UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI
PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING DI KELAS 2 SDN KEBAYORAN LAMA SELATAN 05
TUGAS PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK
OLEH
RIZA BADRUZZAMAN
857129148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Nama Mahasiswa : Riza Badruzzaman
NIM : 857129148
Program Studi : S1 PGSD BI
Tempat Mengajar : SDN Kebayoran Lama Selatan 05
Jumlah Siklus
Pembelajaran : 2 Siklus
Hari dan Tanggal Pelaksanaan
: Siklus 1 Hari Senin, tanggal 15 November 2021
Siklus 2 Hari Senin, tanggal 22 November 2021
Masalah Yang Merupakan
Fokus Perbaikan :
- Kemampuan siswa dalam aspek berbicara
masih kurang, masih ada rasa malu, kurang percaya diri, dan kesulitan
dalam merangkai kata saat berbicara
- Guru lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk berbicara dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya
Tangerang Selatan,20 Desember 2021
Supervisor 1,
Mahasiswa,
Riza Badruzzaman
NIM. 857129148
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek kemampuan professional (PKP) yang
saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada program studi S1
PGSD BI Universitas Terbuka merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian
tertentu dalam laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian
hari ditemukan seluruh atau sebagaian laporan PKP ini bukan hasil karya saya
sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk pencabutan gelar akademik
saya sesuai dengan perundang-undangan.
Tangerang,
21 Desember 2021
Yang
membuat pernyataan,
Riza Badruzzaman
NIM. 857129148
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyusun laporan
penelitian ini sebagai salah satu tugas kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Model Role Playing Di Kelas 2
Sdn Kebayoran Lama Selatan 05”.
Penulis berusaha
semaksimal mungkin dalam memaparkan dan menyajikan laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP). Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik
sistematika penulisan, bahasa, maupun kelengkapan penyajiannya. Dukungan dari
beberapa pihak telah banyak membantu penulis dalam menyusun laporan PKP. Untuk
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada berbagai pihak, khususnya kepada :
1.
Bapak Dr. Ujang Jamaludin, M.Si. M.Pd.
selaku dosen pembimbing / Supervisor 1
2.
Para pengelola Pokjar Ciputat UPBJJ
Jakarta Selatan Universitas Terbuka yang telah memfasilitasi dan memberikan
dorongan serta bimbingan demi terlaksananya laporan praktik Pemantapan
Kemampuan Profesional
3.
Bapak Ahmad Syatiri, S.Pd. SD selaku
Kepala SDN Kebayoran Lama Selatan 05
4.
Bapak Haris Azhar, S.Pd selaku teman
sejawat / supervisor 2
5.
Dewan guru SDN Kebayoran Lama Selatan 05
6.
Siswa-siswi SDN Kebayoran Lama Selatan 05
7.
Teman-teman mahasiswa S1 PGSD Universitas
terbuka Jakarta Pokjar Ciputat
8.
Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya, penulis
hanya dapat mendoakan semoga Allah membalas kebaikan mereka. Penulis berharap,
kiranya Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa, guru-guru, para pendidik yang terkait di dunia pendidikan
dimasa sekarang dan mendatang. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
kesempatan dan perbaikan Laporan ini.
Jakarta,
21 Desember 2021 Penulis
Riza Badruzzaman
NIM. 857129148
DAFTAR
ISI
LEMBAR
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
C. Subjek
penelitian dan objek penelitian
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
C. Pembahasan
hasil penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting bagi setiap manusia dan berlangsung
sepanjang hayat. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi
diri yang dimiliki oleh setiap individu melalui proses pembelajaran.
Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipandang dari aspek akademik, akan tetapi
juga dilihat dari kemampuan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam bidang spiritual dan sosial. Sesuai yang dinyatakan Munib (2011: 34),
“pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan oleh orang-orang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai
sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan”.
Dengan demikian, pendidikan memegang peranan penting dalam
membentuk sifat dan tabiat peserta didik yang bermutu dan berdaya guna agar
sesuai dengan cita-cita pendidikan. Tanpa pendidikan manusia tidak memiliki
arah dan tujuan hidup yang jelas. Manusia yang demikian akan tertinggal oleh
manusia lain yang berpendidikan. Maka dari itu di perlukannya keterampilan
berbahasa dalam belajar. Bahasa Merupakan sistem
komunikasi menggunakan bunyi yang diucapkan melalui organ-organ ujaran dan didengar di antara anggota-anggota masyarakat,
serta menggunakan pemrosesan simbol-simbol
vokal dengan makna konvensional secara arbitrer.
Keterampilan
berbahasa merupakan modal utama dalam komunikasi yang terdiri dari 4 aspek
yaitu: menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Menyimak
merupakan mendengarkan atau memerhatikan
baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Menyimak merupakan proses
pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambing-lambang lisan, sedangkan
mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa
banyak memerhatikan makna itu.
Berbicara
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa keduayang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah
aktivitasmendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian
manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara
Membaca merupakan
aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai
faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu,
keterampilan membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia
sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat
instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir.
Menulis
adalah satu kegiatan berbahsa yang dilakukan atau di kemukakan dalam bentuk
tulisan. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang
menggambarkannya suatu Bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga orang lain
dapat membacanya. Menulius juga merupakan sebuah penggambaran dari ekspresi
Bahasa.
Keterampilan
ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang tidak dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan
pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani,
1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai
suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun
kelompok.
Siswa
yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih
mudah dipahami oleh penyimaknya. Keterampilan berbicara instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara
langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan
maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri
atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada
serta antusias ataukah tidak. menunjang keterampilan membaca dan
menulis. Berhubung menulis dan berbicara memiliki kesamaan, maka sejumlah ahli
memasukkan kedua ketrampilan berbahasa ini kedalam retorik. Retorik itu
merupakan penggunaan Bahasa secara tepat guna untuk mengkomunikasikan perasaan
yang sejati dan gagasan-gagasan yang sehat serta masuk akal.
Berbicara dan menulis, ujaran dan tulisan, memang perlu mempergunakan
sejumlah unsur yang sama. Setiap komunikasi tepat guna, apakah itu suatu
pidato, suatu paragraf, atau suatu esai-memiliki ciri-ciri khusus. Pembicara
atau penulis mempunyai suatu gagasan penting baginya, dan berharap bahwa hal
itu juga penting bagi penyimak atau pembaca yang berada dalam ingatannya. Kegiatan-kegiatan mendengar dan berbicara berhubungan erat dengan Bahasa
lisan atau ujaran, sedangkan membaca dan menulis berhubungan erat dengan Bahasa
tulis. Kegiatan membaca nyaring merupakan kegiatan perkecualian, karena
mencangkup kedua kegiatan tersebut.
Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan
bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Keterampilan yang dihubungkan dengan metode role play adalah pembelajaran
yang ada kaitannya dengan siswa. Role play di sini berarti pembelajaran untuk
menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan
peran di dalam kelas atau pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan
refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap. Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran atau alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran
tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran.
Karena fenomena itulah maka perlu adanya pengkajian lebih lanjut
yang bertujuan untuk membahas apa dan bagaimana upaya. meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan role play Agar lebih memahami tentang upaya. meningkatkan
keterampilan berbicara melalui penerapan role play,
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas, salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
yaitu dengan metode bermain peran. Bermain peran sebagai suatu model
pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di
dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok Jadi dengan kata
lain, peningkatan berbicara melalui metode bermain peran ini diharapkan siswa
dapat berlatih komunikasi dengan lingkungannya. maka pemberian judul makalah
ini adalah “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui
Penerapan Role Play Kelas 2 Di Sdn Kebayoran Lama Selatan 05”.
1. Guru lebih banyak menekankan teori dan pengetahuan bahasa daripada
mengutamakan keterampilan berbahasa.
2. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi guru, kurang memberi
kesempatan siswa untuk berperan aktif dalam berbicara.
3. Setiap siswa memerlukan
pemberian dorongan untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya.
4. Siswa terganggu oleh
pembicaraan anak-anak lain saat berinteraksi dengan pembicara.
5. Kemampuan siswa dalam aspek
berbicara masih kurang, masih ada rasa malu, kurang percaya diri, dan kesulitan
dalam merangkai kata saat berbicara.
6. Guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat dan
perasaannya.
7. Minat siswa belajar Bahasa
Indonesia rendah.
8. Penggunaan metode bermain
peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia masih jarang digunakaN
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, peneliti perlu membatasi
permasalahan tentang proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang lebih banyak
didominasi guru, kurang memberi kesempatan siswa untuk berperan aktif dalam
berbicara.
1. Bagaimana Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Role Playing Dapat
Meningkatkan meningkatkan keterampilan berbicara kelas 2 di sdn kebayoran lama selatan 05?
1. Manfaat teoritis
a.
Metode
bermain peran dalam penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu model
pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan dalam pembelajaran
peningkatan keterampilan berbicara.
2. Manfaat praktis
Penelitian
ini memberikan manfaat kepada berbagai pihak yakni guru, peneliti, dan siswa
yaitu sebagai berikut.
a.
Bagi
guru, penelitian ini memberikan pengalaman langsung untuk dapat meningkatkan
prestasi siswa. Khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu dalam meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
b.
Bagi
peneliti, penelitian ini menjadi sarana untuk memenuhi tugas akhir sebagai
salah satu syarat kelulusan studi strata 1 sekaligus sebagai bekal
profesionalitasnya kelak.
c.
Bagi
siswa, penelitian ini memberikan motivasi pada siswa untuk berlatih
meningkatkan keterampilan berbicara.
d.
Bagi
lembaga (Sekolah Dasar), penelitian ini menjadi sarana melaksanakan
pembelajaran dengan mengembangkan keterampilan berbicara siswa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian keterampilan berbicara
Berbicara
merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara
langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan
maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan
diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri
atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia
waspada serta antusias ataukah tidak.
Menurut
Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia
belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara
diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta
perasaan (Tarigan, 1983:14).
Dapat dikatakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan
linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang
disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar
atau penyimak
Berbicara
merupakan sarana kita berkomunikasi satu sama lain, sebelum menjelasakan tujuan
berbicara alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu fungsi
bahasa, fungsi bahasa yang kita tahu sangat banyak sekali, diantaranya:
a.
Bahasa
sebagai sarana komunikasi, yaitu kita tahu bahwa bahasa
merupakan sarana kita untuk melakukan komunikasi satu sama lain.
b.
Bahasa
sebagai sarana integrasi dan adaptasi, yaitu dengan bahasa orang dapat
menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan, misalnya pekerjaan, integritas
kerja suatu instansi atau karyawan.
c.
Bahasa
sebagai sarana kontrol sosial, yaitu bahasaberfungsi untuk mengendalikan
komunikasi agar orang yang terlibat dalam omunikasi dapat saling memahami.
d.
Bahasa
sebagai sarana memahami dri, yaitu bahasa dalam membangun karakter seseorang
harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya sendiri.
e.
Bahasa
sebagai sarana ekspresi diri, yaitu yaitu bahasa dapat digunakan untuk
mengekspresikan diri misalnya menyatakan cinta
f.
Bahasa
sebagai sarana memahami orang lain, yaitu untuk menjamin efektivitas komunkasi.
3. Faktor-faktor penghambat berbicara
Ada kalanya
proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima
oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga
faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1)
Faktor
fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal
2)
dari
luar partisipan.
3)
Faktor
media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
4)
irama,
tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan
5)
Faktor
psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam
6)
keadaan
marah, menangis, dan sakit.
Menurut Komalasari
dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model Pembelajaran Role
Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran Pelayanan (Sercvice Learning).
Model pembelajaran ini adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati.
Menurut Miftahul A’la
dalam bukunya Quantum Teaching (2011:49) metode pembelajaran Role playing
(bermain peran) adalah merupakan cara penguasaan bahan–bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dimiliki oleh setiap siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan
memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan
lebih dari satu orang, itu bergantung kepada apa yang di perankan.
2. Tujuan pembelajaran role play
Tujuan dari metode
pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik (2001:198) disesuaikan
dengan jenis belajar, diantaranya sebagai berikut :
1.
Belajar dengan berbuat.
Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif.
2.
Belajar melalui
peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku
(aktor) dan tingkah laku mereka.
3.
Belajar melalui
balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) prilaku para pemain atau
pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan
prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku
keterampilan yang telah didramatisasikan.
4.
Belajar melalui
pemgkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki
keterampilan-keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
3. Prosedur pembelajaran role play
Menurut Uno (2009: 26) bahwa prosedur role playing
terdiri atas sembilan langkah, yaitu:
1. Persiapan atau pemanasan
Guru berupaya
memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal
yang bagi semua orang perlu dipelajari dan dikuasainya. Hal ini bisa muncul
dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru
menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti
jika dilema atau masalah dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan
dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal
tersebut.
2. Memilih pemain (partisipan)
Siswa dan guru membahas
karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam
pemilihan pemain, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya (jika
siswa pasif atau diduga memiliki keterampilan berbicara yang rendah) atau siswa
sendiri yang mengusulkannya.
3. Menata panggung (ruang kelas)
Guru mendiskusikan
dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja
kebutuhan yang diperlukan.
4. Menyiapkan pengamat (observer)
Guru menunjuk siswa
sebagai pengamat, namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini
harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.
5. Memainkan peran
Permainan peran
dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan
banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak
sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan, bahkan mungkin ada yang
memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan peran sudah terlalu jauh
keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah
berikutnya.
BAB
III
METODELOGI
PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, dkk. 2009: 3).
Mulyasa (2012: 11) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
merupakan upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan.
Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru bersamasama peserta didik atau
peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas dapat
disimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang
berisi tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan kualitas
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Dalam penelitian ini, peneliti
menjalin kerja sama dengan guru kelas 2 di SDN kebayoran lama selatan 05.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 2 SDN kebayoran lama selatan
05 , Kecamatan kebayoran lama selatan, Kabupaten jakarta yang beralamat di Jl. Darma Putra Raya No.9, RT.9/RW.5, Kby. Lama Sel.,
Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240.
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 pada 1
novemberuntuk pratindakan, 8, 15 untuk siklus I, serta 22 dan 29 november untuk
siklus II
C. Subjek penelitian dan objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SDN kebayoran lama
selatan 05 sebanyak 32 siswa yang
terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan, peneliti 1 orang, dan
guru kelas 1 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu kemampuan
berbicara siswa kelas 2. Untuk mempermudah penyajian data penelitian digunakan
nama inisial siswa. Daftar nama inisial siswa tersaji pada lampiran 1.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
melalui metode bermain peran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan tindakan-
tindakan alternatif yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah dalam
pembelajaran keterampilan berbicara. Suharsimi Arikunto, dkk. (2009: 16)
menyebutkan ada empat garis besar tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Berikut ini
merupakan penjelasan dari setiap tahapan tersebut.
1.
Tahap
1 Menyusun Rancangan Tindakan (Planning) Peneliti dalam tahap ini menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan
tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan secara berpasangan
(penelitian kolaborasi). Peneliti dan guru menyusun rencana tindakan secara
bersama-sama. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik atau fokus yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk membantu peneliti mendapatkan fakta yang terjadi selama
penelitian.
2.
Tahap
2 Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap kedua ini pelaksanaan yang dilakukan
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di
kelas. Guru menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi tindakan
tersebut wajar dan tidak dibuat-buat.
3.
Tahap
3 Pengamatan (Observing) Pengamatan dilakukan oleh peneliti dalam tahap ketiga
ketika tindakan sedang dilakukan guru. Peneliti mencatat sedikit demi sedikit
apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus
berikutnya. Tahap 4 Refleksi (Reflecting)
4.
Tahap
keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Refleksi dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan beberapa model tersebut, peneliti memilih model Kemmis
& Mc. Taggart dalam Kusumah & Dedi Dwitagama (2012: 21), yang
masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi (pengamatan), dan refleksi.
1.
Perencanaan
Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mencakup beberapa kegiatan,
antara lain sebagai berikut. 1) Peneliti melakukan analisis standar isi untuk
mengetahui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan
kepada peserta didik. 2) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan memperhatikan indikator-indikator yang hendak dicapai siswa dengan
berkonsultasi dengan guru kelas. 3) Menyusun pedoman lembar observasi kegiatan
pembelajaran guru. 4) Menyusun pedoman lembar observasi kegiatan siswa dalam
diskusi dan mengevaluasi bermain peran. 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran
dengan mempertimbangkan indikator-indikator yang dicapai siswa.
2.
Tindakan
dalam penelitian ini dilaksanakan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Pembelajaran yang dilakukan bersifat fleksibel, dengan kata lain dapat
berubah sesuai dengan kondisi yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Guru
mengajar dengan menggunakan RPP yang telah dibuat sedangkan peneliti mengamati
dengan mengikuti pedoman observasi yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah tindakan yang dilakukan guru
3.
Pengamatan
(observasi) dilaksanakan oleh peneliti dengan mengamati selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung. Peneliti mengobservasi dengan menggunakan pedoman
observasi untuk mengumpulkan data aktivitas kegiatan pembelajaran siswa.
4.
Refleksi,
Data yang telah didapat selama observasi kemudian direfleksikan oleh guru dan
peneliti. Refleksi ini menguraikan mengenai prosedur 50 analisis hasil
observasi dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan
dilaksanakan, serta kriteria dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada
siklus selanjutnya atau siklus kedua.
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2009: 308) Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi hal dibawah ini.
1.
Pengamatan
(Observasi), Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses mengamati dan ingatan (Sutrisno Hadi (1986)
dalam Sugiyono, 2009: 203).
2.
Tes,
Menilai keterampilan berbicara siswa bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2012: 142), tes kinerja disamakan dengan tes
praktik, praktik melakukan suatu aktivitas sebagai bukti capaian hasil belajar.
Tes kinerja/perbuatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
berbicara siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.
3. Dokumentasi, Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329). Penelitian ini menggunakan gambar foto
dari siklus satu ke siklus berikutnya yang digunakan untuk melengkapi hasil
observasi
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.
Lembar
observasi
Lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan untuk mengumpulkan data
tindakan yang dilakukan guru dalam siklus 53 pembelajaran, sedangkan lembar
observasi siswa digunakan untuk mengumpulkan informasi atau data siswa akibat
(pengaruh) dari tindakantindakan yang diberikan guru dalam siklus pembelajaran
dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran
No |
Indikator |
Ada |
Tidak Ada |
1 |
Memperhatikan
penjelasan guru |
|
|
2 |
Memahami
penjelasan dan perintah guru |
|
|
3 |
Berpartisipasi
dalam kelas |
|
|
4 |
Mengajukan pertanyaan |
|
|
5 |
Menyelesaikan
tugas mandiri |
|
|
6 |
Menjawab
pertanyaan guru |
|
|
2.
Pedoman
penilaian
Tes
kinerja atau tugas-tugas berunjuk kerja bahasa yang memakai saluran lisan
misalnya, wawancara, menceritakan kembali wacana yang didengar atau dibaca, berbagai
jenis membaca bersuara seperti membaca nyaring, membaca puisi, cerpen, drama,
deklamasi, dan lain-lain (Burhar Nurgiyantoro, 2012: 143).
Penilaian
dalam penelitian ini mengacu pendapat Ahmad Rofi‟uddin & Darmiyati Zuhdi
(1998/1999: 244) yang dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) tekanan, (2) ucapan, (3) nada dan
irama, (4) kosa kata/ungkapan atau diksi, dan (5) struktur kalimat yang
digunakan. Sedangkan, aspek nonkebahasaan meliputi: (1) kelancaran, (2)
pengungkapan materi wicara (penguasaan materi), (3) keberanian, (4) keramahan,
dan (5) sikap. Oleh karena aspek yang dinilai tidak lengkap maka berikut ini
dipaparkan penilaian yang diramu berdasarkan pendapat Ahmad Rofi‟uddin &
Darmiyati Zuhdi (1998/1999: 244
3.
Alat
untuk mengumpukan dokumen
Menurut
Sugiyono (2009: 329), dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), serita, biografi, peraturan, dan kebijakan.
Sedangkan, dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa
gambar, patung, film dan lain-lain. Dokumentasi dalam menelitian ini meliputi
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), data hasil penilaian siswa, serta
gambar foto selama kegiatan pembelajaran. Gambar foto dalam penelitian ini
diambil dengan menggunakan kamera digital.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 106), analisis data adalah suatu proses
mengolah dan menginterpretasika data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai
informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas
sesuai tujuan penlitian. Analisis data penelitian tindakan kelas berupa
derkriptif kualitatif dan deskriptif kuantatif.
Analisis derkriptif kualitatif dalam penelitian ini bersifat
menggambarkan fakta yang sesuai data yang diperoleh untuk mengetahui
keterampilan berbicara yang diperoleh siswa secara kealitatif selama proses
pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui respon dan aktivitas siswa terhadap
kegiatan pembelajaran. Hasil refleksi dari siklus I menjadi dasar untuk
melaksanakan siklus II, dan begitu seterusnya.
I.
Kriteria
keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang antara
1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya siswa yang
mencapai KKM ≥75% dari keseluruhan jumlah siswa
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan
penelitian ini diuraikan secara berturut-turut sebagai berikut. (a) Hasil
penelitian, yang meliputi: (1) deskripsi hasil pengamatan kondisi awal, (2)
deskripsi tindakan pada siklus I, dan (3) deskripsi tindakan pada siklus II.
(b) Pembahasan, serta (c) keterbatasan penelitian.
1. Deskripsi hasil pengamatan kondiri awal
Langkah
awal yang di lakukan oleh peneiti sebelum melakukan penelitian tindakan kelas
yaitu mengamati pembelajaran keterampilan berbicara bahasa indonesia kelas II
SDN kebayoran lama selatan. Berdasarkan pengamatan dikelas bahwa guru
menggunakan metode pembelajaran ceramah, diskusi dan maju ke depan kelas..
Metode
tersebut digunakan karena memudahkan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran yang di asampaikan. Kegiatan
berbicara dalam mata pelajaran bahasa indonesia masih dianggap hal yang sulit
bagi siswa kelas II. Kesulitan ini dapat dilihat selama pembelajaran
berlangsung, sebagian siswa tidak aktif. Siswa cenderung diam bila guru
mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan pertanyaan dari
guru.
Rangkaian
kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut. Pertama, guru membuka
pelajaran dengan salam. Kedua, siswa bersama guru berdo‟a bersama. Berdo‟a
dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas pada hari itu. Ketiga, siswa
ditanya oleh guru siapa yang pada hari itu tidak masuk. Pembelajaran pada hari
itu diikuti oleh semua siswa. Keempat, siswa dikondisikan sebelum memulai
pelajaran. Pengkondisian siswa dilakukan oleh guru dengan meminta siswa agar
duduk tenang ditempat masing-masing untuk memperhatikan penjelasan yang
diberikan guru. Kelima, siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan
guru. Tujuan pembelajaran yang dipelajari adalah diskusi tentang persoalan
faktual.
Kenam,
siswa diberi penjelasan oleh tentang persoalan faktual yang terjadi di
lingkungan sekitar siswa. Persoalan faktual yang menjadi materi pembelajaran
tentang menjaga kebersihan. Ketujuh, siswa dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok.
Setiap kelompok anggotanya berjumlah 5 siswa. Kedelapan, siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Siswa berdiskusi
menanggapi atau memberikan saran tentang menjaga kebersihan yang menjadi pokok
persoalan faktual. Kesembilan, siswa dibimbing guru melakukan presentasi hasil
diskusi. Siswa secara bergantian menyampaikan hasil diskusi. Kelompok lain
diberi kesempatan untuk memberikan sanggahan, jika ada pernyataan yang tidak
sesuai
Berdasarkan
observasi selama siswa melakukan diskusi, keterampilan berbicara siswa secara
umum mencapai 30%. Hasil observasi terhadap siswa yang tersaji pada lampiran 7
menunjukkan bahwa jumlah skor total (R) hasil observasi terhadap kegiatan siswa
dalam diskusi dan mengevaluasi bermain peran pada siklus I adalah 25 dari skor maksimal (SM) 40. Jadi jumlah
nilai persen (NP) keterampilan berbicara melalui diskusi adalah 30%.
Data
awal diperoleh dari hasil tes pratindakan yang dilakukan sebelum proses
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dilakukan. Siswa kelas 2 sdn
kebayoran lama selatan 05 terdiri dari 32 siswa yaitu 13 siswa laki-laki dan 20
siswa perempuan. Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebanyak 5 siswa, dan yang belum mencapai KKM sebanyak 27 siswa. Nilai
rata-rata hanya mencapai 45,2. Data awal hasil nilai siswa dalam pratindakan
ini tidak menggunakan skor. Nilai yang didapat berdasarkan hasil penilaian
langsung oleh guru kelas.
Berikut
ini merupakan tiga contoh hasil nilai keterampilan berbicara siswa dari yang
terendah, sedang, dan tertinggi.
Tabel
4. Contoh Hasil Nilai Pratindakan Keterampilan Berbicara
Nama |
Nilai |
Keterangan |
FHD |
50 |
TERENDAH |
KLP |
62 |
SEDANG |
HNFF |
75 |
TERTINGGI |
Nilai
rata-rata sebesar 45,2 belum mancapai KKM yang ditetapkan. Kriteria Ketuntasan
Minimal yang ditetapkan sebesar 65,3. Persentase keberhasilan siswa yang
mencapai KKM baru mencapai 15% dari target pencapaian sebesar 70%. Jadi masih
tersisa 76% yang belum mencapai KKM.
Data perolehan hasil keterampilan belajar Pra
Siklus
No |
Nama
Siswa |
Kkm |
Nilai Pra
Siklus |
Tuntas/Belum
Tuntas |
1 |
Abidzar Al Hafizh |
75 |
85 |
Tuntas |
2 |
Aliifah Syaakirah Irfan |
75 |
65 |
Belum
Tuntas |
3 |
Alleya Naura Daanisha |
75 |
40 |
Belum
Tuntas |
4 |
Almira Robiatul Hikmah |
75 |
75 |
Tuntas |
5 |
Alvino Rafardhan Athalla |
75 |
75 |
Tuntas |
6 |
Annisa Larasati |
75 |
85 |
Tuntas |
7 |
Arsyl Iztama Nugroho |
75 |
75 |
Tuntas |
8 |
Bilfaqih Rey Alteza |
75 |
40 |
Belum
Tuntas |
9 |
Fatimah Zhafira Shana |
75 |
80 |
Tuntas |
10 |
Fauzan Rizqi Abdul Rouuf |
75 |
85 |
Tuntas |
11 |
Firza Ghaisan Aydin |
75 |
80 |
Tuntas |
12 |
Hanifa Az-Zahra Nurul Huda |
75 |
75 |
Tuntas |
13 |
Ibnu Rachmad Nugroho |
75 |
80 |
Tuntas |
14 |
Kenzou Prima Qiano |
75 |
50 |
Belum
Tuntas |
15 |
Khairunnisa Anaia Setiawan |
75 |
75 |
Tuntas |
16 |
Kimmi Efra Wibowo |
75 |
75 |
Tuntas |
17 |
Marcel Arya Winata |
75 |
80 |
Tuntas |
18 |
Moreno Ziva Septiano |
75 |
85 |
Tuntas |
19 |
Muhammad Daffa Al Kamil |
75 |
30 |
Belum
Tuntas |
20 |
Muhammad Rizki Baehaki |
75 |
75 |
Tuntas |
21 |
Muhammad Zefan Alifian |
75 |
80 |
Tuntas |
22 |
Nailah Septi Salsabilah |
75 |
65 |
Belum
Tuntas |
23 |
Naya Khairunnisa |
75 |
80 |
Tuntas |
24 |
Nayla Alfina Azzahra |
75 |
80 |
Tuntas |
25 |
Nayshira Aulia Az Zahra |
75 |
50 |
Belum
Tuntas |
26 |
Putri Alya Syafiqha |
75 |
30 |
Belum
Tuntas |
27 |
Radithya Putra Athalla |
75 |
75 |
Tuntas |
28 |
Raisyah Sherin |
75 |
75 |
Tuntas |
29 |
Rara Nur Hazarah Umayroh |
75 |
85 |
Tuntas |
30 |
Rizqy Amanah Putra |
75 |
50 |
Belum
Tuntas |
31 |
Sakha Yusuf Simare Mare |
75 |
80 |
Tuntas |
32 |
Tiara Wahyuningsih |
75 |
80 |
Tuntas |
Jumlah |
|
2240 |
|
|
Rata-Rata
|
|
50.36 |
|
Dari
data di atas maka dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Statistik Pra Siklus
Data Statistik |
Jumlah |
Nilai Tertinggi |
85 |
Nilai Terendah |
30 |
Mean |
50.36 |
Modus |
80 |
Median |
60 |
Tabel 4.3
Nilai Muatan Pelajaran IPA Pra Siklus
NO |
Skor Nilai |
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai |
Prosentase |
1 |
85 |
5 |
5,6 % |
2 |
80 |
7 |
10,5% |
3 |
75 |
4 |
4,5% |
4 |
65 |
2 |
3,5% |
5 |
50 |
2 |
3,5% |
6 |
40 |
2 |
3,5% |
7 |
30 |
3 |
5,5% |
Data nilai siswa Pra Siklus dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :
Grafik
4.1 Grafik Nilai Siswa Pra Siklus
Dari
proses pembelajaran Pra Siklus yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan cara
mengajar guru masih monoton, guru belum menggunakan pendekatan pembelajaran
menggunakan role lay, sehingga pada keterampilan berbicara anak masih banyak
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh
50.36 nilai terendah yaitu 30 terdapat 3
siswa, nilai tertinggi yaitu 85 terdapat 5 siswa, yang mendapat nilai di bawah
KKM sejumlah 9 siswa.
2. Deskripsi tindakan pada siklus I
Pelaksanaan
pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
(tindakan), hasil pengamatan (observaasi), dan refleksi. Keempat tahapan
tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut
A. Perencanaan
Penelitian
dilakukan langkah persiapan untuk melaksanakan tindakan selama kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia. Persiapan tersebut sebagai berikut
1.
Melakukan
analisis kurikulum dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang sesuai dengan pelajaran yang disampaikan
2.
Menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi ajar persoalan faktual.
Drama yang diperankan berjudul “Menjaga kebersihan kamar”
3.
Menyiapkan
alat bantu (nomor dada) yang digunakan untuk mempermudah mengobservasi dan
memberikan penilaian terhadap siswa ketika melakukan pemeranan drama (bermain
peran).
4.
Menyiapkan
lembar observasi dan lembar penilaian mengenai keterampilan berbicara yang
mencakup aspek kebahasaan dan nonkebahasaan
Tindakan siklus I disusun 2 kali pertemuan yang terbagi ke dalam 4 jam
pelajaran. Setiap satu pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran yang berlangsung
selama 70 menit (2×35 menit). Pada setiap pertemuan terdiri dari tiga tahap
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Alokasi waktu untuk
kegiatan awal ±5 menit, kegiatan inti ±55 menit, dan kegiatan akhir ±10 menit.
Pertemuan pertama mencakup: (a) pemilihan
tema, (b) penjelasan materi, (c) pembagian naskah drama, (d) pembagian
kelompok, (e) mengatur seting tempat pemeranan, (f) penjelasan materi, (g)
pembacaan naskah percakapan, (h) mengidentifikasi pokok-pokok persoalan
faktual, (i) menanyakan persoalan faktual, dan (j) menganggapi atau memberikan
saran terhadap persoalan faktual yang dikemukakan teman.
Pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran yang
dilakukan adalah (a) mengatur seting tempat pemeranan, (b) menjelaskan materi,
dan (c) latihan pemeranan (bermain peran). Pertemuan ketiga, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan adalah (a) mengatur seting tempat pemeranan, (b)
menjelaskan materi, dan (c) latihan pemeranan (bermain peran)
Pertemuan terakhir siklus pertama
(tes akhir), kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah (a) mengatur seting
tempat pemeranan (b) pemeranan (bermain peran sebagai tes akhir), (c) diskusi
dan mengevaluasi pemeranan, (c) presentasi hasil diskusi, dan saling berbagi
pengalaman.
B. Pelaksanaan pembelajaran
1. Pertemuan 1
Pertemuan
pertama siklus I dilaksanakan senin 8 november 2021 Kegiatan berlangsung selama
70 menit atau 2×35 menit. Implementasi tindakan pertemuan pertama sebagai
berikut.
a.
Kegiatan
awal
Kegiatan
diawali dengan berdo‟a bersama siswa dengan guru. Kegiatan dilanjutkan oleh
guru yang menanyakan siswa yang tidak masuk hari itu. Hari itu semua siswa
masuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran guru
terlebih dahulu mengkondisikan siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan awal dalam pertemuan pertama siklus I berlangsung selama ±5 menit.
b.
Kegiatan
inti
Kegiatan
inti berlangsung selama ±55 menit merupakan kegiatan pokok dalam suatu
pembelajaran. Kegiatan pertama yang 67 dilakukan yaitu siswa bersama guru
melakukan brainstorming (curah pendapat) untuk memilih tema yang akan
dipelajari. Tema yang dipilih yaitu kesehatan. Kedua, siswa bersama guru
memahami tema yang akan dipelajari. Memahami tema dilakukan guru untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang masalah yang akan dipelajari.
Melalui kegiatan tanya jawab, sebagian besar siswa menyebutkan banjir sebagai
masalah sering terjadi di kota besar.
Ketiga,
guru membagikan naskah percakapan tentang persoalan faktual yang berjudul “menjaga
kebersihan kamar”. Keempat, guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok.
Pembagian kelompok berdasarkan dengan menghitung urut satu sampai sembilan yang
dimulai dari pojok kiri depan. Setiap siswa yang menyebutkan nomor satu
berkumpul menjadi satu kelompok, begitu juga dua, tiga, dan seterusnya hingga
terbentuk sembilan kelompok. Kelima, setelah kelompok terbentuk, siswa
berkumpul dengan anggota kelompoknya untuk berdiskusi menentukan peran
masing-masing anggota kelompok. Keenam, siswa bersama guru mengatur seting
tempat bermain peran.
Bermain
peran dilaksanakan di depan kelas. Kursi dan meja diatur mundur ke belakang
sehingga bagian depan kelas cukup untuk tempat bermain peran. Ketujuh, guru
menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang terampil berbicara. Ciri-ciri
pembicara yang baik yaitu pandai menemukan tema atau topik yang tepat dan up
to date (terkini), menguasai materi, memahami pendengar, memahami situasi,
merumuskan tujuan dengan jelas, memiliki keterampilan berbahasa yang memadai,
menjalin kontak dengan pendengar, dan menguasai pendengar. Kedelapan, guru
menjelaskan tentang hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara. Hal hal yang
perlu dipersiapkan dalam berbicara diantaranya yaitu menentukan maksud (tujuan)
berbicara, menganalisis pendengar dan situasi, memilih dan menyempitkan tema
atau topik, mengumpulkan bahan, membuat kerangka, menguraikan kerangka secara
mendetail, serta berlatih dengan suara yang nyaring.
Kesembilan,
guru menjelaskan tentang metode bermain peran. Bermain peran merupakan sebuah
metode pembelajaran yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa, baik
itu peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang dengan tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.
Kesepuluh, guru menjelaskan tentang langkah berbicara melalui metode bermain
peran. Langkah-langkah tersebut yaitu brainstorming (curah pendapat) untuk
memilih tema, memahami dan menguji tema, menyiapkan kerangka pembicaraan
(pendahuluan, isi dan penutup), memanaskan suasana kelompok, memilih
partisipan, mengatur seting tempat kejadian, pemeranan, diskusi dan
mengevaluasi pemeranan, presentasi dan saling berbagi pengalaman, serta
refleksi.
Kegiatan
dilanjutkan dengan memberikan contoh peragaan percakapan oleh guru. Setelah
melihat contoh peragaan percakapan dari guru, siswa membaca naskah percakapan
bersama anggota kelompoknya secara bergantian.
Berdasarkan
naskah percakapan yang dibacakan, siswa mengidentifikasi pokok-pokok persoalan
yang terjadi. Sebagian besar siswa menyebutkan masalah banjir, selokan yang
tersumbat, selokan kotor karena ada yang membuang sampah sembarangan, tidak
merawat lingkungan, dan sebagainya. Berdasarkan masalah yang dikemukan tersebut
ada siswa yang bertanya bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi banjir.
Kemudian siswa lain menanggapi cara untuk mencegah terjadinya banjir
diantaranya dengan menjaga lingkungan sekitar, membuang sampah pada tempatnya,
rajin membersihkan selokan agar aliran air tidak terhambat, dan sebagainya.
Kegiatan berikutnya siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran yang telah dipelajari, dan siswa diberi kesempatan untuk menanyakan
materi yang belum dipahami
c.
Kegiatan
akhir
Kegiatan
akhir dilaksanakan setelah kegiatan awal dan kegiatan inti. Kegiatan yang
berlangsung ±10 menit ini meliputi: siswa bersama guru melakukan refleksi
tentang pembelajaran yang telah dilakukan, siswa diberikan motivasi oleh guru,
siswa dikondisikan sebelum mengakhiri pembelajaran, dan guru menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
2. Pertemuan 2
Pertemuan
kedua siklus I dilaksanakan senin, 15 november 2021 Pembelajaran berlangsung
selama 70 menit (2×35 menit). Implementasi tindakan pertemuan kedua tidak jauh
berbeda dengan pertemuan pertama. Tindakan pertemuan kedua sebagai berikut.
i.
Kegiatan
awal
Kegiatan
awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan diawali guru terlebih dahulu
mengkondisikan siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
ii.
Kegiatan
inti
Kegiatan
inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah siswa
bersama guru mengatur seting tempat bermain peran. Bermain peran dilaksanakan
di depan kelas. Kursi dan meja diatur mundur ke belakang sehari bagian depan
kelas cukup untuk tempat bermain peran. Kedua, perwakilan salah satu kelompok
membaca naskah percakapan di depan kelas. Salah satu kelompok secara suka rela
maju ke depan membacakan naskah drama. Ketiga, guru menjelaskan tentang aspek
kebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
Aspek kebahasaan yang dijelaskan meliputi
tekanan, ucapan, nada dan irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, dan struktur
kalimat yang digunakan. Setelah diberi penjelasan oleh guru, siswa berlatih
memerankan peran sesuai naskah percakapan bersama anggota kelompoknya di depan kelas secara bergantian.
Satu persatu kelompok maju ke depan berdasarkan nomor kelompok, yang dimulai
dari kelompok satu sampai sembilan. Kegiatan dilanjutkan dengan membuat
kesimpulan materi yang telah dipelajari hari itu oleh siswa dengan bimbingan
guru. Selain itu, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum dipahami. Siswa tidak ada yang mengacungkan jarinnya untuk
bertanya karena merasa sudah paham dengan penjelasan yang diberikan guru
iii.
Kegiatan
akhir
Kegiatan
akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah
siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah
dilakukan. Kedua, siswa diberikan motivasi oleh guru agar rajin berlatih
berbicara dengan tekun. Ketiga, siswa dikondisikan oleh guru sebelum mengakhiri
pembelajaran. Pengkondisian siswa agar mereka tidak ramai sendiri karena sudah
memasuki waktu istirahat. Kegiatan terakhir guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam dan mempersilahkan siswa untuk beristirahat
iv.
Refleksi
Refleksi
dilakukan cenderung untuk mengetahui kekurangan penerapan metode pembelajaran
yang diterapkan pada siklus I dan menemukan tindak lanjut siklus II.
Berdasarkan
beberapa pengamatan hasil evaluasi dan hasil diskusi dengan guru yang sekaligus
sebagai kolaboratornya, ada hal penting yang direfleksikan ke dalam tindakan
selanjutnya. Refleksi dilakukan agar pelaksanakan proses pembelajaran
keterampilan berbicara menggunakan metode bermain peran di SDN kebayoran lama
selatan 05 dapat lebih meningkat kualitas pembelajarannya.
Berdasarkan
pengamatan tes keterampilan berbicara pada siklus I yang diikuti oleh 32 siswa,
hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 10 siswa memperoleh nilai 75 atau lebih,
sedangkan 23 siswa memperoleh nilai dibawah 75. Hal ini berarti jumlah siswa
mencapai KKM sebanyak 10 siswa dan yang belum mencapai KKM sebanyak 23 siswa.
Persentase pencapaian KKM baru mencapai 51% sementara yang ditargetkan dalam
penelitian adalah 75% siswa sudah bisa mencapai KKM. 82
Permasalahan
yang terjadi pada siklus I yaitu masih terdapat beberapa kekurangan atau
masalah yang muncul. Masalah yang ada pada siklus I yaitu siswa belum
sepenuhnya menguasai aspek-aspek dalam keterampilan berbicara, baik aspek
kebahasaan maupun nonkebahasaan.
Berdasarkan
refleksi yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan guru, ada
rekomendasi untuk dilaksanakan pada siklus II. Semua siswa diwajibkan untuk
menghafal naskah drama dan latihan bermain peran pada setiap pertemuan dengan
harapan aspek tekanan, ucapan, nada dan irama, kelancaran, serta penguasaan
materi dapat meningkat
Data
Statistik siklus 1
Data Statistik |
Jumlah |
Nilai Tertinggi |
85 |
Nilai Terendah |
50 |
Mean |
70,03 |
Modus |
80 |
Median |
75 |
Nilai
Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia siklus 1
NO |
Skor Nilai |
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai |
Prosentase |
1 |
85 |
6 |
6,7 % |
2 |
80 |
10 |
12,4% |
3 |
75 |
7 |
6, 4% |
4 |
65 |
5 |
4,5% |
5 |
50 |
2 |
3,3% |
Setelah
dilakukan perbaikan pembelajaran pada Pra Siklus maka terdapat peningkatan pada
siklus 1 walaupun belum maksimal, berikut merupakan rekapitulasi nilai Pra Siklus
dan siklus 1.
Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Pra Siklus dan Siklus 1
NO |
Skor Nilai |
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai |
Prosentase |
|||
Pra Siklus |
Siklus 1 |
Pra Siklus |
Siklus 1 |
|||
1 |
85 |
5 |
6 |
5,6 % |
6,7 % |
|
2 |
80 |
7 |
10 |
10,5% |
12,4% |
|
3 |
75 |
4 |
7 |
4 5% |
6, 4% |
|
4 |
65 |
2 |
5 |
3,5% |
4,5% |
|
5 |
50 |
2 |
2 |
3,5% |
3,3% |
|
6 |
40 |
2 |
|
3,5% |
0% |
|
7 |
30 |
3 |
|
5,5% |
0% |
Berdasarkan
rekapitulasi hasil proses pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan metode role
play pada Pra Siklus diperoleh nilai rata-rata 50.36, pada siklus 1 diperoleh
nilai rata-rata 70,35. Pada siklus 1 terdapat peningkatan nilai rata-rata
sebesar 24,15, ternyata dengan penggunaan metode role play nilai rata-rata
siswa mengalami
peningkatan, namun di siklus 1 belum
optimal karena masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Perbandingan
nilai Pra Siklus dan siklus 1 dapat dilihat di bawah ini :
Gambar
4.2 Grafik Perbandingan Nilai Siswa Pra Siklus & Siklus 1
Berdasarkan
grafik perbandingan di atas, masih terdapat siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM yang berjumlah 7 orang, sehingga perlu dilanjutkan ke Siklus 2
b.
Deskripsi
tindakan pada siklus II
1. Perencanaan
Tahap
pertama penelitian tindakan kelas adalah perencanaan. Siklus II merupakan
tindakan perbaikan dari siklus I. Berdasarkan hasil refleksi siklus I masih
terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada siklus II, sebagai berikut.
a.
Berdasarkan
hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa masih ada 23 siswa yang belum
mencapai KKM sehingga persentase pencapaian KKM baru 51% sementara yang
ditargetkan dalam penelitian adalah 75% siswa sudah bisa mencapai KKM. Jadi
masih tersisa 24% target pencapaian KKM.
b.
Semua
siswa wajib hafal naskah dramanya sehingga pada saat memerankan drama menjadi
lancar dan jelas.
c.
Guru
menjelaskan kembali materi mengenai aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan
dalam keterampilan berbicara.
d.
Siswa
bermain peran menggunakan naskah drama. Siklus II bermain peran berdasarkan
naskah drama agar masing-masing siswa benar-benar mendalami peran yang sesuai
dengan yang mereka perankan.
Peneliti
bersama guru merencanakan tindakan siklus II dengan pembuatan desain
pembelajaran berupa RPP yang digunakan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari 2 pertemuan, dengan
waktu pelaksanaan yaitu senin (8 november 2021) dan senin (15 november2021) sesuai
dengan jadwal mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran siklus II disusun dengan memperhatikan pertimbangan
guru berdasarkan hasil refleksi siklus I Kegiatan pembelajaran pada siklus II
guru sebaiknya mengkondisikan kelas dengan baik pada saat ada kelompok yang
maju bermain peran, sehingga siswa lain yang tidak maju bermain peran menjadi
tidak ramai. Guru mewajibkan setiap siswa hafal naskah drama sehingga saat
memerankan lancar dan jelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa terutama bagi siswa yang belum mencapai KKM supaya bisa
mencapai KKM.
Peneliti mempersiapkan RPP yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran, alat
bantu (nomor dada) yang digunakan untuk mempermudah mengobservasi dan
memberikan penilaian terhadap siswa ketika melakukan pemeranan drama (bermain
peran), lembar observasi dan lembar penilaian mengenai keterampilan berbicara
yang mencakup aspek kebahasaan dan nonkebahasaan untuk pengumpulan data berupa
pedoman observasi untuk siswa dan guru. Persiapan terakhir yang dilakukan
siklus II guna menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang lebih baik
adalah peneliti memberikan dan menjelaskan RPP yang sudah dibuat kepada guru
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan agar proses pembelajaran berjalan
dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
2. Pelaksanaan pembelajaran
a.
Pertemuan
1
Siklus
II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan
senin 22 november 2021 dengan waktu pembelajaran 70 menit atau 2 jam pelajaran.
i.
Kegiatan
awal
Kegiatan
awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan diawali berdo‟a bersama guru dengan
siswa. Berdo‟a dipimpin oleh salah satu siswa yang pada hari itu bertugas untuk
memimpin do‟a. Setelah berdo‟a, guru menanyakan siswa yang tidak masuk hari
itu. Hari itu semua siswa masuk dan tidak ada yang absen. Siswa dikondisikan
oleh guru sebelum memulai pelajaran.
Guru
mengkondisikan siswa agar menyiapkan buku maupun alat tulis yang digunkan
selama pelajaran. Siswa dikondisikan agar tidak ramai dan memperhatikan pelajaran.
Setelah itu siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
ii.
Kegiatan
inti
Kegiatan
inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Kegiatan berlangsung selama
±55 menit. Kegiatan yang dilakukan dimulai guru melakukan brainstroming (curah
pendapat) untuk menentukan tema yang akan dipelajari. Tema yang dipelajari
yaitu kasih sayang. Kegiatan dilanjutkan guru membagikan naskah drama. Naskah
drama yang dibagikan oleh guru berjudul “kura-kura dan kelinci”. Setelah naskah
dibagikan lalu guru membagi siswa menjadi sembilan kelompok.
Siswa membentuk kelompok bermain peran.
Pembagian kelompok berdasarkan dengan menghitung urut satu sampai sembilan yang
dimulai dari pojok kanan depan. Setiap siswa yang menyebutkan nomor satu
berkumpul menjadi satu kelompok, begitu juga dua, tiga, dan seterusnya hingga
terbentuk sembilan kelompok. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing,
dan guru yang membagikan peran yang sesuai untuk masing-masing siswa. Setelah
itu, guru bersama siswa mengatur seting tempat pemeranan. Tempat bermain 90
peran diatur di depan kelas. Kursi dan meja ditata membentuk seperti huruf U.
Kegiatan
selanjutnya, guru menjelaskan tentang aspek kebahasaan yang menjadi fokus
penilaian dalam keterampilan berbicara. Aspek kebahasaan yang dijelaskan
meliputi tekanan, ucapan, nada dan irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, dan
struktur kalimat yang digunakan. Namun, pada siklus II aspek kebahasaan yang
lebih ditekankan penjelasannya yaitu mengenai tekanan, ucapan, nada dan irama,
karena kosa kata/ungkapan atau diksi dan struktur kalimat yang digunakan sudah
dikuasai pada siklus I.
Kegiatan
berikutnya, guru memberikan contoh peragaan bermain peran. Setelah melihat
contoh yang diberikan guru, siswa berlatih memerankan peran sesuai naskah drama
bersama anggota kelompoknya di depan kelas secara bergantian dengan membawa
teks drama. Satu persatu kelompok maju ke depan berdasarkan nomor kelompok,
yang dimulai dari kelompok satu sampai sembilan. Kegiatan inti ditutup dengan
kegiatan siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang
telah dipelajari, dan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan
materi yang belum dipahami. Pada kesempatan itu tidak ada siswa yang mengajukan
pertanyaan
iii.
Kegiatan
akhir
Kegiatan
akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan akhir diawali guru melakukan
refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan dan guru memberikan motivasi
pada siswa. Siswa diberikan motivasi agar tekun berlatih drama untuk
meningkatkan keterampilan berbicara mereka. Kegiatan berikutnya guru
mengkondisikan siswa sebelum mengakhiri pembelajaran, serta menutup pelajaran
dengan mengucapkan salam
b.
Pertemuan
2
Pelaksanaan
pertemuan kedua siklus II dilaksanakan senin 29 november 2021 Pertemuan kedua berlangsung 70 menit (2×35
menit/2 jam pelajaran).
i.
Kegiatan
awal
Kegiatan
awal berlangsung ±5 menit. Kegiatan awal sebelum proses pembelajaran dilakukan
berdo‟a bersama siswa dan guru. Berdo‟a dipimpin oleh salah satu siswa yang
bertugas memimpin do‟a. Setelah itu, guru juga menanyakan siswa yang tidak
masuk hari itu. Tetapi hari itu semua siswa masuk dan tidak ada yang absen.
Kegiatan dilanjutkan guru mengkondisikan siswa sebelum memulai pelajaran. Siswa
dikondisikan agar tenang ketika mengikuti pelajaran dan menyiapkan buku maupun
alat tulis yang digunakan selama pelajaran. Kegiatan berikutnya, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
ii.
Kegiatan
inti
Kegiatan
inti pertemuan kedua prosesnya hampir sama dengan pertemuan pertama. Kegiatan
inti berlangsung selama ±55 menit. Guru bersama siswa mengatur seting tempat
pemeranan. Tempat bermain peran diatur di depan kelas. Kursi dan meja ditata
membentuk seperti huruf U. Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan tentang aspek
nonkebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
Aspek
nonkebahasaan yang dijelaskan meliputi kelancaran, penguasaan materi,
keberanian, keramahan, dan sikap. Namun, pada siklus II aspek nonkebahasaan
yang lebih ditekankan penjelasannya yaitu mengenai kelancaran dan penguasaan
materi karena keberanian, keramahan, dan sikap sudah dikuasai pada siklus I.
Setelah diberikan penjelasan oleh guru, siswa berlatih memerankan peran sesuai
naskah drama bersama anggota kelompoknya di depan kelas secara bergantian
dengan membawa naskah drama. Kemudian siswa bersama guru membuat kesimpulan
tentang materi pelajaran yang telah dipelajari, dan guru memberi kesempatan
pada siswa untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Pada kesempatan itu
tidak ada yang mengajukan pertanyaan.
iii.
Kegiatan
akhir
Kegiatan
akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan akhir yang dilakukan yaitu guru
melakukan refleksi tentang pembelajaran
yang telah dilakukan, dan memberikan motivasi siswa. Guru memotivasi
siswa agar siswa tekun berlatih drama untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa. Guru juga mengingatkan bahwa pertemuan depan akan ada evaluasi drama,
sehingga siswa harus sudah hafal naskah drama yang diperankan masing-masing.
Kegiatan dilanjutkan guru mengkondisikan siswa sebelum mengakhiri pembelajaran,
serta menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Hasil observasi
Berdasarkan
pengamatan, keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Hasil observasi
menunjukkan bahwa jumlah skor total (R) hasil observasi terhadap kegiatan siswa
dalam diskusi dan mengevaluasi bermain peran pada siklus II adalah 27 dari skor
maksimal (SM) sebesar 45. Jadi nilai persen (NP) keterampilan berbicara siswa
adalah 71%. Dibandingkan dengan siklus I, siklus II mengalami kenaikan dari
jumlah semula 28 naik 6 angka menjadi 34. Nilai persen juga meningkat,
dibandingkan siklus I, siklus II mengalami kenaikan dari nilai persen sebesar
58% meningkat 13% menjadi 71%
d. Refleksi
Pelaksanaan
pembelajaran siklus II merupakan perbaikan siklus I berdasarkan hasil diskusi
dengan guru. Pembelajaran siklus II bermain peran berdasarkan naskah drama.
Peneliti bersama guru menerapkan cara untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dalam belajar yaitu dengan mewajibkan setiap siswa untuk menghafal naskah
dramanya dan berlatih bermain drama pada setiap pertemuan. Bermain peran
berdasarkan naskah drama membuat antusias dalam mengikuti pembelajaran
.
Siswa mendapat pengalaman baru serta dapat mengembangkan wawasan dalam
memerankan naskah drama. Pelaksanaan siklus II secara umum ditemukan hanya
sedikit kendala. Kendala tersebut yaitu ada 4 siswa yang belum mencapai KKM.
Siswa-siswa tersebut belum mencapai KKM karena penguasaan materinya masih
kurang.
Data
Statistik siklus 2
Data Statistik |
Jumlah |
Nilai Tertinggi |
100 |
Nilai Terendah |
75 |
Mean |
80.14 |
Modus |
85 |
Median |
80 |
Nilai
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia siklus 2
NO |
Skor Nilai |
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai |
Prosentase |
1 |
100 |
4 |
6,3% |
2 |
90 |
2 |
4,3% |
3 |
85 |
8 |
10,5% |
4 |
80 |
4 |
6,3% |
5 |
75 |
2 |
4,3% |
Setelah
dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 maka terdapat peningkatan pada
siklus 2, berikut merupakan rekapitulasi nilai siklus 1 dan siklus 2 :
Tabel 4.9
Rekapitulasi Nilai Muatan Pelajaran Bahasa
Indonesia Siklus 1 dan Siklus 2
NO |
Skor Nilai |
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai |
Prosentase |
|||
Siklus 1 |
Siklus 2 |
Siklus 1 |
Siklus 2 |
|||
1 |
100 |
0 |
4 |
6,7 % |
6,3% |
|
2 |
90 |
6 |
2 |
12,4% |
4,3% |
|
3 |
85 |
10 |
8 |
6, 4% |
10,5% |
|
3 |
80 |
7 |
4 |
4,5% |
6,3% |
|
4 |
75 |
5 |
2 |
3,3% |
4,3% |
|
5 |
60 |
2 |
0 |
0% |
0% |
|
6 |
50 |
|
0 |
0% |
0% |
Berdasarkan
rekapitulasi hasil proses pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan metode role play pada
siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 70,37, pada siklus 2 diperoleh nilai
rata-rata 82,23. Pada siklus 2 terdapat peningkatan nilai rata-rata sebesar
11,05, ternyata dengan penggunaan pendekatan pembelajaran multimedia pada
siklus 2 nilai rata-rata siswa kembali mengalami peningkatan, seluruh siswa
telah mendapat nilai di atas KKM. Perbandingan nilai Pra Siklus, siklus 1 dan
siklus 2 dapat dilihat di bawah ini :
Gambar
4.3 Grafik Perandingan Nilai Siswa Pra Siklus, Siklus 1 & Siklus 2
Berdasarkan
grafik di atas dapat dilihat bahwa pada siklus 2 semua siswa telah mendapatkan
nilai di atas KKM, sehingga tidak perlu untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.
Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan refleksi pada
siklus 2 yaitu : a). Guru harus menggunakan pendekatan yang bervariasi; b).
Guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran; c). Guru selalu memberikan
motivasi kepada siswa sehingga siswa memiliki semangat untuk terus belajar.
C. Pembahasan hasil penelitian
1. Proses pembelajaran keterampilan berbicara melalui metode role play
Proses
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya diterapkan dalam
pembelajaran yang menarik dan tidak membuat siswa menjadi bosan. Bahasa
Indonesia SD adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk meningkatkan
keterampilan berbicara salah satunya adalah dengan memberikan pemecahan masalah
terhadap permasalahan yang menghambat siswa. Hal ini dapat dilaksanakan antara
lain dengan mengadakan penelitian tindakan kelas.
Peneliti
bersama guru kelas 2 mengidentifikasi permasalahan yang menghambat
pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran pratindakan Bahasa
Indonesia, guru belum menggunakan metode bermain peran. Guru menggunakan metode
ceramah dan diskusi untuk mempermudah menyampaikan tujuan pembelajaran.
Beberapa siswa belum menguasai materi yang dijadikan bahan diskusi dalam
pembelajaran.
Siswa
cenderung diam bila guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak
memperhatikan pertanyaan guru. Siswa berbicara hanya seperluanya saja, misalnya
ketika guru bertanya dan menunjuk salah satu siswa, kemudian siswa tersebut
menjawab pertanyaan yang diberikan. Keterampilan berbicara tidak datang begitu
saja, tetapi perlu dilatih secara berkala agar dapat berkembang maksimal.
Keterampilan diperoleh dan dikuasi dengan jalan praktik.
Guru
sebaiknya memberikan banyak kesempatan siswa untuk berlatih dan praktik secara
langsung. Keterampilan berbicara diperoleh melalui jalur sekolah direncanakan
secara khusus dan latihan-latihan. Guru sebaiknya merancang pembelajaran yang
secara berkala dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Setiap siswa
diberikan dorongan dan motivasi untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya,
sehingga makin lama terbentuk kebiasaan memperhatikan, memahami, dan menanggapi
secara kristis pembicaraan orang lain.
Bertitik
tolak dari hal ini guru dan peneliti berusaha untuk memperbaiki agar
permasalahan yang dihadapi segera dapat dipecahkan. Peneliti berdiskusi dengan
guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk melaksanakan proses pembelajaran keterampilan
berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2 dengan menggunakan metode
bermain peran.
Metode
ini memberikan kesempatan siswa menghayati peran yang dimainkannya, mampu
menempatkan diri dalam situasi orang lain, mengembangkan rasa tenggang rasa,
dan toleransi terhadap orang lain dalam berbicara. Peneliti menyiapkan sejumlah
perangkat yang dibutuhkan, antara lain RPP, lembar pengamatan guru dan lembar
pengamatan kegiatan diskusi dan evaluasi bermain peran siswa.
Penerapan
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dalam penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dan siklus II dilakukan
2 pertemuan. Guru berperan sebagai pelaksana dan pembimbing siswa dalam
pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai pengamat jalannya pembelajaran. Proses
tindakan siklus I yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran menggunakan
metode bermain berdasarkan naskah percakapan. Aktivitas siswa dan guru dalam
kelas diamati dan dinilai dengan berpedoman pada lembar pengamatan siswa dan
guru.
Akhir
proses pembelajaran hasil pengamatan didiskusikan dengan guru. Aspek kebahasaan
yang sudah dikuasai yaitu kosa kata/ungkapan atau diksi, dan struktur kalimat
yang digunakan. Aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai yaitu keberanian,
keramahan, dan sikap. Sebagian besar siswa belum menguasai aspek-aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara. Aspek kebahasaan
yang belum dikuasi diantaranya: tekanan, ucapan, nada dan irama. Aspek
nonkebahasaan yang belum dikuasai meliputi kelancaran dan penguasaan materi.
Aspek-aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan yang belum dikuasai siswa disebabkan karena siswa
tidak menguasai materi, dan tidak hafal naskah percakapan bermain peran.
Penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang masih kurang menyebabkan
pendengar (siswa lain) menjadi bosan dan tidak memperhatikan pokok pembicaraan
yang disampaikan siswa.
Kegiatan
berbicara berlangsung jika setidaknya ada dua orang yang berinteraksi atau
dengan kata lain seorang pembicara menghadapi seorang lawan bicara. Kegiatan
berbicara tersebut dapat bermakna jika informasi (pokok pembicaraan) dapat
diterima dengan baik oleh lawan berbicara.
Oleh
karena itu, seorang pembicara sebaiknya menguasai aspek-aspek keterampilan
berbicara. Guru sebaiknya mempertahankan pembelajaran dengan metode bermain
peran agar aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang telah dikuasai siswa
meningkat. Aspek-aspek yang belum dikuasai guru sebaiknya perlu menjelaskan
kembali aspek-aspek keterampilan berbicara agar siswa lebih paham dan menguasai
aspek-aspek tersebut. Berdasarkan pengamatan yang didukung diskusi peneliti
dengan guru kelas, kegiatan pembelajaran perlu ditingkatkan.
Tindakan
pembelajaran siklus II berbeda dengan siklus I. Siklus I tindakan pembelajaran
melalui bermain peran berdasarkan naskah percakapan. Siklus II melalui metode
bermain peran berdasarkan naskah drama. Siklus II bermain peran berdasarkan
naskah drama dengan tujuan agar masing-masing siswa benar benar mendalami peran
yang mereka perankan.
Tujuan
lain agar siswa menghayati peran yang mereka perankan tersebut. Kegiatan lain
yang membedakan siklus I dan siklus II yaitu peneliti dan guru mempunyai
alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa yaitu
dengan mewajibkan setiap siswa untuk menghafal naskah dramanya sehingga pada
saat memerankan menjadi lancar dan jelas. Siswa dilatih bermain peran pada
setiap pertemuan.
Kegiatan
bermain peran melatih keterampilan berbicara siswa. Keterampilan berbicara pada
dasarnya merupakan suatu proses yang memerlukan latihan secara berkala. Latihan
keterampilan yang berkala siswa perlu dilatih tekanan, ucapan, nada dan irama,
kosa kata/ungkapan atau diksi, kelancaran, penguasaan materi, keberanian,
keramahan serta sikap dalam berbicara.
Proses pembelajaran siklus II bermain peran
berdasarkan naskah drama dilakukan berdasarkan RPP yang telah disusun
sebelumnya. Guru memfokuskan penjelasan aspek-aspek keterampilan berbicara yang
belum dikuasai siswa. Siklus II lebih difokuskan pada tekanan, ucapan, nada dan
irama (aspek kebahasaan) serta kelancaran dan penguasaan materi (aspek
nonkebahasaan) yang masih kurang. Siswa juga dilatih bermain peran pada setiap
pertemuan.
Tindakan
bermain peran siklus II berdasarkan naskah drama. Siswa antusias dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika mengikuti pembelajaran. Siswa lebih
mendalami peran dan menghayati peran yang dimainkan dalam bermain peran.
Keterampilan
berbicara melalui metode bermain peran berdasarkan naskah drama siklus II
mengalami peningkatan. Bermain peran berdasarkan naskah drama melatih siswa
untuk menghayati dan menghargai perasaan orang lain, membagi tanggung jawab,
mengambil keputusan dalam situasi kelompok, melatih kerja sama, serta mengerti
dan menghargai kelompok.
2. Hasil pembelajaran keterampilan berbicara melalui metode role
play
Hasil
rata-rata nilai pratindakan yaitu 59,2 dengan persentase 14%. Jumlah siswa yang
berhasil mencapai KKM sebanyak 5 siswa, 30 siswa yang lain masih belum mencapai
KKM.
Hasil
pembelajaran siklus I berdasarkan naskah percakapan pada dasarnya sudah
mengalami peningkatan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara siklus I yang
diperoleh sebesar 77,0 dengan persentase ketuntasan mencapai 51%. Peningkatan
rata-rata pratindakan ke siklus I sebesar 17,8. Peningkatan persentase
pratindakan ke siklus I sebesar 37%. Kegiatan tersebut kurang mengena pada
siswa, karena ditemukan masalah dalam siklus I. Ada 17 siswa yang belum
mencapai KKM.
Hasil
pembelajaran siklus II proses pembelajaran bermain peran berdasarkan naskah
drama mengalami peningkatan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara yang
diperoleh sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan mencapai 88%. Peningkatan
keterampilan berbicara siswa siklus II ditunjukkan adanya peningkatan rata-rata
nilai yang dicapai oleh siswa dari proses pembelajaran siklus I ke siklus II.
Siklus I diperoleh rata-rata nilai 77,0, sedangkan siklus II rata-rata nilai
meningkat menjadi 81,5 menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 4,5. Sikus I
persentase sebesar 51%, sedangkan siklus II persentase meningkat menjadi 88%
menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 37%.
Berdasarkan
peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa, dan persentase di
atas diketahui bahwa penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
kelas 2 SDN kebayoran lama selatan 05. Pembelajaran siklus II masih ditemukan 4
anak yang belum mencapai KKM. Oleh karena target dalam penelitian nilai
rata-rata sama dengan atau lebih besar 75 dan persentase ketuntasan sama dengan
atau lebih besar dari 75% sudah tercapai pada siklus II maka penelitian
berhenti di siklus II.
Penelitian
tindakan kelas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai beriktu.
1.
Keterampilan
berbicara siswa tidak hanya dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam
pembelajaran. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berbicara
siswa.
2.
Teori
keterampilan berbicara belum diterapkan guru secara maksimal dalam
pembelajaran. Guru lebih memfokuskan pada langkah-langkah berbicara dalam
bermain peran.
3.
Jumlah
siswa kelas 2 berjumlah 32 siswa, sehingga observasi dalam aspek pengamatan
dilakukan peneliti secara klasikal.
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia melalui bermain peran dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas 2 SD Negeri 2 Wates. Tindakan pembelajaran siklus I siswa
bermain peran berdasarkan naskah percakapan dengan memperhatikan aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan.
Berdasarkan
hasil tes pengamatan keterampilan berbicara, siswa tidak mengalami kendala
dalam aspek kebahasaan (kosa kata/ungkapan atau diksi dan struktur kalimat yang
digunakan) dan aspek nonkebahasaan (keberanian, keramahan, dan sikap). Tindakan
bermain peran siklus II berdasarkan naskah drama. Siklus II lebih difokuskan
pada aspek kebahasaan (tekanan, ucapan, serta nada dan irama) dan aspek
nonkebahasaan (kelancaran dan penguasaan materi) yang masih kurang. Hasil tes
pengamatan keterampilan berbicara siklus II mengalami peningkatan.
Pembelajaran
keterampilan berbicara melalui metode bermain peran berdasarkan naskah drama
menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa. Peningkatan tersebut
ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas yang telah diperoleh. Pada saat
sebelum dilaksanakan tindakan, nilai rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 59,2.
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I nilai rata-rata kelas 77,0.
Pada
siklus II nilai rata-rata kelas semakin naik, rata-rata kelas meningkat menjadi
81,5. Selain dari rata-rata nilai kelas, pencapaian nilai KKM juga meningkat, yaitu pada pratindakan
pencapaian KKM sebesar 14%, pada siklus I pencapaian nilai KKM sebesar 51%, dan
siklus II pencapaian nilai KKM semakin meningkat yaitu 88%. Hal ini berarti
keterampilan berbicara siswa semakin meningkat dengan menggunakan metode
bermain peran.
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran yang peneliti berikan
sebagai berikut.
1.
Guru
Guru sebaiknya menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
2.
Siswa
Siswa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang
dapat menunjang keefektivan berbicara dalam kegiatan bermain peran.
3.
Peneliti
selanjutnya Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dan
memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan inovasi dalam keterampilan
berbahasa
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad Fawaid. (2011). Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Achmad Fawaid & Ateilla Mirza. (2011). Models of Teaching
(Model-Model Pengajaran).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ahmad Rofi‟uddin & Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi.
Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. Awaliyah
Puji Lestari. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui
Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V SD N 2 Pengasih Kecamatan Pengasih
Kabupaten Kulon Prpgo. Skripsi. UNY.
Burhan Nurgiyantoro. (2012). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hamzah B. Uno. (2010). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara sebagi Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hisyam Zaini, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
CTSD (Center for Teaching Staff Development).
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran
Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kiranawati. (2007). Metode Role Playing. Diakses dari
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/ metode-role-playing/ pada tanggal 02
November 2012 jam 06.57 WIB. Kundharu Saddhono & Slamet. (2012).
Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori dan Aplikasi). Bandung:
Karya Putra Darwati.
Maidar G. Arsjad & Mukti. (1993). Pembinaan Kemampuan Berbicara
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga. Muammar. (2008). Pembelajaran Berbicara yang Terabaikan
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jurnal Bahasa & Sastra
dalam Berbagai Perspektif (Nomor 27 Tahun 2008) Hlm. 315-322
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
FORMAT PERENCANAAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN IPA
Nama Mahasiswa : Riza
Badruzzaman
NIM : 857129148
Kelas/Semester :
II/I
Sekolah :
SDN Kebayoran Lama Selatan 05
No. |
Komponen |
Deskripsi |
1 |
Fakta pembelajaran yang terjadi di
kelas |
1. Kemampuan siswa dalam berbicara masih kurang 2. Siswa sering salah dalam berbicara di depan kelas |
2 |
Identifikasi masalah |
1.
Kegiatan pembelajaran kurang memotivasi
siswa dalam belajar 2.
Hasil belajar siswa pada muatan
pelajaran Bahasa Indonesia tentang berbicara di kelas 3.
Kegiatan belajar mengajar hanya
berorientasi pada guru, guru hanya menerangkan materi pembelajaran secara
lisan saja |
3 |
Analisis masalah |
1. Kegiatan belajar didominasi oleh metode ceramah 2. Siswa tidak melihat proses penjumlahan dan pengurangan melalui
media lain 3. Guru belum mampu menggali minat belajar siswa |
4 |
Alternatif pemecahan masalah |
Prioritas pemecahan masalah pada proses
pembelajaran tentang meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode rle play. Penulis akan menggunakan metode role play dengan
memanfaatkan teks bacaan berupa percakapan untuk menumbuhkan minat belajar
siswa. |
5 |
Rumusan masalah |
Apakah penerapan role play dapat
meningkatkan keterampilan berbicara kelas II di SDN Kebayoran Lama Selatan 05
? |
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP
)
Satuan
pendidikan : sekolah dasar
Nama
sekolah : SDN
kebayoran lama selatan 05
Pelajaran
: bahasa indonesia
Kelas/semester
: 2 / 2
Alokasi
waktu : 6 x 35
menit
Siklus : I
A. STANDAR KOMPETENSI
6. Berbicara:
Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain
drama.
B. KOMPETENSI DASAR
6.1 Mengomentari persoalan
faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
C. INDIKATOR
1. Memperagakan percakapan tentang persoalan faktual.
2. Mengidentifikasi pokok-pokok persoalan yang dikemukakan teman.
3. Menanyakan tentang
persoalan yang dikemukakan teman sesuai tema.
4. Memberikan pendapat
dan saran dengan alasan yang logis terhadap persoalan faktual
yang dikemukakan teman.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah siswa memperhatikan contoh peragaan percakapan, siswa dapat memperagakan percakapan tentang persoalan
faktual dengan lancar dan jelas.
2. Setelah siswa
melakukan tanya jawab, siswa dapat mengidentifikasi pokok- pokok persoalan yang dikemukakan
dengan benar.
3. Setelah siswa melakukan tanya jawab, siswa dapat menanyakan persoalan yang dikemukakan teman sesuai tema dengan
tepat.
4. Setelah siswa memberikan pendapat
persoalan faktual, siswa lain dapat memberikan
pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap persoalan faktual
yang dikemukakan teman secara tepat.
E. Karakter siswa yang dikembangkan:
Berani, tanggung
jawab, rasa hormat
dan perhatian.
F. MATERI AJAR
Persoalan Faktual
G. METODE PEMBELAJARAN
Bermain peran
H. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
A.
Pertemuan ke-1
I.
Kegiatan Awal (± 5 menit)
a.
Berdo‟a.
b. Siswa menjawab
pertanyaan guru siapa yang tidak
masuk hari itu.
c. Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
d. Siswa menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
J.
Kegiatan Inti (±55 menit)
d) Eksplorasi
1) Siswa melakukan brainstorming (curah pendapat) dengan bimbingan guru untuk memilih tema yang dipelajari.
2) Siswa memilih
dan memahami tema yang akan dipelajari dengan
bimbingan guru.
3)
Siswa menerima naskah
percakapan drama tentang
persoalan faktual yang dibagikan
oleh guru.
4) Siswa membentuk kelompok bermain peran.
5)
Siswa menentukan tokoh yang akan diperankan bersama
anggota kelompoknya masing-masing.
6) Siswa mengatur
seting tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
K. Elaborasi
7) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang ciri-ciri
orang yang terampil berbicara dengan baik.
8)
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang
hal yang perlu
dipersiapkan dalam berbicara.
9) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang metode bermain peran.
10)
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah berbicara melalui metode bermain
peran.
11) Siswa memperhatikan contoh peragaan
percakapan oleh guru.
12)
Siswa membaca naskah percakapan tentang
persoalan faktual bersama
anggota kelompoknya untuk mendalami peran masing- masing.
13)
Siswa mengidentifikasi pokok-pokok persoalan yang dikemukakan dalam
percakapan.
14)
Siswa menanyakan persoalan
yang dikemukakan teman sesuai tema percakapan.
15)
Siswa lain memberikan pendapat dan saran dengan alasan yang logis terhadap persoalan
faktual yang dikemukakan teman sebelumnya.
L. Konfirmasi
16)
Siswa membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
17)
Siswa menanyakan materi yang belum dipahami setelah diberikan kesempatan oleh guru.
M. Kegiatan Akhir (±10 menit)
e.
Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan
dengan bimbingan guru.
f.
Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
g. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
h. Guru menutup
pelajaran.
N. Pertemuan ke-2
2. Kegiatan Awal (± 5 menit)
a.
Berdo‟a.
b.
Siswa menjawab pertanyaan guru siapa yang tidak masuk hari itu.
c.
Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
d.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
O. Kegiatan Inti (± 55 menit)
6. Eksplorasi
6.1 Siswa mengatur
seting tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
6.2 Perwakilan salah satu kelompok
siswa membaca naskah
percakapan tentang persoalan faktual di depan kelas.
P. Elaborasi
6.1 Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tentang
aspek kebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
6.2 Siswa berlatih
memerankan peran sesuai
naskah percakapan bersama
anggota kelompoknya di depan kelas
secara bergantian.
Q. Konfirmasi
6.1 Siswa membuat
kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
6.2 Siswa
menanyakan materi yang belum dipahami setelah diberikan kesempatan oleh guru.
R. Kegiatan Akhir (±10 menit)
6. Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan guru.
7. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
8. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
9. Guru menutup
pelajaran.
S. Pertemuan ke-3
T. Kegiatan Awal (± 5 menit)
6.
Berdo‟a.
7. Siswa menjawab
pertanyaan guru siapa yang tidak
masuk hari itu.
8. Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
9. Siswa menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
Kegiatan Inti (±55 menit)
10. Eksplorasi
10.1
Siswa mengatur seting
tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
10.2Perwakilan salah satu kelompok
siswa membaca naskah
percakapan tentang persoalan faktual di depan kelas.
Elaborasi
1. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tentang aspek nonkebahasaan yang menjadi
fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
2. Siswa berlatih
memerankan peran sesuai
naskah percakapan bersama
anggota kelompoknya di depan kelas
secara bergantian.
Konfirmasi
10.3Siswa membuat
kesimpulan tentang materi
pelajaran yang telah
dipelajari dengan bimbingan guru.
10.4Siswa menanyakan materi yang belum dipahami setelah
diberikan kesempatan oleh guru.
Kegiatan Akhir (±10 menit)
a. Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru.
b. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
c. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
d. Guru menutup
pelajaran.
Pertemuan ke-4
U. Kegiatan Awal (± 5 menit)
6.
Berdo‟a.
7. Siswa menjawab
pertanyaan guru siapa yang tidak
masuk hari itu.
8. Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
9. Siswa menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
Kegiatan Inti (±55 menit)
10. Eksplorasi
Siswa mengatur seting
tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
Elaborasi
10.1Siswa memeranklan peran sesuai naskah
percakapan bersama anggota
kelompoknya di depan kelas.
10.2Siswa melakukan diskusi
dan mengevaluasi pemeranan percakapan yang diperankan dengan bimbingan guru.
10.3Siswa melakukan presentasi hasil diskusi dan saling berbagi
pengalaman dengan bimbingan guru.
Konfirmasi
10.4Siswa membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
10.5Siswa menanyakan materi
yang belum dipahami
setelah diberikan kesempatan oleh guru.
Kegiatan Akhir (±10 menit)
11.
Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru.
12. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
13. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
14. Guru menutup
pelajaran.
SUMBER PEMBELAJARAN
V.
Buku pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas V
Subarwati.
2009. Bahasaku, Bahasa Indonesia 5 :
Untuk / MI Kelas 5. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
W.
Buku lain yang mendukung
MEDIA PEMBELAJARAN
Naskah percakapan drama
PENILAIAN
X.
Pengamatan
Siswa
Y.
Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ( Tes Akhir)
Z.
Kriteria Keberhasilan
Oleh karena konteks
pembelajaran di SD Negeri 2 Wates, kriteria
keberhasilan dipaparkan sebagai berikut.
6. Siswa dianggap
berhasil jika memperoleh nilai > 75.
7. Pembelajaran dianggap
mencapai tujuan apabila
75% memperoleh nilai>75.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP
)
Satuan
pendidikan : sekolah dasar
Nama
sekolah : SDN
kebayoran lama selatan 05
Pelajaran
: bahasa indonesia
Kelas/semester
: 2 / 2
Alokasi
waktu : 6 x 35
menit
Siklus : II
STANDAR KOMPETENSI
6. Berbicara: Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam
diskusi dan bermain drama.
KOMPETENSI DASAR
Memerankan tokoh drama
dengan lafal, inotonasi, dan ekspresi yang tepat.
INDIKATOR
1. Membaca dialog drama pendek dengan lancar dan jelas.
2. Memerankan drama pendek anak-anak dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi
yang sesuai dengan karakter tokoh.
3. Mengungkapkan pikiran secara lisan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
4.
Setelah siswa memperhatikan
sebuah contoh pembacaan naskah dialog drama,
siswa dapat membaca dialog
drama pendek dengan lancar dan jelas.
5.
Setelah siswa memperhatikan sebuah contoh memerankan drama pendek, siswa dapat memerankan drama pendek anak-anak
dengan karakter tokoh
secara tepat.
6.
Setelah siswa melakukan
diskusi dan evaluasi drama pendek yang diperankan siswa, siswa dapat mengungkapkan pikiran secara lisan dengan tepat.
Karakter siswa yang dikembangkan:
Berani, tanggung jawab, rasa hormat
dan perhatian.
MATERI POKOK
Drama dengan teman sebangku
METODE PEMBELAJARAN
Bermain peran
LANGKAH – LANGKAH
PEMBELAJARAN
A.
Pertemuan ke-1
Kegiatan Awal (± 5 menit)
a.
Berdo‟a.
b.
Siswa menjawab pertanyaan guru siapa yang tidak masuk hari itu.
c.
Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
d.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
Kegiatan Inti (±55 menit)
e.
Eksplorasi
1)
Siswa melakukan brainstorming (curah pendapat) dengan bimbingan guru untuk memilih tema yang dipelajari.
2)
Siswa memilih dan memahami
tema yang akan dipelajari dengan
bimbingan guru.
3)
Siswa menerima naskah drama tentang persoalan
faktual yang dibagikan oleh guru.
4) Siswa membentuk kelompok bermain peran.
5)
Siswa menentukan tokoh yang akan diperankan bersama anggota kelompoknya masing-masing.
6) Siswa mengatur
seting tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
Elaborasi
7)
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang
aspek kebahasaan yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
8)
Siswa memperhatikan
contoh peragaan drama
oleh guru.
9)
Siswa berlatih membaca naskah
drama tentang persoalan faktual bersama anggota
kelompoknya secara bergantian di depan kelas.
Konfirmasi
10)
Siswa membuat kesimpulan tentang
materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
11)
Siswa menanyakan materi yang belum dipahami
setelah diberikan kesempatan oleh guru.
Kegiatan Akhir (±10 menit)
f.
Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru.
g.
Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
h.
Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
i.
Guru menutup pelajaran.
Pertemuan ke-2
2. Kegiatan Awal (± 5 menit)
a.
Berdo‟a.
b.
Siswa menjawab pertanyaan guru siapa yang tidak masuk hari itu.
c.
Siswa mengkondisikan diri sebelum memulai
pelajaran.
d.
Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
Kegiatan Inti (± 55 menit)
e.
Eksplorasi
Siswa mengatur
seting tempat pemeranan dengan bimbingan guru.
Elaborasi
1)
Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tentang aspek nonkebahasaan yang menjadi
fokus penilaian dalam keterampilan berbicara oleh guru.
2)
Siswa berlatih memerankan
peran sesuai naskah drama bersama anggota kelompoknya di depan kelas secara bergantian.
Konfirmasi
3)
Siswa membuat kesimpulan tentang
materi pelajaran yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.
4)
Siswa menanyakan materi yang belum dipahami
setelah diberikan kesempatan oleh guru.
Kegiatan Akhir (±10 menit)
f.
Siswa merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan dengan
bimbingan guru.
g.
Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru.
h.
Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran.
i.
Guru menutup pelajaran.
.
SUMBER PEMBELAJARAN
7. Buku pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas
V
Tim Bina Karya Guru. 2007. Bina Bahasa Indonesia Jilid 5B untuk SD Kelas 5 Semester 2. Jakarta: Erlangga.
8. Buku lain yang mendukung
MEDIA PEMBELAJARAN
Naskah dialog drama
PENILAIAN
9. Pengamatan Siswa
10. Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ( Tes
Akhir)
11. Kriteria Keberhasilan
Oleh karena konteks
pembelajaran di SD Negeri 2 Wates, kriteria
keberhasilan dipaparkan sebagai berikut.
a. Siswa dianggap
berhasil jika memperoleh nilai > 75.
b. Pembelajaran dianggap
mencapai tujuan apabila
75% memperoleh nilai
>75.
LAMPIRAN 3
Bahan Ajar
MENJAGA KEBERSIHAN KAMAR
Moderator : pada hari minggu, semua
keluarga lani berada di rumah untuk mengadakan acara keluarga yang akan di
datangani oleh keluarga besar lani. Ibu selalu mengingatkan lani untuk
membersihkan kamar agar terlihat rapih dan bersih.
Ibu: Apakah kamu membersihkan kamarmu hari ini?
lani: Tidak, belum, Bu.
Ibu: Kapan kamu akan membersihkan kamarmu, Nak?
lani: Saya akan membersihkannya nanti, ibu,
setelah makan siang.
Ibu: Bukankah aku memintamu untuk
membersihkannya lebih awal?
Anak: Ya, ibu. Saya akan segera membersihkan
kamar saya.
moderator
: lani sedang bermain HP di ruang tamu sambil memakan roti yang ada di
meja ruang tamu, lalu ibu lewat ruang tamu dengan membawa sapu
Ibu: Jangan lupa membersihkan lemari dan
merapikan mainan Anda.
lani: Ya, ibu . Saya akan melakukannya.
Ibu: Sekarang kamu harus membersihkan kamarmu
sebelum melakukan hal lain.
lani: Saya tidak ke mana-mana hari ini, jadi
saya pasti akan membersihkan kamar saya.
Moderator
: lani pun langsung ke kamarnya dengan membawa sapu. akhirnya kamar lani bersih
dan rapih setelah di ingatkan oleh ibu berkali kali
LAMPIRAN 4
LEMBAR PENILAIAN
·
Penilaian sikap:
Petunjuk:
Berilah tanda
centang (√) pada sikap setiap siswa yang terlihat!
No |
Nama Siswa |
Jujur |
Disiplin |
Tanggung Jawab |
Santun |
Peduli |
Percaya Diri |
||||||
T |
BT |
T |
BT |
T |
BT |
T |
BT |
T |
BT |
T |
BT |
||
1 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
T : Terlihat
BT : Belum
Terlihat
·
Penilaian Keterampilan
Lembar Aktivitas
Siswa
No |
Indikator |
Ada |
Tidak Ada |
1 |
Memperhatikan
penjelasan guru |
|
|
2 |
Memahami
penjelasan dan perintah guru |
|
|
3 |
Berpartisipasi
dalam kelas |
|
|
4 |
Mengajukan
pertanyaan |
|
|
5 |
Menyelesaikan
tugas mandiri |
|
|
6 |
Menjawab pertanyaan
guru |
|
|
LAMPIRAN 5
ALAT PENILAIAN
KEMAMPUAN GURU 1
( APKG PKM PGSD1 )
LEMBAR PENILAIAN
KEMAMPUAN MERENCANAKAN
PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
1. |
NAMA GURU/MAHASISWA |
: |
RIZA BADRUZZAMAN |
2. |
NIM |
: |
857129148 |
3. |
TEMPAT MEMGAJAR |
: |
SDN KEBAYORAN LAMA SELATAN 05 |
4. |
KELAS |
: |
II |
5. |
MATA PELAJARAN |
: |
BAHASA INDONESIA |
6. |
WAKTU |
: |
2 x 35 MENIT |
7. |
UPBJJ – UT |
: |
JAKARTA |
PETUNJUK
Baca dengan cermat rencana pembelajaran
terpadu yang akan digunakan oleh guru / mahasiswa . Kemudian nilailah semu
aspek yang terdapat dalam rencana tersebut dengan menggunakan butir penilaian
dibawah ini.
1.
1
2 3 4
5
1.1. |
Menggunakan bahan
pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum (GBPP ) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
1.2. |
Memetakan
kompetensi dasar, indikator dan pengalaman belajar |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√ |
Rata-rata butir 1 = A
2.
dan
sumber belajar
1
2 3 4
5
2.1. |
Mengembangkan dan
mengorganisasikan materi pembelajaran dengan pendekatan tematik ( apabila RPP
Tematik ) |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
2.2. |
Pengembangan
jaringan tema dan menentukan tema ( khusus tematik ) |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
2.3. |
Menentukan
dan mengembangkan media/alat bantu pembelajaran yang relevan. |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
2.4. |
Memilih
sumber belajar |
|
|
|
|
|
|
|
√ |
|
|
3.
Merencanakan skenario kegiatan perbaikan pembelajaran
1 2
3 4 5
3.1. |
Menentukan jenis
kegiatan pembelajaran serta kesesuaiannya dengan tema ( apabila RPP tematik ) |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
3.2. |
Menyusun langkah –
langkah pembelajara dan kesesuaiannnya dengan tema. |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
3.3. |
Menentukan lokasi
waktu pembelajaran |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
Menentukan cara –
cara memotivasi siswa |
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
3.5. |
Menyiapkan
pertanyaan. |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
Rata-rata butir 3 = C
4.Merencanakan Pengelolaan Kelas
perbaikan pembelajaran
1 2
3 4
5
4.1. |
Menentukan
Penataan ruang dan fasilitas belajar |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
4.2. |
Menentukan cara –
cara pengorganisasian siswa agar siswa dapat berpartisipasi dalam
pembalajaran. |
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 4 = D
5. Merencanakan
Prosedur , Jenis dan menyiapkan alat Penilaian perbaikan pembelajaran
1
2 3
4 5
5.1. |
Menentukan
prosedur dan jenis penilaian ( berkala,
berkesinambungan, menyeluruh ) |
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
5.2. |
Membuat alat –
alat penilaian dan kunci jawaban |
|
|
|
√ |
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 5 = E
6.1. |
Kebersihan dan
Kerapian |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
6.2. |
Penggunaan bahasa
tulis |
|
|
|
|
|
√ |
|
|
|
|
Rata-rata butir 6 = F
R = A + B +C + D+E+F
=
6
Ciputat,............................ 2021
Penguji
Ujang
Jamaludin, S.Pd. M.Si. M.Pd
NIP. 19770801 200501
1 002
LAMPIRAN 6
ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU
( APKG PKM PGSD 2 )
LEMBAR PENILAIAN KEMAMPUAN MERENCANAKAN
PEMBELAJARAN
1. |
NAMA GURU/MAHASISWA |
: |
RIZA BADRUZZAMAN |
2. |
NIM |
: |
857129148 |
3. |
TEMPAT MEMGAJAR |
: |
SDN KEBAYORAN LAMA SELATAN 05 |
4. |
KELAS |
: |
II |
5. |
MATA PELAJARAN |
: |
BAHASA INDONESIA |
6. |
WAKTU |
: |
2 x 35 MENIT |
7. |
UPBJJ – UT |
: |
JAKARTA |
PETUNJUK
1.
Amatilah dengan
cermat pembelajaran yang sedang berlangsung
2.
Pusatkan perhatian
Anda pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta dampaknya pada diri
siswa
3.
Nilailah kemampuan
guru tersebut dengan menggunakan butir – butir penilaian dibawah ini
4.
Khusus untuk butir
3, yaitu mendemonstrasikan kemapuan khusus dalam pembelajaran, pilih satu butir
penilaian yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.
4. Melakukan
pembelajaran
1
2 3 4
5
a. |
Melaksanakan tugas
rutin kelas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. |
Mulai kegiatan
pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menggunakan ragam
kegiatan yang sesuai dengan kemampuan/tujuan/, siswa, situasi dan lingkungan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d. |
Melaksanakan
kegiatan dalam urutan yang logis dan sistematis. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
e. |
Melaksanakan
kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok atau klasikal. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
f. |
Menggunakan sumber
belajar yang sesuai dengan kemampuan / tujuan, siswa, situasi dan lingkungan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
g. |
Menggunakan waktu
pembelajaran secara efisien. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
h. |
Menggunakan media
belajar yang sesuai dengan indikator / tujuan, siswa, situasi dan lingkungan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
h. |
Menggunakan waktu
pembelajaran secara efisien. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
i. |
Mengakhiri
kegiatan pembelajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Mengelola
Interaksi Kelas
1
2 3 4
5
a. |
Menunjukkan
perhatian serta sikap bersahabat, terbuka, dan penuh pengertian kepada siswa. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. |
Memicu dan
memelihara keterlibatan siswa |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Melakukan
komunikasi secara efektif |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d. |
Mengembangkan
hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
e. |
Menghargai keragaman siswa serta membantu siswa
menyadari kelebihan dan kekurangannya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
f. |
Membantu
menumbuhkan kepercayaan diri siswa. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 2 = Q
6. Mendemonstrasikan
kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran tertentu
1 2 3 4
5
Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA )
1).
Mendemonstrasikan pembelajaran IPA melalui pengalaman langsung. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2). Meningkatkan
keterlibatan siswa melalui pengalaman
langsung. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3). Menerapkan
konsep IPA dalam kehidupan sehari hari. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4). Menampilkan penguasaan IPA |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 3c = R
7. Melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar.
1
2 3 4
5
a. |
Melaksanakan
penilaian pada awal dan selama proses pembelajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. |
Melaksanakan
penilaian pada akhir pembelajaran. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 4 = S
8. Kesan
Umum Pelaksanaan Pembelajaran
1
2 3 4
5
a. |
Penguasaan
Subtansi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b. |
Peka terhadap
kesalahan berbahasa siswa |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c. |
Penampilan guru
dalam pembelajaran |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c. |
Keefektifan
pembelajarn |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rata-rata butir 5 = T
Nilai APKG 2 = S
5
S = Rata – rata Butir
Ciputat,
............................ 2019
Penguji
Ujang
Jamaludin, S.Pd. M.Si. M.Pd.
NIP. 19770801 200501
1 002
LAMPIRAN 7
JURNAL PEMBIMBINGAN SUPERVISOR 2 PKP
NIM / Nama Mahasiswa : 857128225
/ NIMAS RANI PURBASARI
Mengajar di Kelas : V
( LIMA )
Sekolah :
SDN PETUKANGAN UTARA 08
No |
Hari/Tangggal |
Kegiatan |
Hasil/Komentar* |
Tindak Lanjut |
Paraf |
||
Mhs |
Sup 2 |
||||||
1 |
Senin, 08 November 2021 |
Menyusun rencana
pelaksanaan pra siklus |
Sesuaikan RPP dengan
aktivitas yang akan dilaksanakan |
Perbaikan RPP |
|
||
2 |
Senin , 08 November 2021 |
Pelaksanaan
Pembelajaran Pra Siklus |
Gunakan Metode
pembelajaran sesuai materi ajar |
Sesuaikan kegiatan guru dengan aktivitas
siswa di kelas |
|
||
3 |
Senin, 08 November 2021 |
Refleksi dan
merancang pelaksanaan pembelajaran pra siklus
( mengidentifikasi masalah ) |
Identifikasi masalah,
Analisis masalah, Alternatif masalah,dan Prioritas masalah kurang sejalan |
Perbaiki refleksi
terhadap pembelajaran dan gunakan
metode yang sesuai dengan siswa kelas V agar mudah dipahami |
|
||
4 |
Selasa, 09 November 2021 |
Menyusun Judul
Laporan BAB I dan BAB II Kajian Pustaka |
Judul disusun dengan
jelas singkat dan padat , ilustrasikan upaya perbaikan dan di relevansikan
kajian pustaka dengan latar belakang masalah agar dirinci dan jelas |
Perbaiki RPP dan
cantumkan tujuan pembelajaran , media dan metode pembelajaran |
|
||
5 |
Rabu , 10 November 2021 |
Menyusun RPP siklus 1
materi Organ Pernafasan Pada Manusia |
Komponen RPP siklus I
sama dengan komponen RPP pra siklus
ditambah dengan tujuan perbaikan
pembelajaran |
Langkah langkah dalam RPP siklus 1 agar di perbaiki
dan disesuaikan dengan materi yang ada di RPP |
|
||
6 |
Senin, 15 November 2021 |
Mengamati Pelaksanaan
Perbaikan siklus 1 |
- Siswa terlihat
memperhatikan dan fokus saat penjelasan dari guru - Guru terlihat
monoton dalam pembelajaran |
Guru harus kreatif
agar pembelajaran tidak monoton |
|
||
7 |
Senin, 15 November 2021 |
Diskusi hasil
refleksi pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus 1 |
- Siswa belum terlihat aktif dalam
pembelajaran. Guru belum memberikan bimbingan terhadap kelompok yang
mengalami kesulitan - soal tes formatif
sesuaikan dengan indikator -Metode
pembelajaran perlu ditambah |
Komponen RPP pada SK
dan KD ditulis lengkap termasuk metode pembelajaran |
|
||
8 |
Senin, 22 November 2021 |
Menyusun RPP Perbaikan
siklus 2 muatan pelajaran IPA kelas V beserta lembar penilaian dan lembar
pengamatan |
Media dan alat peraga
perlu ditambah lagi |
Terapkan metode
multimedia dan ditambah dengan alat peraga
secara benar pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia agar hasil belajar siswa maksimal 8 |
|
||
9 |
Senin, 22 November 2021 |
Mengamati pelaksanaan
perbaikan pembelajaran IPA Siklus 2 |
-
Instrumen harus sesuai dengan indikator dan lembar pengamatan harus sesuai
dengan rumusan masalah - RPP beserta
komponennya sudah dipersiapkan
secara lengkap dan baik |
Guru memberikan
bimbingan terhadap kelompok / siswa yang mengalami kesulitan |
|||
10 |
Selasa, 23 November 2021 |
Mendiskusikan RPP
perbaikan siklus 2 dan lembar
pengamatan |
Instrumen harus
sesuai dengan indikator dan lembar pengamatan harus sesuai dengan rumusan masalah |
Memperbaiki
instrumen dan lembar pengamatan |
|
||
|
|||||||
Mengetahui, Jakarta, November 2021
Supervisor 1, Supervisor 2,
Dr. Ujang Jamaludin, M.Si., M.Pd. Rohman, S.Pd
NIP. 197708012005011002 NIP. 196210141985031004
0 comments:
Post a Comment