

1.      Karakteristik Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik

Perkembangan fisik pada usia remasa terutama remaja awal (usia SLTP) berlangsung sangat cepat. Kecepatan perkembangan fisik ini sering menyebabkan kekurangsinambungan pada proporsi tinggi dan berat badan. Pada masa ini tumbuh ciri-ciri sekunder dari perkembangan remaja, seperti tumbuh bulu pada public region, terjadinya pengembangan otot pada daerah-daerah tertentu, disertai dengan mulai mengalami sekresi kelenjar jenis kelamin. Remaja putri mulai mengalami menstruasi.

Perilaku psikomotorik pada usia remaja menunjukkan Gerakan-gerakan yang canggung dan kurang terkoordinasikan. Pada masa ini terjadi perbedaan perkembangan psikomotor antara perkembangan remaja putri dengan remaja pria, remaja putri biasanya lebih cepat berkembang sekitar 1-2 tahun dibandingkan dengan remaja pria. Hal ini menyebabkan terjadinya kecanggungan-kecanggungan bergaul diantara mereka.

Dengan memperhatikan perkembangan fisik anak usia sekolah menengah, Pendidikan seyogianya menerapkan satu model Pendidikan yang memisahkan pria dan wanita pada saat menjelaskan tentang perkembangan anatomi dan fisiologi. Umpamanya dalam pelajaran Biologi atau bias juga dalam Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, ketika menjelaskan pokok bahasan tentang anatomi manusia, sebaiknya kelas pria dan wanita dipisah, supaya anak dapat dengan bebas menanyakan segala hal yang berkaitan erat dengan perkembangan dirinya.

Guru pembimbing di sekolah dapat berinisiatif untuk mengundang naras umber (penceramah tamu) seperti dokter ke sekolah. Adakan diskusi untuk memperjelas tentang Pendidikan seks. Informasikan bahaya perilaku-perilaku menyimpang dalam pemuasan kehidupan seksual, seperti onani, masturbasi, prostitusi, dan sebagainya terhadap kesehatan badan dan kesehatan mental.

 

 

2.      Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif

Pada usia remaja tumbuh keinginan untuk mempelajari dan menggunakan Bahasa asing. Karakteristik tersebut di atas membawa implikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru Bahasa asing harus memiliki kearifan untuk memahami kemampuan remaja secara individual.

Dalam hal perkembangan kognitif, siswa sekolah menengah telah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal, seperti asosisasi, diferensiasi, komparasi dan hubungan sebab-akibat meskipun masih bersifat abstrak dan relative terbatas. Perkembangan Bahasa dan perilaku kognitif remaja ini membawa implikasi terhadap Pendidikan di sekolah. Guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual siswa sekolah menengah. Guru sebaiknya menerapkan pendekatan pembelajaran individual, atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk siswa-siswa yang unggul dan siswa yang lambat. Guru juga dapat mengembangkan model pembelajaran yang memberi peluang bagi siswa unggul memberikan imbas terhadap siswa yang lambat (semacam tutor sebaya dan bimbingan teman sebaya).

3.      Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan

Karakteristik perilaku social siswa sekolah menangah adalah adanya kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman, dan ambivalensi antara keinginan untuk bebas dari dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.

Dalam aspek pemahaman moral, usia remaja adalah usia yang kritis untuk menguji kaidah-kaidah, nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari orang dewasa. Sedangkan perkembangan aspek keagamaan, anak usia sekolah menengah memasuki masa kritis dan skeptis. Anak usia sekolah menengah mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

Implikasi dari perkembangan perilaku social, moral, dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah Pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok remaja yang mempunyai tujuan dan program-program kegiatan yang positif berdasarkan minat siswa.

4.      Karakteristik Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian

Karakteristik ini menuntut pemberian contoh perilaku keteladanan dari orangtua, pendidik, para elit politik, para pejabat, dan tokoh-tokoh idola anak usia sekolah menengah.

C.  Perencanaan Pembelajaran Bagi Usia Dewasa

Karakteristik perkembangan dan kebutuhan yang menonjol pada orang dewasa awal adalah:

1.      Mengembangkan sikap, wawasan dan pengalaman nilai-nilai agama

2.      Memperoleh atau memulai suatu pekerjaan

3.      Memilih pasangan

4.      Mulai memasuki pernikahan

5.      Belajar hidup berkeluarga

6.      Mengasuh dan mendidik anak

7.      Mengelola rumah tangga

8.      Memperoleh kemampuan dan kemantapan karier

9.      Mengambil tanggung jawab atau peran sebagai warga masyrakat

10.  Mencari kelompok social yang menyenangkan

Terdapat empat asumsi utama yang membedakan antara andragogi (Pendidikan bagi orang dewasa) dengan pedagogi (Pendidikan bagi anak-anak), yaitu :

1.      Perbedaan dalam konsep diri, orang deawa membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri

2.      Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumberdaya yang kaya dalam kegiatan belajar

3.      Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan

4.      Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subjek.

D.  Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Berkelaianan Fisik dan Psikis

Konsep ketidakmampuan belajar muncul sebagai bagian dari tantangan bahwa semua anak akan secara otomatis belajar pada saat mereka ‘’mencapai kesiapan dan kematangan’’. Jhonson (1962) menyatakan bahwa anak-anak tidak lagi memperoleh manfaat yang lebih daripada di kelas biasa karena di kelas-kelas khusus lingkungannya ditujukan bagi anak-anak yang mempunyai kekurangan.

E.   Modifikasi Tuga-tugas disesuaikan dengan Kemampuan dan Gaya Belajar Siswa

1.      Modifikasi Tugas Disesuaikan Kesiapan Siswa

Sebagian anak mungkin tidak dapat mempelajari sesuatu sebagaimana yang diharapkan pada usia tertentu, tetapi mereka sebenanrya dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang lebih mudah baginya. Bila materi tugas disesuaikan dengan kesiapan mereka untuk belajar, maka guru telah memfasilitasi belajar anak itu. Kecapaian tujuan pada tingkat yang lebih tinggi akan terjadi lebih cepat dan lebih lengkap bila kita lebih dulu mengajarkan latar belakang yang diperlukan.

2.      Modifikasi Proses-proses Tugas Disesuaikan dengan Gaya-gaya Belajar Siswa

Meichenbaum (1976) menyarankan tiga langkah dalam modifikasi tugas :

a.       Manipulasi tugas

Temukan dalam keadaan apa seorang siswa dalam mendemonstrasikan kompetensinya (misalnya dengan menggunakan modalitas yang berbeda untuk menyajikan suatu informasi)

b.      Mengubah lingkungan.

Perhatian dan temukan apakah siswa dapat melakukan sesuatu dengan baik dalam suatu lingkungan ideal, tempat dia belajar dan mengerjakan tugas dengan aman dan nyaman.

c.       Berikan dukungan/spirit.

Berikan dukungan dan bimbingan dalam mengerjakan tugas dengan menjelaskannya bagian demi bagian. Berikan umpan balik pada hasil belajar dan hasil tugasnya.

 

 

 

KEGIATAN BELAJAR 2

Kriteria Pelaksanaan Pembelajaran yang Sesuai dengan Karakteristik Peserta Didik

A.  Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

Jenis penyelenggaraan Pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi Sedolah Dasar (SD), SD Kecil, SD Pamong, SD Luar Biasa, SD Terpadu, dam Madrasah Ibtidaiyah. Penyelenggaraan Pendidikan untuk anak usia sekolah dasar dapat pula dilakukan melalui jalur Pendidikan luar sekolah. Jenis Pendidikan dalam jalur Pendidikan luar sekolah meliputi : Paket A, Ujian Persamaan SD, Diniyah dan Pondok Pesantren.

 

Struktur Kurikulum Sekolah Dasar

 

 

B.  Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Menengah

Dalam penjelasan Pasal 13 ayat 1 dikemukakan bahwa Pendidikan dasar merupakan Pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP). Ketentuan ini diperjelas dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.

Satuan Pendidikan pada tingkat SLTP meliputi :

1.      Rumpun SLTP yang terdiri atas :

a.       SLTP

b.      Madrasah Tsanawiyah

c.       SMP Kecil

d.      SLTP Terbuka

 

2.      Rumpun SLTP Luar Biasa yang terdiri atas :

a.       Sekolah Laur Biasa

b.      SLTP Terpadu

3.      Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri atas :

a.       Paket B

b.      Ujian Persamaan SLTP

c.       Diniyah Wustho

d.      Pondok Pesantren

Pada jenjang Pendidikan menengah jenis sekolah dibedakan menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah. Sedangkan pada jalur Pendidikan luar sekolah adalah Pondok Pesantren.

C.  Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Orang Dewasa

Ciri khas Pendidikan orang dewasa adalah fleksibel dalam pelaksanaannya, dapat bersamaan dengan pengembangan pekerjaan dan karier.

D.  Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Berkelainan Fisik dan Psikis

1.      Konsep Diri

Beaty (1991) mengemukakan bahwa remaja yang kemampuan visualnya terbatas mempunyai konsep diri yang lebih rendah dari pada remaja lainnya. Bimbingan dan penyuluhan bagi mereka dapat memperbaiki konsep dirinya dan dapat memupuk pandangan yang lebih baik tentang dunia sekitarnya.

2.      Strategi Pendidikan

Adaptasi strategi pembelajaran untuk anak yang terbatas kemampuan visualnya mencakup :

a.      Braille

Pembelajaran ini dilakukan oleh guru pendamping yang mempunyai kemampuan untuk mempelajari huruf Braille. Untuk saat ini anak-anak tuna-netra di kelas telah dilengkapi dengan Braille tercetak dan Braille terucapkan.

b.      Pemanfaatan kemampuan visual yang terbatas

Guru harus berusaha agar anak memahami keterbatasannya. Anak-anak ini semakin disemangati menemukan solusi untuk mengatasi keterbatasannya akan semakin mandiri/independen

c.       Keterampilan mendengarkan

Sumber-sumber alat audio saat ini lebih ekstensif daripada Braille, lebih hemat tempat dan lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat diproduksi dan direprosuksi.

d.      Orientasi dan latihan mobilitas (O&M)

Anak-anak harus diajarkan tentang hakikat benda melalui belajar yang konkret: dengan sentuhan, penciuman bau, rasa, dan pendengaran. Hendaknya diajarkan juga tentang permukaan (rumput atau tembok/keramik, datar atau menurun, lurus atau berbelok)

E.   Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar

Dengan berkesulitan belajar dimaksudnkan adanya kesulitan dalam menerima dan menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis ataupun matematika (Ashman, 1994). Pada bagian ini akan dibahas tentang kesulitan belajar yang dikaitkan dengan matematika. Sejumlah prinsip remediasi dapat diambil dari loiteratur matematik.

1.      Keterlibatan anak. Perkenankan anak untuk memilih kegiatannya sendiri dan menggunakan bahsanya sendiri untuk mengungkspksn pemahamannya tentang konsep-konsep dan permasalahan matematika.

2.      Menyemangati anak untuk memandang pelajaran matetatika sebagai konstruksi

3.      Menggunakan masalah dari kehidupan nyata

4.      Pembelajaran hendaknya melalui langkah-langkah kecil secara berurutan dan menggunakan alat bantu seperti alat peraga.

KEGIATAN BELAJAR 3

Kriteria Penilaian Proses dan Hasil Belajar yang Sesuai dengan Karakteristik Peserta Didik

A.  Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar

Unsur- unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaian ini, antara lain mencangkup :

1.      Keterampilan fisik yang mencangkup; menangkap, melempar, menendang, berguling, berenang serta mempergunakan alat-alat permainan yang sederhana

2.      Bagi kelas-kelas rendah membaca, menulis, dan berhitung merupakan materi khusus untuk bekal pada kelas-kelas berikutnya

3.      Milai-nilai yang berkaitan dengan moral, budi pekerti, etika, dan estetika.

4.      Kemampuan mengendalikan diri dan melakukan tenggang rasa, dan kemandirian

5.      Penguasaan materi pembelajaran untuk setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam Struktur Kurikulum Sekolah Dasar

B.  Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Sekolah Menengah

Pada usia sekolah mennegah peserta didik sudah dapat membaca dan menangkap apa yang tertulis lebih baik daripada anak usia SD. Alat evaluasinya dapat berbentuk tes maupun nontes, baik lisan maupun tertulis, ataupun tes perbuatan.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penilaian mencangkup :

1.      Keterampilan fisik yang sesuai dengan tahap perkembangannya, misalnya dalam salah satu cabang olahraga

2.      Nilai-nilai yang berkaitan dengan moral, budi pekerti, etika, dan estetika.

3.      Kemampuan bekerja/belajar mandiri, kemampuan mengendalikan diri dan bekerjasama dengan teman-temannya serta berkomunikasi baik dengan teman-teman maupun dengan guru dan staf sekolah.

C.  Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Dewasa

Kaidah penilaian bagi usia ini sama dengan apa yang berlaku bagi usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Namun disini ada yang berbeda yaitu pendidik perlu mempertimbangkan andragogi yang tidak ada pada usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.

Dalam penilaian terhadap orang dewasa perlu diperhatikan :

1.      Berkaitan dengan masalah nyata untuk ditemukan pemecahannya;

2.      Tidak lagi recall yang mengulang kembali apa yang dipelajari, tetapi lebih kea rah aplikasi teori;

3.      Pengkajian konsep dan mencari keterkaitan antara suatu konsep dengan konsep lainnya dalam suatu situasi atau kondisi tertentu;

4.      Penilaian mengarah kepada kerja sama antara pendidik dan peserta didik untuk menuju ketercapaian tujuan program.

D.  Penilaian Bagi Peserta Didik Berkelainan

Evaluasi kemajuan belajar hendaknya mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam setiap tujuan jangka pendek atau tujuan intruksional khusus. Teknik evaluasi dapat dilakukam dengam berbagai bentuk, apakah melalui tes tertulis, lisan atau bersifat perbuatan yang ditampilkan dan dicatat melalui observasi guru.

Untuk melakukan evaluasi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut :

1.      Apakah pembelajaran dalam seting inklusif yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah ditetapkan?

2.      Perubahan apasaja yang telah dilakukan, khususnya dalam pembelajaran?

Dengan mempertimbangkan tersebut, maka evaluasi ini memiliki dua sisi yaitu evaluasi proses yang dilakukan dan terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan evaluasi akhir yang dilakukan setelah pemberian materi tuntas diselesaikan.

E.   Penilaian Bagi Anak Berkesulitan Belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar bias dalam bentuk kesulitan membaca, kesulitan mengungkapkan pendapat dalam tulisan dan kesulitan dalam matematiik. Bila anak tersebut ditempatkan dikelas biasa, akan diperlukan guru pendamping. Guru pendamping ini bias dikaryakan dalam berbagai sutuasi untuk membantu guru kelas, antara lain dalam mengevaluasi kemajuan anak. Penilaian bagi anak berkesulitan belajar dilakukan Bersama oleh guru kelas dan guru pendamping, dan bergantung kepada kesulitan yang dialami anak. Yang penting dalam evaluasi ini ialah anak mendapat kemajuan dalam belajarnya walau tidak sepesat teman-teman lainnya di kelas.

0 comments:

Post a Comment