|
MODUL 3 |
PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERBAKAT |
KEGIATAN
BELAJAR 1 |
KEGIATAN BELAJAR 2 |
KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT |
DOSEN PEMBIMBING |
Dr. ERDHITA OKTRIFIANTY, S.E., M.Pd |
BAB I |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PENDAHULUAN |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
1.1 |
Latar Belakang |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat
sebenarnya sudut dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya Plato pernah
menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus
karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala
bidang pemerintahan. Oleh karena itu, merek dibekali ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang tugas mereka (Rohma Natawijaya, 1979). |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Anak yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa (berbakat) berbeda dengan kelompok
anak berkebutuhan khusus yang akan dibahas pada modul-modul selanjutnya.
Perbedaanya adalah anak berbakat tidak mengalami
kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun di
antara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan
pada hambatan kecerdasannya. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul
tersebut dapat mengembangkan potensinya, dibutuhkan program dan layanan
pendidikan secara khusus. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah
mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat
berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.2 |
Rumusan Masalah |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Apa definisi dari keberbakatan? |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Apa dampak dari keberbakatan? |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
3. |
Apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat? |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
4. |
Apa saja jenis layanan khusus bagi anak berbakat? |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.3 |
Tujuan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Agar dapat
menjelaskan definisi keberbakatan; |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
agar dapat
menjelaskan dampak keberbakatan; |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
3. |
agar dapat
menjelaskan kebutuhan pendidikan anak berbakat; |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
4. |
agar dapat
menjelaskan berbagai jenis layanan khusus bagi anak berbakat; |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
BAB II |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PEMBAHASAN |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEGIATAN BELAJAR 1 |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.1 |
Definisi dan Dampak Anak Berbakat |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pengertian anak berbakat dalam perkembangannya telah
mengalami perubahan dari pengeritan yang berdasarkan pada pendekatan faktor
tunggal (berdasarkan IQ) ke pendekatan yang bersifat multi dimensional
(faktor jamak). Faktor tunggal menggunakan kriteria keberbakatan berdasarkan
inteligensia yang tinggi; sedangkan faktor jamak menggunakan kriteria
keberbakatan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor inteligensia, tetapi
juga hasil perpaduan atau hasil interaksi dengan lingkungan. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Demikian pula dalam memandang tentang dampak anak
berbakat yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik, tetapi
ditinjau pula dalam keberbakatan sosial, emosional, penampilan, dan
pemeliharaan kesehatan. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. |
DEFINISI |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat
sangat beragam. Berikut beberapa definisi keberbakatan yang dapat dikemukakan. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Definisi versi
Amerika |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Dikutip oleh
Krik & Gallagher (1979:6) pengertian berbakat pada dasarnya dikaitkan
dengan skor inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terma setelah
Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130
atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat. Namun sekitar tahun 1950
pengertian tersebut mulai berkembang memberikan pengertian yang lebih luas
tentang anak berbakat. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Definisi yang
digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika
Serikat pada Tahun 1981, yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted and
talented) ialah anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi
dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas
kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan
pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh
sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh dalam Clark, (1983:5) dan
alih bahasa Moh. Amin (1989). |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas
berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih ranah (domains) bakat
manusia. Talented berhubungan dengan penampilan (performance)
yang secara jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas
manusia. (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65). |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Definisi versi
Indonesia |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Dikutip dari
Utami Munandar (1995:41) seperti yang dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program
alternatives for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta
(1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh
orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki
kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara konsisten dalam salah
satu atau beberapa bidang meliputi bidang intelektual umum, bidang
kreatifitas, bidang seni atau kinetik, dan bidang politik sosial atau
kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan
atau pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat
merealisasikan urusan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri
sendiri. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Rumusan di
atas mengandung implikasi bahwa: |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
bakat
merupakan potensi yang memungkinkan seseorang berpartisipasi tinggi, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
terdapat
perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang
sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak
berbakat yang underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
terdapat
keragaman dalam bakat, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
ada
kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang
kemampuan, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
e. |
dan perlunya
layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Dapat
disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang
unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam kemampuan intelektual maupun
nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
DAMPAK |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Dampak anak
ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Aspek Akadmik |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Kecepatan
perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan
fisik sehingga terjadi kesenjangan di antara keduanya dapat menimbulkan
perasaan tidak dekat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong
anak tidak peduli terhadap kegiatan kelompok sehingga dapat menimbulkan
frustrasi kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Menurut Roe
yang dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik
keberbakatan akademik adalah |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
memiliki
ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
keranjingan
membaca, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
menikmati
sekolah dan belajar. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Sedangkan
menurut Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994)
mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
memiliki
perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
memiliki
pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminology dari
bidang akademik khusus, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
mampu
mengaplikasikan bebagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari
pada aktivitas-aktivitas bidang lain, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
kesediaan
mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang
lebih tinggi dalam bidang akademik, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
e. |
memiliki sifat
kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi
utnuk berbuat yang terbaik, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
f. |
belajar dengan
cepat dalam suatu bidang akademik khusus. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Aspek
Sosial/Emosi |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang
tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan
perkembangan emosi. Kondisi perkembangan seperti ini akan membuat individu
rawan terhadap kritik bersikap sinis dan menantang, menentukan nilai sendiri
dan tujuan yang mungkin tidak realistik. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan
sumbangan positif dan konstruktif, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan
pengambil kebijakan oleh teman sebayanya, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
e. |
perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
f. |
bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional
sehingga relevan dengan situasi, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
g. |
mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang
dewasa, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
h. |
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
i. |
dan memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi
sosial dengan cerdas, dan humor. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
3. |
Dampak Keberbakatan terhadap Fisik/Kesehatan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Dikutip dari studi longitudinal Terma dalam Samuel A. Kirk
(1986) dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan
yang menarik dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas
rata-rata. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Karakteristik anak berbakat secara umum, yang dikemukakan oleh Renzuli
(1981) dalam Sisk (1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness)
menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia
tinggi. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Kreativitas tinggi |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru
antara unsur-unsur yang sudah ada. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Hal ini yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun
mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan diri
pada tugas atas kehendaknya sendiri. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
KEGIATAN BELAJAR 2 |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.2 |
Kebutuhan Pendidikan dan Jenis Layanan bagi Anak Berbakat |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
A. |
KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau
dari 2 kepentingan, yaitu |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Kebutuhan Pendidikan
dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya
jika dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya
mereka membutuhkan hal-hal berikut ini: |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi
potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka
tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak
yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi
keseluruhannya. Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan
individu dengan lingkungannya. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya
sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual
saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi
pula. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi
internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak
semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak
hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang
cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul, serta
menjadi individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Pendidikan anak berbakat membutuhkan
dukungan dari masyarakat antara lain sebagai berikut: |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi
anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak
tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi kemampuannya. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha
pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta
pengembangan aset bangsa karena anak berbakat ini dapat menjadi penopang dan
pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara
optimal. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan
pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidik perlu mewujudkan lingkungan
yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara
nyata (riil) melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak
berbakat itu sendiri. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. |
JENIS-JENIS LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
memberi layanan kepada anak berbakat adalah sebagai berikut: |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
1. |
Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan sebelum menentukan
jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, antara lain sebagai berikut: |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Pengidentifikasian anak berbakat |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Karakteristik anak berbakat diharapkan dapat memperlancar usaha
penemuan dan penempatan anak berbakat. Menurut Kirk (1986) alat-alat yang
digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal yaitu kelancaran
(kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan
(kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu
macam respon ke respon yang lain), dan kemurnian (kemampuan memberikan
respon yang unik dan layak). |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Menurut Renzulli, dkk dikutip oleh Conny Semiawan (1995) mengemukakan
bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan
intelektual umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Pendekatan
Renzulli ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka
yang biasa-biasa saja terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Tujuan umum pendidikan anak berbakat |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Menurut Samuel A. Kirk (1986) tujuan program pendidikan anak berbakat
adalah: |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
anak-anak berbakat harus menguasai sistem konseptual yang penting ada
pada tingkat Kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang
memungkinkan mereka menjadi mandiri kreatif dan memenuhi kebutuhan dirinya, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
3) |
dan anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan
kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan
kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak
berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
2. |
Komponen sebagai alternatif implementasi jenis layanan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Berikut hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan
anak berbakat; |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
a. |
Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
Adaptasi lingkungan belajar |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Hampir semua anak mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk
membawa anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka
waktu tertentu. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk
memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia,
(b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman
siswa, dan (c) utnuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang
mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk
(1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
a) |
Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari
luar. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
b) |
Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan
konsultan khusus yang terlatih. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
c) |
Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber
untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
d) |
Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan
seorang guru yang berwenang. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
e) |
Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar oleh
guru yang dilatih khusus. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
f) |
Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus
dengan staf guru yang dilatih secara khusus. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternatif lingkungan
belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat
menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
Adaptasi Program |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara diantaranya sebagai
berikut. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
a) |
Melalui percepatan/akselerasi siswa |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Beberapa cara percepatan menurut Stanley (1979), di antaranya sebagai
berikut; |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(1) |
pemasukan ke sekolah pada usia dini, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(2) |
pelompatan tingkat/kelas, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(3) |
percepatan materi, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(4) |
penempatan yang maju, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(5) |
pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
b) |
Melalui pengayaan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk
mempelajarai materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus,
membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
c) |
Pencanggihan materi pelajaran |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan
pemikiran yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
d) |
Pembaruan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak
akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya
sifat isi pelajaran. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
e) |
Modifikasi kurikulum sebagai alternatif |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(1) |
Kurikulum plus |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan
dari kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan
horizontal dan vertikal). |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(2) |
Kurikulum berdiferensiasi |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi
dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai
program yang akan menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman
belajar intelektual tingkat tinggi. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
b. |
Strategi pembelajaran dan model layanan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
Strategi Pembelajaran |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat
sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
a) |
Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat
kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuan yang lebih tinggi dari anak
normal. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
b) |
Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan
intelektual semata tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut
mendapat perhatian. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Menurut Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan
motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Kitano, dkk. (1986) dalam Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa
pembelajaran anak berbakat memerlukan konsiderasi khusus dalam pendidikannya
karena pendidikan mereka berbeda secara kualitatif dari individu lainnya. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
c) |
pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,
dan produk. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara
mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir
tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalran
atau argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta
kecepatan dan variasi proses. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Modifikasi isi adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide, konsep,
maupun fakta. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum yang tidak dipisahkan dari
isi materi dan proses pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari
proses yang dievaluasi untuk menentukan efektvitas satu program. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
Model-model layanan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada
perkembangan anak berbakat di antaranya layanan perkembangan kognitif, nilai,
moral, kreativitas, dan bidang khusus. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
Conny Semiawan (1995) mengemukakan apa dan bagaimana implementasi dari
model-model tersebut, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
a) |
Model layanan kognitif-afektif |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi
kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat
tersebut. Sasaran akhirnya adalah pengembangan bakat. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Dilaksanakan dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak
kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman belajar dan
percakapan tertentu secara mendalam. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
b) |
Model layanan perkembangan moral |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Usaha mengiplementasikannya adalah sekolah harus menciptakan suasana
dengan mengacu pada kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kepedulian terhadap yang lain. Sasaran akhirnya adalah
tercapainya kemandirian moran atau tanggung jawab moral yang diperoleh melalui
sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Vare dalam Khatana (1992) mengusulkan strategi untuk mengembangakan
moral adalah dengan mengadakan diskusi dengan teman sebaya mengenai dilema
atau klarifikasi nilai, membaca hasil penelitian tentang moral, bermain
peran, simulasi, drama, kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas
mengenai ketentuan hukum (strategi yuridis prudensial), dan diskusi dengan
lingkungan masyarakat tentang isu sekolah. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
c) |
Model perkembangan nilai |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-hari,
seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan bosan.
Strategi pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi perkembangan moral,
karena merupakan kerangka pembentukan moral seseorang. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
d) |
Layanan bebagai bidang khusus |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(1) |
Kepemimpinan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Kepemimpinan menurut Stogdill (1977), |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(a) |
Kemampuan kepemimpinan, terkait dengan inteligensia, kepekaan, dan penilian. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(b) |
Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan atau data authentic. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(c) |
Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri, dan keinginan melebihi
teman-temannya. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(d) |
Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama, kemampuan
menyesuaikan diri, dan humor. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(e) |
Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
(f) |
Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan interest. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(2) |
Kelompok seni dan pertunjukan |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan
produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan
bersifat khusus melalui kinerja atau pertunjukan. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
c. |
Layanan perkembangan kreativitas |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas originalities,
serta keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil resiko. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan mencari
pemecahan masalah secara teratur atau terorganisasi. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
3) |
Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan
asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal tertentu,
analisis desain yang sistemik serta meramalkan sesuatu atau hipotesis, membuktikan
kebenaran suatu ramalan, dan membuat proyek mandiri tentang topik tersebut. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
d. |
Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan stimulasi imajinasi
kreatif dalam proses inkubasi. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang
menjadikan semua kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan memberi
energi pada tindakan kreatif. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan cara mengatasi
masalah (problem solving) di mana fungsi mental yang tadinya
digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara intensif sehingga tercapai
pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
e. |
Desain pembelajaran |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Kita perlu merencanakan desain pembelajaran yang khusus. Renzulli
mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam mendesain
pembelajaran adalah sebagai berikut: Seleksi dan latihan guru pengembangan
kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademik maupun seni, prosedur
identifikasi jamak, pematokan sasaran program, orientasi kerja sama antarpersonel,
rencana evaluasi, dan peningkatan administratif. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
M. Soleh (1996) dalam menentukan alternati pembelajaran mengemukakan
bahwa ada pilihan khusus, |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
1) |
mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai dengan kebutuhan
belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur ke bidang studi lain, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
2) |
melatih Teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti
teknik pembelajaran pengembangan kreativitas, |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
3) |
dan mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah atau daerah
tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke
sekolah lain. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
f. |
Evaluasi |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada
umumnya, namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat berbeda
dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai
dengan keadaan tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan
belajar anak berbakat. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur
yang digunakan mengacu pada ketentuan belajar adalah pengejawantahan dari
keputusan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan
tertentu pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan
sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Model pengukuran tersebut adalah pengukuran acuan kriteria (criterion-refernce)
dan ada pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang
dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang
diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai
individu sehingga memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai
tanpa tergantung pada kinerja temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa
sebaiknya disertai dengan saran mengenai model evaluasi yang perlu diterapkan,
apakah tes atau nontes. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
BAB III |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
PENUTUPAN |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.1 |
Kesimpulan |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
a. |
Anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul
dari anak rata-rata/normal, baik dalam kemampuan intelektual maupun
nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
b. |
Dampak anak berbakat dapat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi,
dan fisik/kesehata. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
c. |
Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari kepentingan
anak berbakat itu sendiri maupun dari kepentingan masyarakat. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
d. |
Dalam penentuan jenis layanan perlu persiapan komponen seperti,
mengidentifikasi anak berbakat merupakan yang tidak mudah, karean banyak anak
berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
e. |
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguassai
sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki
keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
f. |
Anak berbakat membutuhkan model layanan khusus, seperti bidang kognitif-afektif,
moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.2 |
Saran |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Guru sekolah dasar harus mendapatkan pelatihan sebagai pembekalan terkait
penanganan anak berbakat dan pelatihan tersebut haruslah diadakan secara
rutin dan bertahap. |
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Daftar
Pustaka |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
I.G.A.K. Wardani, dkk. 2020. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:
PT. Gramedia. |
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
0 comments:
Post a Comment