Monday 6 June 2022

PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERBAKAT

0 comments

 


MODUL 3

PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERBAKAT

KEGIATAN BELAJAR 1

DEFINISI DAN DAMPAK ANAK BERBAKAT

KEGIATAN BELAJAR 2

KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN JENIS LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT

DOSEN PEMBIMBING

Dr. ERDHITA OKTRIFIANTY, S.E., M.Pd

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.1

Latar Belakang

 

Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudut dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, merek dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohma Natawijaya, 1979).

 

Anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa (berbakat) berbeda dengan kelompok anak berkebutuhan khusus yang akan dibahas pada modul-modul selanjutnya. Perbedaanya adalah anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun di antara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada hambatan kecerdasannya.

 

Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya, dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

 

 

1.2

Rumusan Masalah

 

1.

Apa definisi dari keberbakatan?

 

2.

Apa dampak dari keberbakatan?

 

3.

Apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat?

 

4.

Apa saja jenis layanan khusus bagi anak berbakat?

 

 

1.3

Tujuan

 

1.

Agar dapat menjelaskan definisi keberbakatan;

 

2.

agar dapat menjelaskan dampak keberbakatan;

 

3.

agar dapat menjelaskan kebutuhan pendidikan anak berbakat;

 

4.

agar dapat menjelaskan berbagai jenis layanan khusus bagi anak berbakat;

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1

2.1

Definisi dan Dampak Anak Berbakat

 

Pengertian anak berbakat dalam perkembangannya telah mengalami perubahan dari pengeritan yang berdasarkan pada pendekatan faktor tunggal (berdasarkan IQ) ke pendekatan yang bersifat multi dimensional (faktor jamak). Faktor tunggal menggunakan kriteria keberbakatan berdasarkan inteligensia yang tinggi; sedangkan faktor jamak menggunakan kriteria keberbakatan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor inteligensia, tetapi juga hasil perpaduan atau hasil interaksi dengan lingkungan.

 

Demikian pula dalam memandang tentang dampak anak berbakat yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik, tetapi ditinjau pula dalam keberbakatan sosial, emosional, penampilan, dan pemeliharaan kesehatan.

 

 

A.

DEFINISI

 

Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat beragam. Berikut beberapa definisi keberbakatan yang dapat dikemukakan.

 

1.

Definisi versi Amerika

 

 

Dikutip oleh Krik & Gallagher (1979:6) pengertian berbakat pada dasarnya dikaitkan dengan skor inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terma setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat. Namun sekitar tahun 1950 pengertian tersebut mulai berkembang memberikan pengertian yang lebih luas tentang anak berbakat.

 

 

Definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada Tahun 1981, yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh dalam Clark, (1983:5) dan alih bahasa Moh. Amin (1989).

 

 

Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih ranah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan penampilan (performance) yang secara jelas berada di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia. (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65).

 

2.

Definisi versi Indonesia

 

 

Dikutip dari Utami Munandar (1995:41) seperti yang dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang meliputi bidang intelektual umum, bidang kreatifitas, bidang seni atau kinetik, dan bidang politik sosial atau kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan urusan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri.

 

 

Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa:

 

 

a.

bakat merupakan potensi yang memungkinkan seseorang berpartisipasi tinggi,

 

 

b.

terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat,

 

 

c.

terdapat keragaman dalam bakat,

 

 

d.

ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan,

 

 

e.

dan perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.

 

 

Dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.

 

 

 

B.

DAMPAK

 

Dampak anak ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.

 

1.

Aspek Akadmik

 

 

Kecepatan perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan perkembangan dan kekuatan fisik sehingga terjadi kesenjangan di antara keduanya dapat menimbulkan perasaan tidak dekat pada diri anak. Perasaan semacam ini dapat mendorong anak tidak peduli terhadap kegiatan kelompok sehingga dapat menimbulkan frustrasi kecewa dan tidak puas terhadap kehidupan kelompok sebaya.

 

 

Menurut Roe yang dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik adalah

 

 

a.

memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang besar,

 

 

b.

keranjingan membaca,

 

 

c.

menikmati sekolah dan belajar.

 

 

Sedangkan menurut Kitano dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah

 

 

a.

memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,

 

 

b.

memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminology dari bidang akademik khusus,

 

 

c.

mampu mengaplikasikan bebagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,

 

 

d.

kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam bidang akademik,

 

 

e.

memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi utnuk berbuat yang terbaik,

 

 

f.

belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

 

2.

Aspek Sosial/Emosi

 

 

Kemampuan anak berbakat untuk menyerap dan menghimpun informasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan emosi dan kesadaran dapat menimbulkan ketidakstabilan perkembangan emosi. Kondisi perkembangan seperti ini akan membuat individu rawan terhadap kritik bersikap sinis dan menantang, menentukan nilai sendiri dan tujuan yang mungkin tidak realistik.

 

 

Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu

 

 

a.

diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,

 

 

b.

keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,

 

 

c.

kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,

 

 

d.

memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,

 

 

e.

perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,

 

 

f.

bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,

 

 

g.

mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,

 

 

h.

mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain,

 

 

i.

dan memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.

 

3.

Dampak Keberbakatan terhadap Fisik/Kesehatan

 

 

Dikutip dari studi longitudinal Terma dalam Samuel A. Kirk (1986) dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan yang menarik dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata.

 

 

Karakteristik anak berbakat secara umum, yang dikemukakan oleh Renzuli (1981) dalam Sisk (1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu

 

 

a.

Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata

 

 

 

Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi.

 

 

b.

Kreativitas tinggi

 

 

 

Adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada.

 

 

c.

Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).

 

 

 

Hal ini yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya sendiri.

 

 

Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.

 

 

 

KEGIATAN BELAJAR 2

2.2

Kebutuhan Pendidikan dan Jenis Layanan bagi Anak Berbakat

A.

KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

 

Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2 kepentingan, yaitu

 

1.

Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri

 

 

Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini:

 

 

a.

Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi keseluruhannya. Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya.

 

 

b.

Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.

 

 

c.

Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.

 

 

Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul, serta menjadi individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.

 

2.

Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat

 

 

Pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat

antara lain sebagai berikut:

 

 

a.

Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi kemampuannya.

 

 

b.

Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal.

 

 

c.

Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidik perlu mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat.

 

 

d.

Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (riil) melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri.

 

 

 

 

B.

JENIS-JENIS LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT

 

Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan kepada anak berbakat adalah sebagai berikut:

 

1.

Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan

 

 

Beberapa hal yang penting dan perlu diperhatikan sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, antara lain sebagai berikut:

 

 

a.

Pengidentifikasian anak berbakat

 

 

 

Karakteristik anak berbakat diharapkan dapat memperlancar usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Menurut Kirk (1986) alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respon ke respon yang lain), dan kemurnian (kemampuan memberikan respon yang unik dan layak).

 

 

 

Menurut Renzulli, dkk dikutip oleh Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Pendekatan Renzulli ini penting karena dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.

 

 

b.

Tujuan umum pendidikan anak berbakat

 

 

 

Menurut Samuel A. Kirk (1986) tujuan program pendidikan anak berbakat adalah:

 

 

 

1)

anak-anak berbakat harus menguasai sistem konseptual yang penting ada pada tingkat Kemampuan mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran,

 

 

 

2)

anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri kreatif dan memenuhi kebutuhan dirinya,

 

 

 

3)

dan anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan.

 

 

c.

Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat.

 

2.

Komponen sebagai alternatif implementasi jenis layanan

 

 

Berikut hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat;

 

 

a.

Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat

 

 

 

1)

Adaptasi lingkungan belajar

 

 

 

 

Hampir semua anak mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk membawa anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka waktu tertentu.

 

 

 

 

Beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa, dan (c) utnuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat.

 

 

 

 

Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.

 

 

 

 

a)

Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan petugas dari luar.

 

 

 

 

b)

Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih.

 

 

 

 

c)

Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.

 

 

 

 

d)

Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwenang.

 

 

 

 

e)

Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar oleh guru yang dilatih khusus.

 

 

 

 

f)

Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.

 

 

 

 

Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa alternatif lingkungan belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa sekolah unggulan yang dapat menampung anak-anak berprestasi tinggi dari daerah sekitarnya.

 

 

 

2)

Adaptasi Program

 

 

 

 

Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara diantaranya sebagai berikut.

 

 

 

 

a)

Melalui percepatan/akselerasi siswa

 

 

 

 

 

Beberapa cara percepatan menurut Stanley (1979), di antaranya sebagai berikut;

 

 

 

 

 

(1)

pemasukan ke sekolah pada usia dini,

 

 

 

 

 

(2)

pelompatan tingkat/kelas,

 

 

 

 

 

(3)

percepatan materi,

 

 

 

 

 

(4)

penempatan yang maju,

 

 

 

 

 

(5)

pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal.

 

 

 

 

b)

Melalui pengayaan

 

 

 

 

 

Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajarai materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu.

 

 

 

 

c)

Pencanggihan materi pelajaran

 

 

 

 

 

Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.

 

 

 

 

d)

Pembaruan

 

 

 

 

 

Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.

 

 

 

 

e)

Modifikasi kurikulum sebagai alternatif

 

 

 

 

 

(1)

Kurikulum plus

 

 

 

 

 

 

Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal).

 

 

 

 

 

(2)

Kurikulum berdiferensiasi

 

 

 

 

 

 

Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitas serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi.

 

 

b.

Strategi pembelajaran dan model layanan

 

 

 

1)

Strategi Pembelajaran

 

 

 

 

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

 

 

 

 

a)

Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuan yang lebih tinggi dari anak normal.

 

 

 

 

b)

Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian.

 

 

 

 

 

Menurut Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.

 

 

 

 

 

Kitano, dkk. (1986) dalam Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran anak berbakat memerlukan konsiderasi khusus dalam pendidikannya karena pendidikan mereka berbeda secara kualitatif dari individu lainnya.

 

 

 

 

c)

pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan produk.

 

 

 

 

 

M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut,

 

 

 

 

 

Modifikasi proses adalah metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara mempresentasikan isi materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi, banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalran atau argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta kecepatan dan variasi proses.

 

 

 

 

 

Modifikasi isi adalah modifikasi dalam materi pembelajaran baik berupa ide, konsep, maupun fakta.

 

 

 

 

 

Modifikasi produk atau hasil adalah produk kurikulum yang tidak dipisahkan dari isi materi dan proses pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang dievaluasi untuk menentukan efektvitas satu program.

 

 

 

2)

Model-model layanan

 

 

 

 

Model-model layanan yang dimaksud adalah model yang mengarah pada perkembangan anak berbakat di antaranya layanan perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas, dan bidang khusus.­

 

 

 

 

Conny Semiawan (1995) mengemukakan apa dan bagaimana implementasi dari model-model tersebut,

 

 

 

 

a)

Model layanan kognitif-afektif

 

 

 

 

 

Dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat tersebut. Sasaran akhirnya adalah pengembangan bakat.

 

 

 

 

 

Dilaksanakan dengan cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak langsung dengan menghayati pengalaman belajar dan percakapan tertentu secara mendalam.

 

 

 

 

b)

Model layanan perkembangan moral

 

 

 

 

 

Usaha mengiplementasikannya adalah sekolah harus menciptakan suasana dengan mengacu pada kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan kepedulian terhadap yang lain. Sasaran akhirnya adalah tercapainya kemandirian moran atau tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

 

 

 

 

 

Vare dalam Khatana (1992) mengusulkan strategi untuk mengembangakan moral adalah dengan mengadakan diskusi dengan teman sebaya mengenai dilema atau klarifikasi nilai, membaca hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama, kreatif dan permainan, penelitian kelompok atau kelas mengenai ketentuan hukum (strategi yuridis prudensial), dan diskusi dengan lingkungan masyarakat tentang isu sekolah.

 

 

 

 

c)

Model perkembangan nilai

 

 

 

 

 

Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan bosan. Strategi pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi perkembangan moral, karena merupakan kerangka pembentukan moral seseorang.

 

 

 

 

d)

Layanan bebagai bidang khusus

 

 

 

 

 

(1)

Kepemimpinan

 

 

 

 

 

 

Kepemimpinan menurut Stogdill (1977),

 

 

 

 

 

 

(a)

Kemampuan kepemimpinan, terkait dengan inteligensia, kepekaan, dan penilian.

 

 

 

 

 

 

(b)

Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan atau data authentic.

 

 

 

 

 

 

(c)

Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri, dan keinginan melebihi teman-temannya.

 

 

 

 

 

 

(d)

Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama, kemampuan menyesuaikan diri, dan humor.

 

 

 

 

 

 

(e)

Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas.

 

 

 

 

 

 

(f)

Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan interest.

 

 

 

 

 

(2)

Kelompok seni dan pertunjukan

 

 

 

 

 

 

Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan bersifat khusus melalui kinerja atau pertunjukan.

 

 

c.

Layanan perkembangan kreativitas

 

 

 

Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat,

 

 

 

1)

Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas originalities, serta keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil resiko.

 

 

 

2)

Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan mencari pemecahan masalah secara teratur atau terorganisasi.

 

 

 

3)

Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah berdasarkan asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal tertentu, analisis desain yang sistemik serta meramalkan sesuatu atau hipotesis, membuktikan kebenaran suatu ramalan, dan membuat proyek mandiri tentang topik tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

d.

Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi

 

 

 

Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan stimulasi imajinasi kreatif dalam proses inkubasi.

 

 

 

1)

Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang menjadikan semua kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan memberi energi pada tindakan kreatif.

 

 

 

2)

Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan cara mengatasi masalah (problem solving) di mana fungsi mental yang tadinya digerakkan oleh persiapan yang direncanakan secara intensif sehingga tercapai pemahaman yang mengarah pada pemecahan masalah.

 

 

e.

Desain pembelajaran

 

 

 

Kita perlu merencanakan desain pembelajaran yang khusus. Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut: Seleksi dan latihan guru pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak, pematokan sasaran program, orientasi kerja sama antarpersonel, rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.

 

 

 

M. Soleh (1996) dalam menentukan alternati pembelajaran mengemukakan bahwa ada pilihan khusus,

 

 

 

1)

mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai dengan kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur-angsur ke bidang studi lain,

 

 

 

2)

melatih Teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik pembelajaran pengembangan kreativitas,

 

 

 

3)

dan mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke sekolah lain.

 

 

f.

Evaluasi

 

 

 

Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada umumnya, namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat.

 

 

 

Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang digunakan mengacu pada ketentuan belajar adalah pengejawantahan dari keputusan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang.

 

 

 

Model pengukuran tersebut adalah pengukuran acuan kriteria (criterion-refernce) dan ada pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai dengan saran mengenai model evaluasi yang perlu diterapkan, apakah tes atau nontes.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUPAN

3.1

Kesimpulan

 

a.

Anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus.

 

b.

Dampak anak berbakat dapat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehata.

 

c.

Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri maupun dari kepentingan masyarakat.

 

d.

Dalam penentuan jenis layanan perlu persiapan komponen seperti, mengidentifikasi anak berbakat merupakan yang tidak mudah, karean banyak anak berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk.

 

e.

Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguassai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.

 

f.

Anak berbakat membutuhkan model layanan khusus, seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus.

 

 

 

3.2

Saran

 

Guru sekolah dasar harus mendapatkan pelatihan sebagai pembekalan terkait penanganan anak berbakat dan pelatihan tersebut haruslah diadakan secara rutin dan bertahap.

 

 

Daftar Pustaka

I.G.A.K. Wardani, dkk. 2020. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT. Gramedia.

 

0 comments:

Post a Comment