MODUL 5 dan 6
TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI DAN PEMBELAJARAN MEMACA MENULIS
PERMULAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keberhasilan suatu kurikulum sangat tergantung kepada bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan atau diimplementasikan. Kurikulum di Indonesia telah
beberapa kali diganti atau disempurnakan, di mulai dari kurikulum 1968 yang
disempurnakan menjadi kurikulum 1975, kurikulum 1975 ini disempurnakan lagi
menjadi kurikulum 1984, kurikulum 1984 disempurnakan lagi menjadi kurikulum
1994 dan kurikulum 1994 di sempurnakan lagi menjadi kurikulum 2004 yang
berbasis pada kompetensi.
Sebaik apapun kurikulum secara tertulis dirancang, namun apa bila
dalam pelaksanaanya tidak didukung oleh berbagai unsur maka kurikulum itu akan
sulit mencapai hasil yang diharapkan. Adapun tujuan pembelajaran umum mata
kuliah ini di harapkan calon guru dan guru mampu mengkaji kurikulum dan buku
teks mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas tinggi.
Untuk memahami lebih jauh tentang kurikulum pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya di SD pada kelas tinggi pada makalah ini akan di bahas
berturut-turut aspek-aspek pembelajaran bahasa Indonesia didalam kurikulum.
Serta kajian buku teks bahasa yang sesuai dengan kurikulum khususnya di sekolah
dasar pada kelas tinggi. Misalnya syarat-syarat buku teks, dan komponen buku
teks.
Jadi guru harus menguasai atau memahami kurikulum yang sedang
berlaku dan buku teks sebagai pedoman dan sarana dalam memperlacar
pembelajaran. Yang pada akhirnya bermuara untuk mencapai tingkat keberhasilan
peserta didik mengalami perubahan tingkah laku, baik bahasa sebagai mata
pelajaran dan bahasa sebagai alat komunikasi dan pengunggkapan rasa estetika
dalam berbahasa.
B.
Rumusan Masalah
Agar terarahnya penyusunam makalah ini, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa saja aspek-aspek pembelajaran bahasa.
2.
Bagaimana cara memadukan aspek-aspek keterampilan dalam Bahasa
Indonesia.
3.
Apa saja syarat-syarat dibuatnya buku teks.
4.
Apa saja buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas tinggi.
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apa saja aspek-aspek pembelajaran bahasa.
2.
Untuk mengetahui cara memadukan aspek-aspek keterampilan dalam
Bahasa Indonesia.
3.
Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dibuatnya buku teks.
4.
Untuk mengetahui buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi.
D.
Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan kita tentang aspek-aspek
pembelajaran bahasa.
2.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan cara memadukan aspek-aspek
keterampilan dalam Bahasa Indonesia.
3.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan apa saja syarat-syarat
dibuatnya buku teks.
4.
Untuk mengetahui buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
ASPEK-ASPEK PEMBELAJARAN BAHASA
Ada 4 aspek pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu : Mendengarkan,
Berbicara, Membaca, Menulis.
A.
Perpaduan aspek keterampilan berbahasa dikelas tinggi
Aspek
Mendengarkan
·
Yaitu mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi
atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan ceramah,
kothbah, pidato, pembicaraan nara sumber, dialog atau percakapan, serta
perintah yang didengar dengan memberikan respon secara tepat.
·
Kemampuan bersastra, yaitu mengapresiasi dan berekspresi sastra
melalui kegiatan mendengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,
cerita rakyat,cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton
drama anak.
1.
Standar Kompetensi Bahasa Indonesia kelas 3
a)
Mendengarkan
Mampu
mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal
maupun dengan simbol dan mendengarkan
pembacaan cerita dan teks drama.
b)
Berbicara
Mampu
mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melaui kemampuan menceritakan pegalaman lucu,
menjelaskan urutan, mendeskripsikan
tempat, menceritakan pengalaman, dan peristiwa, serta bermain peran.
c)
Membaca
Mampu membaca
dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca lancar (bersuara), dan
membaca dalam hati secra intensif, dan membaca secara memindai suatu denah
serta membaca dongeng dan puisi.
d)
Menulis
Mampu
mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui menulis karangan dari fikiran sendiri,
menyusun ringkasan bacaan, menulis
karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis petunjuk.
2.
Standar kompotensi kelas 4
a)
Mendengarkan
Mampu
mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui menjekaskan isi petunjuk, mendengarkan pengalaman teman, dan
mendengarkan pengumumman serta pembacaan
pantun
b)
Berbicara
Mampu
mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui kemampuan bertanya atau menyapa,
menceritakan kegiatan sehari-hari,
melakukan percakapan , menceritakan pengalaman, melaporkan, dan mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan
pantun, menceritakan kembali cerita,
dan bermain peran.
c)
Membaca
Mampu membaca
dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca melalui membaca memindai, membaca
sekilas, membaca intensif, dan
membacakan teks untuk orang lain serta membaca cerita rakyat dan pantun.
d)
Menulis
Mampu
mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui melengkapi
percakapan, menulis deskripsi, mengisi
formulir sederhana, melanjutkan cerita narasi, menulis surat menyusun
paragraf, dan menulis pengumuman serta
menulis cerita rekaan dan melanjutkan pantun.
3.
Standar kompetensi kelas 5
a)
Mendengarkan
Mampu mendengarkan
dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan pengumuman, mendengarkan penjelasan dan nara
sumber, dan mendengarkan pesan lewat
tatap muka atau telefon serta mendengarkan cerita pendek dan cerita rakyat.
b)
Berbicara
Mampu
mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menanggapi persoalan atau peristiwa
yang terjadi di sekitar, berwawancara
dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat,
dan menyampaikan dialog atau percakapan
serta memerankan drama pendek.
c)
Membaca
Mampu memahami
ragam teks bacaan dengan berbagai cara membaca untuk mendapatkan informasi tertentu melalui
membacakan tata tertib atau pengumuman,
membaca cepat, membaca intensif dan ektensif, membaca sekilas, dan
membaca memindai teks-teks khusus serta
membacakan puisi.
d)
Menulis
Mampu
mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan melalui menyusun
karangan, menuis surat pribadi,
meringkas buku bacaan, membuat foster, dan menulis catatan dalam buku
harian serta menulis prosa sederhana dan
puisi.
4.
Standar kompetensi kelas 6
a)
Mendengarkan
Mampu
mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan dan mendiskusikan isi undang-undang serta
mendengarkan pembacaan sala satu pasal
atau ayat dalam suatu undang-undang dan cerita rakyat.
b)
Berbicara
Mampu
mengungkapkan fikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menceritakan hasil pengamatan,
menyampaikan pesan atau informasi,
membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan
berdiskusi serta memerankan drama anak.
c)
Membaca
Mampu memahami
ragam atau teks bacaan denga berbagai cara atau tenik membaca melalui membacakan teks untuk orang lain,
membaca intensif berbagai teks serta
membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih populer.
d)
Menulis
Mampu
mengekspresikan berbagai fikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke dalam berbagai ragam tulisan melalui mengisi
formulir sederhana, menyusun naskah
sambutan atau pidato, menulis iklan sederhana, menyusun rigkasan,
menyusun rangkuman, dan menulis surat
resmi serta memparafasekan puisi dan menyusun
percakapan.
II.
CARA MEMADUKAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN DALAM BAHASA INDONESIA
Caranya :
1.
Menentukan kompetensi dasar apa yang akan dikembangkan.
2.
Merancang hasil belajar yang merupakan perpaduan aspek keterampilan
Perpaduan keterampilan berbahasa : Mendengar dan berbicara
Contoh :
Kelas 3
Aspek berbicara kompetensi dasarnya “menceritakan pengalaman”
Indikatornya :
1.
Menceritakan pengalaman tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
sehari-hari menggunakan pilihan kata
yang tepat dan disampaikan dengan kalimat yang runut.
2.
Menanggapi cerita pengalaman teman dengan bertanya atau
mengemukakan pendapat
Kedua indikator tersebut berkaitan dengan keterampilan berbicara
dan mendengarkan. Pada indikator 1 ada pihak yang berbicara (menceritakan) dan
ada pihak yang mendengarkan (tidak berbicara) tidak mungkin siswa dapat
menanggapi kalau dia tidak mendengarkan. Dengan demikian pada hasil belajar
menceritakan pengalaman lucu, menarik atau mengesankan (aspek berbicara) kita
tambah dengan hasil belajar menjadi “Menanggapi cerita pengalaman teman
kemudian mengajukan pertanyaan “(perpaduan dari aspek mendengarkan dan
berbicara.
Perpaduan Keterampilan berbahasa : Membaca dengan Apresiasi Sastra
Contoh:
Kelas 4
Aspek membaca Standar kompetensi “ Mampu membaca dan memahami ragam
teks nonsatra dengan berbagai cara
membaca melalui membaca memindai, membaca
sekilas,membaca insentif, dan membaca teks untuk orang lain serta
membaca cerita rakyat dan pantun.”
Indikatornya :
1.
Menyebutkan kejadian -kejadian dalam dongeng.
2.
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam dongeng.
3.
Menjelaskan hubungan tokoh-tokoh dongeng dengan tempat kejadian
yang diceritakan dalam dongeng
Perpaduan membaca dan mengapresiasi sastra, setelah siswa membaca
sebuah cerita diharapkan siswa dapat
mencapai tiga indikator tersebut yang termasuk dalam kegiatan mengapresiasi sastra.
A.
SYARAT-SYARAT BUKU TEKS
Pada hakikatnya fungsi buku teks
adalah memperlancar proses belajar mengajar, tetapi hal ini tidak berarti bahwa
guru harus menggantungkan diri sepenuhnya pada keberadaan buku teks. Seandainya
belum ada/tidak ada buku teks, guru harus dapat mencari bahan pembelajaran itu
di luar buku teks, bilamana perlu dia dapat menyusun buku teks sendiri untuk
kepentingan pembelajaran di dalam kelas. Untuk itu diperlukan pengetahuan
tentang penyusunan buku teks. Adapun syarat-syarat penulisan buku teks dapat
Anda ikuti pada uraian berikut ini.
Menurut W. F. Mackey (dalam Hanafi, 1981) penyusunan buku teks
didasarkan pada prinsip berikut ini.
1.
Seleksi
Dalam seleksi ini yang perlu dipertimbangkan adalah hal-hal,
seperti berikut ini.
a. Tujuan
pengajaran bahasa, level bahasa yang diajarkan, dan jumlah waktu belajar.
b. Tipe bahasa
yang akan diajarkan yang meliputi dialek, register, style, dan media.
c. Jumlah
materi yang akan disajikan.
d. Pilihan
butir-butir yang akan diajarkan yang mencakup fonetik, tata bahasa, kosakata,
dan makna kata.
e. Kriteria
yang dipakai melandasi pilihan.
2.
Gradasi Bahan Pelajaran
Gradasi bahan pelajaran mempersoalkan tataan yang dipandang paling
baik. untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
Gradasi ini tampak, seperti berikut ini.
a.
Pengelompokan yang mencakup (1) pengelompokan yang berdasarkan
sistem, yaitu gelompokan fonetis, gramatikal, leksikal, dan (2) pengelompokan
bunyi-bunyi bahasa menjadi kata, kata menjadi frasa, frasa menjadi kalimat,
kalimat menjadi konteks.
b.
Pengurutan atau sekuensi yang juga mencakup sekuensi berdasarkan
sistem di satu pihak dan berdasarkan struktur di pihak lain.
3.
Presentasi Bahan
Presentasi bahan mempersoalkan pengomunikasian bahan kepada siswa.
Presentasi bahan pelajaran tampak pada uraian berikut ini.
a.
Penahapan bahan pelajaran, baik jumlah maupun satuan-satuannya.
b.
Pendemonstrasian bahan pelajaran yang mungkin secara lisan ataukah
secara tertulis.
c.
Prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran yang terdiri
dari ragam ragam prosedur, yaitu eksplanasi, translasi, otentik atau peragaan
(dengan benda, gerak atau situasi), gambar, dan konteks.
4.
Repetisi Bahan Pelajaran
Repetisi bahan pelajaran mempersoalkan hal-hal yang patut dilakukan
guru di dalam kelas, menyajikan bahan pelajaran yang telah tertata dalam buku
pelajaran (telah diseleksi, degradasi, dan dipresentasikan). Repetisi ini
menyangkut perilaku guru dalam mengajar, dan siswa dalam belajar, yaitu
perilaku yang berhubungan dengan pembinaan keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis atau mengarang.
Sedangkan, menurut Tarigan (1986) dalam penyusunan buku teks
tersebut digunakan dua patokan. Patokan pertama bersifat umum yang berlaku bagi
setiap buku teks. Patokan kedua bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks
tertentu saja, misalnya buku teks Matematika, Biologi, dan Bahasa Indonesia.
Patokan umum biasanya bersumber dari kurikulum, sedangkan patokan khusus
bersumber dari karakteristik setiap mata pelajaran. Adapun patokan umum itu,
seperti berikut ini.
a.
Pendekatan Keterampilan proses (yang berlaku sampai sekarang)
meliputi:
1)
Mengamati;
2)
Menginterpretasikan;
3)
mengaplikasikan konsep;
4)
meramalkan;
5)
merencanakan dan melaksanakan penelitian,
6)
mengomunikasikan hasil penelitian.
b.
Tujuan meliputi berikut ini.
1)
Kognitif.
2)
Afektif.
3)
Psikomotor
c.
Bahan pengajaran.
d.
Program yang meliputi berikut ini.
1)
Kelas.
2)
Semester/cawu.
3)
Jam pelajaran.
e.
Metode.
f.
Sarana dan sumber.
g.
Penilaian.
h.
Bahasa.
Pedoman umum di atas harus dilengkapi, diisi dengan kekhususan
setiap mata pelajaran. Hal itulah yang membedakan setiap buku teks. Sedangkan
menurut Imam Machfudz dan Solchan (1995) untuk menyusun naskah buku pelajaran
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini.
a.
Ketentuan umum
Pertama,
naskah yang ditulis hendaknya mempunyai bagian-bagian yang lengkap, yaitu (1)
bagian awal naskah (halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar lainnya
(jika ada), misalya daftar gambar, daftar tabel atau daftar lampiran. (2)
bagian isi naskah, dan (3) bagian akhir naskah (daftar pustaka, dan jika ada
lampiran, indeks). Kedua, naskah yang ditulis harus asli dan belum pernah
diterbitkan. Asli, artinya bahwa uraian dan susunan kalimat dalam menyajikan
naskah merupakan hasil formulasi penulis sendiri.
b.
Ketentuan khusus
Ketentuan
khusus ini berkaitan dengan (1) keamanan nasional, (2) isi buku teks, (3) cara
penyajian, (4) penggunaan bahasa, dan (5) ilustrasi. Keenam ketentuan tersebut
dapat Anda pahami dalam uraian berikut.
Persyaratan
yang berhubungan dengan keamanan nasional, isi buku teks tidak boleh
bertentangan atau menyimpang dari Pancasila, UUD 1945, dan GBHN dalam cara
penyajiannya, bahasanya, dan ilustrasinya.
1)
Persyaratan yang berhubungan dengan isi buku teks, yaitu:
a) memuat
sekurang-kurangnya bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai
dengan jenjang pendidikan yang diikutinya;
b) relevan dengan
tujuan pendidikan;
c) menghormati
kerukunan hidup umat beragama dan antarumat beragama;
d) tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e) benar ditinjau
dari segi ilmu pengetahuan;
f) sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
g) sesuai dengan
jenjang pendidikan yang menjadi sasaran penulisan buku teks tersebut.
2)
Persyaratan yang berkaitan dengan cara penyajian, yaitu:
a)
urutan uraian yang teratur,
b)
penahapan dalam penyajian, dimulai dari yang sederhana ke yang
komplek atau dari yang mudah ke yang sulit;
c)
menarik minat dan perhatian siswa;
d)
menantang dan merangsang siswa untuk terus mempelajari buku teks
tersebut;
e)
pengorganisasian bahan pelajaran yang sistematik dan mengacu kepada
berbagai aspek kemampuan siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor).
3)
Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa, yaitu:
a) menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baku;
b) menggunakan kalimat yang sesuai dengan tingkat kematangan dan
perkembangan siswa;
c) menggunakan istilah, kosakata, dan simbol-simbol yang
mempermudah pemahaman isi buku teks;
d) menggunakan transliterasi yang telah dibakukan. Persyaratan yang
berkaitan dengan ilustrasi, yaitu:
4)
Persyaratan yang berkaitan dengan ilustrasi, yaitu:
a)
relevan dengan isi buku teks yang bersangkutan;
b)
tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat dan antarparagraf serta
bagian keseluruhan isi buku teks;
c)
merupakan bagian terpadu dari keseluruhan isi buku teks;
d)
jelas, baik, dan merupakan hal yang esensial untuk membantu siswa
memahami konsep atau pengertian yang diuraikan dalam buku teks tersebut.
B.
BUKU TEKS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS TINGGI
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
guru harus menetapkan terlebih dahulu kompetensi siswa yang mana yang akan
dikembangkan. Misalnya, kompetensi dasar yang akan dikembangkan berhubungan
dengan aspek membaca untuk siswa kelas 4 maka guru harus mencari dahulu dalam
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi untuk aspek membaca siswa kelas 4. Coba Anda
cari pada Kegiatan Belajar 1 di depan. Bagus, yaitu bagian C. Membaca; Standar
Kompetensi: Mampu membaca dan memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai
cara membaca melalui membaca memindai. membaca sekilas, membaca intensif, dan
membacakan teks untuk orang lain, serta membaca cerita rakyat dan pantun.
Kegiatan
Belajar 1
Pembelajaran
Membaca Menulis di Kelas Rendah
A.
Pengertian MMP
MMP merupakan
kepandekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan kepanjangannya itu,
MMP merupakan pogram pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca
dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat anak- anak mulai memasuki
bangku sekolah di kelas 1 SD, MMP merupakan menu utama. Kemampuan membaca
permulaan lebih di orientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yaitu
kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak- anak dapat mengubah dan menghafalkan
lambang- lambang tertulis menajdi bunyi yang bermakna. Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak- anak dapat melafalkan lambang- lambang huruf yng dibacanya
tanpa diikuti oleh pemaham terhadap lambang bunyi- bunyi tersebut.
B.
Tujuan Pembelajaran MMP
Tujuan
pembelajaran membaca dan menulis permulaan menurut kurikulum 2004 tercermin
dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator membaca dan menulis untuk
kelas 1.
Standar
Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya aspek Membaca, untuk SD
dan MI adalah “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph, berbagai
teks bacaan, denah petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia,
serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil
sastra berupa dongeng, cerita anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca”.
Standar
kompetensi aspek membaca kelas 1 sekolah dasar ialah, siswa mampu membaca dan
memahami teks pendek dengan cara membaca lancer (bersuara)dan membaca nyaring
beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan kedalam empat
buah kompetensi dasar yaitu :
1.
Mebiasakan sikap membaca yang benar
2.
Membaca nyaring
3.
Membaca bersuara lancer
4.
Membacakan penggalan cerita
Kegiatan Belajar 2
A.
Metode Pembelajaran MMP
a.
Metode Eja
Pembelajaran
membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan
dan dilafalkan peserta didik sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai
contoh:
A a,
B b, C c, D d, E e, F f, G g,
Dilafalkan
sebagai: a, be, ce, de, e, ef, ge, dan seterusnya.
Proses
ini seiring dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menulis hurufhuruf
lepas. Berdasarkan pengamatan, metode ini memiliki kelemahan-kelemahan antara
lain
-
Kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang berupa suku
kata ataupun kata
-
Kelemahan lain dalam metode ini adalah dalam kesulitan pelafalan
diftong dan fonem-fonem rangkap, ng, ny, kh, au, oi dan sebagainya.
Bertolak dari kedua kelemahan
tersebut, proses pembelajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan
mendominasi proses pembelajaran MMP jenis ini, padahal pendekatan cara belajar
siswa aktif (CBSA) merupakan ciri utama dari pelaksanaan kurikulum SD yang saat
ini prinsipnya masih berlaku.
b.
Metode Bunyi
Proses
pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad atau huruf dengan
metode bunyi adalah:
b dilafalkan
/eb/
d dilaflakan
/ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada kata; benar, keras,
pedas, lemah dan sebagainya
c dilafalkan
/ec/
g dilafalkan
/eg/
p dilafalkan
/ep/ dan sebagainya
Dari
penjelasan metode di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran MMP melalui
metode bunyi adalah bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad di atas.
c.
Metode suku kata
Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti
:
ba,
bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, ka, ki, ku, ke, ko dan seterusnya.
Suku-suku
kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh,
dari daftar suku kata tadi guru dapat membuat berbagai variasi paduan
suku kata menjadi kata-kata bermakna untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi
misalnya:
ba – bi
cu – ci da – da ka – ki
ba – bu
ca – ci du – da ku – ku
bi -
bi ci - ca da – du ka – ku
ba – ca
ka – ca du – ka ku – da
Proses
pembelajaran MMP yang melibatkan merangkai dan mengupas kemudian melahirkan
istilah lain yaitu Metode Rangkai-kupas. Jika kita simpulkan langkah-langkah
pembelajaran dengan metode suku kata adalah:
(1)
tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
(2)
tahap kedua perangkaian suku kata menjadi kata
(3)
tahap ketiga perangkaian kata menjadi kalimat sederhana
(4)
tahap keempat pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan
d.
Metode kata
Proses
pembelajaran MMP seperti yang digambarkan ke dalam langkah-langkah di atas,
dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai
contoh pembelajaran diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu, kemudian
kata ini dijadikan lembaga tertentu sebagai dasar untuk pengenalan suku kata
dan huruf.
e.
Metode global
Metode
ini disebut juga sebagai “Metode Kalimat” karena alur proses pembelajaran MMP
yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat
global.
f.
Metode SAS
Pembelajaran
MMP dengan metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Dengan demikian proses penguraian dan
penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS meliputi;
1)
kalimat menjadi kata-kata
2)
kata menjadi suku-suku kata; dan
3) suku kata menjadi huruf-huruf Pada tahap berikutnya anak-anak
didorong melakukan kerja sintetis (menyimpulkan).
Beberapa
manfaat yang dianggap sebagai kelebihan metode ini diantaranya sebagai
berikut:
a. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang
memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi adalah
kalimat.
b.
Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak.
c.
Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).
B.
Model Pembelajaran MMP
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis permulaan
ini terbagi ke dalam 2 tahapan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
Pembelajaran tanpa buku
2. Pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunakan menggunakan buku
1. Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP)
tanpa buku yaitu :
a. Menunjukkan
gambar
b. Menceritakan
gambar
c. Siswa bercerita
dengan bahasa sendiri.
d.
Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan)melalui bantuan gambar
e. Membaca
bergambar
f. Membaca
tulisan tanpa gambar
g. Memperkenalkan huruf, ,suku kata, atau kalimat dengan bantuan
kartu.
2. Langkah-langkah pembelajaran menulis dan membaca permulaan (MMP)
dengan menggunakan buku yaitu:
a. Membaca buku pelajaran atau ( buku paket ku paket )
b. Membaca buku atau majalah anak yang sudah terpilih
c. Membaca bacaan susunan bersama guru dan siswa
d. Membaca bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan).
3.
Langkah-langka Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan adalah :
1. Pengenalan Pengenalan huruf
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Guru
menunjukkan menunjukkan gambar seorang seorang anak perempuan perempuan dan
seorang seorang anak laki- laki. Dua anak tersebut diberi nama
"nana" dan "nani".
2. Guru
mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan "nani" dan
"nana" yang tertera di bawah masing-masing gambar.
3. Melalui
Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana
"nani" dan mana "nana" sambil diminta menunjuk bentuk
tulisannya.
4. Selanjutnya,
guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis,
dan anak diminta untuk memerhatikannya.
5. Setiap
tulisan itu kemudian dianalisis, dan disintesiskan kembali
Ada beberapa bentuk latihan menulis
permulaan yang dapat kita lakukan seperti:
1. Latihan
memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
2. Latihan
gerakan tangan. Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk
sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil.
3. Latihan
mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas
tulisan yang sudah ada.
4. Latihan
menghubung-hubung tanda titik yang membentuk membentuk tulisan. tulisan.
5. Latihan
menatap bentuk tulisan.. Latihan ini
Latihan ini dimaksudkan dimaksudkan untuk melatih untuk melatih koordinasi
koordinasi antara mata, ingatan.
6. Latihan
menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan pelajaran maupun dari
tulisan guru pada papan tulis.
7. Latihan
menulis halus/indah.. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan buku
bergaris untuk latihan menulis atau buku kotak.
8. Latihan.
dikte/imla.
9. Latihan
melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku huruf, suku kata, atau kata) yang
secara sengaja dihilangkan. Melengkapi tulisan dapat berupa :
a. melengkapi huruf
b. melengkapi suku kata
c. melengkapi kata
10. Menuliskan
nama benda yang terdapat dalam gambar.
11. Mengarang
sederhana dengan bantuan gambar. Dengan langkah sebagai berikut. berikut.
1. Guru menunjukkan susunan gambar berseri.
2. Guru
bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar.
3. Siswa diberi tugas menulis karangan sederhana.
Penilaian dalam Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan
Evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan
pemaknaan data untuk menentukan kualitas sesuatu yang terkandung dalam data
tersebut, berkaitan dengan apa yang dilakukan guru, apa yang terjadi di dalam
kelas, dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa. Sekalian dengan penilaian
dalam pembelajaran MMP di kelas rendah sekolah dasar, penilaian itu tentunya
harus bersesuaian dengan tujuan dan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia pada
umumnya. Penilaian yang dimaksud berkenaan dengan penilaian terhadap proses dan
penilaian terhadap hasil.
Dalam kaitannya dengan pertanyaan apa yang terjadi di dalam
kelas? dan apa yang dilakukan dan diperoleh siswa
melalui pembelajaran di kelas? jawaban atas pertanyaan tersebut
mustahil hanya bias digali melalui penilaian terhadap hasil belaka tanpa
melihat prosesnya. Sasaran penilaianpun harus mencangkup tiga ranah, yakni:
1. Ranah Kognitif
(kemampuan intelektual)
2. Ranah Afektif (emosi
dan sikap)
3. Ranah Psikomotorik
(keterampilan)
Alat penilaian yang
berbentuk tes dan notes yang dilakukan, baik terhadap proses maupun hasil
diharapkan akan dapat memberikan gambaran kemampuan dan kemajuan belajar siswa
secara utuh dan menyeluruh. Penilaian dengan cara itu disebut dengan pendekatan
holistic.
Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan
untuk kemajuan dan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa. Disamping
itu, guru juga akan mendapat masukan tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
siswanya dalam belajar. Guru akan dapat memilih dan merancang pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.
A.PENILAIAN PROSES
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran yang dimaksud , guru akan
memperhatikan siswa dalam mengikuti proses pembelajaranBerdasarkan cara
pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes dapat dilakukan secara tertulis,
lisan, dan perbuatan, yang dimaksud dengan tes memiliki arti serangkaian
pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan
peserta tes. Dalam pembelajaran MMP, teknik tes dapat dilakukan untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal
kemelekan huruf (kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara
teknis.
1.Tes Tertulis
Merupakan alat
penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk tertulis.
Pengerjaannya siswa dapat berupa jawaban atas pertanyaan atau tanggapan, baik
atas pernyataan maupun tugas yang diberikan atau diperintahkan.
2.Tes Lisan
Merupakan alat
penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan dalam bentuk lisan.
Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat berupa jawaban atas
pernyataan atau tanggapan atas pernyataan.
3.Tes Perbuatan
Merupakan alat
penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara tertulis atau lisan dan
pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian meripakan alat penilaian yang
dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat,sikap, dan
kepribadian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal – hal
yang tengah terjadi dalm kegiatan pembelajaran. Teknik nontes lebih cocok
digunakan dengan penilaian proses, sedangkan untuk penilaian hasil dapat
dilakukan dengan kedua – duanya baik teknik tes maupun teknik nontes.
B. PENILAIAN HASIL
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menilai pencapaian hasil belajar siswa,
alat yang digunakan berupa tes dan non tes. Untuk menilai pencappaian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah di maksudkan untuk
menilai kemampuan siswa dalam hal kemelekhurufan yang
dicapainya. Kemampuan yang dimaksud meliputi pengenalan atas satuan – satuan
lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata,kata, dan kaliamat sederhana
Tes membaca permulaan
dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut:
1. Membaca nyaring
Siswa diminta untuk
melafalkan lambing tertulis baik berupa lambing yang berupa huruf, suku lata,
kata atau kalimat sederhana. Melalui tes ini guru akan dapat menilai kemampua
siswa dalam mengidentifikasi lambing-lambang bunyi, melafalkannya, dan
memaknainya.
2. Mengisi wacana
rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai dengan pemfokusan pembelajaran
yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca permulaan tidak berpatokan
pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut
(membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelepasan setiap
kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten. Misalnya, untuk tes
identifikasi lambing bunyi berupa lambing huruf, penyajian struktur dapat
dilakukan dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-bagian huruf
yang hendak diteskan. Demikian juga dengan perumoangan suku kata atau kata.
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh pelepasan huruf
B |
O |
L |
… |
Contoh pelepasan suku
kata:
ini mimi (sebaiknya
dibantu dengan gambar)
i-ni mi- . . .
i-. . .- mi-mi
contoh pelepasan kata
pada teks sederhana dapat dikombinasikan dengan gambar.
(teks ini sebaiknya
diambil dari teks yang pernah diperkenalkan kepada anak)
Ini … (gambar anak
laki-laki)
Ini … (gambar anak
perempuan) dan seterusnya.
3. Menjawab dan
mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana). Untuk sekedar
mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat mengajukan
beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami
lambang-lambang tertulis. Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk
mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.
1 comments:
thank you for nice information, finally found what am I looking for!!!
visit our website : https://uhamka.ac.id/
Post a Comment