MODUL 6
IMPLIKASIKARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
KEGIATAN
BELAJAR I
Kriteria
Perencanaan Pembelajaran yang sesuai dengan Karakteristik Peserta Didik
A. Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Usia
SD
Karakteristik
yang menonjol pada anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, selalu
bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok dan senantiasa ingin melaksanakan
dan/atau merasakan sendiri. Selain itu, menurut Piaget mereka dapat menggunakan
berbagai symbol, melakukan berbagai operasional, yaitu kemampuan beraktivitas
mental dan mulai berfikir dalam aktivitasnya. Pada tahap konkret ini mereka
lebih bersifat kritis, dapat mempertimbangkan suatu situasi daripada hanya
memfokuskan pada suatu aspek, seperti yang dilakukan pada masa praoperasional
Karakteristik
yang kedua dari anak usia SD adalah senang bergerak. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak. Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang
belajar dalam kelompok. Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta
siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas dalam kelompok.
Karakteristik
yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau melakukan/meragakan suatu
secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki
tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari disekolah, ia belajar menghubungkan
konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Disamping memperhatikan
karakteristik anak usia SD, implikasi Pendidikan dapat pula bertolak dari
kebutuhan peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang
muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika
berhasil akan menimbulkan rasa Bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan yang bersumber
dari kematanagan fisik diantaranya adalah adalah belajar berjalan, belajar
melempar-menangkap dan menendang bola, belajar menerima jenis kelamin yang
berbeda dengan dirinya.
Perincian
tugas-tugas perkembangan anak usia SD menurut Havighurst dan implikasinya
terhadap penyelenggaraan Pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Keterampilan Fisik yang
Diperlukan untuk Permainan Sehari-hari
Pada usia SD, anak dituntut untuk
menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas
fisik. Keterampilan-keterampilan itu antara lain keterampilan dalam menangkap,
melempar dan menendang, bergulaing, berenang, serta mempergunakan alat-alat
permainan yang sederhana. Dengan demikian, sukses tidaknya anak laki-laki dan perempuan
disekolah dapat diuji dengan mencoba membantu seseorang yang mengalami hambatan
dalam tugas-tugas perkembangan ini.
2. Membangun Keutuhan Sikap terhadap Diri
Sendiri sebagai Organisme yang Sedang Tumbuh
Dengan mencapai tugas perkembangan
ini, anak usia SD dituntut untuk memiliki kebiasaan dalam memelihara badan,
kebersihan dan keamanan, ajeg terhadap keutuhan, sikap realistis terhadap
keadaan fisiknya, memiliki kemampuan untuk menyenangi badannya, dan memiliki
keutuhan sikap terhadap jenis kelamin. Berkaitan dengan percapaian tugas
perkembangan ini, kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara rutin.
Apabila dipandang perlu, Pendidikan seks hendaknya dilaksanakan atas
persetujuan orangtua, sehingga terjadi saling isi mengisi antara sekolah dan orangtua.
3. Belajar Bergaul dan Bekerja dalam
Kelompok Sebaya
Tugas perkembangan ini menuntuk
anak usia SD untuk belajar memberi dan menerima dalam kehidupan social diantara
teman sebaya, belajar berteman dan bekerja dalam kelompok, dalam rangka
mengembangkan kepribadian sosial. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok
sebaya merupakan proses pembelajaran ‘’kepribadian sosisal’’ yang sesungguhnya.
Anak-anak belajar cara-cara mendekati orang asing, malu-malu atau berani,
menjauhkan diri atau bersahabat. Anak-anak belajar bagaimana memperlakukan
teman-temannya.
4. Mempelajari Peran Sosial sebagai Pria
atau Wanita
Tugas perkembangan ini menuntut
anak untuk belajar berperan sebagai pria atau wanita sesuai dengan jenis
kelaminnya sebagaimana yang diharapkan.dalam mencapai tugas perkembangan ini,
perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan peran jenis
kelamin selama anak sekolah dasar. Tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki
tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar.
Baru pada usia 9 atau 10 tahun, terdapat perbedaan anatomi antara anak
laki-laki dengan anak wanita.
Agar dapat mencapai tugas
perkembangan ini dengan baik, peranan jenis kelamin hendaknya diperhatikan
secara sungguh-sungguh oleh banyak Lembaga. Sekolah hendaknya lebih menekankan
pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian
tugas perkembangan ini.
5. Pengembangan Keterampilan Dasar dalam
Membaca, Menulis dan Berhitung
Tugas perkambang ini menuntut anak
untuk belajar membaca, menulis dan menghitung secara memadai agar mampu
beradaptasi dengan masyarakat. Terdapat beberapa bukti menunjukkan bahwa anak
yang belum genap usia enam tahun secara biologis belum matang untuk belajar
menulis. Pada anak usia sebelum 6 tahun otot-otot dan system syaraf pada jari,
lengan dan tangan belum memadai untuk mulai menulis, mata belum siap untuk
membaca. Kebanyakan anak mampu beradaptasi dengan baik untuk belajar membaca,
menulis dan berhitung pada usia 7 tahun.
6. Pengembangan Konsep-konsep yang Perlu
dalam Kehidupan sehari-hari
Tugas perkembangan ini menuntuk
anak usia SD untuk memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir
efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa
social. Dalam upaya mencapai tugas perkembangan ini, sekolah merupakan tempat
yang kondusif untuk mempelajari sejumlah konsep. Kurikulum sekolah hendaknya
memberikan pengalaman yang sekonkret mungkin, terutama pada awal-awal tahun.
Hal ini akan membantu anak dalam membangun konsep dengan dasar yang realitas.
Baru pada tahun-tahun selanjutnya pengembangan konsep dapat dilakukan melalui
bacaan. Pemberian bahan pelajaran tertentu seperti dalam pelajaran sejarah,
geografi dan matematikan akan lebih dipahami anak jika guru memahami tingkat
konsep yang telah dimiliki siswa berkenaan dengan konsep waktu, ruang dan
angka.
7. Pengembangan Kata Hati, Moral dan
Nilai-nilai
Tugas perkembangan ini menuntut
anak usia SD untuk mengembangkan control moral dari dalam, menghargai aturan
moral, dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Moralitas atau penghargaan
terhadap aturan perilaku, pada mulanya dipaksakan oleh orangtua terhadap
anak-anaknya. Baru pada tahap selanjutnya (menurut Piaget) anak-anak
mempelajari aturan-aturan yang penting dan berguna dalam kehidupan
bermasyarakat. Dari aturan-aturan anak-anak belajar tentang moralitas
bekerjasama atau persetujuan yang merupakan otonomi moral yang benar dan sanagt
penting dalam kehidupan masyarakat demokrasi.
8. Mencapai Kemandirian Pribadi
Tugas perkembangan ini menuntut
anak usia SD untuk menjadi pribadi yang mandiri, mampu membuat perencanaan dan
melaksanakan kegiatan pada saat ini dan dimasa mendatang secara mandiri tidak
tergantung pada orangtua atau orang yang lebih tua. Secara psikologis anak usia
SD telah mandiri dari orangtua, namun secara emosional masih bergantung pada
mereka.
B. Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak Usia
Sekolah Menengah
Implikasi
karakteristik anak usia sekolah menengah terhadap penyelenggaraan Pendidikan
adalah pada perkembangan fisik dan prilaku psikomotorik, perkembangan Bahasa
dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku social-moralitas dan religius,
serta perkembangan perilaku afektif-konatif dan kepribadian.
1. Karakteristik Perkembangan Fisik dan
Perilaku Psikomotorik
Perkembangan fisik pada usia remasa
terutama remaja awal (usia SLTP) berlangsung sangat cepat. Kecepatan
perkembangan fisik ini sering menyebabkan kekurangsinambungan pada proporsi
tinggi dan berat badan. Pada masa ini tumbuh ciri-ciri sekunder dari
perkembangan remaja, seperti tumbuh bulu pada public region, terjadinya
pengembangan otot pada daerah-daerah tertentu, disertai dengan mulai mengalami
sekresi kelenjar jenis kelamin. Remaja putri mulai mengalami menstruasi.
Perilaku psikomotorik pada usia
remaja menunjukkan Gerakan-gerakan yang canggung dan kurang terkoordinasikan.
Pada masa ini terjadi perbedaan perkembangan psikomotor antara perkembangan
remaja putri dengan remaja pria, remaja putri biasanya lebih cepat berkembang
sekitar 1-2 tahun dibandingkan dengan remaja pria. Hal ini menyebabkan
terjadinya kecanggungan-kecanggungan bergaul diantara mereka.
Dengan memperhatikan perkembangan
fisik anak usia sekolah menengah, Pendidikan seyogianya menerapkan satu model
Pendidikan yang memisahkan pria dan wanita pada saat menjelaskan tentang
perkembangan anatomi dan fisiologi. Umpamanya dalam pelajaran Biologi atau bias
juga dalam Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, ketika menjelaskan pokok
bahasan tentang anatomi manusia, sebaiknya kelas pria dan wanita dipisah, supaya
anak dapat dengan bebas menanyakan segala hal yang berkaitan erat dengan
perkembangan dirinya.
Guru pembimbing di sekolah dapat
berinisiatif untuk mengundang naras umber (penceramah tamu) seperti dokter ke
sekolah. Adakan diskusi untuk memperjelas tentang Pendidikan seks. Informasikan
bahaya perilaku-perilaku menyimpang dalam pemuasan kehidupan seksual, seperti
onani, masturbasi, prostitusi, dan sebagainya terhadap kesehatan badan dan
kesehatan mental.
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa dan
Perilaku Kognitif
Pada usia remaja tumbuh keinginan
untuk mempelajari dan menggunakan Bahasa asing. Karakteristik tersebut di atas
membawa implikasi dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, guru Bahasa asing
harus memiliki kearifan untuk memahami kemampuan remaja secara individual.
Dalam hal perkembangan kognitif,
siswa sekolah menengah telah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal,
seperti asosisasi, diferensiasi, komparasi dan hubungan sebab-akibat meskipun
masih bersifat abstrak dan relative terbatas. Perkembangan Bahasa dan perilaku
kognitif remaja ini membawa implikasi terhadap Pendidikan di sekolah. Guru
hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan
individual siswa sekolah menengah. Guru sebaiknya menerapkan pendekatan pembelajaran
individual, atau dalam kelompok-kelompok kecil untuk siswa-siswa yang unggul
dan siswa yang lambat. Guru juga dapat mengembangkan model pembelajaran yang
memberi peluang bagi siswa unggul memberikan imbas terhadap siswa yang lambat
(semacam tutor sebaya dan bimbingan teman sebaya).
3. Karakteristik Perilaku Sosial, Moralitas
dan Keagamaan
Karakteristik perilaku social siswa
sekolah menangah adalah adanya kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri
dengan keinginan untuk bergaul dengan banyak teman, dan ambivalensi antara
keinginan untuk bebas dari dominasi pengaruh orangtua dengan kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orangtua.
Dalam aspek pemahaman moral, usia
remaja adalah usia yang kritis untuk menguji kaidah-kaidah, nilai etika atau
norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari orang dewasa.
Sedangkan perkembangan aspek keagamaan, anak usia sekolah menengah memasuki
masa kritis dan skeptis. Anak usia sekolah menengah mulai mempertanyakan secara
skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan.
Implikasi dari perkembangan
perilaku social, moral, dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah
Pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau
perkumpulan remaja yang positif. Sekolah hendaknya menciptakan suasana dan
menyediakan fasilitas yang memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok remaja
yang mempunyai tujuan dan program-program kegiatan yang positif berdasarkan
minat siswa.
4. Karakteristik Perilaku Afektif, Konatif
dan Kepribadian
Karakteristik ini menuntut
pemberian contoh perilaku keteladanan dari orangtua, pendidik, para elit
politik, para pejabat, dan tokoh-tokoh idola anak usia sekolah menengah.
C. Perencanaan Pembelajaran Bagi Usia
Dewasa
Karakteristik
perkembangan dan kebutuhan yang menonjol pada orang dewasa awal adalah:
1. Mengembangkan sikap, wawasan dan
pengalaman nilai-nilai agama
2. Memperoleh atau memulai suatu pekerjaan
3. Memilih pasangan
4. Mulai memasuki pernikahan
5. Belajar hidup berkeluarga
6. Mengasuh dan mendidik anak
7. Mengelola rumah tangga
8. Memperoleh kemampuan dan kemantapan
karier
9. Mengambil tanggung jawab atau peran
sebagai warga masyrakat
10. Mencari kelompok social yang
menyenangkan
Terdapat empat asumsi utama yang membedakan antara
andragogi (Pendidikan bagi orang dewasa) dengan pedagogi (Pendidikan bagi
anak-anak), yaitu :
1. Perbedaan dalam konsep diri, orang deawa
membutuhkan kebebasan yang lebih bersifat pengarahan diri
2. Perbedaan pengalaman, orang dewasa
mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumberdaya yang kaya
dalam kegiatan belajar
3. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa
ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap
relevan
4. Perbedaan dalam orientasi ke arah
kegiatan belajar, orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang
kemungkinannya berpusat pada subjek.
D. Perencanaan Pembelajaran Bagi Anak
Berkelaianan Fisik dan Psikis
Konsep
ketidakmampuan belajar muncul sebagai bagian dari tantangan bahwa semua anak
akan secara otomatis belajar pada saat mereka ‘’mencapai kesiapan dan
kematangan’’. Jhonson (1962) menyatakan bahwa anak-anak tidak lagi memperoleh
manfaat yang lebih daripada di kelas biasa karena di kelas-kelas khusus
lingkungannya ditujukan bagi anak-anak yang mempunyai kekurangan.
E. Modifikasi Tuga-tugas disesuaikan dengan
Kemampuan dan Gaya Belajar Siswa
1. Modifikasi Tugas Disesuaikan Kesiapan
Siswa
Sebagian anak mungkin tidak dapat
mempelajari sesuatu sebagaimana yang diharapkan pada usia tertentu, tetapi
mereka sebenanrya dapat mempelajari keterampilan-keterampilan dasar yang lebih
mudah baginya. Bila materi tugas disesuaikan dengan kesiapan mereka untuk
belajar, maka guru telah memfasilitasi belajar anak itu. Kecapaian tujuan pada
tingkat yang lebih tinggi akan terjadi lebih cepat dan lebih lengkap bila kita
lebih dulu mengajarkan latar belakang yang diperlukan.
2. Modifikasi Proses-proses Tugas
Disesuaikan dengan Gaya-gaya Belajar Siswa
Meichenbaum (1976) menyarankan tiga
langkah dalam modifikasi tugas :
a. Manipulasi tugas
Temukan dalam keadaan apa seorang
siswa dalam mendemonstrasikan kompetensinya (misalnya dengan menggunakan
modalitas yang berbeda untuk menyajikan suatu informasi)
b. Mengubah lingkungan.
Perhatian dan temukan apakah siswa
dapat melakukan sesuatu dengan baik dalam suatu lingkungan ideal, tempat dia
belajar dan mengerjakan tugas dengan aman dan nyaman.
c. Berikan dukungan/spirit.
Berikan dukungan dan bimbingan dalam
mengerjakan tugas dengan menjelaskannya bagian demi bagian. Berikan umpan balik
pada hasil belajar dan hasil tugasnya.
KEGIATAN
BELAJAR 2
Kriteria
Pelaksanaan Pembelajaran yang Sesuai dengan Karakteristik Peserta Didik
A. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak
Usia Sekolah Dasar
Jenis
penyelenggaraan Pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi Sedolah Dasar
(SD), SD Kecil, SD Pamong, SD Luar Biasa, SD Terpadu, dam Madrasah Ibtidaiyah.
Penyelenggaraan Pendidikan untuk anak usia sekolah dasar dapat pula dilakukan
melalui jalur Pendidikan luar sekolah. Jenis Pendidikan dalam jalur Pendidikan
luar sekolah meliputi : Paket A, Ujian Persamaan SD, Diniyah dan Pondok
Pesantren.
Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar
B. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak
Usia Sekolah Menengah
Dalam penjelasan
Pasal 13 ayat 1 dikemukakan bahwa Pendidikan dasar merupakan Pendidikan yang
lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD)
dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP). Ketentuan ini diperjelas
dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Dasar.
Satuan Pendidikan pada tingkat SLTP
meliputi :
1. Rumpun SLTP yang terdiri atas :
a. SLTP
b. Madrasah Tsanawiyah
c. SMP Kecil
d. SLTP Terbuka
2. Rumpun SLTP Luar Biasa yang terdiri atas
:
a. Sekolah Laur Biasa
b. SLTP Terpadu
3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah yang
terdiri atas :
a. Paket B
b. Ujian Persamaan SLTP
c. Diniyah Wustho
d. Pondok Pesantren
Pada jenjang Pendidikan menengah jenis sekolah
dibedakan menjadi Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
dan Madrasah Aliyah. Sedangkan pada jalur Pendidikan luar sekolah adalah Pondok
Pesantren.
C. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Orang Dewasa
Ciri khas
Pendidikan orang dewasa adalah fleksibel dalam pelaksanaannya, dapat bersamaan
dengan pengembangan pekerjaan dan karier.
D. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak
Berkelainan Fisik dan Psikis
1. Konsep Diri
Beaty (1991) mengemukakan bahwa
remaja yang kemampuan visualnya terbatas mempunyai konsep diri yang lebih
rendah dari pada remaja lainnya. Bimbingan dan penyuluhan bagi mereka dapat
memperbaiki konsep dirinya dan dapat memupuk pandangan yang lebih baik tentang
dunia sekitarnya.
2. Strategi Pendidikan
Adaptasi strategi pembelajaran
untuk anak yang terbatas kemampuan visualnya mencakup :
a. Braille
Pembelajaran ini dilakukan oleh
guru pendamping yang mempunyai kemampuan untuk mempelajari huruf Braille. Untuk
saat ini anak-anak tuna-netra di kelas telah dilengkapi dengan Braille tercetak
dan Braille terucapkan.
b. Pemanfaatan kemampuan visual yang
terbatas
Guru harus berusaha agar anak
memahami keterbatasannya. Anak-anak ini semakin disemangati menemukan solusi
untuk mengatasi keterbatasannya akan semakin mandiri/independen
c. Keterampilan mendengarkan
Sumber-sumber alat audio saat ini
lebih ekstensif daripada Braille, lebih hemat tempat dan lebih murah, lebih
mudah dan lebih cepat diproduksi dan direprosuksi.
d. Orientasi dan latihan mobilitas
(O&M)
Anak-anak harus diajarkan tentang
hakikat benda melalui belajar yang konkret: dengan sentuhan, penciuman bau,
rasa, dan pendengaran. Hendaknya diajarkan juga tentang permukaan (rumput atau
tembok/keramik, datar atau menurun, lurus atau berbelok)
E. Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar
Dengan
berkesulitan belajar dimaksudnkan adanya kesulitan dalam menerima dan
menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis ataupun
matematika (Ashman, 1994). Pada bagian ini akan dibahas tentang kesulitan
belajar yang dikaitkan dengan matematika. Sejumlah prinsip remediasi dapat
diambil dari loiteratur matematik.
1. Keterlibatan anak. Perkenankan anak
untuk memilih kegiatannya sendiri dan menggunakan bahsanya sendiri untuk
mengungkspksn pemahamannya tentang konsep-konsep dan permasalahan matematika.
2. Menyemangati anak untuk memandang
pelajaran matetatika sebagai konstruksi
3. Menggunakan masalah dari kehidupan nyata
4. Pembelajaran hendaknya melalui
langkah-langkah kecil secara berurutan dan menggunakan alat bantu seperti alat
peraga.
KEGIATAN
BELAJAR 3
Kriteria
Penilaian Proses dan Hasil Belajar yang Sesuai dengan Karakteristik Peserta
Didik
A. Penilaian Bagi Peserta Didik Usia
Sekolah Dasar
Unsur- unsur yang perlu
diperhatikan dalam penilaian ini, antara lain mencangkup :
1. Keterampilan fisik yang mencangkup;
menangkap, melempar, menendang, berguling, berenang serta mempergunakan
alat-alat permainan yang sederhana
2. Bagi kelas-kelas rendah membaca,
menulis, dan berhitung merupakan materi khusus untuk bekal pada kelas-kelas
berikutnya
3. Milai-nilai yang berkaitan dengan moral,
budi pekerti, etika, dan estetika.
4. Kemampuan mengendalikan diri dan
melakukan tenggang rasa, dan kemandirian
5. Penguasaan materi pembelajaran untuk
setiap mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam Struktur Kurikulum Sekolah
Dasar
B. Penilaian Bagi Peserta Didik Usia
Sekolah Menengah
Pada usia sekolah mennegah peserta
didik sudah dapat membaca dan menangkap apa yang tertulis lebih baik daripada
anak usia SD. Alat evaluasinya dapat berbentuk tes maupun nontes, baik lisan
maupun tertulis, ataupun tes perbuatan.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan
dalam penilaian mencangkup :
1. Keterampilan fisik yang sesuai dengan
tahap perkembangannya, misalnya dalam salah satu cabang olahraga
2. Nilai-nilai yang berkaitan dengan moral,
budi pekerti, etika, dan estetika.
3. Kemampuan bekerja/belajar mandiri,
kemampuan mengendalikan diri dan bekerjasama dengan teman-temannya serta
berkomunikasi baik dengan teman-teman maupun dengan guru dan staf sekolah.
C. Penilaian Bagi Peserta Didik Usia Dewasa
Kaidah penilaian bagi usia ini sama
dengan apa yang berlaku bagi usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Namun
disini ada yang berbeda yaitu pendidik perlu mempertimbangkan andragogi yang
tidak ada pada usia Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Dalam penilaian terhadap orang
dewasa perlu diperhatikan :
1. Berkaitan dengan masalah nyata untuk
ditemukan pemecahannya;
2. Tidak lagi recall yang mengulang kembali
apa yang dipelajari, tetapi lebih kea rah aplikasi teori;
3. Pengkajian konsep dan mencari
keterkaitan antara suatu konsep dengan konsep lainnya dalam suatu situasi atau
kondisi tertentu;
4. Penilaian mengarah kepada kerja sama
antara pendidik dan peserta didik untuk menuju ketercapaian tujuan program.
D. Penilaian Bagi Peserta Didik Berkelainan
Evaluasi kemajuan belajar hendaknya
mengukur derajat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam
setiap tujuan jangka pendek atau tujuan intruksional khusus. Teknik evaluasi
dapat dilakukam dengam berbagai bentuk, apakah melalui tes tertulis, lisan atau
bersifat perbuatan yang ditampilkan dan dicatat melalui observasi guru.
Untuk melakukan evaluasi perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Apakah pembelajaran dalam seting
inklusif yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah
ditetapkan?
2. Perubahan apasaja yang telah dilakukan,
khususnya dalam pembelajaran?
Dengan
mempertimbangkan tersebut, maka evaluasi ini memiliki dua sisi yaitu evaluasi
proses yang dilakukan dan terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan
evaluasi akhir yang dilakukan setelah pemberian materi tuntas diselesaikan.
E. Penilaian Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar
bias dalam bentuk kesulitan membaca, kesulitan mengungkapkan pendapat dalam
tulisan dan kesulitan dalam matematiik. Bila anak tersebut ditempatkan dikelas
biasa, akan diperlukan guru pendamping. Guru pendamping ini bias dikaryakan
dalam berbagai sutuasi untuk membantu guru kelas, antara lain dalam
mengevaluasi kemajuan anak. Penilaian bagi anak berkesulitan belajar dilakukan
Bersama oleh guru kelas dan guru pendamping, dan bergantung kepada kesulitan
yang dialami anak. Yang penting dalam evaluasi ini ialah anak mendapat kemajuan
dalam belajarnya walau tidak sepesat teman-teman lainnya di kelas.
0 comments:
Post a Comment